Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
Bab Ii Tinjauan Pustaka
A. Definisi
...................................................
...................................................
.....................................................
...............................................................
I
1
3
3
B. Epidemiologi
C. Etiopatogenesis
D. Manifestasi Klinis
E. Diagnosis Banding
F. Penatalaksanaan
G. Prognosis
Bab III Penutup
Daftar Pustaka
.
.........................................................
............................................................
.............................................................
...........................................................
..............................................................
.........................................................
.......................................................
........................................................
3
3
5
8
10
11
12
14
BAB I
PENDAHULUAN
Liken simpleks kronik merupakan penyakit kronik, pruritus berat yang ditandai
oleh satu atau lebih plak likenifikasi, dimana kulit menebal dan terdapat tanda kulit
yang menonjol. Terjadi pada usia dewasa, terutama dari umur 30-50 tahun. Liken
simpleks kronik tidak terkait eksema atopik menurut beberapa ahli, tetapi menurut
beberapa lainnya bahwa liken simpleks kronis merupakan bentuk dewasa dari
eksema. Penyakit ini merupakan kelainan kulit umum yang ditandai oleh likenifikasi
kulit sebagai akibat garukan yang berlebihan. Liken simpleks terdistribusi di seluruh
dunia. Gatal merupakan gejala paling utama dari kondisi ini dan memicu keinginan
untuk menggaruk. Garukan berulang mengakibatkan lesi kulit yang berkembang
menjadi plak liken tebal yang selanjutnya memicu gatal. Daerah yang biasanya terjadi
seperti kulit kepala, tengkuk, bagian ekstensor ekstrimitas, mata kaki dan area
genital.Secara klinis, penyakit ini harus dibedakan dari penyakit kulit lainnya dan
kelainan kulit yang mendasari seperti infeksi jamur kulit dan psoriasis harus
disingkirkan. Kadang-kadang, biopsi kulit dibutuhkan untuk mendiagnosis penyakit
ini. Etiologi pasti penyakit ini belum jelas. Patologi terdiri atas hiperkeratosis,
hipergranulosis, hyperplasia epidermal psoriasiform dan penebalan kolagen dermal
papiler.2,3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Liken simpleks kronis adalah peradangan kulit kronis, gatal, sirkumskrip,
ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit tampak lebih menonjol (likenifikasi)
menyerupai kulit batang kayu, akibat garukan atau gosokan yang berulang-ulang
karena berbagai rangsangan pruritogenik. Liken simpleks merupakan dermatosis
eksematous yang ditandai oleh sejumlah kecil plak likenoid atau, paling sering lesi
tunggal.1,3
B. EPIDEMIOLOGI
Liken simplek kronik sering muncul pada usia dewasa, terutama usia 30 hingga
50 tahun, tetapi dapat tampak dari usia remaja. Lebih sering terjadi pada wanita
daripada laki-laki. Tidak ada predilaksi ras yang tercatat. Pasien dengan koeksistensi
dermatitis atopi cenderung memiliki onset umur yang lebih muda (rata-rata 19 tahun)
dibandingkan dengan pasien tanpa atopi (rata-rata 48 tahun).1,3
C.
ETIOPATOGENESIS
Etiologi pasti liken simplek kronik masih belum diketahui, tapi dermatitis
atopik kemungkinan lebih tinggi berkembang menjadi liken simplek kronik. Faktor
pemicu lain terhadap perkembangan liken simplek kronik termasuk gigitan serangga,
bekas luka trauma atau postherpetik, acne keloidalis nuchae, xerosis, insufisiensi
vena. Faktor lingkungan yang memiliki pengaruh dalam menginduksi gatal seperti
panas, keringat, dan iritasi yang terkait dengan liken simplek kronik anogenital.
Faktor psikologis juga berperan dalam perkembangan atau eksaserbasi liken simplek
kronik. Kecemasan telah dilaporkan lebih lazim pada pasien liken simplek kronik.4-5
Liken simplek kronik diinduksi oleh gosokan atau garukan sekunder terhadap
gatal. Pruritus memainkan peran sentral dalam timbulnya pola reaksi kulit berupa
likenifikasi dan prurigo nodularis. Hipotesis mengenai pruritus dapat oleh karena
adanya penyakit yang mendasari, misalnya gagal ginjal kronis, obstruksi saluran
empedu, limfoma Hodgkin, hipertiroidea, penyakit kulit seperti dermatitis atopik,
dermatitis kontak alergi, gigitan serangga, dan aspek psikologik dengan tekanan
emosi.1,2
Pada prurigo nodularis jumlah eosinofil meningkat. Eosinofil berisi protein X
dan protein kationik yang dapat menimbulkan degranulasi sel mast. Jumlah sel
Langerhans juga bertambah banyak. Saraf yang berisi CGRP (calcitonin gene-related
peptide) dan SP (substance P), bahan imunoreaktif, jumlahnya di dermis bertambah
pada prurigo nodularis, tetapi tidak pada neurodermatitis sirkumskripta. SP dan
CGRP melepaskan histamin dari sel mast yang selanjutnya akan memicu pruritus.
Ekspresi faktor pertumbuhan saraf p75 pada membran sel Schwan dan sel perineurum
meningkat, mungkin ini menghasilkan hiperplasi neural.4,5
Liken simpleks kronik ditemukan pada regio kulit yang mudah dicapai untuk
digaruk. Gatal menyebabkan penggarukan yang menyebabkan terjadinya lesi
meskipun patofisiologinya belum jelas. Gatal timbul akibat adanya pelepasan
mediator inflamasi dan aktivitas enzim proteolitik. Keadaan ini menimbulkan adanya
proses inflamasi pada kulit, yang menyebabkan penderita sering menggaruk lesi yang
terbentuk. Proses inflamasi yang berkepanjangan akan menyebabkan penebalan kulit,
dimana penebalan kulit ini sendiri menimbulkan rasa gatal, sehingga merangsang
penggarukkan yang akan semakin mempertebal kulit. Selain proses inflamasi,
terdapat juga pengaruh dari sistem saraf, baik sistem saraf pusat maupun perifer, yang
mempengaruhi persepsi gatal.4-6
D.
MANIFESTASI KLINIS
Penderita mengeluh gatal sekali, bila timbul malam hari dapat mengganggu
tidur.Rasa gatal memang tidak terus menerus, biasanya pada waktu tidak sibuk, bila
muncul sulit ditahan untuk tidak digaruk.Penderita merasa enak bila digaruk; setelah
luka, baru hilang rasa gatalnya untuk sementara (karena diganti dengan rasa nyeri).
Gatal bertambah berat pada saat berkeringat, panas, atau iritasi dari pakaian. Gatal
juga bertambah dalam keadaan distress psikologis.4,5
Lesi biasanya tunggal, pada awalnya berupa plak erimatosa, sedikit edematosa,
lambat laun edema dan eritema menghilang, bagian tengah berskuama dan menebal,
likenifikasi dan ekskoriasi; sekitarnya hiperpigmentasi, batas dengan kulit normal
tidak jelas. Pada kasus sedang, papul eksematous follicular dapat tampak, terutama
pada lengan bawah dan area siku anak.5,6
Liken simpleks kronik tidak biasa terjadi pada anak, tetapi pada usia dewasa ke
atas; puncak insiden pada usia antara 30-50 tahun. Wanita lebih sering menderita
daripada pria. Letak lesi dapat timbul di mana saja, tetapi yang biasa ditemukan ialah
tengkuk, tungkai bawah dan pergelangan kaki, samping leher, kulit kepala, bagian
atas paha, vulva, pubis dan labia mayora pada wanita, perineum dan skrotum pada
laki-laki, pergelangan tangan dan ekstensor lengan bawah. Neurodermatitis di daerah
