Anda di halaman 1dari 14

STATUS ILMU PENYAKIT KULIT & KELAMIN

KEPANITERAAN KLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA


SMF ILMU PENYAKIT KULIT & KELAMIN
RUMAH SAKIT HUSADA – JAKARTA

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. S
Usia : 38 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku Bangsa : Indonesia
Status Pernikahan : Sudah Menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Dwi Warna GG V No. 27 Karang Anyar Sawah Besar
Nomor Rekam Medik : 01070660

ANAMNESIS

Autoanamnesis tanggal 10 Desember 2019 , Pukul 11.30 WIB


a Keluhan Utama
Gatal pada kulit di kedua punggung kaki sejak 1 bulan yang lalu
b Keluhan Tambahan
Perih dan kering pada kulit di kedua punggung kaki sejak 1 bulan yang lalu
c Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poliklinik Kulit Kelamin Rumah Sakit Husada dengan keluhan gatal pada
kulit di kedua punggung kaki sejak 1 bulan yang lalu. Rasa gatal disertai juga dengan rasa
perih. Keluhan gatal dan perih yang dirasakan hilang timbul, keluhan akan timbul terutama
saat pasien menggunakan sandal jepit yang dibuat dari bahan karet (karet sintesis). Menurut
pasien rasa gatal dan perih akan berkurang jika pasien tidak menggunakan sandal jepit yang

1
berbahan karet tersebut. Pasien mengatakan awalnya keluhan yang muncul di kaki berupa
bintil-bintil yang berwarna kemerahan pada kulit di kedua punggung kaki, kemudian bintil
kemerahan tersebut berubah menjadi bintil-bintil yang berisi cairan. Pasien mengatakan
pada saat itu keluhan gatal dan perih makin bertambah, awalnya pasien menggunakan
minyak tawon dengan tujuan untuk mengurangi rasa gatal dan perih di kedua kulit
punggung kaki, tetapi rasa gatal dan perih masih tetap ada dan tidak berkurang. Pasien
mengatakan sering menggaruk kedua kulit punggung kaki jika rasa gatal itu muncul.
Kemudian setelah itu kedua kulit pada punggung kaki pasien mengelupas dan menjadi
kering. Rasa gatal dan perih tetap ada serta kemerahan pada kedua kulit punggung kaki
juga masih ada. Pasien mengatakan kemerahan pada kulit berbentuk seperti pengait dari
sandal jepit yang sering dia gunakan. Pasien mengatakan belum pernah berobat ke klinik
maupun rumah sakit sebelumnya.
d Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya.
e Riwayat Penyakit Keluarga
Pada keluarga pasien tidak ada yang pernah mempunyai keluhan seperti ini sebelumnya.
f Riwayat Alergi
Pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan,obat-obatan,cuaca ataupun yang
lainnya. Pasien tidak memiliki riwayat asma.

PEMERIKSAAN FISIK
A. STATUS GENERALIS
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan Gizi : baik
Tekanan Darah : 130/70 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,9 oC
Kepala : Normosefali
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor.

2
Telinga : Normotia, sekret -/-
Hidung : Deviasi septum -, deformitas -, sekret -/-
Tenggorok : Lidah kotor (-), tonsil T1 – T1, peradangan (-), uvula ditengah,
Leher : Tidak teraba perbesaran KGB, tiroid.
Thoraks : Dalam batas normal
Abdomen : Dalam batas normal
Genitalia : Tidak ditemukan kelainan
Ekstremitas : Akral hangat, Capillary refill time (CRT) < 2 detik
B. STATUS DERMATOLOGIKUS
Regio : Pedis dextra dan sinistra
Distribusi : Bilateral, Lokalisata
Efloresensi :
 Primer : Plak eritema berbatas tegas, tepi rata, kering
 Sekunder : Krusta, likenifikasi, erosi

Gambar 1 Gambaran Efloresensis di Regio Pedis Dextra dan Sinistra

3
Gambar 2 Eflroresensi di Pedis Sinistra Gambar 3 Efloresensi di Pedis Dextra

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.

SARAN PEMERIKSAAN PENUNJANG


a Pemeriksaan darah rutin
b Pemeriksaan hitung eosinophil
c Pemeriksaan IgE Total

RESUME
Seorang perempuan berusia 36 tahun datang ke poliklinik kulit dan kelamin RS Husada dengan
kelihan gatal pada kulit di kedua punggung kaki sejak 1 bulan yang lalu. Keluhan gatal disertai
dengan perih. Keluhan gatal dan perih hilang timbul dan akan bertambah parah pada saat pasien
menggunkan sandal jepit yang berbahan karet.. . Pasien mengatakan awalnya keluhan yang muncul
di kaki berupa bintil-bintil yang berwarna kemerahan pada kulit di kedua punggung kaki,
kemudian bintil kemerahan tersebut berubah menjadi bintil-bintil yang berisi cairan. Pasien
mengatakan pada saat itu keluhan gatal dan perih makin bertambah. Pasien menggunakan minyak
tawon untuk mengurangi rasa gatal dan perih tetapi keluhan masih tetap ada dan tidak berkurang.
Kemudian setelah itu kedua kulit pada punggung kaki pasien mengelupas dan menjadi kering.
Pasien mengatakan kemerahan pada kulit berbentuk seperti pengait dari sandal jepit yang sering
dia gunakan. Pasien tidak mempunyai keluhan seperti ini sebelumnya, belum pernah melakukan
pengobatan di klinik maupun rumah sakit dan tidak ada riwayat alergi.

4
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 130/70, nadi 88x/menit, napas 20x/menit dan
suhu 36,9 oC dan keadaan lain dalam batas normal. Pada pemeriksaan status dermatologikus
didapatkan regio yang terkena adalah region pedis dextra dan sinistra, distribusi bilateral,
lokalisata, efloresensi primer yang didapatkan yaitu plak eritema berbatas tegas, tepi rata, kering
dan efloresensi sekunder yang didapatkan yaitu Krusta, likenifikasi, erosi

DIAGNOSIS KERJA
Dermatitis kontak alergi et causa penggunaan sandal karet

DIAGNOSIS BANDING
Dermatitis kontak iritan

PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa
o Hentikan pemakaian sandal karet
o Menjaga kebersihan kaki
o Menjaga agar kaki tetap kering
o Menggunakan kaos kaki
o Tidak menggaruk kulit di punggung kaki jika terasa gatal

Medikamentosa

o Cetirizine 10 mg S2 dd 1
o NaCL 95% No.I
o Kassa Steril
o Betametasone cream 5gram Sue
o Ciprofloxacin 500mg S2 dd 1 pc

PROGNOSIS
o Quo ad vitam : Ad bonam
o Quo ad functionam : Ad bonam
o Quo ad sanationam : Ad bonam

5
TINJAUAN PUSTAKA
Pendahuluan

Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respons terhadap
pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi
polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan kelihan gatal. Tanda
polimorfik tidak selalu timbul bersamaan, bahkan mungkin hanya beberapa (oligomorfik).
Dermatitis cenderung residitif dan menjadi kronis.

Defenisi

Dermatitis kontak alergi (DKA) adalah peradangan kulit yang terjadi setelah terpajan
dengan bahan allergen melalui proses hipersensitivitas tipe lambat. Terjadinya DKA sangat
tergantung dari kemampuan suatu bahan untuk sensitisasi, tingkat paparan dan kemampuan
masuknya bahan tersebut dalam kulit. Oleh karena itu, seseorang dapat terkena DKA apabila
terjadi sensitisasi terlebih dahulu oleh bahan alergenik. Dengan berkembangnya industri, maka
terdapat bahan-bahan allergen yang sulit untuk dihindari. Antaranya adalah logam, karet, plastik.
Ada juga kosmetik, obat-obatan terutama obat gosok yang popular di masyarakat sehingga diduga
insidens DKA akibat allergen tersebut juga meningkat.1

Epidemiologi

Bila dibandingkan dengan dermatitis kontak iritan, jumlah penderita dermatitis kontak
alergi lebih sedikit, karena hanya mengenai orang yang kulitnya sangat peka (hipersensitif).
Namun sedikit sekali informasi mengenai prevalensi dermatitis ini di masyarakat.2

Angka kejadian dermatitis kontak alergi yang terjadi akibat kontak dengan bahan-bahan di
tempat pekerjaan mencapai 25% dari seluruh dermatitis kontak akibat kerja (DKAK). Angka
kejadian ini sebenarnya 20-50 kali lebih tinggi dari angka kejadian yang dilaporkan. Di Amerika
Serikat, penyakit ini terhitung sebesar 7% dari penyakit terkait dengan pekerjaan. Berdasarkan
beberapa studi yang dilakukan, insiden dan tingkat prevalensi DKA dipengaruhi oleh allergen-
alergen tertentu. Perempuan (18,8%) lebih banyak menderita DKA dibandingkan dengan laki-laki
(11,5%). Angka ini mengacu pada prevalensi DKA dalam populasi yaitu jumlah individu yang
berpotensi menderita DKA setelah terkena bahan allergen.3,4

6
Etiologi

Penyebab dermatitis kontak alergik adalah alergen, paling sering berupa bahan kimia
dengan berat molekul kurang dari 500-1000 Da, yang juga disebut bahan kimia sederhana.
Dermatitis yang timbul dipengaruhi oleh potensi sensitisasi alergen, derajat pajanan, dan luasnya
penetrasi di kulit. Penyebab utama kontak alergen di Amerika Serikat yaitu dari tumbuh -
tumbuhan. Sembilan puluh persen dari populasi mengalami sensitisasi terhadap tanaman dari
genus Toxicodendron, misalnya poison ivy, poison oak dan poison sumac. Toxicodendron
mengandung urushiol yaitu suatu campuran dari highly antigenic 3- enta decyl cathecols. Bahan
lainnya adalah nikel sulfat (bahan-bahan logam), potassium dichromat (semen, pembersih alat -
alat rumah tangga), formaldehid, etilendiamin (cat rambut, obat-obatan), mercaptobenzotiazol
(karet), tiuram (fungisida) dan parafenilendiamin (cat rambut, bahan kimia fotografi).3

Patogenesis

Mekanisme terjadinya kelainan kulit pada dermatitis kontak alergi adalah mengikuti
respons imun yang diperantarai oleh sel (cell-mediated immune respons) atau reaksi
hipersensitivitas tipe IV. Reaksi hipersensitivitas di kulit timbul secara lambat (delayed
hypersensitivity), umumnya dalam waktu 24 jam setelah terpajan dengan alergen. Patogenesis
hipersensitivitas tipe IV ini sendiri dibagi menjadi dua fase, yaitu fase sensitisasi dan fase elisitasi.
Sebelum seorang pertama kali menderita dermatitis kontak alergik, terlebih dahulu mendapatkan
perubahan spesifik reaktivitas pada kulitnya.2 Perubahan ini terjadi karena adanya kontak dengan
bahan kimia sederhana yang disebut hapten (alergen yang memilik berat molekul kecil yang dapat
menimbulkan reaksi antibodi tubuh jika terikat dengan protein untuk membentuk antigen lengkap).
Antigen ini kemudian berpenetrasi ke epidermis dan ditangkap dan diproses oleh antigen
presenting cells (APC), yaitu makrofag, dendrosit, dan sel langerhans. Selanjutnya antigen ini
dipresentasikan oleh APC ke sel T. Setelah kontak dengan antigen yang telah diproses ini, sel T
menuju ke kelenjar getah bening regional untuk berdeferensiasi dan berproliferasi membentuk sel
T efektor yang tersensitisasi secara spesifik dan sel memori. Sel-sel ini kemudian tersebar melalui
sirkulasi ke seluruh tubuh, juga sistem limfoid, sehingga menyebabkan keadaan sensitivitas yang
sama di seluruh kulit tubuh. Fase saat kontak pertama alergen sampai kulit menjadi sensitif disebut
fase induksi atau fase sensitisasi. Fase ini rata-rata berlangsung selama 2-3 minggu.2

7
Gambar 2. Patogenesis dermatitis kontak alergi

Fase elisitasi atau fase eferen terjadi apabila timbul pajanan kedua dari antigen yang sama
dan sel yang telah tersensitisasi telah tersedia di dalam kompartemen dermis. Sel Langerhans akan
mensekresi IL-1 yang akan merangsang sel T untuk mensekresi IL-2. Selanjutnya IL-2 akan
merangsang INF (interferon) gamma. IL-1 dan INF gamma akan merangsang keratinosit
memproduksi ICAM-1 (intercellular adhesion molecule-1) yang langsung beraksi dengan limfosit
T dan lekosit, serta sekresi eikosanoid. Eikosanoid akan mengaktifkan sel mast dan makrofag
untuk melepaskan histamin sehingga terjadi vasodilatasi dan permeabilitas yang meningkat.
Akibatnya timbul berbagai macam kelainan kulit seperti eritema, edema dan vesikula yang akan
tampak sebagai dermatitis. Proses peredaan atau penyusutan peradangan terjadi melalui beberapa
mekanisme yaitu proses skuamasi, degradasi antigen oleh enzim dan sel, kerusakan sel langerhans
dan sel keratinosit serta pelepasan prostaglandin E-1dan 2 (PGE-1,2) oleh sel makrofag akibat
stimulasi INF gamma. PGE-1,2 berfungsi menekan produksi IL-2 dan sel T serta mencegah kontak
sel T dengan keratisonit. Selain itu sel mast dan basofil juga ikut berperan dengan memperlambat

8
puncak degranulasi setelah 48 jam paparan antigen, diduga histamin berefek merangsang molekul
CD8 (+) yang bersifat sitotoksik. Dengan beberapa mekanisme lain, seperti sel B dan sel T
terhadap antigen spesifik, dan akhirnya menekan atau meredakan peradangan.2,3

Gejala Klinis

Penderita pada umumnya mengeluh gatal. Kelainan kulit bergantung pada keparahan
dermatitis. Pada yang akut dimulai dengan bercak eritema berbatas jelas, kemudian diikuti edema,
papulovesikel, vesikel atau bula. Vesikel atau bula dapat pecah menimbulkan erosi dan eksudasi
(basah). Pada yang kronis terlihat kulit kering, berskuama, papul, likenifikasi dan mungkin juga
fisur, batasnya tidak jelas. Kelainan ini sulit dibedakan dengan dermatitis kontak iritan kronis;
mungkin penyebabnya juga campuran.3 Sifat alergen dapat menentukan gambaran klinisnya.
Bahan kimia karet tertentu (phenyl-isopropyl-p-phenylenediamine) bisa menyebabkan dermatitis
purpura, dan derivatnya dapat megakibatkan dermatitis granulomatosa. Dermatitis pigmentosa
dapat disebabkan oleh parfum dan kosmetik.4

Berbagai Lokasi Terjadinya Dermatitis Kontak Alergi

a. Tangan
Kejadian dermatitis kontak baik irirtan maupun alergik paling sering di tangan, mungkin
karena tangan merupakan organ tubuh yang paling sering digunakan untuk melakukan
pekerjaan sehari-hari. Penyakit kulit akibat kerja, sepertiga atau lebih mengenai tangan. Tidak
jarang ditemukan riwayat atopi pada penederita. Pada pekerjaan yang basah (wet work),
misalnya memasak makanan, mencuci pakaian dan pengatur rambut di salon. Angka kejadian
dermatitis du tangan lebih tinggi.
b. Lengan
Allergen umumnya sama dengan pada tangan, misalnya oleh jam tangan (nikel), sarung
tangan karet, debu semen dan tanaman. Di ketiak dapat disebabkan oleh penggunaan
deodorant, anti perspiran, formaldehid yang ada di pakaian.
c. Wajah
Dermatitis kontak pada wajah dapat disebabkan oleh kosmetik, spons (karet), obat topical,
allergen di udara (aero0alergen), nikel (tangkai kaca mata), semua allergen yang kontak
dengan tangan dapat mengenai muka, kelopak mata, dan leher pada waktu menyeka keringat.
Bila dibibir atau sekitarnya mungkin bisa disebabkan karena penggunaan lipstick, pasta gigi

9
dan getah buah-buahan. Dermatitis di kelopak mata dapat disebabkan oleh cat kuku, cat
rambut, mascara, eye shadow, obat tetes mata dan salep mata.
d. Telinga
Anting atau jepit telinga terbuat dari nikel, penyebab dermatitis kontak pada telinga. Penyebab
lain, misalnya obat topical, tangkai kaca mata, cat rambut, hearing-aids dan gagang telpon.
e. Leher
Penyebab kalung dari nikel, cat kuku ( yang berasal dari ujung jari), parfum, allergen di udara
dan zat pewarna pakaian.
f. Badan
Dermatitis kontak di badan dapat disebabkan oleh tekstil, zat warna, kancing logam, karet
(elastis, busa), plastic deterjen, bahan pelmbut dan bahan pewangi pakaian.
g. Genialia
Penyebabnya dapat antiseptic, obat topical, nilon, kondom, pembalut wanita, elergen yang
berada di tangan, parfum, kontrasepsi dan deterjen. Bila mengenai daerah anal, mungkin
disebabkan oleh obat antihemoroid.
h. Paha dan Tungkai bawah
Dermatitis di tempat ini bisa disebabkan karena bahan tekstil, dompet, kunci (nikel), kaos kaki
nilon, obat topika, semen, sepatu atau sandal. Pada kaki dapat disebabkan oleh deterjen dan
bahan pembersih lantai.
i. Dermatitis kontak sistemik
Terjadi pada individu yang telah tersensitisasi secara topical oleh suatu alergen, selanjutnya
terpajan secara sistemik, kemudian timbul reaksi terbatas pada tempat tersebut. Walaupun
jarang terjadi, reaksi dapat meluas bahkan sampai eritroderma. Penyebabnya misalnya nikel,
formaldehid dan balsam peru. 5

Diagnosis

Untuk menetapkan bahan alergen penyebab dermatitis kontak alergik diperlukan


anamnesis yang teliti, riwayat penyakit yang lengkap, pemeriksaan fisik dan uji tempel. Pertanyaan
mengenai kontaktan yang dicurigai didasarkan kelainan kulit yang ditemukan. Misalnya, ada
kelainan kulit berupa lesi numular di sekitar umbilikus berupa hiperpigmentasi, likenifikasi,
dengan papul dan erosi, maka perlu ditanyakan apakah penderita memakai kancing celana atau

10
kepala ikat pinggang yang terbuat dari logam (nikel). Data yang berasal dari anamnesis juga
meliputi riwayat pekerjaan, hobi, obat topikal yang pernah digunakan, obat sistemik, kosmetika,
bahan-bahan yang diketahui menimbulkan alergi, penyakit kulit yang pernah dialami, serta
penyakit kulit pada keluarganya (misalnya dermatitis atopik).2 Pemeriksaan fisik sangat penting,
karena dengan melihat lokalisasi dan pola kelainan kulit seringkali dapat diketahui kemungkinan
penyebabnya. Misalnya, di ketiak oleh deodoran, di pergelangan tangan oleh jam tangan, dan di
kedua kaki oleh sepatu. Pemeriksaan hendaknya dilakukan pada seluruh permukaan kulit, untuk
melihat kemungkinan kelainan kulit lain karena sebab endogen.2 Pada Pemeriksaan fisik
didapatkan adanya eritema, edema dan papula disusul dengan pembentukan vesikel yang jika
pecah akan membentuk dermatitis yang membasah. Lesi pada umumnya timbul pada tempat
kontak, tidak berbatas tegas dan dapat meluas ke daerah sekitarnya. Karena beberapa bagian tubuh
sangat mudah tersensitisasi dibandingkan bagian tubuh yang lain maka predileksi regional akan
sangat membantu penegakan diagnosis.4 Pelaksanaan uji tempel dilakukan setelah dermatitisnya
sembuh (tenang), bila mungkin setelah 3 minggu. Tempat melakukan uji tempel biasanya di
punggung, dapat pula di bagian luar lengan atas. Bahan uji diletakkan pada sepotong kain atau
kertas, ditempelkan pada kulit yang utuh, ditutup dengan bahan impermeabel, kemudian direkat
dengan plester. Setelah 48 jam dibuka. Reaksi dibaca setelah 48 jam (pada waktu dibuka), 72 jam
dan atau 96 jam. Untuk bahan tertentu bahkan baru memberi reaksi setelah satu minggu. Hasil
positif dapat berupa eritema dengan urtikaria sampai vesikel atau bula. Penting dibedakan, apakah
reaksi karena alergi kontak atau karena iritasi, sehubungan dengan konsentrasi bahan uji terlalu
tinggi. Bila oleh karena iritasi, reaksi akan menurun setelah 48 jam (reaksi tipe decresendo),
sedangkan reaksi alergi kontak makin meningkat (reaksi tipe crescendo).2,4

Pemeriksaan Penunjang

Uji tempel dapat dilakukan untuk mendiagnosis dermatitis kontak alergi maupun iritan. Uji
tempel biasanya dilakukan setelah dermatitis sembuh (tenang), bila mungkin setelah 3 minggu
atau sekurang-kurangnya 1 minggu bebas obat. Tempat untuk dilakukan uji tempel umumnya di
daerah punggung, dapat juga di bagian luar lengan atas. Bahan uji diletakkan pada sepotong kain
atau kertas yang non alergik, ditempelkan pada kulit yang utuh, ditutup dengan bahan
impermeable, kemudian direkat dengan plester. Pasien dilarang mandi minimal 48 jamm dan

11
menjaga punggung selalu kering hingga pembacaan terakhir. Setelah 48 jam dibuka tempelannya.
Reaksi dibaca setelah 48 jam (15-30 menit), 72 jam dan atau 96 jam.4

Hasil positif dapat berupa eritema dengan urtikaria sampai vesikel atau bulla. Bila disebabkan oleh
iritan, reaksi akan menurun setelah 48 jam (rekasi tipe decrescendo), sedangkan disebabkan oleh
reaksi alergi kontak makin meningkat (reaksi tipe crescendo). Reaksi excited skin atau angry back
merupakan reaksi positif palsu, suatu fenomena regional disebabkan oleh beberapa reaksi positif
kuat, pinggir uji tempel yang lain menjadi reaktif. Fenoma ini pertama dikemukan oleh Bruno
Bloch pada abad ke 20, kemudian diteliti oleh Mitchell pada tahun 1975. Biasanya terjadi pada
pasien dengan kulit hipersensitif yang sedang menderita dermatitis yang aktif atau memang
bereaksi kuat terhadap uji tersebut. pengujian ulang dilakukan pada pasien tersebut dengan
allergen lebih sedikit, untuk menyingkirkan reaksi positif palsu non spesifik.4

Reaksi negative palsu dapat terjadi apabila konsentrasi terlalu rendah, vehikulum tidak tepat,
bahan uji tempel tidak merekat dengan baik atau longgar, kurang cukup waktu penghentian
pemakaian obat kortikosteroid baik topical maupun sistemik. Uji tempel tidak boleh dilakukan
pada pasien dengan riwayat urtikaria dadakan karena dapat menimbulkan urtikaria generalisata
bahkan rekasi anafilaksis.4

Hasil uji tempel adalah seperti berikut:4

 Reaksi lemah (nonvesikular): eritema, infiltrate, papul (+)


 Reaksi kuat: edema atau vesikel (++)
 Reaksi sangat kuat (ekstrim): bulla atau ulkus (+++)

Diagnosis Banding

Kelainan kulit dermatitis kontak alergik sering tidak menunjukkan gambaran morfologik yang
khas, dapat menyerupai dermatitis atopik, dermatitis numularis, dermatitis seboroik, atau psoriasis.
Diagnosis banding yang terutama ialah dengan dermatitus kontak iritan. Dalam keadaan ini
pemeriksaan uji tempel perlu dipertimbangkan untuk menentukan, apakah dermatitis tersebut
karena kontak alergi.2

Dermatitis numularis. Lesi eksematous khas berbentuk koin, berbatas tegas, kelainan kulit terdiri
dari papul dan vesikel.

12
Dermatitis atopic. Erupsi cenderung bilateral dan simetris. Lesi kering terdiri dari papul atau
likenifikasi dan hiperpigmentasi. Tempat predileksi pada muka dan extensor untuk bayi dan anak-
anak, bagian flexor, di lipat siku, lipat lutut, samping leher pada dewasa. Adanya riwayat atopi
paada pasien atau keluarganya.

Dermatitis seboroik. Adanya erupsi kronik pada daerah scalp, belakang telinga, sternal, axilla dan
lipat paha disertai dengan skuama basah berwarna kuning hingga kering.

Neurodermatitis sirkumskripta. Erupsi berupa likenifikasi yang merupakan akibat dari siklus
garukan. Ianya juga berhubungan dengan status psikologik pasien. Predileksi tersering di daerah
tengkuk, pertengahan lengan bawah bagian ekstensor, tungkai bawah lateral dan pergelangan kaki.

Terapi

Hal yang perlu diperhatikan pada pengobatan dermatitis kontak adalah upaya pencegahan
terulangnya kontak kembali dengan alergen penyebab, dan menekan kelainan kulit yang timbul.2-
6
Kortikosteoroid dapat diberikan dalam jangka pendek untuk mengatasi peradangan pada
dermatitis kontak alergi akut yang ditandai dengan eritema, edema, bula atau vesikel, serta
eksudatif. Umumnya kelainan kulit akan mereda setelah beberapa hari. Kelainan kulitnya cukup
dikompres dengan larutan garam faal. Untuk dermatitis kontak alergik yang ringan, atau dermatitis
akut yang telah mereda (setelah mendapat pengobatan kortikosteroid sistemik), cukup diberikan
kortikosteroid topikal.2

Prognosis

Prognosis dermatitis kontak alergi umumnya baik, sejauh bahan kontaknya dapat
disingkirkan. Prognosis kurang baik dan menjadi kronis, bila bersamaan dengan dermatitis oleh
faktor endogen (dermatitis atopik, dermatitis numularis, atau psoriasis), atau pajanan dengan bahan
iritan yang tidak mungkin dihindari.5

13
PENUTUP

Kesimpulan

Dermatitis kontak alergi merupakan salah satu penyakit kulit akibat kerja yang sering terjadi. Hal
ini tidak terkait dengan atopi. Ianya merupakan suatu reaksi imunologi tipe IV yang dimediasi
terutama oleh limfosit yang sudah tersensitisasi sebelumnya. Tanda dan gejala klinis yaitu pruritus,
nyeri, eritema berbatas tegas, vesicopapule, erosi, likenifikasi, ekskoriasi, pigmentasi. Alat untuk
mendiagnosis DKA yang baku emas adalah uji tempel (patch test). Untuk mengkonfirmasi
diagnosis, harus menggabungkan dengan anamnesis. Untuk tatalaksana DKA, bisa diberikan anti
histamine, kortikosteroid. Jika terdapat erosi, harus diberikan obat antibiotik untuk mencegah
infeksi sekunder.

Daftar Pustaka

1. Wolff K, Johnson RA, Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology. 6th
ed.. New York. The Mcgraw-Hill Companies; 2009.hal 20-33
2. Sri LSWM. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Edisi Tujuh. 2017
3. Menaldi SL, Bramono K, Indriatmi W. Buku ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi
7. Jakarta. Balai penerbit FKUI. 2015
4. Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA et al. Fitzpatrick’s Dermatology in General
Medicine. 8th Ed. US. McGraw-Hill. 2012
5. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Buku ajal ilmu penyakit kulit dan kelamin. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Edisi Keenam. 2011
6. PERDOSKI. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di
Indonesia. Jakarta: Centra Communication. 2017

14

Anda mungkin juga menyukai