Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN KASUS

TINEA VERSIKOLOR

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Program Pendidikan Profesi Kedokteran


Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti di
Rumah Sakit Umum Daerah Kardinah Tegal

Pembimbing:
Dr. Nadia, Sp.KK,

Disusun oleh:
Riska Ruswanti
030.12.233

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARDINAH TEGAL
PERIODE 30 APRIL – 02 JUNI 2018
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

1
BAB I
PENDAHULUAN

Infeksi jamur pada kulit dan kuku penyebarannya terluas dari semua mikosis. Prevalesi
infeksi dermatomikosis superfisial telah meningkat dalam beberapa dekade terakhir.
Dermatomikosis telah menginfeksi 20-25% penduduk dunia. Distribusi dermatomikosis
berdasarkan etiologinya dipengaruhi oleh letak geografis, lingkungan dan faktor budaya.
Laporan jumlah penderita dermatomikosis superfisial khususnya tinea versikolor di Indonesia
belum bisa dilaporkan secara pasti, tetapi diperkirakan 40-50% penduduk di negara beriklim
tropis terkena penyakit ini. Penyakit ini banyak ditemukan pada penduduk sosial ekonomi
yang rendah dan berhubugan dengan tinggi rendahnya kebersihan perseorangan. Tinea
versikolor dipengaruhi dengan beberapa keadaan seperti iklim tropis yang panas, banyak
keringat dan lembab.

Pitiriasis versikolor adalah infeksi jamur superfisial yang disebabkan oleh kolonisasi
jamur lipofilik Malasezzia furfur yang merupakan flora normal yang terdapat pada permukaan
kulit manusia. Pitiriasis versikolor dapat mengenai hampir seluruh bagian tubuh, terutama
wajah, leher, badan, lengan, punggung, lipat paha, dan paha. Faktor-faktor yang dapat
memengaruhi infeksi ini antara lain herediter, sakit kronik, atau penggunaan steroid, dan
malnutrisi. Selain itu infeksi ini juga dikaitkan dengan kulit berminyak, produksi keringat
yang banyak, dan daerah tropis.

Kelainan yang bisa didapatkan yakni timbulnya bercak-bercak bersisik halus berwarna
putih atau gelap tidak teratur sampai teratur, dengan batas tidak jelas sampai jelas. Terkadang
pasien dapat merasakan gatal ringan pada daerah yang terinfeksi, sehingga pasien datang
berobat ke dokter. Umumnya penyakit ini asimtomatik, sehingga pasien tidak sadar bila telah
terinfeksi.

2
BAB II
LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien
Nama : Ny. ES
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 35 tahun
Alamat : Kaligangsa, Tegal
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Tanggal berobat : Kamis, 17 Mei 2018

B. Anamnesis
Dilakukan secara autoanamnesis pada hari Kamis tanggal 17 Mei 2018, di Poliklinik
Kulit dan Kelamin RSUD Kardinah Tegal.

Keluhan Utama
Pasien mengeluh terdapat bercak kemerahan dan gatal pada dada, paha bagian depan,
lengan atas, dan ketiak sejak 1 bulan yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien perempuan berusia 35 tahun datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD
Kardinah Tegal dengan keluhan terdapat bercak kemerahan dan gatal pada dada, paha
kanan depan, lengan atas, dan ketiak sejak 1 bulan yang lalu. Pasien mengaku awalnya
muncul beberapa bercak merah pada dada yang terasa gatal. Gatal dirasakan terutama
disaat pasien sedang berkeringat, sehingga sering digaruk dan menimbulkan luka. Pasien
tidak berobat dan memakai bedak untuk mengurangi rasa gatalnya. Kemudian 3 minggu
yang lalu muncul keluhan yang sama pada paha bagian depan, lengan atas, serta ketiak.
Keluhan gatal dirasakan mengganggu kehidupan sehari-hari, namun pasien baru berobat
pada saat ini karena pasien merasa keluhan gatal sudah tidak berkurang dengan
penggunaan bedak.

3
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya. Pasien
mengaku tidak memiliki riwayat asma, alergi terhadap obat-obatan maupun makanan
tertentu. Pasien menyangkal memiliki riwayat penyakit kulit maupun infeksi. Pasien tidak
sedang dalam pengobatan apapun.

Riwayat Penyakit Keluarga


Saat ini dikeluarga tidak ada yang memiliki keluhan yang sama dengan pasien.
Riwayat penyakit kulit dalam keluarga juga disangkal.

Riwayat Lingkungan dan Kebiasaan


Pasien mandi 2 kali sehari dan mengganti pakaiannya 2 kali sehari. Termasuk pakaian
dalam dan menggunakan handuk sendiri. Pakaian selalu dicuci setelah dipakai dan
dikeringkan. Pasien menggunakan baju yang menyerap keringat namun pasien mengaku
mudah berkeringat hingga membasahi baju dan tidak dikeringkan ataupun mengganti
pakaiannya.

C. Pemeriksaan Fisik
I. Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis

Tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 84x/menit
Suhu : afebris
Pernapasan : 20x/menit

Kepala : normosefali
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

4
Telinga : tidak ada kelainan
Hidung : tidak ada kelainan
Tenggorokan : tidak ada kelainan
Mulut : tidak ada kelainan
Thorax : lesi kulit (lihat status dermatologikus)
Jantung : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru : suara napas vesikuler, rh -/-, wh -/-
Abdomen : datar, bising usus (+) normal, hepar/lien tidak teraba,
nyeri tekan (-), nyeri lepas (-)
Ekstremitas
Atas : akral hangat, oedema -/-
Bawah : akral hangat, oedema -/-, lesi kulit (lihat status
dermatologikus)

II. Status Dermatologikus

 Lokasi : regio torakalis, femoralis anterior, brachialis dan aksila.


 Distribusi : regional, diskret
 Bentuk/susunan : teratur
 Batas : sirkumskrip/berbatas tegas
 Ukuran : lentikular sampai plakat
 Efloresensi : makula hiperpigmentasi, makula eritematosa, disertai
skuama halus

5
Gambar 1. Daerah dada

Gambar 2. Daerah ketiak

6
Gambar 3. Daerah paha bagian depan

Gambar 4. Daerah lengan atas

7
J. Resume
Pasien perempuan berusia 35 tahun datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin
RSUD Kardinah Tegal dengan keluhan terdapat bercak kemerahan dan gatal pada dada,
paha kanan depan, lengan atas, dan ketiak sejak 1 bulan yang lalu. Pasien mengaku
awalnya muncul beberapa bercak merah pada dada yang terasa gatal. Gatal dirasakan
terutama disaat pasien sedang berkeringat, sehingga sering digaruk dan menimbulkan
luka. Pasien tidak berobat dan memakai bedak untuk mengurangi rasa gatalnya.
Kemudian 3 minggu yang lalu muncul keluhan yang sama pada paha bagian depan,
lengan atas, serta ketiak. Keluhan gatal dirasakan mengganggu kehidupan sehari-hari,
namun pasien baru berobat pada saat ini karena pasien merasa keluhan gatal sudah tidak
berkurang dengan penggunaan bedak. Pasien mengatakan tidak pernah mengalami
keluhan yang sama sebelumnya dan tidak memiliki riwayat asma serta alergi. Saat ini
dikeluarga tidak ada yang memiliki keluhan yang sama dengan pasien. Pasien mandi 2
kali sehari dan mengganti pakaiannya 2 kali sehari. Termasuk pakaian dalam dan
menggunakan handuk sendiri. Pakaian selalu dicuci setelah dipakai dan dikeringkan.
Pasien menggunakan baju yang menyerap keringat namun pasien mengaku mudah
berkeringat hingga membasahi baju dan tidak dikeringkan ataupun mengganti
pakaiannya.
Pada pemeriksaan fisik, status generalis dalam batas normal. Status
dermatologis didapatkan distribusi regio torakalis, femoralis anterior, brachialis dan
aksila. Distribusi lesi diskret, bentuk lesi teratur, batas, ukuran lesi lentikular sampai
plakat, dengan efloresensi makula hiperpigmentasi, makula eritematosa, disertai skuama
halus.

K. Pemeriksaan Anjuran
1. Pemeriksaan lampu wood menampakkan fluoresensi kuning keemasan pada lesi yang
bersisik
2. Pemeriksaan mikroskopis sediaan kerokan skuama lesi dengan KOH 10%-20%.
Pemeriksaan ini akan tampak campuran hifa pendek dan spora-spora bulat yang dapat
berkelompok (spaghetti and meatball appearance).

8
L. Diagnosis Banding
1. Dermatitis seboroik
Kelainan pada kulit pada dermatitis seboroika tipikal adalah bercak-bercak
eritema yang dapat menyerupai tinea versikolor, namun gambaran klinis yang khas
pada dermatitis seboroika adalah skuama yang berminyak dan kekuningan, biasanya
bagian-bagian yang kaya kelenjar sebum, seperti kulit kepala, garis batas rambut, alis
mata, glabela, lipatan nasolabial, telinga, dada atas, punggung, ketiak, pusar dan sela
paha.
2. Pitiriasis Alba
Dapat dibedakan dari gambaran klinisnya. Pada pitiriais alba lesi berupa
makula berbentuk bulat, oval, kadang ireguler, awalnya berwarna merah muda,
ditutupi skuama halus, kemudian menjadi lesi hipopigmentasi dalam beberapa minggu.
Seiring perjalanan penyakitnya, skuama berangsur hilang, tersisa lesi hipopigmentasi
yang menetap beberapa bulan hingga tahun. Predileksi tersering adalah wajah,
ditemukan juga di lokasi lain seperti leher, bahu, punggung, ekstremitas, dan bokong.
3. Eritrasma
Eritrasma adalah penyakit bakteri kronik pada stratum korneum, ditandai
dengan adanya lesi yang berwarna merah kecoklatan, dilapisi skuama halus terutama
di daerah ketiak dan lipat paha. Pada tinea versikolor tidak terbatas pada daerah
intertriginosa.

M. Diagnosis Kerja
Tinea Versikolor

N. Penatalaksanaan
1. Umum
a. Memberikan edukasi kepada pasien mengenai penyakit yang dialami serta
pengobatannya
b. Memotivasi pasien untuk rutin kontrol dan berobat secara teratur
c. Mengedukasi pasien untuk mempertahankan lesi kulit bersih dan kering

9
d. Menyarankan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar dan menyerap
keringat, serta tidak berbagi pakaian dengan orang lain.
e. Menyarankan pasien agar istirahat yang cukup dan makan yang cukup dan
bergizi
f. Menerangkan pentingnya menjaga kebersihan diri dan lingkungan
g. Menyarankan bila terasa gatal sebaiknya jangan menggaruk terlalu keras
karena dapat menyebabkan luka dan infeksi sekunder
2. Khusus
a. Sistemik
Fungistatik: tablet ketoconazole 200 mg/ hari selama 10 hari – 2 minggu pada
pagi hari setelah makan
Antihistamin: tablet cetirizine 1 x 10 mg pada pagi hari setelah makan
b. Topikal
Anti jamur golongan azol, misalnya ketokonazol 2% krim dioleskan 2 kali
sehari sehabis mandi tiap pagi dan sore hari pada bagian yang gatal.

O. Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Quo ad cosmetican : dubia ad bonam

10
BAB III
PEMBAHASAN

Tinea versikolor adalah infeksi jamur superfisial yang disebabkan oleh kolonisasi
jamur lipofilik Malasezzia furfur yang merupakan flora normal yang terdapat pada permukaan
kulit manusia. Pitiriasis versikolor paling banyak terjadi di daerah beriklim tropis dengan
tingkat kelembaban yang tinggi. Pitiriasis versikolor dapat mengenai hampir seluruh bagian
tubuh, terutama wajah, leher, badan, lengan, punggung, lipat paha, dan paha. Terkadang
pasien dapat merasakan gatal ringan pada daerah yang terinfeksi, sehingga pasien datang
berobat ke dokter. Umumnya penyakit ini asimtomatik, sehingga pasien tidak sadar bila telah
terinfeksi.

Dari anamnesis pasien perempuan berusia 35 tahun mengeluh bercak kemerahan dan
gatal pada dada, paha kanan depan, lengan atas, dan ketiak sejak 1 bulan yang lalu, yang
dirasakan terutama saat pasien berkeringat. Tinea versikolor dapat mengenai semua umur,
namun lebih sering terjadi pada kelompok umur dewasa karena kelenjar sebaseus lebih aktif
memproduksi lemak pada kulit sehingga kelompok umur ini sebagian besar memiliki kulit
yang berminyak. Pada umumnya pasien tinea versikolor datang berobat karena adanya bercak
hipopigmentasi atau hiperpigmentasi atau eritema pada tubuh tanpa atau disertai rasa gatal
yang ringan yang dirasakan terutama bila pasien berkeringat. Lokasi tersering umumnya tubuh
bagian atas, punggung dan lengan atas serta bagian tubuh yang tertutup pakaian. Pasien
mengaku awalnya muncul beberapa bercak merah pada dada yang terasa gatal, karena daerah
dada merupakan daerah yang selalu sembab. Selain itu pasien juga mengaku bahwa pasien
mudah berkeringat hingga menbasahi baju yang merupakan predisposisi dari tinea versikolor.

Pada status dermatologis didapatkan distribusi regio torakalis, femoralis anterior,


brachialis dan aksila. Distribusi lesi diskret, bentuk lesi teratur, batas, ukuran lesi lentikular
sampai plakat, dengan efloresensi makula hiperpigmentasi, makula eritematosa, disertai
skuama halus. Tanda patognomonis dari tinea versikolor adalah Lesi berupa makula
hipopigmentasi atau berwarna-warni, berskuama halus, berbentuk bulat atau tidak beraturan
dengan batas tegas atau tidak tegas. Skuama biasanya tipis seperti sisik dan kadangkala hanya

11
dapat tampak dengan menggores kulit (finger nail sign). Pada lesi baru sering dijumpai
makula skuamosa folikular. Sedangkan lesi primer tunggal berupa makula dengan batas
sangat tegas tertutup skuama halus. Pada kulit hitam atau coklat umumnya berwarna putih
sedang pada kulit putih atau terang cenderung berwarna coklat atau kemerahan. Pada kasus
hipopigmentasi, inhibitor tyrosinase (hasil dari aksi/kerja inhibitor tyrosinase dari asam
dicarboxylic yang terbentuk melalui oksidasi beberapa asam lemak tak jenuh (unsaturated
fatty acids) pada lemak di permukaan kulit secara kompetitif menghambat enzim yang
diperlukan dari pembentukan pigmen melanocyte. Pada kasus makula hiperpigmentasi,
organisme memicu pembesaran melanosom yang dibuat oleh melanosit di lapisan basal
epidermis. Dari gejala dan tanda yang didapatkan, diagnosis dapat diarahkan kepada tinea
versikolor.

Pemeriksaan penunjang diagnosis antara lain pemeriksaan dengan lampu Wood yang
akan menunjukkan adanya pendaran (fluoresensi) berwarna kuning keemasan akibat adanya
substansi pteridin pada elemen jamur, baik spora maupun hifa yang hidup dijaringan.
Pemeriksaan mikroskopis sediaan skuama dengan KOH memperlihatkan kelompokan sel ragi
bulat berdinding tebal dengan miselium kasar, sering terputus-putus (pendek-pendek), yang
akan lebih mudah dilihat dengan penambahan zat warna tinta Parker blue-black atau biru
laktofenol. Gambaran ragi dan miselium tersebut sering dilukiskan sebagai meat ball and
spaghetti.

