Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN KASUS HERPES

ZOSTER FEMORALIS
DEXTRA
Pembimbing : dr. Bowo Wahyudi, Sp.KK
Laras asri fatahani 2012730057

Identitas pasien

Nama

: An. S

Usia

: 15 tahun

Jenis Kelamin

Pekerjaan

Status

Alamat

Tanggal pemeriksaan : 15 November 2016

: Perempuan
: Pelajar
: Single
: Mekarsari Rt 11/05

Anamnesis
autoanamnesa dilakukan tanggal 15-11-2016

KELUHAN UTAMA :
Muncul gelembung-gelembung berisi cairan berwarna jernih
yang bertambah banyak disertai rasa nyeri dan panas dikulit
paha dan tungkai bawah kanan sejak 2 hari SMRS.

Riwayat penyakit sekarang


Seorang perempuan berusia 15 tahun datang ke poliklinik Kulit dan
Kelamin RSUD Banjar dengan keluhan muncul gelembung-gelembung berisi
cairan keruh keabuan yang bertambah banyak disertai rasa nyeri dan
panas di kulit paha dan kulit tungkai bawah kanan sejak 3 hari SMRS.
Pasien mengatakan sebelum muncul keluhan pada kulitnya, sekitar 5
hari SMRS pasien merasa demam yang dirasakan hilang timbul. Demam
dirasa saat malam hari sekitar pukul 6 malam hingga 11 malam namun
pasien tidak pernah mengukur suhu tubuhnya, demam disertai lemas dan
pusing. Pasien belum mengkonsumsi obat apapun untuk meringankan
keluhan.

Kemudian setelah beberapa hari pasien merasa keluhan tersebut pada


kulit muncul bintik-bintik kecil disertai kemerahan, bintik bintik
tersebut semakin lama semakin banyak, sehari kemudian, bintik-bintik
tersebut menjadi membesar membentuk gelembung-gelembung.
Kemudian kulit yang bergelembung tersebut awalnya berisi cairan
jernih yang lama kelamaan menjadi keabuan. Pasien juga mengeluh
gatal, perih, panas dan nyeri pada kulit yang bergelembung tersebut.
Keluhan gatal dirasa jika pasien sedang tidak melakukan aktivitas.
Sedangkan rasa nyeri dan perih dirasa hampir setiap saat. Pasien
menyatakan tidak pernah menggaruk-garuk kulitnya saat gatal.

Pasien mengaku belum pernah mengalami keluhan yang sama


sebelumnya, tetapi pasien mengatakan pernah terkena sakit cacar air
ketika usia nya 7 tahun. Pasien menyangkal menderita penyakit berat
seperti TB Paru. Pasien menyangkal terkena gigitan serangga atau
alergi terhadap gigitan serangga, tidak mengkonsumsi obat-obatan
dalam jangka waktu yang panjang, dan belum meminum obat untuk
meringankan keluhan, pasien mengaku tidak terpapar bahan kimia
sebelumnya.

Keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan sama seperti


pasien, di lingkungan sekolah dan lingkungan permainan pasien tidak
ada yang mengalami keluhan sama seperti pasien. Pasien mengaku
belum pernah berobat ke dokter untuk memeriksakan keluhannya ke
dokter. Pasien mengaku tidak ada alergi obat, makanan ataupun
udara.

Sehari-hari pasien berangkat ke sekolah dengan berjalan


kaki. Akhir- akhir ini pasien merasa terlalu banyak tugas sekolah
dan merasa tertekan karena masalah pada pendidikannya.
Pasien mengaku rutin mandi untuk menjaga kebersihan
tubuhnya, dalam sehari pasien mandi 1-2 kali. BAK dan BAB
dalam batas normal. Pasien menyangkal memelihara hewan
peliharaan seperti kucing, anjing atau yang lain-lain.

Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum

: Tampak sakit sedang

Kesadaran

: Composmentis

Tekanan Darah

: 110/80 mmHg

Suhu

: 37,50C

Nadi

: 75x/menit

Pemeriksaan Fisik
Kepala

Status Generalis Internus


Normocephal, simetris, rambut berwarna hitam, distribusi rata dan tidak

Mata

mudah dicabut.
Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),

Hidung

Deviasi septum (-), sekret (-/-),

Telinga

Normotia, serumen (-/-), darah (-/-).

Mulut

Mukosa bibir kering (-), stomatitis (-)

Leher

Tidak terdapat pembersaran KGB

Thoraks

Simetris, suara napas vesikuler (+/+), ronchi basah (-/-), wheezing (-/-).
Bunyi Jantung I dan II murni regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Tampak datar, abdomen supel, BU (+),

Ekstremitas

Akral hangat, sianosis (-/-), edema (-/-)

Status dermatologikus
Distribusi

regional unilateral segmental setinggi persarafan L3-L4

A/R

Tungkai atas dan tungkai bawah dextra

Lesi

Multipel, sebagian diskret sebagian kofluens, batas tegas,


timbul, ukuran terkecil 0,5x0,5x0,3cm ukuran terbesar
3x2x1 cm kering.

Efloresensi

Makula eritema, vesikel eritema berkelompok, bula eritema,


erosi.

Gambaran lesi pada pasien

Resume

Seorang perempuan berusia 15 tahun datang ke poliklinik Kulit


dan Kelamin RSUD Banjar dengan keluhan muncul gelembunggelembung berisi cairan jernih yang bertambah banyak disertai
rasa nyeri dan panas di kulit paha dan kulit tungkai bawah
kanan sejak 2 hari SMRS. Sebelum muncul keluhan pada
kulitnya, pasien merasa demam, lemas, nyeri, pegal, panas
pada kulit paha dan kulit tungkai bawah kanan. Setelah itu
muncul bintik-bintik kemerahan yang semakin banyak kemudian
membesar dan membentuk gelembung berisi cairan jernih.
Pasien mengeluh gatal dan nyeri pada kulit yang bergelembung
tersebut. Sedangkan panas dan perih dirasa pasien setiap saat.
Pasien mengaku pernah terkena cacar air ketika usia nya 7
tahun. Pasien mengaku stress.

Resume
Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
Status dermatologikus :
Distibusi : regional unilateral segmental setinggi persarafan L3-L4
A/R : Femoralis, tungkai bawah dextra
Lesi : Multipel, sebagian diskret sebagian kofluens, batas tegas, timbul,
ukuran terkecil 0,5x0,5x0,3cm ukuran terbesar 3x2x1 cm kering.
Efloresensi : Makula eritema, vesikel eritema berkelompok, bula eritema,
erosi.

Diagnosis kerja : Herpes Zoster

Anjuran pemeriksaan penunjang

Dilakukan pemeriksaan Tzank Smear

Terapi
Non medikamentosa
1.

Menerangkan kepada pasien mengenai penyakit yang diderita pasein.

2.

Menyarankan agar pasien tidak sering keluar rumah karena penyakit


tersebut merupakan penyakit menular.

3.

Memberikan informasi agar pasien beristirahat yang cukup serta


meningkatkan asupan makanan.

4.

Memberikan informasi agar lesi tidak digaruk dan memakai celana yang
longgar.

5.

Memberikan informasi bahwa lesi tidak boleh dipecahkan.

6.

Kontrol jika habis obat.

Terapi
Topikal
Bedak

Sistemik
Acyclovir 5 x 800 mg
sehari selama 7 hari.
Mecobalamin 3 x 500
mg
Asam mefenamat 3x
500 mg

PROGNOSIS
Quo ad Vitam

Ad Bonam
Quo ad Functionam

Ad Bonam
Quo ad Sanationam

Ad Bonam

Analisa kasus

Herpes zoster

Anamnesis

herpes zoster dapat menyerang semua


golongan usia.
2/3 kasus dilaporkan usia >50 tahun dari 10%
usia < 20 tahun.

Seorang perempuan usia 15 tahun

Eritema dalam waktu singkat menjadi vesikel


herpetiformis dengan dasar eritematus dan
edema terbatas pada kulit yang terinervasi
saraf sensoris yang terasa nyeri. Vesikel
tersebut berisi cairan yang jernih kemudian
menjadi keruh dapat menjadi pustul dan
krusta.

Awal keluhan hanya berupa bintik-bintik


merah kecil. Semakin lama semakin
membesar membentuk gelembung yang berisi
cairan jernih disertai rasa gatal, nyeri dan
panas sesuai dengan dermatomal.

gejala prodromal dapat berupa gejala


sistemik dan gejala lokal. Gejala sistemik
seperti demam, malaise, dan nyeri kepala.
Gejala lokal berupa nyeri otot atau tulang,
gatal, pegal, dan nyeri atau neuralgia pada
daerah dermatom yang terkena.

Sebelum muncul keluhan pada kulit terdapat


gejala prodromal yakni demam, lemas,
pusing, nyeri otot.

Herpes zoster

Anamnesis

penyakit ini merupakan reaktivasi


dari virus setelah infeksi primernya
dalam bentuk varisela.

Pernah terkena sakit cacar saat usia


7 tahun

virus varicella akan masuk ke


Akhir-akhir ini pasien kelelahan dan
gangglion sensoris dan disasan akan
stress
menetap sebagai infeksi laten. Pada
suatu saat apabila ada pemicu
seperti imunosupresi, trauma, tumor.
Maka virus akan teraktivasi.

Berdasarkan pemeriksaan fisik


Herpes zoster

Pemeriksaan fisik

eritema dalam waktu singkat


adanya efloresensi Makula eritema,
menjadi vesikel herpetiformis
vesikel eritema berkelompok, bula
dengan dasar eritematous dan
eritema.
edema terbatas pada kulit yang
terinervasi saraf sensoris yang terasa
nyeri. Vesikel tersebut berisi cairan
yang jernih, kemudian menjadi keruh
dan dapat menjadi pustul dan krusta.

Rencana pemeriksaan penunjang

Tzank smear akan didapatkan multinucleated giant cell

Analisa tatalaksana
Non medika mentosa

Menerangkan kepada pasien mengenai penyakit yang diderita pasein.

Menyarankan agar pasien tidak sering keluar rumah karena penyakit


tersebut merupakan penyakit menular.

Memberikan informasi agar pasien beristirahat yang cukup serta


meningkatkan asupan makanan.

Memberikan informasi agar lesi tidak digaruk dan memakai celana yang
longgar.

Memberikan informasi bahwa lesi tidak boleh dipecahkan.

Kontrol jika habis obat.

Analisa tatalaksana
medikamentosa
1.

Topikal

Bedak
. Efek

pemberian bedak adalah mendinginkan, anti inflamasi ringan karena ada


sedikit efek vasokontriksi, anti pruritus lemah, mengurangi pergeseran pada
kulit yang berlipat, sebagai proteksi mekanis. Yang diharapkan dari bedak
terutama adalah efek fisis. Bahan dasarnya adalah talkum venetum. Biasanya
bedak dicampur dengan seng oksida, sebab zat ini bersifat mengabsorpsi air dan
sebum, astringen, antiseptik lemah dan antipruritus lemah.

. Indikasi

: dematosis yang kering dan superfisial dan untuk mempertahankan


vesikel atau bula agar tidak pecah misalnya pada herpes zoster.

. Kontraindikasi

: dermatitis yang basah terutama bila disertai infeksi sekunder.

2. Sistemik
a.

Analgetik

Analgetik dapat diberikan untuk mengurangi nyeri yang ditimbulkan oleh virus
herpes zoster. Obat yang biasa digunakan adalah asam mefenamat atau golongan
acetaminofen.
Dosis asam mefenamat 1500 mg/hari diberikan sebanyak tiga kali atau dapat juga
diberikan seperlunya jika nyeri muncul.
Indikasi : meredakan nyeri ringan sampai sedang sehubungan dengan sakit kepala,
sakit gigi, dismenore primer, termasuk nyeri karena trauma.
Kontraindikasi : pasien yang hipersensitif terhadap asam mefenamat, pasien yang
dengan aspirin mengalami bronkospasme, alergi rinitis, penderita tukak lambung.

2.

Antiviral

Indikasi obat antiviral ialah herpes zoster dan pasien dengan


defisiensi imunitas Obat yang biasa digunakan ialah asiklovir dan
modifikasinya misalnya valasiklofir.
Dosis asiklovir yang dianjurkan 5x 800 mg sehari dierikan selama 7
hari
Dosis valasiklovir 3x1000 mg sehari
Indikasi : untuk mengobati herpes zoster, herpes simpleks virus.
Kontraindikasi : hipersensitivitas pada asiklovir, valasiklofir, atau
komponen lain dari formula.

3. Mecobalamin
Metilkobalamin adalah metabolit dari vitamin B12 yang berperan
sebagai koenzim dalam proses pembentukan methionin dari
homosistein.
Reaksi ini berguna dalam pembentukan DNA serta pemeliharaan
fungsi saraf. Melalui reaksi metilasi metilkobalamin juga berperan
dalam pembentukan lesitin, suatu protein yang sangat berperan
pada regenerasi saraf tepi termasuk proses pembentukan mielin.
Indikasi : neuropati perifer dan neuropati diabetika.
Kontraindikasi : pasien yang hipersensitif

PROGNOSIS

Quo ad vitam : ad Bonam karena tidak ada gejala atau tanda yang
mengarah kepada ancaman kematian. Keadaan umum, kesadaran, dan
tanda vital pasien masih dalam batas normal.
Quo ad Functionam : Ad Bonam karena tidak menimbulkan lesi yang tidak
mengganggu fisiologis kulit secara bermakna.
Quo ad sanationam : Ad Bonam karena dengan menghilangkan faktor
predisposisi maka penyakit ini dapat diobati secara tuntas dan sembuh.

Daftar pustaka
1.

Straus S, et all. Varicella and Herpes Zoster. In: Freedberg I, Eisen A, Wolff K, Austen F, Goldsmith L, Katz S (eds). Fitzpatricks
Dermatology In General Medicine. 6th ed New York: McGraw-Hill Professional; 2003. p. 221

2.

Handoko P. Penyakit Virus. Dalam: Djuanda A, hamzah M, Aisah S (editor). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Kelima Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2013. Hal.110-112

3.

Tseng H, et all. Herpes Zoster Vaccine in Older Adults and the Risk of Subsequent Herpes Zoster Disease. JAMA. 2011; 305(2): 160-166

4.

Oxman MN: Imunization to reduce the frequency and severity of herpes zoster and its complications. Neurology. 1995. 45: 541

5.

Lubis R. Varicella dan Herpes Zoster. Medan: Fakultas Kedokteran Sumatera Utara; 2008. Hal. 1-13

6.

Brooks G, Butel J, Morse S. Herpesvirus. 22nd ed New York: McGraw-Hill; 2001. p. 81-111

7.

Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ. Varicella and Herpes Zoster. In : Fitzpatrick. Dermatology in
General Medicine. 7 thed. New York : McGraw Hill Company.2008.p. 1885-1898.

8.

Marks James G Jr, Miller Jeffrey. Herpes Zoster. In: J Lookingbill and Marks Principles of Dermatology. 4th ed. Philadelphia : Elseiver
Saunders. 2006 .p.145-148.

9.

Habif P.Thomas. Warts, Herpes Simplex, and Other Viral Infection. In : Clinical Dermatology. 5 thed. United States of America :
Elseiver Saunders. 2010.p. 479 490

10.

Habif, T.P. Viral Infection. In : Skin Disease Diagnosis and Treatment. 3rd ed. Philadelphia : Elseiver Saunders. 2011 .p. 235 -239

11.

Andrews. Viral Diseases. Diseases of the Skin. Clinical Dermatology. 9th Edition. Philadelphia: WB Saunders Company, 2000; 486-491.

12.

Hamzah, Mochtar. Dermato-terapi. Edisi ke enam. Jakarta : Ilmi Penyakit Kulit Dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 2013; 344

13.

Wilmana PF. Antivirus dan Interferon. Farmakologi dan Terapi. Edisi Ke-4. Jakarta: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 1995; 617.

Anda mungkin juga menyukai