Anda di halaman 1dari 14

REFERAT

Angiofibroma



Oleh : Pembimbing :
Fenny Nurmahdi dr. Emilia Safli, Sp.THT-KL 16360042

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN THT
RSUD. RM DJOELHAM BINJAI
FAKULTAS KESOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
2016
Anatomi
Definisi

Angiofibroma nasofaring adalah tumor


jinak pembuluh darah di nasofaring
yang secara histologik jinak, secara
klinis bersifat ganas
Etiologi

Etiologi tumor ini masih belum jelas


Faktor ketidakseimbangan hormonal
banyak dikemukakan sebagai
penyebab adanya keurangan
androgen atau kelebihan esterogen
Patogenesis
Tumor pertama kali tumbuh di bawah
mukosa di tepi sebelah posterior dan
lateral koana di atap nasofaring.
Tumor akan tumbuh besar dan
meluas dibawah mukosa, sepanjang
atap nasofaring, mencapai tapi
posterior septum dan meluas ke arah
bawah membentuk tonjolan massa di
atap rongga hidung posterior.
Perluasan ke arah anterior akan mengisi
rongga hidung, mendorong septum ke sisi
kontra lateral dan memipihkan konka.
Pada perluasan ke arah lateral, tumor
melebar ke rah foramen sfenopalatina,
masuk ke fisura pterigomaksila dan akan
mendesak dinding posterior sinus maksila.
Bila meluas terus, akan masuk ke fossa
intratemporal yang akan menimbulkan
benjolan di pipi dan rasa penuh di wajah.
Gejala klinis
Hidung tersumbat yang progresif

Epistaksis berulang yang masif.

Rinorea kronis

gangguan penciuman.

Tuba eustachius akan menimbulkan ketulian atau


otalgia.

Sefalgia hebat biasanya menunjukan bahwa


tumor sudah meluas ke intrakranial
Diagnosa
anamnesis gejala klinis
pemeriksaan fisik
penunjang
Klasifikasi menurut Sessions sebagai berikut
6 :

Stage IA : Tumor terbatas pada nares posterior


dan/atau nasofaring
Stage IB : Tumor melibatkan nares posterior
dan/atau nasofaring dengan perluasan ke satu
sinus paranasal.
Stage IIA : Perluasan lateral minimal ke dalam
fossa pterygomaksila.
Stage IIB : Mengisi seluruh fossa pterygomaksila
dengan atau tanpa erosi ke tulang orbita.
Stage IIIA : Mengerosi dasar tengkorak;
perluasan intrakranial yang minimal.
Stage IIIB : Perluasan ke intrakranial dengan
atau tanpa perluasan ke dalam sinus kavernosus.
Klasifikasi menurut Fisch :
Stage I : Tumor terbatas pada kavum
nasi, nasofaring tanpa destruksi tulang.
Stage II :Tumor menginvasi fossa
pterygomaksila, sinus paranasal dengan
destruksi tulang.
Stage III :Tumor menginvasi fossa
infra temporal, orbita dan/atau daerah
parasellar sampai sinus kavernosus.
Stage IV : Tumor menginvasi sinus
kavernosus, chiasma optikum dan/atau
fossa pituitary.
Diagnosa banding
Granuloma piogenik (pyogenic granuloma).
Polip koanal (choanal polyp).
Polip angiomatosa (angiomatous polyp).
Kista nasofaringeal (nasopharyngeal cyst).
Kordoma (chordoma).
Karsinoma (carcinoma).
Penyebab lain darinasal obstruction, (seperti:nasal
polyps, antrochoanal polyp, teratoma, encephalocele,
dermoids, inverting papilloma, rhabdomyosarcoma,
squamous cell carcinoma)
Penyebab lain dari mimisen (epistaxis), baik sistemik
maupun lokal.
Penyebab lain dariproptosisatau pembengkakan rongga
mata (orbital swellings).8
Tatalaksana
Tindakan operasi merupakan pilihan
utama selain terapi hormonal,
radioterapi
Pengobatan hormonal pada pasien
dengan stadium I dan II dengan
preparat testosteron reseptor bloker
(flutamid).
Komplikasi
Komplikasi tidak dapat dipisahkan
dengan perluasan intrakranial
(penyakit stadium IV)
perdarahan yang tak terkontrol
kematian
iatrogenic injuryterhadap struktur
vital
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai