Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN KASUS VARICELLA

OLEH :
MUHAMMAD ADAMAS
712018038

PEMBIMBING :
DR. LUCILLE ANNISA SUARDIN, SP.KK, FINSDV
LAPORAN KASUS

 IDENTITAS

 Nama : An. Nur Nadira


 Tanggal lahir : 6 Juni 2010
 Usia : 10 tahun
 Alamat : Jl. Panca Usaha
 Pendidikan : SD
 Pekerjaan : Pelajar SD
 Agama : Islam
 Bangsa : Indonesia
 Tanggal Pemeriksaan : 3 Mei 2021
ANAMNESIS

 Anamnesis tanggal 3 Mei 2021, pukul 10.30 WIB

 Keluhan utama : Timbul bintil kemerahan berisi cairan jernih pada


wajah, punggung, perut, lengan bawah kanan dan kiri, tungkai bawah kanan
dan kiri sejak 3 hari yang lalu.

 Keluhan tambahan : Rasa gatal, demam, sakit tenggorokan


  
 Riwayat penyakit sekarang :
 Sejak 3 hari yang lalu muncul bintil-bintil kemerahan di punggung pasien.
Bintil berukuran sebesar jarum pentul sampai sebesar biji jagung. Beberapa
jam kemudian bintil kemerahan berubah menjadi berisi cairan jernih. Keluhan
bintil kemerahan disertai rasa gatal. Gatal dirasakan sesekali, dirasakan pada
saat cuaca panas dan saat berkeringat. Keluhan pasien juga disertai demam.
Demam dirasakan bersamaan dengan keluhan timbulnya bintil, demam
dirasakan tidak terlalu tinggi, dan disertai dengan nyeri tenggorokan. Saat ini
pasien belum berobat.
 Sejak 2 hari yang lalu, bintil kemerahan tampak menyebar ke dada, perut,

lengan bawah kiri dan kanan, serta tungkai bawah kiri dan kanan pasien. Bintil
berisi cairan jernih kemudian berubah menjadi keruh, disertai dengan
timbulnya bintil-bintil kemerahan yang baru. Bintil berisi cairan jernih
sebagian ada yang pecah sendiri, sebagian pecah karena digaruk oleh pasien
karena pasien merasa gatal. Bintil yang pecah kemudian meninggalkan bekas
keropeng berwarna merah kecoklatan. Keluhan demam masih dirasakan
pasien. Pasien kemudian dibawa ibunya berobat ke dokter, dan diberikan salep
asiklovir 5%, obat minum asiklovir dan obat minum paraflu.
 Sejak 1 hari yang lalu, bintil kemerahan tampak menyebar ke wajah
pasien. Bintil kemerahan kemudian berubah menjadi berisi cairan
jernih. Pasien masih mengonsumsi obat dari dokter sebelumnya. Hari
ini keluhan demam dirasakan membaik.

 Sehari-hari pasien mandi 2 kali sehari menggunakan sabun.


Semenjak sakit pasien tetap mandi. Pasien mengganti pakaian minimal
2 kali dalam sehari. Ibu pasien mengatakan bahwa sebelumnya ia
mengalami keluhan serupa 2 minggu yang lalu. Penyakit ini diderita
untuk pertama kalinya. Keluhan demam tinggi sebelumnya disangkal,
keluhan muntah-muntah disangkal.
 Riwayat penyakit dahulu:
 Tidak ada

 Riwayat penyakit keluarga


 Ibu pasien mengalami keluhan yang sama 2 minggu yang lalu
 Saudara pasien pernah mengalami penyakit serupa

 Riwayat personal hygiene


 Sehari-hari pasien mandi 2 kali sehari menggunakan sabun.
Semenjak sakit pasien tetap mandi. Pasien mengganti pakaian 2 kali
sehari.
 PEMERIKSAAN FISIK Keadaan Spesifik
 Keadaan umum : Baik Kepala
 Kesadaran Mata : conjungtiva tidak pucat, sklera ikterik
: Composmentis
(-/-), refleks cahaya (+/+), pupil isokor kanan
 Vital sign
kiri
 HR : 84 x/menit Hidung : tidak ada kelainan
 RR : 20 x/ menit Telinga : tidak ada kelainan
Mulut : tidak ada kelainan
 Suhu : 36,9 °C Kulit wajah sesuai status dermatologikus
 BB : 34 kg Leher : tidak ada kelainan
Thoraks : sesuai status dermatologikus
Abdomen : sesuai status dermatologikus
Genital : perempuan, dalam batas normal
Ekstremitas : sesuai status dermatologikus
Papul eritem
vesikel
vesikel
Papul eritem

Papul disertai
krusta
STATUS DERMATOLOGIKUS

 Pada regio fasialis, regio thorax anterior et posterior, regio abdominalis, regio antebrachii
dextra et sinistra, regio cruris dextra et sinistra terdapat vesikel dengan dasar eritematosa,
multipel, bentuk bulat sampai ireguler, berukuran Ø 0,2-0,3 cm dan 0,2 x 0,3 cm,
penyebaran diskret.

 Pada regio fasialis, regio thorax anterior et posterior, regio abdominalis, regio antebrachii
dextra et sinistra, regio cruris dextra et sinistra terdapat papul eritematosa berbatas tegas
multipel, bentuk bulat Ø 0,2 cm – 0,3 cm, berbatas tegas, sebagian ditutupi krusta merah
kecoklatan dengan penyebaran diskret.

 Pada regio fasialis, regio thorax anterior et posterior, regio abdominalis, regio antebrachii
dextra et sinistra, regio cruris dextra et sinistra terdapat makula eritem, multipel, bentuk
ireguler, berukuran 0,2-0,3 cm x 0,2-0,4 cm, penyebaran diskret
 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
 Tes Tzanck. Untuk melihat sel datia (multinucleated giant cell) mengandung
badan inklusi intranuklear asidofilik.

 DIAGNOSIS BANDING
 Varicella
 Variola
 Moluskum kontagiosum
  
 DIAGNOSIS KERJA
 Varicella
TATALAKSANA

 Non-farmakologi

 Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit yang dideritanya


 Menjelaskan kepada pasien mengenai terapi yang akan diberikan.
 Meminta pasien untuk beristirahat yang cukup dan selalu menjaga kebersihan
badan terutama pada daerah lesi (menganjurkan pasien untuk tetap mandi,
menggunakan sabun bayi, mengeringkan badan menggunakan handuk dengan
cara ditepuk-tepuk.
 Meminta pasien agar tidak menggaruk daerah lesi
 Menjelaskan perkembangan lesi yang akan terjadi
 Meminta pasien untuk tetap tenang mengenai sakitnya dan meminimalkan
kecemasan yang mungkin terjadi.
 Meminta pasien untuk meminimalkan kontak langsung dengan orang lain.
 Farmakologi

 Sistemik
 Antiviral : Asiklovir 10-20 mg/kgBB/hari (selama 7 hari)
 Antipruritus : Chlorpheniramine Maleat (CTM) 2 mg/hari (bila perlu)
 PROGNOSIS
 Quo ad vitam : bonam
 Quo ad functionam : bonam
 Quo ad sanactionam : bonam
 Quo ad cosmetica : bonam
PEMBAHASAN

 Pada laporan kasus membahas pasien atas nama Nur Nadira, seorang
anak perempuan, berusia 10 tahun pekejaan saat ini sebagai pelajar SD
dan beragama Islam.

 Varicella  Varicella Zoster Virus (VZV) (herpesvirus HHV3).


 Tidak terdapat predileksi gender pada penyakit ini.
  usia dari pasien yaitu 10 tahun, yang menurut epidemiologi,
penyakit varicella terutama menyerang usia anak-anak (90%) dan
dewasa muda (2%)
 gejala prodromal : demam yang tidak terlalu tinggi, malaise, dan nyeri
kepala
 timbulnya erupsi kulit berupa papul eritematosa yang dalam beberapa
jam (8-12 jam) berubah menjadi vesikel mirip tetesan embun dengan
dasar eritematosa (dew drops on a rose petal)
 Vesikel  berubah menjadi keruh menyerupai pustul  krusta

 hasil anamnesis :
 sejak 3 hari yang lalu pasien mengalami timbul bintil kemerahan yang
dalam beberapa jam kemudian berubah mnjadi bintil berisi cairan
jernih. Keluhan disertai demam dan sakit tenggorokan
 1 hari kemudian cairan jernih kemudian berubah menjadi keruh, lalu
pecah dan meninggalkan keropeng berwarna merah kecoklatan
 Hasil pemeriksaan fisik didapatkan pada Pada regio fasialis, regio thorax
anterior et posterior, regio abdominalis, regio antebrachii dextra et sinistra,
regio cruris dextra et sinistra terdapat efloresensi berupa :
 vesikel dengan dasar eritematosa, multipel, bentuk bulat sampai ireguler,
berukuran Ø 0,2-0,3 cm dan 0,2 x 0,3 cm, penyebaran diskret
 papul eritematosa berbatas tegas multipel, bentuk bulat Ø 0,2 cm – 0,3 cm,
berbatas tegas, sebagian ditutupi krusta merah kecoklatan dengan penyebaran
diskret,
 makula eritem, multipel, bentuk ireguler, berukuran 0,2-0,3 cm x 0,2-0,4 cm,
penyebaran diskret
 Berdasarkan teori, lesi varicella biasanya berkembang dalam 8-12 jam
 Berawal dari makula eritem,  papul eritem, vesikel berisi cairan
jernih dengan dasar eritematosa  menjadi keruh menyerupai pustul
 pecah menjadi krusta.
 Krusta akan menghilang dalam 2-3 minggu.
 Penyebaran terutama di daerah badan, kemudian menyebar secara
sentrifugal ke wajah dan ekstremitas
 Pasien mengatakan bahwa keluhan ini baru pertama kali dirasakan
 Ibu pasien mengatakan 2 minggu yang lalu mengalami keluhan yang
sama seperti pasien, dan saudara kandung pasien pernah mengalami
penyakit yang sama sebelumnya.

 Menurut teori, varicella termasuk penyakit yang menular (contagious)


dan penularan terjadi secara cepat melalui airborn infection. Masa
penularannya lebih kurang 7 hari dihitung dari timbulnya gejala kulit
Teori Kasus

Epidemiologi 1. Menyerang anak-anak (90%) 1. An. Nadira berusia 10


2. Kejadian laki-laki dan perempuan tahun
sama 2. An. Nadira jenis kelamin
perempuan

Faktor 1. Penularan melalui airborne infection 1. Ibu pasien menderita


Predisposisi keluhan yang sama
sebelumnya
Gejala Klinis  Adanya gejala prodromal seperti Demam, nyeri tenggorokan
 Efloresensi primer berupa vesikel
demam, malaise.
dengan dasar eritematosa, multipel,
 Gejala erupsi berupa macula eritema, bentuk bulat sampai ireguler,

kemudian berubah menjadi papul berukuran Ø 0,2-0,3 cm dan 0,2 x 0,3


cm, papul eritematosa berbatas tegas
eritema, lalu menjadi vesikel jernih
multipel, bentuk bulat Ø 0,2 cm – 0,3
dengan dasar eritematosa, cm, berbatas tegas, sebagian ditutupi

selanjutnya isi vesikel akan keruh krusta merah kecoklatan, dan makula
eritem, multipel, bentuk ireguler,
dan akhirnya pecah menjadi krusta.
berukuran 0,2-0,3 cm x 0,2-0,4 cm

Di daerah thorax kemudian menyebar Wajah, punggung, dada, perut, lengan


Predileksi
bawah kanan dan kiri, tungkai bawah
secara sentrifugal kearah wajah dan
kanan dan kiri.
ekstremitas
Bila hasil Tzank positif menunjukkan
Pemeriksaan Tzanck test
sel datia (multinucleated giant cell)
penunjang mengandung badan inklusi
intranuklear asidofilik.
 Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik tersebut dapat kita
pikirkan tiga diagnosis banding yaitu varicella, variola dan moluskum
kontagiosum.
 Diagnosis banding dapat ditinjau dari epidemiologi, gejala klinis dan
daerah predileksinya.

 Bila ditinjau dari aspek epidemiologi, pada kasus ini An. Nadira berusia
10 tahun berjenis kelamin perempuan, berdasarkan teori pada
varicella, faktor risiko ialah usia anak-anak (90%).
 Variola merupakan penyakit virus dengan disertai keadaan umum
yang buruk
 Usia anak-anak, lanjut usia, dan wanita hamil lebih rentan
terhadap infeksi.
 Terdapat gejala prodromal berupa demam tinggi (39-41c),
menggigil, nyeri otot dan muntah-muntah.
 Erupsi berupa macula di wajah atau ekstremitas yang menyebar
dengan cepat ke badan dan ekstremitas bawah, yang kemudian
menjadi papul dalam 1 hari  vesikel setelah 4-5 hari.
 Demam dapat terjadi kembali saat lesi berupa pustule sekitar pada
hari ke-7, dan bertahan sampai lesi menjadi krusta pada hari ke-14.
 Kemudian suhu tubuh akan turun, krusta akan terlepas dan
meninggalkan sikatriks yang atrofi
 Moluskum kontagiosum merupakan penyakit yang disebabkan oleh
virus, umumnya menyerang anak-anak, kadang orang dewasa, dan
pasien dengan kondisi immunocompromised.
 masa inkubasi 2-8 minggu
 erupsi kulit : papul berbentuk kubah, berukuran miliar sampai
lentikular, berwarna kemerahan sampai putih dan berkilat seperti lilin,
ditengahnya terdapat umbilikasi atau delle. Jika dipijat akan keluar
massa seperti butiran nasi
Moluskum
Kasus Varicella Variola
kontagiosum
Epidemiologi
 Usia pasien 10 Menyerang anak- usia anak-anak, Menyerang anak-
 Usia
tahun anak (90%) dan lansia lebih rentan anak, dan dewasa
 Jenis
 Jenis kelamin dewasa muda (10%)  kejadian pada jenis (dengan infeksi
Kelamin
perempuan  Kejadian pada laki- kelamin laki-laki menular seksual)
laki maupun maupun  Kejadian pada
perempuan sama perempuan sama laki-laki maupun
perempuan sama
Faktor  Usia pasien Menyerang anak- Penularan  Penularan
Predisposisi 10 tahun anak airborne melalui kontak
 Penularan  Penularan airborne langsung (kontak
melalui ibu kulit, pakaian,
pasien dengan kolam renang)
keluhan  Menyertai
serupa infeksi menular
sebelumnya seksual pada
dewasa
Gejala Klinis  Demam, sakit Adanya gejala prodromal Erupsi berupa macula di erupsi kulit berupa
tenggorokan (demam, malaise) wajah atau ekstremitas papul berbentuk kubah,
 erupsi berupa macula Gejala erupsi dalam 8-12 yang menyebar dengan berukuran miliar
eritema, kemudian jam berupa makula cepat ke badan dan sampai lentikular,
berubah menjadi kemerahan, berkembang ekstremitas bawah, yang berwarna kemerahan
papul eritema, lalu menjadi papul kemudian menjadi papul sampai putih dan
menjadi vesikel kemerahan, vesikel berisi dalam 1 hari, lalu berkilat seperti lilin,
jernih dengan dasar cairan jernih dengan menjadi vesikel setelah ditengahnya terdapat
eritematosa, dasar kemerahan, 4-5 hari. Demam dapat umbilikasi atau delle.
selanjutnya isi selanjutnya isi vesikel terjadi kembali saat lesi Jika dipijat akan keluar
vesikel akan keruh menjadi keruh dan berupa pustule sekitar massa seperti butiran
dan akhirnya pecah akhirnya pecah menjadi pada hari ke-7, dan nasi.
menjadi krusta krusta bertahan sampai lesi
menjadi krusta pada hari
ke-14.
Predileksi Truncus kemudian Awalnya di Awal di wajah atau Wajah, leher,
menyebar secara punggung, lalu lengan atas lalu ke ketiak, badan,
sentrifugal ke menyebar ke wajah, truncus dan ekstremitas
wajah dan dada, perut, lengan ekstremitas bawah
ekstremitas bawah, tungkai
bawah,
Pemeriksaan Tzanck test Tzanck test Inokulasi pada Histopatologik :
penunjang korioalantoik, badan inklusi
pemeriksaan dengan (Henderson-
mikroskop electron, Patterson
histopatologik bodies)
 Terapi medikamentosa pada varicella pada kasus diberikan pengobatan
sistemik berupa Asiklovir tablet 10-20 mg/kgBB selama 7 hari dan
antipruritus CTM tab 2 mg (bila perlu).
 Terdapat 3 antivirus oral yang disetujui Food and Drug Administration
(FDA) untuk terapi varicella, antara lain asiklovir, valasiklovir dan
famsiklovir.
 Antivirus dapat mempercepat resolusi dari gejala yang dialami pasien,
↓ resiko munculnya vesikel-vesikel baru dan mempercepat proses
terjadinya krusta.
 Asiklovir merupakan lini pertama untuk terapi antivirus pada varicella
 Asiklovir : inhibitor replikasi virus
 Bioavailabilitas 15-30%, dosis multipel 200 mg atau 800 mg
 Valasiklovir : prodrug dari asiklovir.
 Famsiklovir : prodrug dari pensiklovir. Lini pertama pada herpes
zoster
 Semua obat sangat aman dan ditoleransi baik oleh tubuh
 Dapat terjadi efek samping dlm pemberian intravena dalam dosis
besar

