Anda di halaman 1dari 30

Ptosis Total Dengan

Pseudotumor
Pembimbing
dr. Eva Imelda, M.Ked ( OPH ), Sp. M

BAB I
Pendahuluan
Ptosis merupakan dimana kelopak mata atas tidak dapat diangkat atau terbuka sehingga
celah kelopak mata menjadi lebih kecil dibandingkan dengan keadaan normal.
Keadaan ini terutama terjadi akibat tidak baiknya fungsi m. levator palpebra,
lumpuhnya saraf ke III untuk levator palpebra atau dapat pula terjadi akibat jaringan
penyokong bola mata yang tidak sempurna, sehingga bola mata tertarik ke belakang
atau enoftalmos. Penyebab ptosis adalah kelainan kongegital, miogenik dan neurogenik.
Ptosis juga dapat terjadi pada miastenia gravis pada satu mata atau kedua mata .

Pendahuluan
Epidemiologi
Sampai saat ini insiden ptosis belum pernah dilaporkan.
Ptosis kongegital dapat mengenai seluruh ras, angka
kejadian ptosis sama antara pria dan wanita. Ptosis
kongegital biasanya tampak segera setelah lahir maupun
pada tahun pertama kelahiran.

Anatomi Palpebra

5.

1.3 Klasifikasi
Berdasarkan kejadiannya, ptosis dibagi atas :
1.Kongegital
Unilateral : Kegagalan perkembangan inervasi abnormal otot levator
palpebra. Bila cukup berat dapat menyebabkan ambliopia
dan harus segera ditangani. Dengan pembedahan. Dapat
menyertai Marcus Gunn Syndrome ( kelainan nervus. III
dan nervus V ), dimana kontraksi m.levator palpebra terja
di bila rahang membuka ke samping pada sisi yang berlawa
nan.
Bilateral : infabtile miastema gravis atau anak dari ibu yang menderita
MG.
Ptosis menyertai Sturge Weber, Von Recklinghausen syndrome dan
Alkohol fetal syndrome.

1.Didapat
Terkait dengan penyakit muskular, kelainan neurologis, faktor mekanik.
Pada beberapa kasus memerlukan penanganan secepatnya.
Miastenia Gravis
Paralisis N.III akibat trauma, tumor, degenerative CNS disease, lesi vaskuler.
Distrofi miotonik.
Tumor, trauma, jaringan sikatrik pada palpebra.
Horner syndrome ( ptosis, miosis dan dehidrosis ipsilateral).

Etiologi
Penyebab Alami
Otot otot yang memungkinkan kelopak mata untuk
bergerak keatas dan kebawah disebut otot levator. Otot ini
dapat melemah karena pengaruh usia atau cedera
sehingga ptosis paling umum terjadi pada orang dewasa
yang lebih tua. Selain itu, beberapa orang mungkin
dilahirkan dengan otot mata yang lemah dibandingkan
kebanyakan orang normal sehingga mereka dapat
mengalami ptosis pada usia muda
.

Kondisi Medis
Apabila ptosis terjadi bilateral, bias menjadi tanda adanya
kondisi medis yang mendasari, seperti diabetes atau
miastenia gravis. Ptosis yang terjadi unilateral mungkin
disebabkan oleh cedera saraf atau hanya peradangan dan
pembengkakan pada kelopak mata yang biasanya tidak
berbahaya. Operasi LASIK atau operasi katarak kadang
dapat menimbulkan ptosis, sebagai akibat dari adanya otot
atau tendon yang diregangkan.

PENDAHULUAN
Kondisi Serius
Pada beberapa kasus dapat disebabkan oleh
kondisi yang lebih serius seperti stroke, tumor
otak, atau kanker dari saraf atau otot.

Patofisiologi

Perubahan tekanan intraocular terjadi distrofi otot levator sehingga fungsinya tidak
normal ( tidak mampu mengangkat palpebra superior. Dapat juga terjadi kelemahan
pada m. rectus superior. Fungsi levator yang buruk. Ptosisnya lebih berat disertai
telechantus, lipat epichantus dan ektropion sikatrik palpebra inferior. Penyakit
neuromuscular herediter yang dimulai dari pertengahan kehidupan. Semua otot
ektraokuler terkena termasuk levator dan otot ekpresi muka memanifestasika ptosis
dan diplopia. Biasanya terjadi pada kehidupan lanjut karena disinsersi parsial atau
putusnya aponeurosis levator dari tarsus. Dapat diakibatkan oleh trauma atau pasca
operasi katarak. Lumpuhnya N. Okulomotorikus yang mempersarafi m.levator akibat
pengangkatan palpebra tidak sempurna. Dapat diakibatkan oleh trauma atau kelainan
dari lahir. Palpebra superior terhalang membuka sempurna karena ada massa seperti
neoplasma atau efek tambatan pembentukan parut. Pemendekan horizontal palpebra
superior merupakan penyebab umum dari ptosis mekanik.

PENDAHULUAN
Manifestasi Klinik
Pemeriksaan Fisik
Tidak dapat membuka sempurnanya palpebra superior
Bila unilateral dan mengenai bayi, dapat terjadi ambliopia kalau
tidak ditatalaksanakan dengan cepat
Kesulitan membuka mata dengan normal
Peningkatan produksi air mata

Pemeriksaan Penunjang
Palpebra Fissure Height
Jarak ini diukur pada posisi celah terlebar antara kelopak bawah dan
kelopak atas pada saat pasien melihat benda jauh dengan pandangan
primer. Fissura pada palpebra diukur pada posisi utama ( orang dewasa
biasanya 10-12 mm dengan kelopak mata teratas menutup 1 mm limbus).
Jika ptosis unilateral, pemeriksa harus membedakan dengan artifak
strabismus vertikal (hipotropia) atau retraksi kelopak mata kontralateral.
Kelopak mata harus dieversi untuk menyingkirkan penyebab lokal ptosis
misalnya konjungtivitis papilar raksasa. Jika ptosis asimetris, khususnya
bila kelopak mata atas mengalami retraksi dokter harus secara manual
mengangkat kelopak yang ptosis untuk melihat jika terjadi jatuhnya
kelopak atas pada mata lain.

Margin Reflek Distance


Jarak ini merupakan jarak tepi kelopak mata dengan reflek
cahaya kornea pada posisi primer, normalnya 4 mm. Reflek
cahaya dapat terhalang pada kelopak mata pada kasus ptosis
berat dimana nilainya nol atau negatif. Bila pasien mengeluh
terganggu pada saat membaca maka jarak reflek tepi juga harus
diperiksa
Upper Lid Crease
Jarak dari lipatan kelopak atas dengan tepi kelopak diukur.
Lipatan kelopak atas sering dangkal atau tidak ada pada pasien
dengan ptosis kongegital
.

PENDAHULUAN
Prosedur Diagnostik
Diagnosis ptosis tidak sulit untuk ditegakkan.
Berdasarkan pada anamesa dan pemeriksaan yang tepat
maka selain diagnosis, juga dapat diketahui causa dari
ptosis dan derajat beratnya ptosis sehingga dapat
ditentukan tindakan dan penanganan yang tepat.

Penatalaksanaan
Apabila ptosisnya ringan, tidak didapati kelainan kosmetik dan tidak
terdapat kelainan visual seperti ambliopia, strabismus dan defek lapang
pandang, lebih baik dibiarkan saja dan tetap diobservasi.
Penanganan ptosis pada umumnya adalah pembedahan. Pada anak
anak dengan ptosis tidak memerlukan pembedahan secepatnya namun
perlu tetap diobsevasi secara periodik untuk mencegah untuk terjadinya
ambliopia, pembedahan dapat direncanakan secepatnya. Namun jika hanya
untuk memperbaiki kosmetik akibat ptosis pada anak, maka pembedahan
dapat ditunda hingga anak berumur 3 4 tahun.

PENDAHULUAN
Prognosis
Prognosis tergantung pada tingkat ptosisnya dan etiologinya
Ptosis kongegital tipe mild dan moderate dapat mengalami perbaikan
seiring dengan waktu tanpa komplikasi yang berat.
Ptosis yang menyebabkan ambliopia membutuhkan terapi patching.
Ptosis kongegital yang menyebabkan hambatan penglihatan sebaiknya
segera ditangani dengan pembedahan.

BAB II
Laporan Kasus
1.1 Identitas Pasien

Nama : Ny. KH
Tanggal Lahir/Umur

: 01 Desember 1949/67 Tahun

Alamat : Gampong Kuta Trieng, Meuredu


Pendidikan : SMA
Pekerjaan

: Pengusaha

Agama : Islam
Status Pernikahan : Janda
RM

: 1109015

Tanggal Masuk RS

: 18/11/2106

Laporan Kasus
1.2 Status Generisata
Anammesa

: Pasien datang dengan keluhan mata bengkak


dikedua bola mata, keluhan dirasakan sejak dua
bulan sebelum masuk ke rumah sakit. Pasien
merupakan rujukan dari RSUD kota meuredu.

LAPORAN KASUS
. Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien tidak mengeluhkan ada penyakit dahulu.
Riwayat Penyakit Keluarga ; Pasien tidak megeluhkan ada penyakit keluarga.
Tanda Vital : Tekanan Darah : 110/90 mmhg
Nadi

: 84 x/mnt

Frekuensi Napas : 19x/mnt


Suhu : 36,5 C

1.3 Status Opthalmica


Okular Dextra
VOD = 5/30

Okular Sinistra
VOS=5/30

KETERANGAN ( OD )
Sempit
Udem(+), Hiperemis (+)
Udem(+),Hiperemis(+)
Anemis(-),Pupil(-)
Anemis(-),Ektropion(-)
Inf. Conjungtiva (+),
Inf. Siliar (+)
Arcus Senilis (+)
Isokor 3 mm, RCL (+),
RCTL (+)
Jernih

KOMPONEN
Lapangan Pandang
Palpebra Superior
Palpebra Inferior
Konj.Tarsal Superior
Konj. Tarsal Inferior
Konj. Bulbi
Kornea
Pupil/Iris
Lensa

KETERANGAN ( OS )
Sempit
Udem(+), Hiperemis(+)
Udem(+),Hiperemis(+)
Anemis(-),Pupil(-)
Anemis(-),Ektropion(-)
Inf. Conjungtiva (+),
Inf. Siliat (+)
Arcus Senilis (+)
Isokor (+), 3 mm, RCL,(+),
RCTL (+)
Jernih

Hasil Pemeriksaan
Foto CT Scan Orbita Media Kontras

Gambar 1 : Foto CT Scan Orbita Media Kontras


Kesimpulan : Penebalan dari rectus superior muscle, lateral palpebra muscle
kanan dan kiri kesan pseudotumor.

LAPOR N KASUS

1.5 Pemeriksaan Penunjang


Slit Lamp
Tonometer
Oftalmoskop
Perimeter

1.7 Diagnosis
Ptosis total dengan pseudotumor
1.8 Penatalaksanaan
Non Medikamentosa
Penggunaan kacamata sunrises yang dapat menahan kelopak mata atas.
Perawatan ini seringkali efektif ketika kelopak mata terkulai hanya
sementara.
Kompres dingin ditujukan untuk menghindari sumber alergen. Kompres
dingin diberikan untuk membantu mengatasi gatal gatal.
Medikamentosa
Prednisolon titrasi aquades inj. 125 mg/12 jam
Rencana Biopsi Sel

1.9 Hasil Pemeriksaan Ruangan Dokter Mata


Pemeriksaan I : 20/11/2016
S: Benjolan di kedua kelopak mata, dispepsia (+)
O: Td = 110/90 mmhg
N = 84x/mnt
RR = 21x/mnt
T= 36,5C
Dispepsia (+)
A: Ptosis Total Dengan Pseudotumor
P: Prednisolon titrasi aquades inj 125 mg/12 j\
Ranitidine Inj 1 amp/10 j

Pemeriksaan II : 21/11/2016
S: Benjolan di kedua kelopak mata, dispepsia (+), nyeri kepala (+)
O: TD= 160/130 mmhg
N= 78 x/mnt
RR= 16/mnt
T = 36,1 C
Dispepsia (+), Nyeri Kepala (+)
A: Ptosis Total Dengan Pseudotumor
P: Konsul Bagian Kardiologi
Prednisolon titrasi aquades Inj 125 mg/12 j
Pemeriksaan III : 22/11/2016
S: Benjolan dikedua bola mata sudah mengecil, nyeri tekan (-), massa lunak (+)
Merah kehijauan (-), nyeri kepala (+)
O: TD = 130/100 mmhg
N = 84x/mnt
RR = 19x/mnt
T= 36,1C
Nyeri kepala (+)
A: Ptosis Total Dengan Pseudomembran
P: Metilprednisolon titrasi aquades 125 mg/12 j
Tramadol 3x500 mg tab

Analisa Kasus

1.8 Prognosis
Quo Ad Vitam
Quo Ad Functionam
Quo Ad Sanactionam

: Dubia Ad Bonam
: Dubia Ad Bonam
: Dubia Ad Bonam

Hubungan Kasus Teori

ANALISA KASUS

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai