DERMATITIS NUMULARIS
Ambara Rakhmadi S. 130112150684
Atikah Listiarini 130112150679
Beruntus tersebut bila disentuh ada beberapa yang basah dan ada yang
menebal seperti kayu serta terasa perih apabila terkena keringat atau air.
Keluhan gatal dirasakan sepanjang hari. Untuk keluhannya ini, pasien berobat ke
dokter di Puskesmas, diberikan obat oles betametason dipakai 2x sehari.
Anamnesis
Kemudian pasien merasa keluhannya sembuh, namun setelah berhenti berobat,
keluhan muncul kembali dan semakin parah.
Teman kerja dan istri yang turut membantu kerja mengalami hal serupa
Riwayat gigi berlubang, nyeri menelan, batuk pilek, demam, keluar cairan dari
telinga disangkal pasien
Penderita berganti pakaian 2x sehari dengan pakaian yang sudah dicuci dan
disetrika
Anamnesis
Pasien bekerja sebagai tukang sablon, sehingga sering berdiri lama dan
banyak terpapar zat kimia sablon
Riwayat menderita penyakit varises disangkal
Penderita menyangkal memiliki alergi terhadap logam
Riwayat menderita penyakit darah tinggi dan rutin meminum captopril
Riwayat penyakit kuning, lambung, kencing darah, dan batuk lama disangkal
Timeline
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan umum: kesan sakit ringan
Kesadaran: compos mentis
Tensi: 130/80
Nadi: 80x/menit
Respirasi: 18x/menit
Suhu: afebris
Status gizi: baik
Kepala
Mata: sklera ikterik (-), konjungtiva anemis (-)
Hidung: rinorhoe (-)
Pemeriksaan Fisik
Toraks:
Cor: BJM regular S1, S2
Pulmo: torakoabdominal, bentuk dan gerak simetris, wheezing (tidak
dilakukan), ronchi (tidak dilakukan)
Abdomen: tidak dilakukan
Ekstremitas:
KGB aksila dan inguinal: tidak terlihat dan tidak teraba adanya
pembesaran
Pemeriksaan Fisik
Status Dermatologikus
Distribusi: generalisata
A/R: lengan atas, lengan bawah, permukaan ekstensor pergelangan
tangan, genu samoai permukaan anterior pergelangan kaki, punggung
bawah, lateral pinggang,
Lesi: multipel, bentuk ireguler, ukuran terkecil (1x1 cm), ukuran terbesar
(15x10x0,5 cm), berbatas tegas, menimbul dari permukaan, sebagian
basah, sebagian kering
Efloresensi:
Papula eritem, di atasnya terdapat skuama, erosi, eskoriasi, krusta
serosa, di sekitarnya oedem
Resume
Seorang laki-laki , usia 65 tahun, pendidikan terakhir SMP, pekerjaan
wiraswasta, sudah menikah. Datang ke Puskesmas dengan keluhan utama
beruntus-beruntus kemerahan di tubuh yang terasa gatal
Dari autoanamnesis tanggal 5/10/2016, didapatkan:
Topikal
Sistemik
Methylprednisolone 3x1
Biopsi:
akut: adanya spongiosis dengan atau tanpa mikrovesikel spongiotik
Infeksi sekunder
Penatalaksanaan
Bila kulit kering diberi emolient.
Jika lesi eksudatif topikal dikompres misalnya dengan larutan permanganas
kalikus 1/10000.
Setelah lesi kering diberi kortikosteroid topikal
Sistemik diberikan antibiotik seperti eritromisin, dan bila perlu
kortikosteroid jangka pendek.
Beberapa penderita mungkin perlu sedatif untuk mengurangi rasa gatal.
Prognosis
Etiology : sensitizer
Initiation : repeated exposure
Patient : allergic persons
Complain : itching
Lesion : obscured border
Certain people
Type-IV hypersensitivity reaction
Allergens : metals (jewelry, watch, eye-glasses), cosmetics
History of itching/burning after exposure to allergen
ETIOLOGI
Penyebab DKA : bahan kimia sederhana dengan berat molekul umumnya
rendah (<1000 dalton), merupakan alergen yang belum diproses, disebut
hapten, bersifat lipofilik, sangat reaktif, dapat menembus stratum
korneum
Berbagai faktor berpengaruh dalam timbulnya DKA:
potensi sensitisasi alergen,
dosis per unit area,
luas daerah yang terkena,
lama pajanan, oklusi, suhu dan kelembaban lingkungan, vehikulum, dan
pH.
faktor individu, misalnya kelainan kulit pada lokasi kontak
PATOGENESIS
Reaksi imunologik tipe IV, suatu hipersensitivitas tipe lambat. Reaksi ini
terjadi melalui dua fase, yaitu fase sensitisasi dan fase elisitasi. Hanya
individu yang telah mengalami sensitisasi dapat menderita DKA.
Fase induksi ialah saat kontak pertama alergen dengan kulit sampai limfosit
mengenal dan memberi respons, memerlukan waktu 2 3 minggu.
Fase elisitasi ialah saat terjadi pajanan ulang dengan alergen yang sama
atau serupa sampai timbul gejala klinis
PATOGENESIS
Pada fase induksi, hapten (protein tak lengkap) berpenetrasi ke dalam kulit dan
berikatan dengan protein karier membentuk antigen yang lengkap. Antigen ini
ditangkap dan diproses terlebih dahulu oleh makrofag dan sel Langerhans.
Kemudian memacu reaksi limfosit T yang belum tersensitisasi di kulit, sehingga
terjadi sensitisasi limfosit T, melalui saluran limfe, limfosit yang telah
tersensitisasi bermigrasi ke daerah parakortikal kelenjar getah bening regional
untuk berdiferensiasi dan berproliferasi membentuk sel T efektor yang
tersensitisasi secara spesifik dan sel memori. Kemudian sel sel tersebut masuk
ke dalam sirkulasi, sebagian kembali ke kulit dan sistem limfoid, tersebar di
seluruh tubuh, menyebabkan sensitivitas yang sama di seluruh kulit tubuh.
PATOGENESIS
Pada fase elisitasi, terjadi kontak ulang dengan hapten yang sama atau
serupa. Sel efektor yang telah tersensitisasi mengeluarkan limfokin
yang mampu menarik berbagai sel radang sehingga terjadi gejala
klinis.
GEJALA KLINIS
Dermatitis atopik
Dermatitis numularis
Dermatitis seborhoik
PATCH TEST
1) Pelaksanaan uji tempel dilakukan setelah dermatitisnya sembuh, bila
mungkin setelah 3 minggu.
7) Hasil positif dapat berupa eritema dengan urtika sampai vesikal atau bula
8) Penting dibedakan, apakah reaksi karena alergi kontak atau karena iritasi,
sehubungan dengan konsentrasi bahan uji terlalu tinggi.
9) Bila oleh karena iritasi, reaksi akan menurun setelah 48 jam (reaksi tipe
decresendo), sedangkan reaksi alergi kontak makin menigkat (reaksi tipe
crescendo)
TERAPI
UMUM : Pencegahan terulangan kontak kembali dengan alergen
penyebab dan menekan kelainan kulit yang timbul.
Definisi
Dermatitis kontak iritan adalah suatu reaksi peradangan kulit
nonimunologik,terjadi kerusakan kulit secara langsung tanpa proses
sensitasi.
Epidemiologi
Dapat diderita oleh semua orang dari berbagai golongan umur, ras dan
jenis kelamin.
Berhubungan dengan pekerjaan
berisiko tinggi meliputi pembatu rumah tangga, pelayan rumah sakit,
tukang masak, dan penata rambut
Klasifikasi
Dermatitis kontak iritan akut
Kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh bahan
iritan melalui kerja kimiawi atau fisik
Bahan iritan merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin, menyingkirkan
lemak lapisan tanduk dan mengubah daya ikat air kulit.
Kebanyak bahan iritan (toksin) merusak membran lemak keratinosit
tetapi sebagian dapat menembus membran sel dan merusak lisosom,
mitokondria atau komplemen inti.
Kerusakan membran mengaktifkan fosfolipase dan melepaskan asam
arakidonat (AA), diasilgliserida (DAG), faktor aktivasi platelet, dan
inositida (IP3).
AA dirubah menjadi prostaglandin (PG) dan leukotrien (LT) yang
menginduksi vasodilatasi, dan meningkatkan permeabilitas vaskuler
sehingga mempermudah transudasi komplemen dan kinin.
PG dan LT juga bertindak sebagai kemotraktan kuat untuk limfosit dan
neutrofil, serta mengaktifasi sel mast melepaskan histamin, LT dan PG
lain, dan PAF, sehingga memperkuat perubahan vaskuler.
DAG dan second messenger lain menstimulasi ekspresi gen dan sintesis
protein, misalnya interleukin-1 (IL-1) dan granulocyte macrophage-
colony stimulating factor (GM-CSF).
IL-1 mengaktifkan sel T-helper mengeluarkan IL-2 dan mengekspresi
reseptor IL-2 yang menimbulkan stimulasi autokrin dan proliferasi sel
tersebut. Keratinosit juga mengakibatkan molekul permukaan HLADR dan
adesi intrasel (ICAM-1).
Pada kontak dengan iritan, keratinosit juga melepaskan TNF-, suatu
sitokin proinflamasi yang dapat mengaktifasi sel T, makrofag dan
granulosit, menginduksi ekspresi molekul adesi sel dan pelepasan sitokin.
Rentetan kejadian tersebut menimbulkan gejala peradangan klasik di tempat
terjadinya kontak di kulit tergantung pada bahan iritannya.
Iritan kuat akan menimbulkan kelainan kulit pada pajanan pertama pada
hampir semua orang dan menimbulkan gejala berupa eritema, edema,
panas, dan nyeri.
Sedangkan iritan lemah hanya pada mereka yang paling rawan atau
mengalami kontak berulang-ulang, dimulai dengan kerusakan stratum
korneum oleh karena delipidasi yang menyebabkan desikasi dan kehilangan
fungsi sawar, sehingga mempermudah kerusakan sel dibawahnya oleh iritan.
Faktor kontribusi, misalnya kelembaban udara, tekanan, gesekan, dan oklusi,
mempunyai andil pada terjadinya kerusakan tersebut.
Diagnosis
Khusus
Topikal
bila basah diberi terapi basah (kompres terbuka), bila kering diberi
terapi kering.
Kortikosteroid
Prognosis baik pada individu non atopi dimana DKI didiagnosis dan
diobati dengan baik
Definisi
Dermatitis sekunder akibat insufiensi kronik vena (atau
hipertensi vena) tungkai bawah
Etiopatogenesis
Mekanisme timbulnya dermatitis ini masih belum jelas
tekanan hidrostatik dalam sistem vena, terjadi kebocoran fibrinogen
masuk ke dalam dermis fibrinogen di luar pembuluh darah akan
berpolimerisasi membentuk selubung fibrin perikapiler dan interstisium
menghalangi difusi oksigen dan makanan yang dibutuhkan untuk
kelangsungan hidup kulit kematian sel
perangkap faktor pertumbuhan (growth factor "trap" hypothesis)
hipertensi vena atau kerusakan kapiler keluarnya molekul makro,
misalnya seperti fibrinogen, a2-makroglobulin, ke dalam dermis
memperangkap growth factor dan substansi stimulator lain atau
homeostatik tidak mampu mempertahankan integritas jaringan dan
proses perbaikan bila terjadi luka akibat trauma yang ringan sekalipun.
Etiopatogenesis
Gambaran klinis
Diagnosis Banding
Konsultasi
Dermatologis patch test
Psikiatri psikologis
Alergis multisystemic atopic symptoms
Prognosis
Keadaan peradangan kulit akut, subkronis, dan kronis serta residif, disertai
gatal, yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak
Konsep dasar :
melalui reaksi imunologik, yang diperantai oleh sel-sel yang berasal
dari sumsum tulang.
Etiopatogenesis
M
timbulnya mediator fase lambat yaitu
leukotrienes (LT), prostaglandin (PGs), dan
Penglepasan
mediator Tromboksan.
Respon ini biasanya terjadi 6-8 jam pasca
Reaksi alergi "klasik"
Reaksi tahap lambat
paparan antigen.
(segera)
Berlangsung
menitan Berlangsung
Kontraksi otot polos bronkus asma 2-8 jam
Syok
LINGKUNGAN Ag Inhalan
ECFA
MBP
M LC
EPIDERMIS EOS
Histamin
IL-5 Imunopatogenesis
EOS
LC Th
Ag
Presentasi
DERMIS
FcER
IF-
IL-4
M IL-3 IL-13
IL-4
IL-10
Mediator
B
SIRKULASI IgE
Keterangan :
ECFA : Eosinophil Chemotactic Factor A IL : Interlukin
Eos : Eosinophil IF- : Interferon
M : Mastosit IgE : Imunoglobulin E
Th : Sel T helper FcER : Reseptor IgE
B : Sel B : Sekresi
LC : Sel Langerhans : Antigen
MBP : Major Basic Protein : Antibodi
GAMBARAN KLINIS
Gejala utama : pruritus yang dapat hilang timbul sepanjang hari, tapi
umumnya lebih hebat pada malam hari.
Lesi kulit sudah tidak tampak akut, tetapi gejala klinis yang tampak adalah sisa
dari dermatitis yang timbul pada masa anak. Pada umumnya lesi pada usia ini
sudah lebih kering dibandingkan lesi pada usia bayi.
Predileksi lesi pada umumnya terdapat pada lipat siku dan lipat lutut. Kedalam
fase ini dibagi dalam 2 golongan yaitu fase child hood yaitu antara 4-8 tahun,
merupakan kelajutan dari fase infantil dan fase adolescent yang terjadi pada
usia 8-12 tahun yang gejala klinis dan predileksinya mirip dengan fase dewasa.
Dermatitis atopik remaja dan
dewasa
Pada fase ini lesi kulit sudah lebih sering didapatkan pada regio fleksuralis,
terutam daerah lipatan siku, lutu dan leher.
Lesi pada muka berangsur mengurang dan diganti lesi daerah fleksural dan
akan diganti dengan prurigeneus papula pada daerah ekstremitas, lesinya
kering dan terjadi likenifikasi.
Diagnosis
Hiperlinearity pada telapak tangan dan kaki yaitu bertambahnya garis-garis tangan
Hertoge Sign adalah suatu penipisan atau pelonggaran alis di bagian lateral, hal ini
diduga suatu keadaan autonom atau akibat garukan yang terus menerus pada DA
Dennie Morgan Fold adalah suatu lipatan linear masuk ke dalam kelopak mata
bawah. Merupakan tanda patognomonis untuk DA
Dermatitis seboroik
Neurodermatitis sirkumskripta
Dermatitis kontak
Dermatitis numularis
Penatalaksanaan
Umum :
Menghindari faktor pencetus
Khusus :
Topikal :
Kortikosteroid topikal diberikan sampai lesi kulit sembuh
Pelembab, dipakai setiap habis mandi atau mencuci tangan
Dapat digunakan pelembab bibir yang tidak mengandung lipid
Tergantung Stage :
bayi dikompres dengan as. Salisilat 1/1000 dilanjutkan krim hidrokortison 1-2%
Anak dan dewasa kortikosteroid kuat seperti betametason dipropionat 0,05%
+as. Salisilat 3-5%
Penatalaksanaan
Sistemik :
Antibiotik : dapat diberikan bila perlu
Antihistamin untuk mengatasi rasa gatal dan menimbulkan rasa
mengantuk. Dapat diberikan klorpeniramin 0,2-0,4 mg/kgBB/hari, 2
sampai 3 kali sehari
Kortikosteroid diberikan pada lesi yang luas dan tappering off dalam 2
minggu
Fototerapi dengan UVA atau UVB dapat digunakan bila gagal dengan
pengobatan standar
Komplikasi
Kelainan pada mata dapat berupa dermatitis pada kelopak mata dan
blepharitis kronis
Infeksi kulit yang berulang baik oleh bakteri, virus, maupun jamur
Hand dermatitis
Dermatitis eksfoliatifa
PROGNOSIS
Pada umumnya dermatitis atopik cenderung lebih berat dan persisten pada
anak-anak dan diikuti periode remisi dengan bertambahnya usia.
TERIMA KASIH