Terapi yang diberikan pada kasus ini yaitu ketokonazole oral dan topikal. Ketokonazol
merupakan obat pilihan (drug of choice) untuk pengobatan infeksi Malassezia spp. Preparat
antifungal tersebut mempunyai efek fungistatik dan fungisidal pada konsentrasi yang tinggi.
Mekanisme kerja ketokonazol yaitu dengan menghambat sintesis ergosterol yang merupakan
sterol utama pada membran sel jamur dengan menghambat cytochrome P450-dependent
lanosterol 14a-demethylase. Akibatnya ergosterol akan berkurang dan terjadi akumulasi
lanosterol. Perubahan tersebut mengakibatkan perubahan permeabilitas dan kerusakan struktur
membran sel yang menyebabkan gangguan pertumbuhan jamur bahkan sampai terjadi
kematian sel jamur. Regimen yang dianjurkan untuk tine versikolor yaitu ketokonazol 200 mg
sekali sehari selama seminggu. Sedangkan agen topikal memiliki efek yang menenangkan,
yaitu meringankan gejala lokal. Formulasi topikal dapat membasmi area infeksi yang kecil,

12
tetapi terapi oral dibutuhkan untuk infeksi yang lebih luas atau untuk kasus infeksi kronis dan
berulang. Kemudian obat sistemik yang diberikan adalah cetirizine yang merupakan
antihistamin golongan 2 (AH2) dengan sediaan dosis 10 mg, dan penggunaannya 1 x 1 tablet.
Efek yang diberikan adalah penekanan terhadap senyawa tubuh histamin yang merupakan
mediator kimia yang sering muncul pada reaksi peradangan dan alergi sehingga menimbulkan
efek pada tubuh berupa kemerahan pada kulit, gatal, dan pembengkakan.

Faktor-faktor yang perlu dihindari atau dihilangkan untuk mencegah terjadi tinea
versikolor antara lain, mengurangi kelembaban tubuh dengan menghindari pakainan yang
panas, meningkatkan higienitas dan mengatasi faktor predisposisi lain. Juga beberapa faktor
yang memudahkan timbulnya residif pada tinea versikolor harus dihindari atau dihilangkan
antara lain, temperatur lingkungan yang tinggi, keringat berlebihan, pakaian dari bahan karet
atau nilon, kegiatan yang banyak berhubungan dengan air, misalnya berenang, kegemukan,
selain faktor kelembaban, gesekan kronis dan keringat yang berlebihan disertai higienitas
yang kurang, memudahkan timbulnya infeksi jamur.

Prognosis baik bila pengobatan dilakukan menyeluruh, tekun dan konsisten. Pengobatan
harus diteruskan 2 minggu setelah fluoresensi negatif dengan pemeriksaan lampu wood dan
sediaan langsung negatif. Jamur penyebab pitiriasis versikolor merupakan bagian dari flora
normal dan kadang-kadang tertinggal dalam folikel rambut. Hal ini yang mengakibatkan
tingginya angka kekambuhan, sehingga diperlukan pengobatan profilaksis untuk mencegah
kekambuhan. Masalah lain adalah menetapnya hipopigmentasi dan diperlukan waktu yang
cukup lama untuk repigmentasi. Namun hal tersebut bukan akibat kegagalan terapi, sehingga
penting untuk memberi informasi kepada pasien bahwa bercak putih tersebut akan menetap
beberapa bulan setelah terapi dan akan menghilang secara perlahan.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Budimulja U, Widiaty S. Dermatofitosis. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7 th ed.
Badan Penerbit FKUI; 2016. P 109-16.
2. Siregar, R.S. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit, 2nd ed. Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2005.
3. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine Eight Edition. Vol. 1 & 2. Penerbit:
Mc Graw Hill; 2012.
4. Weinstein A, Berman B. Topical Treatment of Common Superficial Tinea Infection.
AmFam Physician. P 2095-102.
5. Lesher JL. Tine Corporis. Medscape [online]. 2017 [Cited 2017 Jun]. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/1091473-overview#a1.

14

Anda mungkin juga menyukai