Anda di halaman 1dari 46

Dermatitis Kontak Alergika ec Sandal Jepit

Oleh :
Maulizar
Risya Mentari Nst

Pembimbing:
Vella
PENDAHULUAN
Dermatitis kontak alergika (DKA) respon peradangan pada kulit yg
diperantarai reaksi imunologi tipe lambat ( reaksi hipersensitifitas tipe IV)
DEFINISI Sering ditandai dgn gejala gatal, rasa panas seperti terbakar dan munculnya lesi
yg berbatas tegas.

Sekitar 15-20% orang dewasa pada populasi umum mengalami kontak


alergi. DKA dapat terjadi pd wajah, leher, badan dan ekstremitas yg
PREVALENSI
terpapar alergen

Anamnesis dan pemeriksaan fisik kulit memberikan kontribusi bermakna


dalam menegakkan diagnosis. Baku standar (gold standar) pemeriksaan
penunjang dalam menegakkan DKA adalah dengan pemeriksaan uji tempel
DIAGNOSIS
kulit (patch test)
LAPORAN KASUS

Nama : Tn. Yi
Umur : 71 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Aceh
Pekerjaan : Pensiunan
Status : Menikah
Agama : Islam
No. CM : 0-09-50-20
Tgl Pemeriksaan : 30 Juni 2016
ANAMNESIS
KU : Gatal pada kedua kaki
RPS :

Gatal pada kedua kaki yang di rasakan memberat Keluhan gatal pada kaki sudah di alami pasien sejak 2
sejak 1 minggu yang lalu. tahun yang lalu.

Awalnya kulit kedua kaki pasien hanya memerah saja


pada bagian punggung kaki, kemerahan pada kulit
muncul setelah pasien memakai sandal jepit
berbahan karet.
ANAMNESIS

RPD RPO RPK RKS


Pasien sebelumnya pernah Pasien sudah pernah Tidak ada keluarga Pasien merupakan
mengeluhkan keluhan yang berobat ke dokter dan yang mengalami seorang pensiunan
sama sejak 2 tahun yang lalu diberi obat dalam keluhan yang sama yang sehari
dan sudah mengalami bentuk krim dan obat seperti pasien. harinya banyak
perbaikan setelah berobat. minum cetirizine Anggota keluarga menghabiskan
Riwayat alergi terhadap tablet 10 mg. dengan riwayat waktu disekitar
makanan dan obat-obatan alergi tidak ada, rumah dan sering
tidak ada, riwayat bersin- riwayat asma tidak menggunakan
bersin 5x di pagi hari tidak ada. sandal jepit.
ada, riwayat asma tidak ada,
riwayat DM tidak ada,
riwayat hipertensi tidak ada.
PEMERIKSAAN FISIK
Regio :
Dorsum pedis dextra et sinistra

Deskripsi Lesi :
Tampak plak eritematus berbatas
tegas, dengan ekskoriasi dan krusta
diatasnya, multipel, ukuran plakat
dengan distribusi simetris.
DIAGNOSA BANDING
Dermatitis
kontak alergi
ec. Sandal
jepit

Dermatitis
Tinea Pedis kontak
iritan

Dermatitis
Atopik
RESUME
Pasien laki-laki 71 tahun datang dengan keluhan rasa gatal pada
kedua kaki yang di rasakan sejak 1 minggu yang lalu. Awalnya
berupa kulit yang memerah saja pada bagian punggung kaki,
namun makin hari makin meluas dan menebal akibat sering di
garuk oleh pasien. Kemerahan pada kulit tidak langsung muncul
melainkan setelah berkontak ulang dengan sandal karet. Pada
pemeriksaan fisik di dorsum pedis dextra et sinistra tampak
plak eritematus berbatas tegas, dengan erosi dan krusta
diatasnya, multipel, ukuran plakat dengan distribusi simetris.
DIAGNOSA KLINIS

Dermatitis Kontak Alergika


ec. sandal jepit
EDUKASI
Memberikan informasi tentang penyakitnya kepada pasien,
bahwa penyakitnya bukan penyakit menular.

Memberikan informasi kepada pasien bahwa penyakit pasien


adalah penyakit yang disebabkan oleh penggunaan karet / bahan
sandal yang menimbulkan alergi dan dapat berulang kembali
apabila terpajan dengan alergen yang sama

Memberikan informasi kepada pasien untuk hati-hati dalam


penggunaan berbagai macam bahan sandal dan hindari sandal
berbahan karet.

Memberi informasi kepada pasien untuk tidak menggaruk garuk


terlalu kuat bagian kulit yang terasa gatal.

Memberitahukan kepada pasien untuk meminum obat secara


teratur sesuai anjuran yang sudah diberitahukan oleh dokter dan
kontrol kembali secara teratur.
PROGNOSIS

Quo ad vitam
Dubia ad Bonam

Quo ad functionam
Dubia ad Bonam

Quo ad sanactionam
Dubia ad Bonam
ANALISA KASUS
Dari hasil anamnesa di
dapatkan bahwa pasien
datang dengan keluhan
Teori
rasa gatal pada kedua kaki
Keluhan gatal merupakan gejala utama
yang di rasakan sejak 1 yang dikeluhkan pasien DKA. Pada
minggu yang lalu setelah sebuah penelitian diperoleh hasil bahwa
pasien menggunakan manifestasi gatal pada pasien DKA
sandal jepit. mencapai 90%. Selain itu keluhan lain
Keluhan rasa terbakar (-), dapat ditemukan adanya fotosensitifitas
nyeri (-) (42%) dan rasa terbakar (20%).

Kasus
ANALISA KASUS

Pasien juga mengeluh


muncul bercak kemerahan Teori
pada kedua kaki tersebut
yang mulai terasa gatal Kelainan kulit yang terjadi
dirasakan terus menerus bergantung pada keparahan
dan memberat ketika pasien dermatitis. Pada DKA kronis
memakai sandal jepit terlihat kulit kering, berskuama,
berbahan karet dan jika papul, likenifikasi dan mungkin
kaki pasien lembab. juga fisura dan batasnya
terkadang tidak jelas.
Kasus
ANALISA KASUS

Teori
Usia tidak mempengaruhi timbulnya
Pasien laki-laki sensitisasi, tetapi umumnya DKA jarang
ditemui pada anak-anak.
berusia 71 tahun Prevalensi pada wanita dua kali lipat
dibandingkan pada laki-laki. Perbedaan
kejadian dermatitis kontak pada pria dan
wanita banyak terkait faktor pekerjaan,
cara berpakaian, kebiasaan pribadi,
Kasus budaya, dan pajanan/interaksi dengan
lingkungan.
ANALISA KASUS

Teori
Pada pemeriksaan fisik pada
regio : Lesi kulit pada kasus DKA sering
pedis dextra et sinistra berbatas tegas namun tidak selalu
tampak plak eritematus mengikuti bentuk alergen yang
berbatas tegas, dengan erosi terpapar dengan kulit.
dan krusta diatasnya, ukuran Kelainan kulit bergantung pada
keparahan dermatitis & lokalisasinya.
plakat dengan distribusi
Pada kondisi DKA kronis terlihat
simetris.
kulit kering berskuama, papul,
likenifikasi dan mungkin juga fisura

Kasus
ANALISA KASUS
Teori
Etiologi DKA
pada kasus ini Etiologi DKA dapat terjadi karena adanya
adalah sandal paparan alergen dengan kulit. Terdapat 3700
jepit karet yang substansi yang dapat mencetuskan DKA.
digunakan DKA akibat sepatu atau sandal paling sering
disebabkan oleh bahan karet, karbamat, dan
pasien tetramethyl-thiuram disulfide.
Etiologi lain : bahan kimia nikel, sarung
Kasus tangan karet, tekstil, bahan pengawet,
parfum, obat-obatan yg bermanifestasi klinis
secara bervariasi pada regio tertentu di tubuh
ANALISA KASUS
Planning :
Patch test untuk Teori
menyingkirkan
diagnosa banding. Patch test (Uji tempel ) merupakan
gold standard untuk mendiagnosis
DKA yang bertujuan untuk
mengetahui sensitifitas seseorang
terhadap suatu alergen.
Alergen yang dicurigai diletakkan
pada kulit dan hasil positif berupa
reaksi eksatema dalam 48-72 jam.
Kasus
ANALISA KASUS
Planning : Teori
Patch test untuk
menyingkirkan
Hasil pembacaan patch test dengan
diagnosa banding menggunakan ICDRG (International Contact
Dermatitis Research Group) di interprestasi
kan sebagai berikut :
- : Tidak ada reaksi
? : Eritema ringan, tanpa infiltrat
f : Beberapa papul folikel
+ : Eritema, papul yang diskret

Kasus ++ : Eritema, infiltrat, papul, dan vesikel


+++ : Eritema, infiltrat dan bula
ANALISA KASUS
DIAGNOSA BANDING
Dermatitis Dermatitis Dermatitis
Tinea Pedis
kontak Alergi Kontak Iritan Atopik
ANALISA KASUS

Terapi sistemik : Teori


- Methiprednisolon 4 mg
3x1 tablet selama 7 hari Metilprednisolon merupakan
- Cetirizin 10 mg kortikosteroid yg dapat diberikan
2x1 tablet selama 7 hari secara sistemik pada kasus
dermatitis kontak akut dan berat.
Dosis pemberiannya yaitu
0,5-1 mg/ kg/BB/ hari selama 5
hingga 7 hari.
Sedangkan cetirizin adalah
Kasus antihistamin yang diberikan untuk
mengatasi rasa gatal pada pasien.
ANALISA KASUS

Terapi topikal : Teori


- Diflukortolon valerat
0,1% krim yang Diflukortolon valerat 0,1% krim
dioleskan pagi dan merupakan kortikosteroid kuat
malam topikal yang mempunyai efek
anti-inflamasi, anti-alergi dan
antipruritus pada penyakit kulit.
Kortikosteroid topikal tidak
boleh digunakan terus menerus

Kasus
ANALISA KASUS

Edukasi:
Memberikan informasi tentang
Teori
penyakitnya kepada pasien,
Edukasi berupa informasi-
bahwa penyakitnya bukan
informasi tsb sangat penting
penyakit menular
untuk disampaikan karena
Memberikan informasi kepada
tatalaksana non farmakologis yang
pasien bahwa penyakit pasien
paling penting dari DKA adalah
adalah penyakit yang disebabkan
edukasi untuk menghindari/
oleh penggunaan bahan-bahan
yang dapat menimbulkan alergi,
mencegah paparan alergen
dst. sehingga akan membantu
kesembuhan dari penyakit ini
Kasus
Terima Kasih
KRITISI JURNAL

Asam Asetat Oleanolic Menghambat Dermatitis Atopik Dan


Dermatitis Kontak Alergi Pada Model Murine

Jin Kyeong Choia, Hyun-Mee Ohb, Soyoung Leea, Jin-Woo Parkc, Dongwoo Khangd, Seung Woong Leeb, Woo Song Leeb, Mun-
Chual Rhob,*, Sang-Hyun Kima

Toxicology and Applied Pharmacology 269 (2013) 7280


Pendahuluan

Dermatitis Atopi Dermatophagoides Lesi kulit diinduksi


(DA) farinae (DFE) DFE

Fase awal dan Fase


Lesi kulit DA kronis? Lesi kulit DA akut?
Lanjut
Pendahuluan
Dermatitis
Kontak Gejala?
Alergika (DKA)

Efek Pengobatan
kortikosteroid DKA?

TUJUAN
Asam oleanolic Menjelaskan efek AAO pada DA dan DKA dan
menentukan mekanisme yang mendasarinya.
BAHAN DAN METODE
BAHAN

Hewan Ekstrak V. angularis Reagen dan kultur


METODE
sel.
Analisis
Induksi DA
histologis dan Penyortiran
pada telinga Assay Histamin Real-time PCR
imunohistokimi FACS.
tikus
a.

Reverse Induksi DKA


Analisis Ekstraksi
Western blot transcriptase- pada telinga
Statistik protein .
PCR. tikus.
HASIL
Efek asam asetat oleanolic pada dermatitis atopik pada tikus

Gambar 2. Analisis histologist terhadap dermatitis


atopi tikus
Gambar. 1. Desain Eksperimental dan
ketebalan telinga pada tikus dermatitis
atopi.
HASIL
Efek asam asetat oleanolic pada dermatitis atopik pada tikus

Gambar. 3. Epidermal dan ketebalan kulit, infiltrasi sel-sel Gambar 4. Kadar serum IgE dan IgG2a pada tikus AD
kekebalan, dan serum histamin pada tikus AD.
HASIL
Efek asam asetat oleanolic pada dermatitis atopik pada tikus

Gambar 5. Ekspresi sitokin dalam sel CD4 + T telinga dan


kelenjar getah bening tikus AD.
HASIL
Efek asam asetat oleanolic pada dermatitis kontak alergi pada tikus

Gambar 6. Efek AAO pada tikus DKA


HASIL
Efek asam asetat oleanolic pada aktivasi keratinosit

Gambar 7. Ekspresi sitokin di telinga dan timus dari tikus A

Gambar 8. Pengaruh AAO pada sel HaCaT TNF- / IFN--


dirangsang
DISKUSI

AAO menghambat DFE / DNCB-yang diinduksi pada DA dan gejala DKA DNFB-yang tersensitisasi.
Hasil untuk fitur morfologi dan klinis dari model DA menunjukkan peningkatan pada telinga dan
penebalan epidermal sera dalam infiltrasi dermal sel CD4 + T, eosinofil, dan sel mast dan konsisten
dengan lesi kulit DA kronis

Infiltrasi sel CD4 + dan eosinofil, dan peningkatan regulasi sitokin Th2 adalah fitur
khas lesi DA
AAO nyata menghambat ekspresi Th1 (IFN-), dan Th2 (IL-4, IL-5, IL-10, dan IL-31)
sitokin, TSLP, dan serum kadar IgE dan IgG2a

IL-17 adalah sitokin pro-inflamasi yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan, dan IL-22 yang terlibat
dalam epidermal renovasi dan dapat menyebabkan hiperplasia dari keratinosit di epidermis.
Peningkatan kadar IL-17 telah terbukti pada pasien dengan DA akut, sedangkan kadar IL-22 dan IFN-
yang diregulasi pada mereka dengan DA kronis
DISKUSI
AAO dapat menjadi pilihan pengobatan yang berguna untuk DKA dan bahwa
hal itu mungkin membantu mengurangi Th1 dan Th17 tanggapan pada pasien
DKA
Keratinosit dari pasien DA menghasilkan profil yang unik dari kemokin dan
sitokin mengikuti beberapa stimulasi mekanik

AAO menghambat degradasi IB dan translokasi nuklir NF-kB.


MAPKs mewakili jalur sinyal penting dalam respon imun dan
cross talk dengan NF-kB dan mengatur peradangan

Telah dilaporkan bahwa senyawa triterpenoid seperti asam oleanolic (OA), asam
kaurenoic, dan -spinasterol mencegah peradangan kulit akut dan kronis
DISKUSI

Relevansi klinis dari hasil untuk AAO untuk AD dan DKA masih belum jelas.

Hal ini menunjukkan bahwa uji klinis yang dirancang dengan baik diperlukan untuk mengatasi
masalah ini.

Kita tidak dapat memastikan pada tahap ini bahwa kemanjuran AAO secara eksklusif melalui
regulasi kekebalan tubuh.
Kita tidak bisa membedakan apakah AAO memodulasi fase induksi atau fase elisitasi dari DKA

AAO dapat menjadi pilihan pengobatan yang efektif untuk gangguan alergi pada kulit.
AAO dapat membantu mencegah AD dan digunakan sebagai agen farmakologis yang efektif
KRITISI JURNAL
Apakah penelitian dilakukan secara kohort ?

Tidak

Penelitian ini di lakukan secara analitik


eksperimental
Analisis statistik dilakukan dengan
menggunakan Prism 5 (GraphPad Software,
San Diego, CA), dan efek pengobatan dianalisis
menggunakan ANOVA satu arah, dilanjutkan
dengan uji Dunnett
Apakah semua keluaran (outcome) di laporkan ?

YA

Tindakan terapi ini tidak dapat dilakukan di rumah sakit ini.


Selain itu, penelitian ini merupakan penelitian pertama yang
dilakukan di wilayah Korea. Penelitian ini memberikan hasil
yang cukup baik dan relatif cepat, tanpa efek samping yang
signifikan dan serius untuk DA dan DKA dengan menggunakan
tikus betina sebagai model percobaan. Penelitian lanjutan
masih diperlukan untuk mengetahui frekuensi penggunaan,
manfaat jangka panjang dari AAO untuk mengetahui efek AAO
pada manusia. Oleh karena itu perlu peninjauan lanjutan
mengenai manfaat AAO dalam menghambat DKA dan DA.
Apakah lokasi studi menyerupai lokasi anda bekerja atau tidak ?

Tidak

Penelitian ini dilakukan di Yayasan Riset Nasional (NRF)


dari hibah Korea. Namun tidak dijelaskan secara detail
mengenai lokasi Yayasan riset tersebut
Apakah hasil yang diukur dapat dikembangkan dan digunakan ?

Ya

Hasil penelitian menunjukkan bahwa AAO menghambat DFE /


DNCB-yang diinduksi DA dan gejala DKA DNFB-yang tersensitisasi.
Sebuah model AD baru dikembangkan oleh pengulangan secara
alternatif penerapan DFE / DNCB.
Hasil untuk fitur morfologi dan klinis dari model DA menunjukkan
peningkatan pada telinga dan penebalan epidermal sera dalam
infiltrasi dermal sel CD4 + T, eosinofil, dan sel mast dan konsisten
dengan lesi kulit DA kronis.
Apakah penilaiannya dilakukan secara blind (buta)

Ya

Pada penelitian ini, relevansi klinis dari hasil untuk AAO untuk AD
dan DKA masih belum jelas.
Hal ini menunjukkan bahwa uji klinis yang dirancang dengan baik
diperlukan untuk mengatasi masalah ini.
Apakah kegunaan uji diagnosis yang sedang diteliti disebutkan ?

Ya

Penelitian dilakukan untuk menilai IgE spesifik dalam mengikat


fragmen rekombinan Sar s 14(rSar s 14.3) dan Der (rDer p 14) dalam
plasma subjek dengan scabies berkrusta, skabies biasa, dermatitis
atopik, dan alergi terhadap HDMs, serta dalam plasma dari subjek
yang terkena kudis tungau namun tidak berklinis lagi, dan dari
plasma subjek yang normal.
Apakah semua subjek penelitian di perhitungkan dalam kesimpulan ?

Tidak

Pada penelitian ini dipaparkan bahwa pemberian oral AAO,


senyawa triterpenoid, dapat menekan gejala DA dan DKA pada tikus
percobaan, namun tidak dipaparkan berapa jumlah subjek penelitian
yang digunakan baik dalam hasil diskusi maupun kesimpulan.
Peneliti hanya menjelaskan tentang efektivitas dari AAO terhadap DA
dan DKA dengan menggunakan percobaan tikus betina.
Kesimpulan

Berdasarkan hasil kritisi jurnal, didapatkan 2 jawaban Iya, dan 4


jawaban Tidak dari total 6 pertanyaan, sehingga dapat disimpulkan
bahwa jurnal dengan judul Asam Asetat Oleanolic Menghambat
Dermatitis Atopik Dan Dermatitis Kontak Alergi Pada Model Murine
ini tidak layak dibaca dan tidak layak untuk diadaptasikan sebagai
penelitian lanjutan di RSUDZA.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai