Pembimbing:
Sulamsih Sri Budini
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kesempatan dan kesehatan bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas laporan
kasus ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah
SAW yang telah menerangi alam semesta dengan ilmu pengetahuan.
Tugas laporan kasus ini membahas mengenai Morbus Hansen Tipe BB
dengan Reaksi Tipe I dan merupakan salah satu tugas dalam menjalani
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala/Rumah Sakit Umum Daerah
dr.Zainoel Abidin Banda Aceh.
Penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada dr. Sulamsih Sri Budini, Sp.KK selaku pembimbing. Penulis menyadari
penuh bahwa pada laporan kasus ini masih terdapat banyak kekurangan baik dalam
hal penyajian, penulisan maupun materi. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapakan saran dan kritik yang membangun demi evaluasi dan pengembangan
dalam bidang penulisan dan ilmu pengetahuan.
Banda Aceh,Juni2016
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA
PENGANTAR
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
ii
DAFTAR
ISI
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
iii
DAFTAR
TABEL
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
iv
DAFTAR
GAMBAR
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
v
PENDAHULUAN....................................................................
1
LAPORAN
KASUS
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
2
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
Identitas
Pasien
2
Anamnesis
2
Pemeriksaan
Fisik
3
DiagnosisBanding
5
Pemeriksaan
Penunjang
5
Resume
5
Diagnosis
Klinis
6
Tatalaksana
6
Edukasi
6
Prognosis
7
ANALISA
KASUS....................................................................
8
DAFTAR
PUSTAKA
15
JURNAL
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
17
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
Resume
Jurnal
17
Kritisi
Jurnal
22
Kesimpulan
24
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel3.1.Diagnosa
Banding
Morbus
Hansen
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
10
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar
1.
Morbus
Hansen
Tipe
MB
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
10
Gambar
2.
Eritema
Nodosum.
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
11
Gambar
3.
Sarcoidosis.
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
11
Gambar
4.
Sistemik
Lupus
Eritematus
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
12
PENDAHULUAN
Morbus Hansen atau hansens disease merupakan penyakit infeksi kronik
pada kulit dan jaringan saraf perifer yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
Leprae. Penyakit Morbus Hansen adalah penyakit yang pertama kali diidentifikasi
pada abad ke-19 oleh Gerhard Henrik Armauer Hansen yaitu seorang dokter yang
berkebangsaan Newrogia. Terdapat tiga cardinal sign pada penyakit Morbus Hansen
yaitu bercak hipopigmentasi atau hiperpigmentasi yang kurang atau mati rasa
(hipoestesi atau anastesi), pembesaran saraf perifer dan pemeriksaan BTA (Basil
Tahan Asam) yang positif.(1)Beberapa faktor risiko dapat menjadi pencetus bagi
seseorang untuk terkena Morbus Hansen, diantaranya adalah lahir dan tinggal di
tempat yang endemik dengan kasus Morbus Hansen, salah seorang anggota keluarga
menderita Morbus Hansen.
Secara global, jumlah kasus kusta telah menurun dari 752.417 pada tahun
2000 menjadi 180.618 pada tahun 2013, dengan mayoritas kasus pada 2013 terjadi
pada kelompok berpenghasilan rendah dan menengah 71% , Asia, 15,5% , Amerika,
8,8% di Afrika, 3,3% di Pasifik Barat, dan 1,2% di Mediterania Timu .(2) World
Health Organization (WHO) melaporkan jumlah kasus Morbus Hansen di dunia
pada tahun 2009 mencapai 244.796 kasus baru. Berdasarkan data tersebut Asia
Tenggara merupakan kawasan yang memiliki kasus tertinggi, yaitu mencapai
166.115 kasus baru. Pada tahun 2010 kasus Morbus Hansen di dunia menurun
menjadi 211.903 kasus.(1)
Morbus Hansen masih menjadi penyakit yang menimbulkan stigma negatif
bagi masyarakat yang dapat menghambat strategi dalam hal pengontrolan kasus dan
juga pengobatan, sehingga masih menjadi permasalahan dalam dunia kesehatan bagi
beberapa negara di dunia.(3) Diagnosis yang lebih awal dan ketepatan terapi menjadi
prioritas
untuk
mengontrol
kasus,
memutuskan
transmisi
penularan
dan
menghilangkan beban berupa stigma sosial pada pasien penyakit Morbus Hansen.(4)
Keterlambatan dalam hal diagnosis dan pengobatan merupakan kasus yang paling
sering menyebabkan gangguan saraf hingga keadaan disabilitas yang permanen pada
pasien.(5)
Reaksi lepra merupakan suatu episode akut dalam perjalanan kronis penyakit
lepra yang disebabkan karena sistem kekebalan tubuh yang menyerang kuman M.
: Ny. S
Umur
: 22 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Suku
: Aceh
Agama
: Islam
Pekerjaan
Status Perkawinan
: Menikah
Alamat
: Pango Dayah
: JKN
Nomor CM
: 1-07-32-35
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Demam
Keluhan Tambahan
Bercak kemerahan
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan bercak kemerahan pada dagu yang timbul 7 hari
yang lalu
terasa nyeri dan terasa panas pada daerah dagu, kemudian bercak
dirasakan semakin lama semakin menebal dan semakin luas. Pada saat ini, bercak
sudah terdapat pada lengan atas kiri, punggung tangan kanan dan kiri, tungai bawah
kiri, dan punggung kaki kanan dan kiri. Pasien juga merasakan bercak pada kulit
tersebut cenderung kering dan tidak berkeringat. Pasien mengatakan nyeri berkurang
dengan menggunakan obat, dan memberat jika pasien tidak minum obat.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Tetapi
sekarang menderita Morbus Hansen.
Riwayat Penggunaan Obat
Deskripsi Lesi
Regio : Bracii, Dorsum manus dextra et sinistra, Cruris sinistra, dan Dorsum
Pedis Tampak adanya Pacth eritematous berbatas tegas irreguler ukuran plakat
distribusi Regional.
: (-/-)
N. Ulnaris dextra/sinistra
: (-/-)
: (-/-)
Pemeriksaan Sensitibilitas
Hasil:
Jari kelingking
: Kuat
Konfrontasi
: Kuat
Ibu jari
: Kuat
Kaki
DIAGNOSIS BANDING
1.
2.
3.
4.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Pewarnaan Zihl Nelhsen didapatkan BI +1 ,MI 50%
RESUME
Telah diperiksa perempuan usia 22 tahun yang datang ke klinik pasien datang
dengan keluhan bercak kemerahan pada dagu yang timbul 4 bulan yang lalu terasa
nyeri dan terasa panas pada daerah dagu, kemudian bercak dirasakan semakin lama
semakin menebal dan semakin luas. Pada saat ini, bercak sudah terdapat pada lengan
atas kiri, punggung tangan kanan dan kiri, tungai bawah kiri, dan punggung kaki
kanan dan kiri. Pasien juga merasakan bercak pada kulit tersebut cenderung kering
dan tidak berkeringat. Pasien mengatakan nyeri berkurang dengan menggunakan
obat, dan memberat jika pasien tidak minum obat. Pasien juga pernah diperiksa
pewarnaan Zhiel Neelson pada kulit lobus telinga pada tanggal 16 maret 2016
dengan hasil BI+1 dengan MI 50%. Dari Hasil pemeriksaan fisik didapatkan Pada
daerah dagu tampak adanya nodul eritematous berbatas tegas irreguler disertai
edema ukuran numular jumlah multiple susunan tersebar distribusi regional, pada
daerah lengan atas, punggung tangan kanan dan kiri,punggung kaki kanan dan kiri,
dan lutut, tampak adanya Patch eritematous berbatas tegas irreguler ukuran plakat
jumlah multiple susunan tersebar distribusi regional.
DIAGNOSIS KLINIS
Morbus Hansen tipe BB dengan Reaksi Tipe I
TATALAKSANA
a. Terapi MDT MB selama 12 bulan
Pengobatan bulanan: hari pertama
-
Lamprene 50 mg/hari
EDUKASI
-
saraf perifer.
Menjelaskan tata cara minum obat MDT MB dengan benar.
Menjelaskan tentang efek samping obat MDT yang berupa kencing berwarna
PROGNOSIS
Quo ad vitam
Quo ad fungtionam
Quo ad sanactionam
: Dubia ad bonam
: Dubia ad malam
: Dubia ad malam
ANALISA KASUS
Pasien perempuan usia 22 tahun yang datang ke klinik pasien datang dengan
keluhan bercak kemerahan pada dagu yang timbul 4 Bulan yang lalu terasa nyeri
dan terasa panas pada daerah dagu, kemudian bercak dirasakan semakin lama
semakin menebal dan semakin luas. Pada saat ini, bercak sudah terdapat pada lengan
atas kiri, punggung tangan kanan dan kiri, tungai bawah kiri, dan punggung kaki
kanan dan kiri. Pasien juga merasakan bercak pada kulit tersebut cenderung kering
dan tidak berkeringat. Pasien mengatakan nyeri berkurang dengan menggunakan
obat, dan memberat jika pasien tidak minum obat. Pasien juga pernah diperiksa
pewarnaan Zhil Nelhson
dengan hasil BI+1 dengan MI 50%. Dari Hasil pemeriksaan fisik didapatkan Pada
daerah dagu tampak adanya nodul eritematous berbatas tegas irreguler disertai
edema ukuran numular dan berbatas tegas susunan tersebar regional, pada daerah
lengan atas, punggung tangankanan dan kiri,punggung kaki kanan dan kiri, dan lutut,
tampak adanya Patch eritematous berbatas tegas irreguler ukuran plakat distribusi
Regional.
Pasien perempuan usia 22 tahun Berdasarkan teori, Morbus Hansen merupakan
penyakit yang endemik di negara berikilim tropis, terutama pada negara berkembang
dan negara dengan status sosioekonomi masyarakatnya di bawah rata-rata.Dari 105
negara yang merupakan negara yang termasuk negara endemik Morbus Hansen, Asia
Tenggara, Afrika dan Mediteania barat merupakan negara yang memiliki kasus
terbesar. Pada tahun 2011 kasus Morbus Hansen di seluruh dunia adalah sekitar
219.075 kasus dan pada awal 2012 berkurang menjadi 181.941 kasus. Angka
tersebut diperkirakan merupakan 34% kasus dari 10.000 penduduk.(7lastoria)
Morbus Hansen dapat terjadi pada semua umur. Pada daerah endemik, Morbus
Hansen lebih sering ditemukan pada pasien yang berusia dibawah 35 tahun.(8james
WD)
Penularan penyakit Morbus Hansen dapat terjadi melalui beberapa cara, yaitu
melalui bentuk droplet yang berasal dari pasien yang telah terinfeksi sebelumnya,
kontak langsung dengan anggota keluarga atau pasien yang terinfeksi Morbus
Hansen dalam waktu yang lama, genetik dan tinggal pada daerah atau lingkungan
yang endemik dengan Morbus Hansen.(9)
Pasien mengeluhkan timbul bercak kemerahan dan terasa nyeri dan panas
dimana gejala tersebut merupakan interupsi dengan episode akut pada perjalanan
penyakit ini sesuai dengan teori bahwa reaksi dapat timbul pada Morbus Hansen
Tipe BB seperti pada kasus ini.
Jumlah lesi yang terdapat pada pada pasien adalah sebanyak enam lesi.World
Health Organization (WHO) telah mengklasifikasikan Morbus Hansen menjadi dua
kelompok berdasarkan bakterial indeks (BI), yaitu tipe Paucibacillary apabila
jumlah BI kurang dari 2 dan Multibacillary apabila jumlah BI lebih atau sama
dengan 2. Kelompok Paucibacillary merupakan tipe Morbus Hansen dengan jumlah
lesi yang tampak berjumlah kurang dari sama dengan 5 lesi, sedangkan
Multibacillary adalah tipe Morbus Hansen dengan lesi yang tampak berjumlah lebih
dari 5 lesi.(7lastoria)(11margoles)
Ridley-Jopling mengklasifikasi Morbus Hansen berdasarkan gejala klinis dan
status imunologi pasien.Terdapat beberapa bentuk kalsifikasi Morbus Hansen, yaitu
tipe tuberculoid (TT) yang mrupakan bentuk yang memiliki resistensi yang paling
tinggi dan bentuk lepromatous leprosy (LL) merupakan bentuk dengan resistensi
paling rendah. Kemudian juga terdapat tipe borderline yang terdiri dari Borderline
Tuberculoid (BT), Borderline-Borderline (BB) dan Borderline Lepromatous (BL).(1)
(7)(11) Tipe Morbus Hansen yang termasuk ke dalam Paucibacillary adalah TT dan
BT, sedangkan yang termasuk ke dalam tipe MB adalah, BB, BL dan LL.(7)(11)
Pada Morbus Hansen dengan tipe lesi tuberculoid leprosy (TT), lesi yang
terjadi berupa lesi tunggal atau berjumlah minimal dikarenakan sistem imun yang
masih baik.Selain itu, gambaran lesi yang terjadi juga bersifat asimetris.Lesi dapat
berupa plak eritema dengan peninggian pada pinggir lesi dan disertai dengan
hipokromik pada pusat lesi. Lesi dapat menunjukan manifestasi berupa alopesia dan
anhidrosis.(2)Borderline Tuberculoid (BT) menunjukan lesi yang hampir sama
dengan tuberculoid leprosy (TT) .Lesi pada BT berupa plak dan juga papul dengan
konfigurasi yang berbentuk anular dan memiliki pinggir yang tegas. Perbedaan Lesi
antara Morbus Hansen tipe TT dan BT adalah pada BT ditemukan lesi yang lebih
kecil, lesi lebih banyak dan bisa disertai adanya konfigurasi berupa lesi satelit
disamping numular.(8)(2)
Index(BI)
basil
tahan
asam
(BTA)
dengan
menggunakan
mikroskop.Sampel diambil dari lobus telinga dan lesi pada kulit. Mofological Index
(MI) ditentukan untuk melihat apakah kuman Mycobacterium Lepraemasih viable
atau tidak. BTA yang berbentuk basil utuh merupakan kuman yang masih hidup atau
viable dan didapat pada kasus Morbus Hansen sebelum masa pengobatan dan kasus
kambuh. BTA yang berbentuk fragmen atau granular merupakan BTA yang dianggap
sudah mati atau yang sudah tidak viable lagi.Pemeriksaan BI digunakan untuk
menentukan jumlah BTA secara kuantitatif dengan skala 0 sampai dengan
6.Pemeriksaan BTA mudah didapatkan hasil positif pada kasus MB sehingga dapat
membantu diagnosis. Sementara pada kasus PB pemeriksaan BTA biasanya
didapatkan hasil negatif.(13) Pada pasien ini tidak dilakukan, pemeriksaan
penunjang karena pada pasien sudah ditemukan satu dari tiga Cardinal Sign sehingga
diagnosa Morbus Hansen sudah dapat ditegakkan.
Tatalaksana yang diberikan pada pasien ini adalah terapi farmakologi sistemik
yaitu berupa MDT yang terdiri dari rifampisin, lamprene dan dapson.Pemberian
terapi ini sesuai dengan rekomendasi dari WHO yaitu terdapat tiga obat standar lini
pertama untuk pengobatan Morbus Hansen, rifampisin, clofazimin dan dapson yang
tersedia dalam bentuk rejimen multidrug therapy(MDT).Pemberian terapi harus
didasarkan pada tipe Morbus Hansen. Untuk Morbus Hansen tipe MB pada dewasa
diberikan rifampisin 600 mg/bulan, dapson 100 mg/hari, clofazimine 300 mg/bulan
dan 50 mg/hari. Pengobatan berlangsung selama 12 bulan.(14)
Rifampisin merupakan satunya-satunya obat yang terkandung dalam MDT
yang mempunyai efek bakterisidal terhadap M leprae, mekanisme kerja rifampisin
ialah dengan cara menghambat DNA-dependent RNA poyimerasesehingga
menghambat sintesis RNA. Rifampisin dapat menembus membran sel sehingga
sangat
efektif
dalam
membunuh
mikroorganisme
intraseluler.Clofazimine
yang
bekerjasecara
kompetitif
dalam
menghambat
enzim
mati dalam waktu 3 sampai 6 hari, dan penyembuhan total lesi biasanya terjadi
sekitar 2 sampai 3 tahun.(18) Prognosis pasien ini adalah buruk. Sesuai dengan
teori, pasien yang sudah mengalami gangguan fungsi saraf cenderung bersifat
irreversible.(19)
Terdapat beberapa diagnosa banding dari Morbus Hansen antara lain, pitiriasis
versikolor, vitiligo dan pitiriasis alba. Gambaran klinis dari diagnosa banding
Morbus Hansen dapat dilihat pada tabel 3.1.
No
1
Diagnosis
Morbus Hansen
Deskripsi Lesi
Patch eritematous berbatas
tegas
irreguler
plakat
Gambar
ukuran
jumlah multiple
Eritema Nodosum
Lesi
berupa
nodul
hangat
berupa
bisa
plak.
juga
Pedileksi
pada
lengan
pada
wajah
(Craft)
Sarcoidosis
eritomatou-
hiperpigmentasi
predileksi
berupa
eritema
dan
demam.
Sistemik Lupus
(Marchel)
lesi kulit berbentuk bulat
Eritematus
bagian
Gambar 3. Sarcoidosis
tengah
atau
tidak
terdapat
nyeri
yang
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
Lee DJ, Rea TH, Modlin RL. Leprosy. In: Fitzpatricks Dermatology in
General Medicine. McGraw-Hill Medical; 2012. p. 225363.
3.
4.
5.
Da Silva SC, Bacha JT. Delayed diagnosis of leprosy and the potential role of
educational activities in Brazil . Lepr Rev . 2003;74 (0305-7518):24958.
6.
7.
8.
James WD, Berger TG, Elston DM. Hansens Disease. In: Andrews Diseases
of the Skin Clinical Dermatology. 7th ed. Saunders Elsevier; 2011. p. 34252.
9.
10.
Clinical
and
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Birlea SA, Spritz RA, Norris DA. Vitiligo. In: Fitzpatricks Dermatology in
General Medicine. McGraw-Hill Medical; 2012. p. 792803.
19.