Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN KASUS

PITIRIASIS VERSIKOLOR

Disusun oleh :
Pretty Oktaviani Sihombing
2065050045

Pembimbing:
dr. Syahfori W, M.Sc, Sp.KK

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KULIT DAN KELAMIN


PERIODE 17 Januari – 05 Februari 2022
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2022
Pitiriasis Versikolor
(Masalah Diagnosis)

Pretty Oktaviani Sihombing


Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia, Jakarta

PENDAHULUAN

Pitiriasis versikolor adalah infeksi jamur superfisial kronik ringan yang disebabkan
oleh jamur malassezia dengan ciri klinik discrete atau Confluent pada lapisan epidermis kulit.
Malassezia furfur merupakan flora normal pada kulit yang dapat berubah menjadi bentuk
patogen dalam kondisi tertentu, seperti lingkungan dengan suhu dan kelembaban tinggi,
produksi kelenjar sebum dan keringat, genetik, keadaan imunokompromais, dan keadaan
malnutrisi. Malassezia menghasilkan senyawa yang mengganggu melanisasi kulit sehingga
menyebabkan perubahan pigmentasi kulit.
Pitiriasis versikolor banyak dijumpai di daerah tropis dikarenakan suhu dan
kelembaban lingkungan, diperkirakan 40-50% dari populasi di negara tropis terkena penyakit
ini. Penyakit ini dapat menyerang semua usia. Di Indonesia sendiri belum ada data mengenai
angka kejadian pitiriasis versikolor, namun di Asia dan Australia memiliki angka kejadian
Pitiriasis versikolor yang cukup tinggi karena mendukungnya iklim di daerah tersebut.
Lesi khas pitiriasis versikolor dapat berupa makula, plak, atau papul folikular dengan
beragam warna, hipopigmentasi, hiperpigmentasi, sampai eritematosa, berskuama halus
diatasnya, dikelilingi kulit normal. Pitiriasis versikolor paling dominan mengenaik badan
bagian atas, tetapi sering juga ditemukan di ketiak, sela paha, tungkai atas, leher, muka dan
kulit kepala. Umumnya, penderita merasakan gatal ringan saat berkeringat.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis Pitiriasis versikolor seperti kultur
jamur dan pemeriksaan mikroskopis dengan spesimen kerokan kulit. Terapi infeksi jamur
pitiriasis bersikolor dapat diberikan baik oral ataupun topikal. Terdapat banyak obat anti
jamur yang dapat dijadikan pilihan dalam pengobatan pitiriasis versikolor, seperti selenium
sulfida, ketokonazol, mikonazol, sulfur presipitatum, dan sebagainya.
I. IDENTITAS PASIEN

● Nama/ No. RM : Tn. D

● Jenis Kelamin : Laki-laki

● Umur : 54 tahun

● Alamat : Kemang, Desa Tegal, Bogor

● Pekerjaan : Pensiun TNI-AU

● Status Pernikahan : Sudah Menikah

II. ANAMNESIS

Dilakukan anamnesis pada hari Selasa, 18 Januari 2022

Keluhan Utama : Bercak gelap pada ketiak sebelah kanan sejak 3 tahun yang lalu

Keluhan Tambahan. : Gatal pada daerah bercak

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke poli klinik kulit dan kelamin dr. Syahfori W, M.Sc, Sp.KK dengan
keluhan bercak gelap pada ketiak kanan sejak 3 bulan yang lalu. Keluhan bercak gelap
tersebut disertai dengan gatal. Bercak gelap mulanya hanya pada bagian lengan saja
kemudian makin lama melebar dan bertambah banyak pada lipatan ketiak. Selain itu,
pasien mengatakan gatal yang dirasakan makin memberat saat pasien berkeringat.
Bercak tidak terasa panas, tidak nyeri, tidak didapatkan rasa tebal pada daerah bercak.
Pasien mengaku, seringkali menggaruk bercak tersebut untuk mengurangi rasa gatal
tersebut. Pasien sudah mencoba mengobati gejala dengan mandi air sirih dan air
belerang, namun keluhan tidak membaik.

Diketahui bahwa pasien merupakan seorang pensiunan anggota TNI-AU. Sehingga


pasien setiap hari melakukan aktivitas yang mengeluarkan banyak keringat namun
terkadang tidak sempat mandi, sehingga terkadang pasien hanya mandi 1 kali dalam 2
hari. Pasien juga sering bertukar handuk dengan teman pasien. Pasien mengatakan teman
kerja pasien ada yang mengalami keluhan serupa yang dirasakan oleh pasien saat ini.

Pasien menyangkal pernah mengalami keluhan ini sebelumnya, dan pasien juga
menyangkal dikeluarga ada yang mengalami keluhan seperti ini. Pasien menyangkal
keluargnya memiliki penyakit Hipertensi, Diabetes Mielitus, Autoimun ataupun minum
obat dalam jangka waktu yang lama.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien mengatakan belum pernah mengalami keluhan ini sebelumnya. Pasien tidak
memiliki riwayat Diabetes Mellitus dan Hipertensi.

Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat HT, DM, Autoimun atau Minum obat lama, serta keluhan bercak disertai
gatal pada keluarga disangkal oleh pasien.

Riwayat Kebiasaan Pribadi

• Pasien mengatakan bahwa sering melakukan aktivitas yang mengeluarkan banyak


keringat dan jarang mandi

• Pasien mengatakan bahwa sering bertukar handuk dengan teman pasien selama
bekerja sebagai TNI-AU

III. PEMERIKSAAN FISIK


a. Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
b. Tanda Vital
 Kesadaran : Composmentis
 Tekanan Darah : 125/80 mmHg
 Frekuensi Nadi : 65x/menit
 Frekuensi Pernafasan : 20x/menit
 Suhu : 36.6ºC
c. Data Antropometri
 Berat Badan : 68 kg
 Tinggi Badan : 169 cm
d. Kepala dan Leher
 Kepala : Normochepali
 Rambut : Pertumbuhan rambut berwarna hitam, tersebar merata
 Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, lagoftalmus (-)
 Mulut : Bibir tidak pucat
 Leher : KGB tidak teraba membesar

e. Thorax
 Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris
 Palpasi : vokal fremitus simetris
 Perkusi : sonor di kedua lapang paru
 Auskultasi : bunyi nafas dasar vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
f. Abdomen
 Inspeksi : Tidak embuncit, umbilicus tidak menonjol
 Palpasi : Supel, asistes (-), nyeri tekan (-)
 Perkusi : Supel, asistes (-), nyeri tekan (-)
 Auskultasi : Bising usus (+)
g. Ekstremitas atas
Akral hangat, edema (-), anestesi (-), CRT <2 detik, onikolisis (-)
h. Ekstremitas bawah
KGB inguinal kanan dan kiri tidak membesar, akral hangat, edema (-), anestesi (-),
CRT <2 detik, onikolisis (-)

Status Dermatologi

Pasien dr. Syahfori Widiyani, M.Sc., Sp.KK,

Effloresensi
Pada regio Axillaris dextra tampak Makula hiperpigmentasi multipel berbatas tegas, bentuk
tidak teratur dengan ukuran 1x2 cm tersebar diskrit dan diatasnya disertai skuama halus tipis.

IV. RESUME
Pasien datang dengan keluhan bercak gelap disertai gatal pada daerah ketiak sejak
kurang lebih 3 tahun yang lalu. Gatal dirasakan ringan namun terasa memberat saat
berkeringat. Awalnya bercak kecil dan sedikit pada lengan, namun semakin lama
semakin banyak dan membesar serta menyebar ke ketiak. . Bercak tidak terasa panas,
tidak nyeri, tidak didapatkan rasa tebal pada daerah bercak. Saat masih bekerja sebagai
anggota TNI, pasien memiliki kebiasaan mandi hanya 2 hari 1 kali dan terkadang suka
bertukar handuk dengan teman pasien. pasien sudah mencoba mengobati gejala dengan
mandi air sirih dan air belerang, namun keluhan tidak membaik. Pasien belum pernah
mengobati keluhan ke dokter. Saat bekerja sebagai TNI-AU pasien mengatakan
terkadang mandi hanya 1 kali dalam 2 hari. Riwayat penyakit serupa di lingkungan
kerja pasien (+) dimana teman pasien saat masih bekerja memiliki keluhan serupa, dan
riwayat penyakit serupa di keluarga pasien (-). Riwayat Diabetes Mellius (-), Hipertensi
(-) dan Alergi (-).

V. PERMASALAHAN KASUS
Bercak coklat multipel ukuran lentikuler berbentuk tidak teratur pada ketiak disertai
rasa gatal.

VI. DIAGNOSIS BANDING


Pitiriasis Versikolor
Eritrasma
VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG/ANJURAN
1. Pemeriskaan mikroskopik kerokan kulit dengan KOH 10%
2. Lampu wood
I. PEMERIKSAAN TAMBAHAN
3. Fenomena tetesan lilin : tidak dilakukan
2. Tanda Auspiz : tidak dilakukan
3. Fenomena Koubner : tidak dilakukan
II. DIAGNOSIS KERJA
Pitiriasis Versikolor
III. TATALAKSANA
 Non medikamentosa:
1. Menjaga kebersihan tubuh
2. Mandi 2x sehari
3. Sering mengganti pakaian dan kaos kaki jika sudah lembab
4. Jangan menggaruk pada bagian bercak

 Medikamentosa:
Selenium Sulfida shampoo 1,8% dioleskan ½ jam sebelum mandi

5. PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam
Ad functionum : ad bonam
Ad sanationam : ad bonam
Ad kosmetikum : dubia ad bonam

6. PEMBAHASAN
a. Definisi dan Etiologi
Pitiriasis versikolor adalah infeksi jamur superfisial kronik ringan yang
disebabkan oleh jamur malassezia dengan ciri klinis discrete atau Confluent.
Infeksi ini bersifat menahun, ringan dan biasanya tanpa peradangan. Ptyriasis
Versicolor umumnya menyerang badan dan kadang-kadang terlihat di wajah,
leher, badan, lengan atas, ketiak, paha, lipatan paha, kulit kepala, dan tungkai atas.
b. Epidemiologi
Pityriasis Versicolor dijumpai diseluruh dunia, terutama di daerah tropis dan
sub tropis. Di daerah tropis dapat mencapai 40% samapi 60%, sedangkan di
daerah sub tropis atau daerah dengan empat musim prevalensi cenderung lebih
rendah hingga di bawah 1%. Pityriasis Versicolor lebih banyak dijumpai pada
kelompok usia dewasa muda baik laki-laki maupun perempuan. Pada laki-laki
banyak dijumpai pada usia 21-25 tahun, sedangkan pada perempuan banyak
dijumpai pada usia 36-30 tahun. Di daerah tropis, laki-laki cenderung lebih
banyak menderita PVC dibandingkan dengan perempuan mungkin terkait jenis
pekerjaan. Pityriasis Versicolor juga banyak dijumpai pada individu
immunokompromais antara lain pasien sindrom Cushing, dan pada pasien dengan
defek imunitas yang parah. Pada pasien AIDS prevalensi meningkat hingga 80%
serta muncul variasi klinis yang sama sekali berbeda.
Pada anak-anak, prevalensi PVC lebih rendah; satu survey di Afrika Barat
mendapatkan prevalensi 4,7% diantara anak sekolah. Studi lain di India pada
anak dibawah usia 14 tahun menunjukkan PCV palung banyak ditemukan pada
kelompok usia 8-12 tahun, meskipun jumlah kecil juga ditemukan pada bayi, dan
penyakit terutama muncul di musim panas.
c. Cara Penularan
Sebagian besar kasus PVC terjadi karena aktivasi Malassezia furfur pada
tubuh penderita sendiri (autithocus flora), walaupun dilaporkan pula adanya
penularan dari individu lain. Kondisi patogen terjadi bila terdapat perubahan
keseimbangan hubungan antara hospes dengan ragi sebagai flora normal kulit.
Dalam kondisi tertentu Malassezia furfur akan berkembang ke bentuk miselial,
dan bersifat lebih patogenik. Keadaan yang mempengaruhi keseimbangan antar
hospes dengan ragi tersebut diduga adalah faktor lingkungan atau faktor
individual. Faktor lingkungan diantaranya adalah lingkungan mikro pada kulit,
misalnya kelembaban kulit. Sedangkan faktor individual antara lain adanya
kecenderungan genetik, atau adanya penyakit yang mendasari misalnya sindrom
Cushing atau malnutrisi.
d. Patogenesis
Pityriasis versicolor timbul bila Malassezia furfur berubah bentuk menjadi
bentuk miselia karena adanya faktor predisposisi, baik eksogen maupun endogen.
1. Faktor eksogen meliputi suhu, kelembaban udara dan keringat, hal ini
merupakan penyebab sehingga PVC banyak dijumpai didaerah tropis
dan pada musik panas di daerah sub tropis. Faktor eksogen lain adalah
penutupan kulit oleh pakaian atau kosmetik dimana akan
mengakibatkan peningkatan konsentrasi CO2, mikroflora dan pH
2. Sedangkan faktor endogen meliputi malnutrisi, dermatitis seboroik,
sindrom cushing, terapi imunosupresan, hiperhidrosis, dan riwayat
keluarga yang positif. Disamping itu bisa juga karena Diabetes
Melitus, penyakit berat lainnya yang dapat mempermudah timbulnya
PVC.
Patogenesis dari makula hipopigmentasi oleh terhambatnya sinar matahari
yang masuk ke dalam lapisan kulit akan mengganggu proses pemberukan
melanin, adanya toksin yang langsung menghambat pembentukan melanin, dan
adanya asam azeleat yang dihasilkan oleh Pityrosporum dari asam lemak dalam
serum yang merupakan inhibitor kompetitif dan tirosinase.
Jamur dapat menyaring sinar matahari dan mengganggu proses pewarnaan
kulit yang normal. Senyawa tertentu yang disintesis oleh Malassezia yang disebut
pityriacitrin bisa menyerap sinar ultraviolet. Metabolit lain Malassezia seperti
asam azaleik dan asam dikarboksilat dapat menyebabkan hipopigmentasi dengan
menghambat enzim tirosinase dan merusak melanozit. Kerusakan yang lama dari
melanosit karena metabolit tersebut dapat menjelaskan mengapa lesi
hipopigmentasi bisa bertahan selama berbulan-bulan dan beberapa bisa bertahan
selama bertahun-tahun.
e. Gambaran Klinis
Kelainan kulit PVC sangat superfisial dan ditemukan terutama di badan.
Kelainan ini terlihat sebagai bercak-bercak berwana-warni, bentuk tidak teratur
sampai teratur, batas jelas sampai difus. Bercak-bercak tersebut berflurosensi bila
dilihat dengan lampu wood. Bentuk papulovesikular dapat terlihat walaupun
jarang. Kelinan biasanya asimtomatik sehingga adakalanya penderita tidak
mengetahui bahwa ia berpenyakit tersebut.
Lesi PVC terutama dijumpai dibagian atas badan (punggung dan dada) dan
meluas ke lengan atas, leher dan perut atau tungkai atas atau bawah. Dilaporkana
danya kasus-kasus yang khusus dimana lesi hanya dijumpai pada bagian tubuh
yang tertutup pakaian dalam. Dapat pula dijumpai lesi pada lipatan aksila,
inguinal atau pada kulit muka dan kepala.
Kadang-kadang penderita dapat merasakan gatal ringan, yang merupakan
alasan berobat. Pseudoakromia, akibat tidak terkena sinar matahari atau
kemungkinan pengaruh toksis jamur terhadap pembentukan pigmen, sering
dikeluhkan penderita. Penderita pada umumnya hanya mengeluhkan adanya
bercak/makula berwarna putih (hipopigmentasi) atau kecoklatan (hiperpigmentasi)
dengan rasa gatal ringan yang umumnya muncul saat berkeringat.
Pada kulit yang terang, lesi berupa makula cokelat muda dengan suama halus
di permukaan, terutama terdapat di badan dan lengan atas. Kelainan ini biasanya
bersifat asimtomatik, hanya berupa gangguan kosmetik. Pada kulit gelap,
penampakan yang khas berupa bercak-bercak hipopigmentasi. Hilangnya pigmen
diduga ada hubungannya dengan produksi asam azelaik oleh ragi, yang
menghambat tironasi dan dengan demikian mengganggu produksi melanin, Inilah
sebabnya mengapa lesi berwarna cokelat pada kulit yang pucat tidak diketahui.
Variasi warna yang tergantung pada warna kulit aslinya merupakan sebab
mengapa penyakit tersebut dinaman ‘Versicolor’.
f. Diagnosis Banding
Oleh karena variasi warna pada lesi pityriasis versicolor maka beberapa
penyakit antara lain vitiligo, kloasma, dermatitis seboroik, pitiriasis rosea, sifilis
stadium-2, pinata dan tinea korporis menunjukkan tanda peradangan yang lebih
jelas dibandingkan dengan pitiriasis versikolor. Eritrasma kadangkala sulit
dibedakan dengan pitiriasis versikolor hiperpigmentasi, tetapi dapat dibedakan
dengan fluoresensi merah jambu pada pemeriksaan dengan lampu Wood.
g. Diagnosis
Pemeriksaan langsung dengan larutan KOH terhadap sediaan skuama yang
berasal dari kerokan atau menggunakan selotip akan menunjukkan hifa/miselia
jamur yang kasar seperti puntung rokok pendek berbentuk huruf i, j dan v serta
spora bulat dalam jumlah banyak dan bergerombol sehingga gambaran khas
sebagai spaghetti and meat ball atau banana and grapes. Kadang-kadang
ditemukan spora oval. Temuan miselium memastikan diagnosis, yang kadangkala
lebih dominan daripada spora. Pengecatan dengan larutan KOH 10-20% dan tinta
Parker biru-hitam memberikan warna biru pada jamur dan mempermudah
pemeriksaan. Hasil biakan Malassezia dalam media agar Sabourraud dengan
tambahan minyak zaitun tidak bernilai diagnostik oleh karena Malassezia
merupakan flora normal kulit.
h. Tatalaksana
Pengobatan PVC dapat dilakukan dengan topikal maupun sistemik.
Pengobatan topikal, terutama ditunjukkan untuk penderita dengan lesi yang
minimal. Obat topikal yang paling sering digunakan adalah selenium sulfida 2,5%
dan obat topikal golongan senyawa azol (antara lain ketokonazol 2% bifonazol,
tiokinazol) dalam bentuk shampoo yang dipakai diseluruh badan setelah mandi
selama 5-15 menit dan kemudian dibilas, dipakai 2-3 kali seminggu selama 2
minggu. Obat terbunafin 1% juga efektif untuk pengobatan PVC, dipakai 2 kali
sehari selama seminggu dengan angka kesembuhan 80%. Bisa juga menggunakan
solusio sodium tiosulfas 20% yang dioleskan 2 kali sehari setelah mandi selama 2
minggu. Sampo selenium sulfide dan sodium tosulfas 20% menyebabkan bau
yang kurang sedap serta kadang bersifat iritatif, sehingga sering menyebabkan
pasien kurang taat menjalani pengobatan.
Pengobatan sistemik menggunakan ketokonazol atau itrakonazol juga sangat
efektif untuk PVC yang luas. Dosis untuk ketokonazol bervariasi antara 200mg
perhari selama 7 sampai 10 hari atau 400mg perhari selama 3 sampai 7 hari.
Fluconazole juga efektif bila diberikan 400mg dosis tunggal.
i. Prognosis
Prognosis PVC dalam hal kesembuhan baik tetapi persoalan utama adalah
kekambuhan yang sangat tinggi. Menghadapi persoalan ini, lebih baik dilakukan
pengobatan ulang setiap kali kambuh atau pencegahan dari pada memperpanjang
satu periode pengobatan.
Masalah lain adalah menetapnya hipopigmentasi dan diperlukan waktu yang
cukup lama untuk repigmentasi. Namun hal ini bukan akibat kegagalan terapi,
sehingga penting untuk memberikan informasi kepada pasien bahwa bercak putih
tersebut akan menetap beberapa bulan setelah terapi dan akan menghilang secara
perlahan.
DAFTAR PUSTAKA

PERDOSKI. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di
Indonesia. Jakarta: PERDOSKI; 2017. Hal 7-8.

Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. FK UI. Edisi Ketujuh. 2016

Fritz’s Patrick Dermatology. Edisi ke 9. Ewon Kang, MD. MPH Mayasuki amagi, MD,
Anna L. MD,

Dermatologi dan Venerologi FK UGM. Retno Danarti, Arief Budiyanto, Saiti Retno
Pudjanti. 2020

Anda mungkin juga menyukai