Anda di halaman 1dari 25

Dermatitis Kontak Alergika e.

c
Karet Sandal Jepit

Nadya Jondri
Rozalia Zainab
dr. Sulamsih Sri Budini, Sp. KK

PENDAHULUAN
1

Kulit merupakan organ terluas pada tubuh manusia yang bersifat


kompleks. Kulit memiliki berbagai fungsi diantaranya sebagai
pertahanan fisik dan fungsi sistem imun tubuh terhadap
lingkungan
Substansi yang dapat menyebabkan dermatitis kontak adalah
bahan iritan berupa bahan kimia yang dapat menyebabkan
dermatitis kontak iritan (DKI) atau berbagai agen pencetus
yang dapat menyebabkan dermatitis kontak alergika (DKA)
DKA merupakan penyakit inflamasi pada kulit akibat terjadinya
kontak dengan alergen eksogen spesifik. Terdapat lebih dari 3700
bahan kimia yang telah teridentifikasi sebagai agen penyebab DKA
pada manusia.

Nama

: Tn.J

Umur

: 64 tahun

Jenis kelamin

: laki-laki

Alamat

: Kuta Baro

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Pensiunan

No. CM

: 0-80-49-77

Tanggal pemeriksaan: 06 Januari


2016

ANAMNESIS
Anamnesis
Keluhan
tambahan
Rasa gatal di
kedua
punggung kaki

Keluhan
utama

Bercak
kemerahan di
kedua
punggung kaki

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit
dan Kelamin RSUDZA Banda Aceh dengan
keluhan rasa gatal di kedua kaki yang dirasakan
sejak 2 tahun yang lalu. Pasien sebelumnya
sudah pernah berobat ke poli dan keluhan
berkurang namun muncul kembali sejak 2 bulan
yang lalu. Awalnya muncul bercak kemerahan
seperti huruf V di sekitar jari kaki hingga ke
punggung kaki, namun lama-kelamaan tampak
menebal akibat sering digaruk oleh pasien. Gatal
dirasakan terus-menerus dan memberat ketika
terkena sandal jepit yang berbahan karet.
www.themegallery.com

Regio
pedis
sinistra

: Dorsum
dextra
et

Deskripsi Lesi
:
Tampak
plak
eritematous berbatas
tegas, tepi ireguler,
dengan
skuama
kasar dan likenifikasi
di atasnya, jumlah
multipel,
ukuran
plakat,
distribusi
simetris.

Diagnosis Banding
1. Dermatitis kontak alergika
e.c sandal karet

3.Tinea pedis

2. Dermatitis kontak iritan


(DKI)

4. Dermatitis atopik
(DA)

Planning Diagnosis
Patch test

Diagnosis Klinis
Dermatitis kontak alergika e.c karet
sandal jepit

Tatalaksana Medikamentosa
a. Sistemik
- Metilprednisolon 4 mg 3 kali sehari
- Cetirizin 10 mg 2 kali sehari

b. Topikal
- Desoximetason cream (pagi-siang)
- Asam salisilat 2% + vaselin albumin +
diflukortolon valerat cream (malam)

Tatalaksana Non-Medikamentosa
1. Memberikan informasi kepada pasien bahwa
penyakit tersebut dapat kembali berulang jika
terpajan alergen yang sama.
2. Hindari kontak dengan alergen berbahan karet
seperti sandal jepit, sarung tangan, perhiasan,
dan lain-lain.
3. Jangan menggaruk terlalu kuat pada daerah
kulit yang gatal.
4. Penggunaan obat teratur sesuai instruksi
dokter.

PROGNOSIS

Quo ad
vitam
Q Quo ad
sanationa
m
bonam

bonam

Quo ad
functiona
m bonam

Analisa Kasus
Dari hasil anamnesis
didapatkan pasien datang
dengan keluhan rasa gatal
pada kedua kaki yang
sudah dirasakan sejak 2
tahun yang lalu. Keluhan
sempat menghilang dengan
pemberian obat salep
namun kembali muncul
sejak 2 bulan yang lalu.
Awalnya muncul bercak
kemerahan seperti huruf V
di sekitar jari kaki hingga ke
punggung kaki yang lamakelamaan bertambah tebal
akibat sering digaruk oleh
pasien. Pasien mengaku
keluhan rasa gatal
bertambah berat ketika

Kasus

Teori
Gatal merupakan
keluhan utama yang
muncul pada kasus
alergi diikuti dengan
munculnya lesi
pada area kulit yang
mengalami kontak
dengan alergen

Pada pemeriksaan
fisik kulit ditemukan
lesi pada regio
dorsum pedis
dextra et sinistra
berupa plak
eritematous
berbatas tegas, tepi
irregular dengan
skuama kasar dan
likenifikasi
diatasnya, jumlah
multipel, ukuran
plakat, distribusi
simetris.

Kasus

Teori
Pada DKA fase
kronik muncul
lesi berupa
skuama, fisura,
dan likenifikasi.

Teori
Etiologi DKA pada
pasien ini adalah bahan
karet yang berasal dari
sandal jepit yang
digunakan pasien
sehari-hari.

Kasus

Sesuai dengan teori,


etiologi DKA
diantaranya adalah
paparan alergen akibat
pekerjaan
(hairdressing, industri
konstruksi, teknisi gigi,
dan lain-lain) serta
bahan-bahan tertentu
(karet, fragrance, obatobatan, dan lain-lain).
DKA akibat sepatu atau
sandal paling sering
disebabkan oleh bahan
karet, karbamat, dan
tetramethylthiuram

Teori
Pada pasien ini tidak
dilakukan pemeriksaan
patch test karena sudah
diketahui etiologinya
yaitu akibat terjadinya
kontak berulang
dengan sandal jepit
berbahan karet.

Kasus

Pemeriksaan penunjang
pada DKA adalah uji tempel
(patch test). Uji ini bertujuan
untuk mengetahui
sensitivitas seseorang
terhadap zat alergen
tertentu.
Indikasi dilakukannya patch
test adalah apabila tidak ada
perbaikan gejala klinis
setelah menghindari alergen
yang diduga menjadi
penyebab DKA dan telah
diberikan terapi empiris.
Selain itu, patch test juga
dapat dilakukan apabila

ANALISA KASUS
Kasus

Teori

Diagnosis

DD

Dermatitis
kontak alergika
e.c karet sandal
jepit

Reaksi
inflamasi
Dermatitis
kontak
nonspesifik
iritan
Gejala : rasa terbakar,
gatal
Lesi berupa eritema,
vesikulasi dan bula.
Pada DKI kronik kulit
tampak kering disertai
fisura
Dermatitis
atopik
Penyakit kulit kronik
yang berulang
Gejala : gatal, distribusi
dan morfologi lesi khas
Pada fase akut berupa
papul dan vesikel.

Tinea
Infeksi jamur pada kaki
Pedis
yang
sering
disebabkan
ticrosporum
rubrum,
ticrosporum
interdigitale
Gejala konsitusi : gatal
Ditemukan lesi eritema
dengan skuama dan
maserasi
pada
interdigital
dan
subdigital kulit kaki.

Terapi
Sistemik
Metilprednisolon 4
mg 3 kali sehari
Cetirizin 10 mg 2
kali sehari
Topikal
Desoximetason
cream (pagi-siang)
Asam salisilat 2% +
vaselin albumin +
diflukortolon valerat
cream (malam)

Kasus

Teori
Kortikosteroid sistemik dapat
diberikan apabila luas lesi lebih dari
20%.
Efek sedatif antihistamin dapat
mengurangi rasa gatal pada DKA.
Kortikosteroid topikal memiliki efek
antiproliferatif yaitu menghambat
terjadinya penebalan pada kulit
dengan mengurangi ukuran serta
proliferasi keratinosit.
Asam salisilat sebagai keratolitik
menghancurkan skuama dengan
melembapkan stratum korneum.

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Dermatitis kontak alergika merupakan suatu reaksi yang


dimediasi oleh sel (tipe IV), tipe lambat, atau reaksi
hipersensitivitas yang diakibatkan oleh terjadinya kontak
kulit dengan alergen yang berasal dari lingkungan

Prevalensi DKA pada populasi umum adalah sebanyak 21,8%


pada perempuan dan 12% pada laki-laki. Perbedaan prevalensi
berdasarkan jenis kelamin kemungkinan dipengaruhi oleh fakto
sosial dan lingkungan. Perempuan memiliki sensitivitas yang
lebih tinggi terhadap nikel (17,1% pada perempuan dan 3%
pada laki-laki) akibat sering memakai perhiasan berbahan
nikel sementara laki-laki lebih sensitif terhadap logam akibat
lingkungan pekerjaannya. (1,3)

Epidemiologi

PATOFISIOLOGI

Diagnosis dan Diagnosis


Banding

Anamnesis
Riwayat
atopi
Riwayat
pengobatan
Pekerjaan
Hobi
Produk
perawatan
pribadi

Pemeriksaan
Fisik
Fase akut :
lesi edema,
eritema dan
vesikel
Fase subakut : lesi
eritema dan
pustul
Fase kronik :
lesi berupa
skuama.fisur
a dan
likenafikasi

Pemeriksaan
Penunjang
Patch test

Diagnosis
Banding
Dermatitis
Kontak
Iritan
Dermatitis
Atopi
Tinea
Korporis

Penatalaksanaan
Mengidentifikasi dan
menghindari alergen
Kompres
Kortikosteroid
Pelembab
Tata laksana penyakit kulit
penyerta
Edukasi

Prognosa
Prognosis DKA umumnya baik, sejauh
bahan alergen dapat dihindari.
Prognosis kurang baik dan menjadi
kronis apabila pajanan alergen yang
tidak dapat dihindari.

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai