Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Liken simpleks kronik adalah peradangan kulit kronis, gatal, sirkumskrip, dan khas

ditandai dengan likenifikasi. Keluhan dan gejala dapat mucul dalam waktu hitungan

minggu sampai bertahun-tahun. Liken simpleks kronik merupakan penyakit yang sering

ditemui pada masyarakat umum terutama pada usia dewasa, puncak insidennya antara

30-50 tahun.1,2,3 Keluhan utama yang dirasakan pasien dapat berupa gatal dan seringkali

bersifat paroksismal. Gatal biasanya dikatakan lebih parah pada saat periode dimana

pasien tidak ada aktivitas, seperti pada waktu tidur dan pada saat malam sehingga

mempengaruhi kualitas tidur pasien. Liken simpleks kronik memiliki gambaran yang

khas dibanding penyakit lain. Lesi pada liken simpleks kronis dapat terinfeksi secara

sekunder akibat ekskoriasi yang terjadi akibat garukan.2,3 Liken simpleks kronik

merupakan penyakit yang sering berulang. Patogenesis terjadinya liken simpleks kronik

belum dapat dijelaskan secara pasti. Liken simpleks kronik dapat juga terjadi akibat

komplikasi dari penyakit lain, namun kebanyakan terjadi akibat adanya faktor pencetus

stres.4 Pada laporan kasus ini akan dibahas mengenai bagaimana cara menegakkan

diagnosis liken simpleks kronik. Dengan demikian diharapkan dapat menjadi sumber

informasi mengenai liken simpleks kronik dan dijadikan bahan pembelajaran

selanjutnya.
BAB II

LAPORAN KASUS

Identitas Pasien

Nama : Tn. P

Umur : 40 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Desa Nusa Makmur

Pekerjaan : Petani

Kunjungan Rawat Jalan : 26 April 2012

Pemeriksaan : 26 April 2012

Keluhan Utama :

Bercak kehitaman yang menebal disertai rasa gatal di kedua punggung kaki sejak 1 bulan

yang lalu.

Riwayat Perjalanan Penyakit:

Tn.P datang ke RSU Kabanjahe dengan keluhan bercak kehitaman yang menebal disertai rasa

gatal di kedua punggung kaki sejak 1 bulan yang lalu. 1 bulan yang lalu pasien merasakan

gatal pada kedua punggung kakinya dan timbul bintil-bintil berisi cairan berwarna putih.

Pasien sering menggaruknya sehingga bintil-bintilnya pecah dan menimbulkan luka. Kulit

yang luka menjadi terasa kering dan menebal. Rasa gatal muncul saat pasien sedang banyak

pikiran dan stres. Pasien pernah mengalami penyakit yang sama 3 tahun yang lalu. Keluhan

pertama yang dirasakan pasien adalah terdapat bintil-bintil kemerahan dan gatal di kedua

punggung kaki. Gatal dirasakan sering kambuh, lebih sering jika pasien sedang beristirahat,

jika terasa sangat gatal pasien menggaruknya. Pasien sebelumnya pernah datang berobat ke

poliklinik kulit dan kelamin RSK dr. A. Rivai Abdullah dan diberi obat makan dan obat salep
tapi pasien lupa namanya, namun pasien hanya satu kali berobat dan tidak pernah kontrol

lagi. Lama kelamaan pasien merasakan kulit di kedua punggung kakinya semakin lama

semakin menebal dan kehitaman.

Gatal tidak bertambah pada saat pasien berkeringat. Gatal tidak menyebar ke tempat lain

khususnya di daerah lipatan-lipatan kulit. Tidak ada riwayat gatal setelah mengkonsumsi

makanan tertentu. Tidak ada riwayat digigit serangga.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pernah mengalami keluhan seperti ini.

Tidak ada riwayat penyakit ginjal, hati atau diabetes.

Tidak ada riwayat asma, rinitis alergi.

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang serupa seperti pasien

Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis


Tanda Vital : Tekanan darah :130/80 mmHg

RR : 26 kali / menit.

Nadi : 90 kali / menit.

Temperatur : 36,5C

Tinggi badan : 158 cm

Berat badan : 50 kg

Status gizi : IMT = BB/(TB)2 = 20 ( baik)

Kepala

Mata : anemis (-), sklera ikterik (-)

Hidung : NCH (-), sekret (-)

Telinga : nyeri tekan tragus (-)

Mulut : sianosis (-)

Tenggorokan : pembesaran tonsil (-)

Leher : pembesaran KGB (-)

Dada

Inspeksi : simetris, retraksi interkostal (-)

Palpasi : stem fremitus (-), iktus kordis tidak teraba

Perkusi : batas jantung dan paru normal, sonor

Auskultasi : vesikular, murmur (-), wheezing (-)


Abdomen

Inspeksi : datar

Palpasi : nyeri tekan (-), hepar dan lien sukar teraba

Perkusi : timpani

Auskultasi : bising usus normal

Ekstremitas : tidak ada kelainan.

Kelenjar getah bening : tidak ada pembesaran.

Kulit : lihat status dermatologikus

Status Dermatologikus

Lokasi : Regio dorsum pedis dextra dan sinistra

Efloresensi : ada lesi hiperpigmentasi ukuran plakat, batas tidak tegas, pada
permukaan dijumpai erosi ukuran lentikular, multiple, sekitarnya dijumpai krusta berwarna
hitam tidak mudah lepas, dijumpai skuama berwarna putih, halus, tidak berlapis-lapis, dan
likenifikasi ukurannya plakat, batas tidak tegas.

Gambar 2.1.

Resume :

Tn. P, seorang laki-laki 40 tahun bekerja sebagai petani datang ke RSU Kabanjahe dengan

keluhan bercak kehitaman yang menebal disertai rasa gatal di kedua punggung kaki sejak 1

bulan yang lalu. Pasien merasakan gatal pada kedua punggung kakinya dan timbul bintil-
bintil berisi cairan berwarna putih. Pasien sering menggaruknya sehingga bintil-bintilnya

pecah dan menimbulkan luka. Kulit yang luka menjadi terasa kering dan menebal. Rasa gatal

muncul saat pasien sedang banyak pikiran dan stres. Pasien pernah mengalami penyakit yang

sama 3 tahun yang lalu. Keluhan pertama yang dirasakan pasien adalah terdapat bintil-bintil

kemerahan dan gatal di kedua punggung kaki. Gatal dirasakan sering kambuh, lebih sering

jika pasien sedang beristirahat, jika terasa sangat gatal pasien menggaruknya. Pasien

sebelumnya pernah datang berobat ke poliklinik kulit dan kelamin RSK dr. A. Rivai

Abdullah dan diberi obat makan dan obat salep tapi pasien lupa namanya, namun pasien

hanya satu kali berobat dan tidak pernah kontrol lagi. Lama kelamaan pasien merasakan kulit

di kedua punggung kakinya semakin lama semakin menebal dan kehitaman. Pada

pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan. Pada status dermatologis ditemukan plak

hiperpigmentasi, multiple, bentuk tidak beraturan, batas tidak tegas, terdapat erosi, krusta,

likenifikasi dan ditutupi skuama halus.

Diagnosa Banding :

1. Liken simpleks kronik

2. Psoriasis

3. Dermatitis Atopik

Pemeriksaan penunjang : Tes fenomena koebner dan tes auspitz sign

Pemeriksaan anjuran : Pemeriksaan dermatopathology

Diagnosa Kerja : Liken simpleks kronik


Penatalaksanaan

Umum :

a. Menghindari faktor pencetus, seperti menghindari faktor stres.

b. Mengurangi menggaruk daerah gatal tersebut karena akan menimbulkan perlukaan.

c. Makan obat secara teratur.

d. Kontrol ke dokter teratur.

Khusus :

1. Sistemik

Antihistamin

2. Topikal

- Kortikosteroid dengan potensi tinggi seperti Clobetassol Propionat 0,05%

- Preparat tar : LCD 5%

- Asam salisil 3%

- Emolien 10%
Prognosis

Quo ad vitam : dubia ad bonam

Quo ad fungsionam: dubia ad bonam

Quo ad sanationam : dubia

Quo ad kosmeticam : dubia


BAB III

PEMBAHASAN

Liken simpleks kronik adalah peradangan kulit kronis, gatal, sirkumskrip, dan khas

ditandai dengan likenifikasi. Likenifikasi merupakan pola yang terbentuk dari respon

kutaneus akibat garukan dan gosokan yang berulang dalam waktu yang cukup lama.

Likenifikasi timbul secara sekunder dan secara histology memiliki karakteristik berupa

akantosis dan hiperkeratosis, dan secara klinis tampak berupa penebalan kulit, dengan

peningkatan garis permukaan kulit pada daerah yang terkena sehingga tampak seperti kulit

batang kayu.

Pada kasus ini pasien Tn. P berusia 40 tahun, dengan keluhan adanya bercak

kehitaman yang menebal dan terasa gatal di kedua punggung kaki sejak 1 bulan yang lalu.

Keluhan tersebut disertai rasa gatal dan timbul apabila pasien mengalami stres. Diagnosis

liken simpleks kronik pada pasien ini didasarkan pada anamnesis dan status dermatologikus.
Anamnesis

Fakta Teori

- Keluhan bercak kehitaman yang menebal - Keluhan utama yang dirasakan pasien dapat

disertai rasa gatal di kedua punggung kaki berupa gatal dan sering kali bersifat

- Gatal dirasakan kumat-kumatan lebih sering paroxismal. Lesi kulit yang mengalami

jika pasien sedang beristirahat, sekali kumat likenifikasi umumnya akan dirasakan sangat

akan terasa sangat gatal sehingga pasien nyaman bila digaruk sehingga terkadang

menggaruknya. Rasa gatal muncul saat pasien secara refleks menggaruk dan menjadi

pasien sedang banyak pikiran dan stres. kebiasaan yang tidak disadari

- Lesi hanya terdapat pada kedua punggung - Etiologi pasti neurodermatitis sirkumskripta

kaki belum diketahui, namun diduga pruritus

memainkan peranan karena pruritus berasal

dari pelepasan mediator atau aktivitas enzim

proteolitik. Disebutkan juga bahwa garukan

dan gosokan mungkin respon terhadap stres

emosional

- Area predileksi liken simpleks kronik antara

lain berada ditengkuk, occiput (liken

Simpleks Nuchea), sisi leher, tungkai bawah,

pergelangan kaki dan punggung kaki, skalp,

paha bagian medial, lengan bagian ekstensor,

skrotum dan vulva, juga diatas alis atau

kelopak mata dan periauricle


Pada anamnesis pasien ini didapatkan adanya rasa gatal yang dialami besifat terus-

menerus dan dialami setelah ada faktor stres, dirasakan di daerah punggung kaki.

Berdasarkan teori, anamnesis di atas adalah sesuai untuk mendukung ke arah diagnosis liken

simpleks kronik.

Status Dermatologikus

Fakta Teori 5,6

- Pada regio dorsum pedis sinistra dan dextra - Pada stadium awal kelainan kulit yang

terdapat plak hiperpigmentasi, multiple, terjadi dapat berupa eritem dan edema atau

berbatas tidak tegas, bentuk tidak beraturan, kelompok papul, selanjutnya karena garukan

ditutupi oleh skuama halus, terdapat erosi, berulang, bagian tengah menebal, kering dan

krusta dan likenifikasi berskuama serta pinggirnya hiperpigmentasi.

Ukuran lesi lentikular sampai plakat, bentuk

umum lonjong atau tidak beraturan.

Kemudian lesi juga dapat berupa plak solid

dengan likenifikasi, seringkali disertai papul

kecil di tepi lesi, dan berskuama tipis. Kulit

yang mengalami likenifikasi teraba menebal,

dengan garis-garis kulit yang tegas dan

meninggi, serta dapat pula disertai

ekskoriasis. Warna lesi biasanya merah tua,

kemudian menjadi coklat atau

hiperpigmentasi hitam. Distribusi lesi

biasanya tunggal.
Pada status dermatologikus terdapat plak hiperpigmentasi berbatas tidak tegas ditutupi

oleh skuama sedang, dan terdapat likenifikasi. Lesi kulit terbatas pada daerah punggung kaki.

Keadaan di atas sesuai dengan teori yang ada.

Pemeriksaan Penunjang

Fakta Teori1,2

- Tes auspitz sign dan fenomena koebner - Pemeriksaan Auspitz sign dan fenomena

Koebner. Fenomena Koebner atau goresan

lilin adalah skuama yang berubah warnanya

menjadi putih pada goresan, seperti lilin yang

digores. Pada fenomena Auspitz, setelah

skuama habis dikerok dilakukan pengerokan

perlahan hingga tampak serum atau darah

berbintik yang disebabkan oleh

papilomatosis. Hal ini dilakukan untuk

menyingkirkan diagnosis banding psoriasis

- Pemeriksaan dermatophatology dapat

memberikan gambaran yang bervariasi

mengenai derajat hiperkeratosis dengan

paraorthokeratosis dan orthokeratosis, serta

psoriasiform epidermal hiperplasia.

Kebutuhan untuk dilakukannya pemeriksaan tambahan sangat bergantung pada

kondisi masing-masing pasien berdasarkan riwayat perjalanan penyakitnya, penyakit

penyerta, dan komplikasi yang mungkin berkaitan.


Diagnosis Banding

Liken simplek Psoriasis1,2 Dermatitis atopik1,4

kronik1,2,3

Definisi Peradangan kulit Penyakit autoimun Peradangan kulit

kronis, gatal, bersifat kronik dan kronis residif disertai

sirkumskrip, dan residif, ditandai gatal, sering

khas ditandai dengan adanya berhubungan dengan

likenifikasi. hiperproliferatif kulit peningkatan kadar

IgE dalam serum dan

riwayat atopi pada

penderita atau

keluarganya.

Anamnesis Keluhan dan gejala Gatal ringan, hampir Gatal- gatal, gelisah

dapat mucul dalam di seluruh tubuh, sampai tidak bisa

waktu hitungan pada lesi yang kronik tidur,sering kambuh,

minggu sampai dapat menetap tidak dan terdapat riwayat

bertahun-tahun. berubah selama atopik

Keluhan utama berbulan-bulan

berupa gatal dan bahkan

seringkali bersifat bertahuntahun. Pada

paroxismal. Lesi lesi yang akut dapat

kulit sangat nyaman timbul lesilesi baru

bila digaruk yang mendadak


dalam jangka waktu

beberapa hari.

Etiologi belum diketahui, Autoimun ada warisan genetik

namun diduga dari orang tua dan

pruritus memainkan dipicu faktor

peranan central. lingkungan, cuaca,

makanan, maupun

psikologis (emosi,

stres)

Lesi Pada stadium awal Plak eritema dengan Lesi bersifat kronik

kelainan kulit yang skuama berlapis- dengan likenifikasi,

terjadi dapat berupa lapis, kasar dan skuama, hipo dan

eritem dan edema berwarna putih hiperpigmentasi

atau kelompok papul, seperti mika serta Akibat garukan dapat

selanjutnya karena transparan. Ukuran timbul erosi,

garukan berulang, lentikular, nummular, ekskoriasi, krusta,

bagian tengah plakat, dan dan likenifikasi

menebal, kering dan berkonfluensi. Dapat

berskuama serta dilakukan

pinggirnya pemeriksaan goresan

hiperpigmentasi. lilin dan auspitz sign

Ukuran lesi lentikular

sampai plakat,

bentuk umum
lonjong atau tidak

beraturan. lesi juga

dapat berupa plak

solid dengan

likenifikasi, disertai

papul kecil di tepi

lesi, dan berskuama

tipis.

Predileksi Tungkai bawah, Scalp, perbatasan Pada bayi lesi kulit

pergelangan kaki dan daerah tersebut tampak pada wajah

punggung kaki, dengan muka, dan bokong. Pada

skalp, paha bagian ekstremitas bagian anak atau dewasa lesi

medial, lengan ekstensor terutama tampak muncul di

bagian ekstensor, siku serta lutut, dan kaki, tangan,

skrotum dan vulva, daerah lumbosacral. belakang lutut, dan

juga diatas alis atau lipat siku

kelopak mata dan

periauricle

Pemeriksaan hiperkeratosis Pada stratum Akantosis ringan,

Histopatologi dengan spinosum tampak hiperplasia

paraorthokeratosis kelompok leukosit psoriasiform,

dan orthokeratosis, yang disebut abses parakeratosis.


serta psoriasiform munro. Terdapat Mitosis keratinosit,

epidermal parakeratosis, fibroblas, dan sel

hiperplasia. Rete akantosis, endotelial meningkat

redges memanjang papilomatosis,

dan melebar vasodilatasi di

subepidermis.

Penatalaksanaan

Fakta Teori 7,8

1. Umum Umum

- Menghindari faktor pencetus, seperti bertujuan untuk memutus itch-scratch cycle,

menghindari faktor stres karena pada dasarnya tindakan menggaruk

- Mengurangi menggaruk daerah gatal lesi yang terasa gatal justru akan

tersebut karena akan menimbulkan memperberat lesi, dan memperberat gatal

perlukaan. yang dirasakan. Penyebab sistemik dari gatal

- Makan obat secara teratur harus diidentifikasi

- Kontrol ke dokter teratur Khusus

2. Khusus a. Sistemik

Sistemik - Pemberian antihistamin oral secara luas

Antihistamin digunakan untuk mengurangi keluhan

Topikal pruritus namun peran dan keuntungannya

- Kortikosteroid dengan potensi tinggi seperti dalam mengatasi pruritus lokal sangat

Clobetassol Propionat 0,05% rendah.


- Preparat tar : LCD 5% - Kortikosteroid

- Asam salysil 3% b. Topikal

- Emolien 10% - Kortikosteroid : Yang menjadi pilihan

adalah kortikosteroid dengan potensi tinggi

seperti Clobetassol Propionat, Diflorasone

Diasetat, atau bethamethason dipropionat

- Preparat tar : mempunyai efek anti pruritus

dan anti inflamasi pada kulit. Sediaan dalam

bentuk salap hidrofilik misalnya mengandung

liquor carbonat detergent 5% - 10% atau

crude coaltar 1% - 5%.

-Anti histamin

Terapi liken simpleks kronik bertujuan untuk memutus itch-scratch cycle, karena pada

dasarnya tindakan menggaruk lesi yang terasa gatal justru akan memperberat lesi, dan

memperberat gatal yang dirasakan. Penyebab sistemik dari gatal harus diidentifikasi. Hal ini

lah yang menyebabkan penatalaksanaan liken simpleks kronik menjadi sangat sulit. Harus

dijelaskan berkali-kali untuk tidak menggaruk atau menggosok lesi nya.


Prognosis

Liken simpleks kronik dapat menjadi lesi yang persisten dan bersifat berulang. Eksaserbasi

dapat terjadi bila dipicu adanya respon terhadap stres emosional.

Quo ad vitam : dubia ad bonam

Quo ad fungsionam : dubia ad bonam

Quo ad sanationam : dubia

Quo ad kosmeticam : dubia


BAB IV

KESIMPULAN

Liken simpleks kronik adalah peradangan kulit kronis dengan keluhan utama rasa

gatal, dan ditandai dengan likenifikasi. Liken simpleks kronik merupakan penyakit yang

sering ditemui pada masyarakat umum terutama pada usia dewasa, puncak insidennya antara

30-50 tahun. Dari hasil anamnesis ditemukan seorang laki-laki berusia 40 tahun dengan

keluhan bercak kehitaman yang menebal disertai rasa gatal di kedua punggung kaki sejak 1

bulan yang lalu. Pasien mengeluhkan gatal pada kedua punggung kakinya dan timbul bintil-

bintil berisi cairan berwarna putih. Rasa gatal muncul saat pasien sedang banyak pikiran dan

stres. 3 tahun yang lalu pasien mengalami hal serupa yaitu terdapat bintil-bintil kemerahan

dan gatal di kedua punggung kaki. Gatal dirasakan sering kambuh dan membuat pasien

menggaruknya sehingga kulit dirasakan semakin menebal dan kehitaman. Pada efloresensi

ditemukan di regio dorsum pedis sinistra dan dextra terdapat plak hiperpigmentasi, multiple,

berbatas tidak tegas, bentuk tidak beraturan, ditutupi oleh skuama halus, terdapat erosi, krusta

dan likenifikasi. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami liken

simpleks kronik. Terapi yang utamanya adalah menghindari menggaruk lesi yang terasa

gatal karena akan melukai kulit dan memperberat lesi. Untuk mengurangi rasa gatal dapat

digunakan obat antihistamin sedatif. Dan mengkonsumsi obat-obatan topikal dengan

kortikosteroid, asam salisilat, preparat tar, dan emolien.


DAFTAR PUSTAKA

1. Sularsito SA, Djuanda Suria. Neurodermatitis sirkumskripta. Dalam Djuanda A,

Hamzah M, Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.Edisi Keempat. Jakarta:

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia:2006:1471482.

2. Susan Burgin, MD. Numular Eczema and Lichen SimplexChronic/Prurigo Nodularis.

Dalam: Fitzpatrick TB, Eizen AZ, Woff K,Freedberg IM, Auten KF, penyunting:

Dermatology in generalmedicine, 7th ed, New York: Mc Graw Hill. 2008: 158-162.

3. Odom RB, James WD, Berger TG. Atopic dermatitis, eczema, and noninfectious

immunodeficiency disorders. Dalam: Andrews Diseases of The Skin: Clinical

Dermatology. 9th ed. Philadelphia: WB Saunders: 2000: 69-94.

4. Hogan D J, Mason S H. Lichen Simplex Chronicus. Diakses dari www.emedicine.com, 5

Mei 2012.

5. C.A. Holden & J. Berth-Jones. Lichen Simplex Chronic. Dalam: Rooks Text Book of

Dermatology. Blackwell Publishing. 2004:17.41-17.43.

6. Gulsum Gencoglan et al. Therapeutic Hotline: Treatment of prurigo nodularis and lichen

simplex chronicus with gabapentin. Dermatologic Therapy Volume 23, Issue 2,

March/April 2010:194198.

7. Stewart KM. Clinical care of vulvar pruritus, with emphasis on one common cause, lichen

simplex chronicus. Dermatol Clin 2010 Oct; 28(4):669-80. 8. Richards RN. Update on

intralesional steroid: focus on dermatoses. J Cutan Med Surg 2010 Jan-Feb;14(1):19- 23.

Anda mungkin juga menyukai