Oleh:
Ichsan (1507101030225)
Maulida Rahmi (1507301010211)
Pembimbing:
Sulamsih Sri Budini
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kesempatan dan kesehatan bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas laporan
kasus ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah
SAW yang telah menerangi alam semesta dengan ilmu pengetahuan.
Tugas laporan kasus ini membahas mengenai Morbus Hansen Tipe BB
dengan Reaksi Tipe I dan merupakan salah satu tugas dalam menjalani
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala/Rumah Sakit Umum Daerah
dr.Zainoel Abidin Banda Aceh.
Penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada dr. Sulamsih Sri Budini, Sp.KK selaku pembimbing. Penulis menyadari
penuh bahwa pada laporan kasus ini masih terdapat banyak kekurangan baik dalam
hal penyajian, penulisan maupun materi. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapakan saran dan kritik yang membangun demi evaluasi dan pengembangan
dalam bidang penulisan dan ilmu pengetahuan.
Banda Aceh,Juni2016
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
ii
DAFTAR ISI
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
iii
DAFTAR TABEL
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
v
PENDAHULUAN....................................................................
1
LAPORAN KASUS
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
2
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
Identitas Pasien
2
Anamnesis
2
Pemeriksaan Fisik
3
DiagnosisBanding
5
Pemeriksaan Penunjang
5
Resume
5
Diagnosis Klinis
6
Tatalaksana
6
Edukasi
6
Prognosis
7
ANALISA KASUS....................................................................
8
DAFTAR PUSTAKA
15
JURNAL
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
17
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
Resume Jurnal
17
Kritisi Jurnal
22
Kesimpulan
24
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel3.1.Diagnosa Banding Morbus Hansen
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
10
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Morbus Hansen Tipe MB
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
10
Gambar 2. Eritema Nodosum.
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
11
Gambar 3. Sarcoidosis.
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
11
Gambar 4. Sistemik Lupus Eritematus
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
12
PENDAHULUAN
Morbus Hansen atau hansens disease merupakan penyakit infeksi kronik
pada kulit dan jaringan saraf perifer yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
Leprae. Penyakit Morbus Hansen adalah penyakit yang pertama kali diidentifikasi
pada abad ke-19 oleh Gerhard Henrik Armauer Hansen yaitu seorang dokter yang
berkebangsaan Newrogia. Terdapat tiga cardinal sign pada penyakit Morbus Hansen
yaitu bercak hipopigmentasi atau hiperpigmentasi yang kurang atau mati rasa
(hipoestesi atau anastesi), pembesaran saraf perifer dan pemeriksaan BTA (Basil
Tahan Asam) yang positif.(1)Beberapa faktor risiko dapat menjadi pencetus bagi
seseorang untuk terkena Morbus Hansen, diantaranya adalah lahir dan tinggal di
tempat yang endemik dengan kasus Morbus Hansen, salah seorang anggota keluarga
menderita Morbus Hansen.
Secara global, jumlah kasus kusta telah menurun dari 752.417 pada tahun
2000 menjadi 180.618 pada tahun 2013, dengan mayoritas kasus pada 2013 terjadi
pada kelompok berpenghasilan rendah dan menengah 71% , Asia, 15,5% , Amerika,
8,8% di Afrika, 3,3% di Pasifik Barat, dan 1,2% di Mediterania Timu .(2) World
Health Organization (WHO) melaporkan jumlah kasus Morbus Hansen di dunia
pada tahun 2009 mencapai 244.796 kasus baru. Berdasarkan data tersebut Asia
Tenggara merupakan kawasan yang memiliki kasus tertinggi, yaitu mencapai
166.115 kasus baru. Pada tahun 2010 kasus Morbus Hansen di dunia menurun
menjadi 211.903 kasus.(1)
Morbus Hansen masih menjadi penyakit yang menimbulkan stigma negatif
bagi masyarakat yang dapat menghambat strategi dalam hal pengontrolan kasus dan
juga pengobatan, sehingga masih menjadi permasalahan dalam dunia kesehatan bagi
beberapa negara di dunia.(3) Diagnosis yang lebih awal dan ketepatan terapi menjadi
prioritas untuk mengontrol kasus, memutuskan transmisi penularan dan
menghilangkan beban berupa stigma sosial pada pasien penyakit Morbus Hansen.(4)
Keterlambatan dalam hal diagnosis dan pengobatan merupakan kasus yang paling
sering menyebabkan gangguan saraf hingga keadaan disabilitas yang permanen pada
pasien.(5)
Reaksi lepra merupakan suatu episode akut dalam perjalanan kronis penyakit
lepra yang disebabkan karena sistem kekebalan tubuh yang menyerang kuman M.
Leprae. Penderita lepra dapat mengalami reaksi sebelum pengobatan, saat
pengobatan ditegakkan, selama pengobatan maupun setelah pengobatan selesai. Pada
penderita MB reaksi dapat timbul setiap saat selama pengobatan bahkan sampai
dengan beberapa tahun setelah pengobatan. Reaksi Lepra dapat digolongkan menjadi
2 kategori yaitu reaki tipe I disebabkan peningkatan aktivitas sistem kekebalan tubuh
dalam melawan m. Leprae atau sisa basil yang mati, peningkatan aktivitas ini
menyebabkan terjadi peradangan setiap terdapat basil lepra pada tubuh terutama kulit
dan saraf. Reaksi tipe II atau reaksi Erythema Nodusum Leprosum (ENL) terjadi
apabila basil leprae dalam jumlah besar terbunuh dan secara bertahap pecah. Reaksi
tipe 2 akan mengenai seluruh tubuh dan menyebabkan gejala sistemik.(Rooks)
LAPORAN KASUS POLI
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Umur : 22 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Aceh
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Pango Dayah
Tanggal Pemeriksaan : 15 Juni 2016
Jaminan : JKN
Nomor CM : 1-07-32-35
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Demam
Keluhan Tambahan
Bercak kemerahan
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan bercak kemerahan pada dagu yang timbul 7 hari
yang lalu terasa nyeri dan terasa panas pada daerah dagu, kemudian bercak
dirasakan semakin lama semakin menebal dan semakin luas. Pada saat ini, bercak
sudah terdapat pada lengan atas kiri, punggung tangan kanan dan kiri, tungai bawah
kiri, dan punggung kaki kanan dan kiri. Pasien juga merasakan bercak pada kulit
tersebut cenderung kering dan tidak berkeringat. Pasien mengatakan nyeri berkurang
dengan menggunakan obat, dan memberat jika pasien tidak minum obat.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Tetapi
sekarang menderita Morbus Hansen.
Riwayat Penggunaan Obat
Pasien sudah menerima Multidrug Therapi (MDT) MB selama 5 bulan,
ranitidine tablet 150 mg , Desoximetasone ointment15 gr , Neurodex tab, Natrium
Diklofenak tablet 50mg.
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama seperti
pasien.
Riwayat kebiasaan sosial:
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga dengan sosioekonomi menengah
kebawah, pasien tinggal pada lingkungan dengan hygine yang buruk.
PEMERIKSAAN FISIK
A. Vital Sign
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nada : 120 kali permenit
Pernafasan : 24 kali permenit
Suhu : 36,7 C
B. Status Generalisata
Wajah : facies lionine (-), madarosis (-)
Mata : lagofthalmus (-)
Telinga: Penebalan cuping telinga (-)
Hidung: hidung pelana (-)
Mulut : Karies (+), mukosa hiperemis (-)
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorax :
Inspeksi : Tampak simetris pada saat statis dan dinamis, retraksi dinding dada (-)
Palpasi : Fremitus kanan = fremitus kiri, nyeri tekan (-)
Perkusi : Sonor/sonor
Auskultasi : Vesikuler(+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung :
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis teraba di ICS V linea midklavikula sinistra
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : BJ I>BJ II, tidak ada bising patologis.
Abdomen
Inspeksi : Bentuk normal, Pelebaran vena (-)
Palpasi : Soepel, hepar/lien/ginjal tidak teraba
Perkusi : timpani (+)
Auskultasi : bisingusus 3-4 kali/menit, kesan normal.
Ekstremitas : kulit kering (+),ulnar claw (-), drop foot (-).
Status Dermatologis
Pemeriksaan tanggal 15 Juni 2016
Deskripsi Lesi :
Regio : Facialis , Tampak adanya adanya nodul eritematous berbatas tegas
irreguler disertai edema ukuran numular dan patch berbatas tegas susunan
tersebar regional.
Regio : Bracii, Dorsum manus dextra et sinistra, Cruris sinistra, dan Dorsum
Pedis Tampak adanya Pacth eritematous berbatas tegas irreguler ukuran plakat
distribusi Regional.
Pemeriksaan Sensitibilitas
Hasil:
Ekstremitas atas : Tidak dijumpai Hipoestasi
- Konfrontasi : Kuat
DIAGNOSIS BANDING
1. Morbus Hansen tipe BB + Reaksi Tipe I
2. Eritema Nodosum
3. Sarcoidosis
4. Sistemik Lupus eritematous
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Pewarnaan Zihl Nelhsen didapatkan BI +1 ,MI 50%
RESUME
Telah diperiksa perempuan usia 22 tahun yang datang ke klinik pasien datang
dengan keluhan bercak kemerahan pada dagu yang timbul 4 bulan yang lalu terasa
nyeri dan terasa panas pada daerah dagu, kemudian bercak dirasakan semakin lama
semakin menebal dan semakin luas. Pada saat ini, bercak sudah terdapat pada lengan
atas kiri, punggung tangan kanan dan kiri, tungai bawah kiri, dan punggung kaki
kanan dan kiri. Pasien juga merasakan bercak pada kulit tersebut cenderung kering
dan tidak berkeringat. Pasien mengatakan nyeri berkurang dengan menggunakan
obat, dan memberat jika pasien tidak minum obat. Pasien juga pernah diperiksa
pewarnaan Zhiel Neelson pada kulit lobus telinga pada tanggal 16 maret 2016
dengan hasil BI+1 dengan MI 50%. Dari Hasil pemeriksaan fisik didapatkan Pada
daerah dagu tampak adanya nodul eritematous berbatas tegas irreguler disertai
edema ukuran numular jumlah multiple susunan tersebar distribusi regional, pada
daerah lengan atas, punggung tangan kanan dan kiri,punggung kaki kanan dan kiri,
dan lutut, tampak adanya Patch eritematous berbatas tegas irreguler ukuran plakat
jumlah multiple susunan tersebar distribusi regional.
DIAGNOSIS KLINIS
Morbus Hansen tipe BB dengan Reaksi Tipe I
TATALAKSANA
a. Terapi MDT MB selama 12 bulan
Pengobatan bulanan: hari pertama
- Rifampisin 600 mg/bulan
- Lamprene 300 mg/bulan
- Dapsone 100 mg/bulan
Pengobatan harian : hari ke 2-28
- Lamprene 50 mg/hari
Pengobatan harian : hari ke 2-28
- DDS 100 mg/hari
EDUKASI
- Menjelaskan tentang penyakit Morbus Hansen yang disebabkan oleh bakteri
dan dapat ditularkan melalu saluran pernafasan atas dan kontak lama dengan
penderita yang tidak mendapatkan terapi.
- Menjelaskan bahwa penyakit Morbus Hansen dapat menyebabkan kerusakan
saraf perifer.
- Menjelaskan tata cara minum obat MDT MB dengan benar.
- Menjelaskan tentang efek samping obat MDT yang berupa kencing berwarna
kemerahan, ikterik dan kulit menjadi kehitaman.
- Menjelaskan bahwa pasien harus menggunakan pelindung pada tangan dan
kaki saat beraktivitas untuk menghindari cedera akibat dari kurang sensasi
pada kulit.
PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad fungtionam : Dubia ad malam
Quo ad sanactionam : Dubia ad malam
ANALISA KASUS
Pasien perempuan usia 22 tahun yang datang ke klinik pasien datang dengan
keluhan bercak kemerahan pada dagu yang timbul 4 Bulan yang lalu terasa nyeri
dan terasa panas pada daerah dagu, kemudian bercak dirasakan semakin lama
semakin menebal dan semakin luas. Pada saat ini, bercak sudah terdapat pada lengan
atas kiri, punggung tangan kanan dan kiri, tungai bawah kiri, dan punggung kaki
kanan dan kiri. Pasien juga merasakan bercak pada kulit tersebut cenderung kering
dan tidak berkeringat. Pasien mengatakan nyeri berkurang dengan menggunakan
obat, dan memberat jika pasien tidak minum obat. Pasien juga pernah diperiksa
pewarnaan Zhil Nelhson pada kulit lobus telinga pada tanggal 16 maret 2016
dengan hasil BI+1 dengan MI 50%. Dari Hasil pemeriksaan fisik didapatkan Pada
daerah dagu tampak adanya nodul eritematous berbatas tegas irreguler disertai
edema ukuran numular dan berbatas tegas susunan tersebar regional, pada daerah
lengan atas, punggung tangankanan dan kiri,punggung kaki kanan dan kiri, dan lutut,
tampak adanya Patch eritematous berbatas tegas irreguler ukuran plakat distribusi
Regional.
Tatalaksana yang diberikan pada pasien ini adalah terapi farmakologi sistemik
yaitu berupa MDT yang terdiri dari rifampisin, lamprene dan dapson.Pemberian
terapi ini sesuai dengan rekomendasi dari WHO yaitu terdapat tiga obat standar lini
pertama untuk pengobatan Morbus Hansen, rifampisin, clofazimin dan dapson yang
tersedia dalam bentuk rejimen multidrug therapy(MDT).Pemberian terapi harus
didasarkan pada tipe Morbus Hansen. Untuk Morbus Hansen tipe MB pada dewasa
diberikan rifampisin 600 mg/bulan, dapson 100 mg/hari, clofazimine 300 mg/bulan
dan 50 mg/hari. Pengobatan berlangsung selama 12 bulan.(14)
Rifampisin merupakan satunya-satunya obat yang terkandung dalam MDT
yang mempunyai efek bakterisidal terhadap M leprae, mekanisme kerja rifampisin
ialah dengan cara menghambat DNA-dependent RNA poyimerasesehingga
menghambat sintesis RNA. Rifampisin dapat menembus membran sel sehingga
sangat efektif dalam membunuh mikroorganisme intraseluler.Clofazimine
mempunyai efek bakteriostatik dan antiinflamasi. Mekanisme kerja clofazimine
belum sepenuhnya dipahami, namun diduga obat ini bekerja dengan cara
menghalangi fungsi template DNA, dengan meningkatkan sintesis enzim lisosom
dan meningkatkankan kapasitas fagositosis makrofag. Dapson memiliki sifat
bakteriostatik yang bekerjasecara kompetitif dalam menghambat enzim
dihydrofolate synthetasedan dihidrofolat reduktase, enzim ini merupakan enzim yang
sangat berperan penting dalam biosintesis asam folat bakteri M. Leprae. Basil akan
mati dalam waktu 3 sampai 6 hari, dan penyembuhan total lesi biasanya terjadi
sekitar 2 sampai 3 tahun.(18) Prognosis pasien ini adalah buruk. Sesuai dengan
teori, pasien yang sudah mengalami gangguan fungsi saraf cenderung bersifat
irreversible.(19)
Terdapat beberapa diagnosa banding dari Morbus Hansen antara lain, pitiriasis
versikolor, vitiligo dan pitiriasis alba. Gambaran klinis dari diagnosa banding
Morbus Hansen dapat dilihat pada tabel 3.1.
No Diagnosis Deskripsi Lesi Gambar
1 Morbus Hansen Patch eritematous berbatas
tegas irreguler ukuran
plakat jumlah multiple
susunan tersebar distribusi
regional .(2)
2. Lee DJ, Rea TH, Modlin RL. Leprosy. In: Fitzpatricks Dermatology in
General Medicine. McGraw-Hill Medical; 2012. p. 225363.
5. Da Silva SC, Bacha JT. Delayed diagnosis of leprosy and the potential role of
educational activities in Brazil . Lepr Rev . 2003;74 (0305-7518):24958.
8. James WD, Berger TG, Elston DM. Hansens Disease. In: Andrews Diseases
of the Skin Clinical Dermatology. 7th ed. Saunders Elsevier; 2011. p. 34252.
10. Alodeani EA, Izhari MA, Arshad M. Recent Developments in Leprosy. 2015;
(1).
13. Lastria JC. Leprosy: a review of laboratory and therapeutic aspects - Part 2.
2014;89(3):389401.
16. Birlea SA, Spritz RA, Norris DA. Vitiligo. In: Fitzpatricks Dermatology in
General Medicine. McGraw-Hill Medical; 2012. p. 792803.
17.Lapeere H, Bone B, Schepper S De, Verhaeghe E, Gele M Van, Ongenae K, et al.
Hypomelanoses and Hypermelanoses. In: Fitzpatricks Dermatology in
General Medicine. McGraw-Hill Medical; 2012. p. 80413.