 Untuk sebagian besar anak-anak, terapi suportif saja sudah


mencukupi. Antiviral dapat diberikan dalam 24 jam setelah onset lesi,
sehingga dapat memendekkan durasi demam, lesi kulit yang lebih
sedikit, dan percepatan penyembuhan lesi
 Valasiklovir dan famsiklovir belum dievaluasi secara ekstensif untuk
terapi varicella pada anak-anak
 terapi antipruritus : dapat digunakan antihistamin.
 2 kelompok Antihistamin (AH1) : diphenhydramine, chlorpheniramine,
promethazine. dapat diberikan secara injeksi, oral, atau topical.
 Kelarutan lemak tinggi  dpt menembus blood brain barrier
 Setelah dikonusmsi per oral, sebagian besar diabsorbsi dengan baik
oleh saluran cerna, dan efek terapeutik mulai tampak dalam 30-60
menit, memuncak dalam 1-3 jam, dan bertahan 4-6 jam.
 Chlorpheniramine memiliki waktu paruh yg lebih panjang (sekitar 20
jam) pada dewasa, dan sedikit berkurang pada anak-anak
 sebaiknya digunakan dalam dosis terkecil yang efektif dengan durasi
kerja yang paling singkat.
 Antihistamin generasi kedua, (AH2)
 Tdpt sediaan oral (drops, sirup, tablet), dan topical nasal, ocular, dan
penggunaan kutaneus.
 Setelah konsumsi oral, puncak pada plasma bervariasi, lebih awal pada
cetirizine (30-60 menit), dan lebih panjang pada loratadine (45-60
menit), terfenadine (1-2 jam).
 Pada anak-anak, waktu paruh cetirizine berkurang disebabkan
peningkatan metabolisme hepar, sehingga membutuhkan administrasi
dua kali pemberian
 pengobatan non-medikamentosa varicella menurut PERDOSKI:

 meminta pasien untuk berhati-hati saat mandi agak vesikel tidak pecah
 jangan menggaruk dan dijaga agar vesikel tidak pecah
 istirahat pada masa aktif sampai semua lesi mencapai stadium krustasi.
 Pada kasus diberikan obat CTM yang merupakan antihistamin generasi
pertama dengan dosis 2 mg 1 kali sehari (bila perlu).
 Pertimbangan penggunaan AH1 karena
 dosis yang paling kecil
 efek sedasi yang ditimbulkan sehingga dapat mengurangi keinginan
anak untuk menggaruk
 membolehkan anak untuk beristirahat
 pengobatan non medikamentosa yang diberikan :

 menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit yang dideritanya


 menjelaskan kepada pasien mengenai terapi yang akan diberikan, cara
pemberian, lama pengobatan, dan kemungkinan efek samping
pengobatan
 meminta pasien untuk beristirahat yang cukup dan selalu menjaga
kebersihan badan terutama pada daerah lesi (menganjurkan pasien
untuk tetap mandi)
 meminta pasien agar tidak menggaruk daerah lesi,
 meminta pasien untuk meminimalkan kontak langsung dengan orang
lain
 prognosis quo ad vitam, fungsionam, sanationam dan cosmetica bonam
  penyakit varicella tidak mengancam nyawa dan tidak mengganggu
fungsi tubuh lainnya serta sebagian besar erupsi kulitnya menyembuh
secara spontan.

Anda mungkin juga menyukai