tengkuk (lichen nuchae) umumnya hanya pada wanita, berupa plak kecil di tengah
tengkuk atau dapat meluas hingga ke kulit kepala. Biasanya skuamanya banyak
menyerupai psoariasis.4,6
Gambar 2.1 (a) Liken Simplex kronis di siku berupa folikuler papul dari likenifikasi, (b) liken
simplex kronis6
Variasi klinis liken simpleks kronis dapat berupa prurigo nodularis, akibat
garukan atau korekan tangan penderita yang berulang-ulang pada suatu tempat. Lesi
berupa nodus berbentuk kubah, permukaan mengalami erosi tertutup krusta dan
skuama, lambat laun menjadi keras dan berwarna lebih gelap (hiperpigmentasi). Lesi
biasanya multipel; lokalisasi tersering di ekstremitas; berukuran mulai beberapa
milimeter sampai 2 cm.4,5
E. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding liken simpleks kronis, diantaranya:
1. Psoriasis, kelainan kulit terdiri atas bercak-bercak eritem yang meninggi (plak)
dengan skuama di atasnya. Eritema sirkumskrip dan merata, tetapi pada
stadium penyembuhan sering eritema di tengah menghilang dan hanya pada
pinggir. Skuama berlapis-lapis, kasar dan berwarna putih seperti mika serta
transparan.
Lesi
dikaitkan
dengan
tanda
Auspitz-perdarahan
setelah
pengangkatan sisik putih keperakan. Lesi sering ditemukan di siku, lutut, kulit
kepala, selangkangan, kuku tangan dan kaki.4-6
Atopik eksema, terdapat riwayat alergi pada pasien atau keluarga, lesi multiple,
secara klasik tampak pada area kubital, poplitea, dan wajah. Eritem dengan batas
kurang tegas, papul, dan plak dengan atau tanpa sisik. Edema luas, kulit tampak
bengkak. Erosi: basah, krusta.4,6
F. Penatalaksanaan
Terapi bertujuan untuk memutuskan siklus gatal-garukan. Secara umum perlu
dijelaskan kepada penderita bahwa garukan akan memperburuk keadaan penyakitnya,
oleh karena itu harus dihindari. Untuk mengurangi rasa gatal dapat diberikan
antipruritus, kortikosteroid topikal atau intralesi, produk ter.4,5
Pertama, langkah-langkah untuk mengontrol gatal mencakup steroid topikal
kuat serta persiapan antipruritik nonsteroid seperti mentol, fenol, atau pramoxine.
Emolien adalah tambahan penting. Steroid intralesi seperti triamcinolone acetonide,
yang diberikan dalam berbagai konsentrasi sesuai dengan ketebalan plak atau nodul,
bermanfaat. Antipruritus dapat berupa antihistamin yang mempunyai efek sedatif
(contoh: hidroksizin, difenhidramin, prometazin) atau tranquilizer. Antihistamin
penenang seperti hidroksizin, atau antidepresan trisiklik seperti doxepin, dapat
digunakan untuk menghilangkan gatal pada malam hari di kedua kondisi. Se lective
serotonin reuptake inhibitor telah direkomendasikan untuk menghilangkan pruritus
siang hari atau pada pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif. Dapat pula diberikan
G. PROGNOSIS
Prognosis bergantung pada penyebab pruritus (penyakit yang mendasari), dan
status psikologik pasien. Dapat menjadi kronik dengan lesi persisten atau rekuren.4-
10
BAB III
PENUTUP
11
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Aylin Turel Ermertcan, G. G., Gokhan Temeltas, Gonul Dinc Horasan, Artuner
Deveci, Ferdi Ozturk (2011). "Sexual Dysfunction in Female Patients With
Neurodermatitis." Journal of Andrology 32: 165-169.
2. Jin-Gang An, Y.-T. L., Sheng-Xiang Xiao, Jun-Min Wang, Song-Mei Geng, YingYing dong (2013). "Quality of Life of Patients with Neurodermatitis."
International Journal of Medical Sciences 10(5): 593-598.
13
14