Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KASUS

oleh:
Bella Desra Andae / 10173170006

Dibimbing oleh:
dr. Muljani Enggalhadrjo, Sp.KK FINSDV

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin

Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

Siloam Hospital Lippo Village

Tangerang, 2019
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
 Inisial Pasien : Ibu SM
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Tanggal Lahir :
 Usia :
 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
 Alamat : Perumnas

II. ANAMNESA

Anamnesa dilakukan secara autoanamnesa pada tanggal 10 April 2019, Pukul 12.00

 Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan gatal pada daerah bawah lipatan kedua payudara sejak
2 minggu sebelum berobat ke Rumah Sakit.
 Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke poliklinik kulit dan kelamin RSUS dengan keluhan gatal pada
daerah bawah lipatan kedua payudara sejak 2 minggu SMRS. Awalnya pasien merasa
gatal pada daerah bawah lipatan kedua payudara ketika sedang berkeringat, dan
pasien mengaku menggaruk bagian tersebut. Lalu rasa gatal bertambah parah sejak 1
minggu SMRS, dan pasien baru menyadari timbul...... pada area tersebut. Bercak
bertambah luas, akhirnya pasien mengoleskan Caladine di area tersebut. Gatal
memburuk apabila pasien sedang berkeringat.

Pasien baru pertama kali mengalami hal seperti ini. Pasien menyangkal adanya
demam,
bercak merah menebal dengan permukaan bersisik putih pada daerah kedua
tungkai atas dan bawah serta daerah punggung selama 4 hari SMRS. Bercak merah
pada tungkai atas pasien awalnya muncul secara tiba - tiba. Pertama kalinya, bercak
muncul berwarna kemerahan yang menebal dan bersisik seperti kulit ular dan muncul
di daerah siku pasien, lalu perlahan muncul lapisan putih di atas bercak pasien. Lalu
bercak juga muncul pada kedua tungkai bawah pasien, dimulai dari daerah sekitar
lutut. Bercak yang muncul di kedua tungkai bawah juga berwarna kemerahan yang
menebal. Pasien mengatakan bercak tersebut menimbulkan rasa gatal sehingga pasien
sering menggaruk bercak tersebut. Muncul bercak baru pada daerah yang digaruk
oleh pasien. Gatal yang dirasakan mempengaruhi aktivitas pasien. Pasien sedang
mengalami stress akibat masalah keluarga. Pasien sudah pernah berobat ke dokter
spesialis kulit dengan gejala serupa sebelumnya dan sudah diberikan obat yaitu
Methotrexate, keluhan pasien pun membaik setelah meminum obat. Namun keluhan
pasien dapat kambuh sewaktu waktu.

Pasien menyangkal adanya demam. Kelainan pada persendian juga disangkal.


Tidak terdapat kuku berlubang, kerusakan kuku, perubahan warna, maupun kuku
yang terlepas.

 Riwayat Penyakit Dahulu


o Pasien tidak

 Riwayat Keluarga
Keluarga pasien tidak ada yang mengalami gejala seperti pasien.

 Riwayat Sosial & Kebiasaan


Pasien menyangkal adanya kebiasaan minum alkohol maupun merokok. Sehari –
hari pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga, menyapu, mengepel, memasak, dan
mengurus anak pasien berusia 2 tahun. Pasein mandi satu kali sehari yaitu pada sore
hari. Pasien mencuci baju pasien setiap hari.
 Riwayat Alergi
Riwayat alergi makanan disangkal. Riwayat alergi terhadap obat-obatan
disangkal, Riwayat terhadap benda asing (debu, dll) disangkal.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Status Generalisata :
 Keadaan Umum : Baik
 Kesadaran : Kompos mentis
 Tekanan Darah : 120/80
 Nadi : 90 kali per menit, reguler
 Pernapasan : 18 kali per menit, reguler
 Suhu : 36,5oC
 Status Lokalis :

a. Kepala : Normocephali, rambut berwarna hitam, tipis, terdistribusi merata,


rambut tidak mudah tercabut, tidak ada kelainan kulit
b. Wajah : Raut wajah normal, gerak otot wajah simetris dan tidak ada
paralisis otot wajah.
c. Mata : Konjungtiva tidak anemis, mata tidak cekung
d. Telinga : Posisi daun telinga normal
e. Hidung : Bentuk normal, tidak ada septum deviasi, tidak ada nafas cuping
hidung
f. Mulut : Mukosa bibir lembab, mukosa rongga mulut lembab, tidak ada
celah palatum, ukuran lidah normal dan tampak keputihan pada lidah pasien
g. Paru : Tidak dilakukan
h. Jantung : Tidak dilakukan
i. Abdomen : Tidak dilakukan
j. Ekstremitas : Akral hangat, tidak ada edema, tidak sianosis, CRT
<2 detik
IV. STATUS DERMATOLOGIS

Lokasi Eflorensi Gambar


Regio Dorsum Manus dextra Plak eritematosa, multiple,
et sinistra berbatas tegas, ukuran plakat
5 cm, anular, disertai dengan
skuama.

Regio cruris dextra et sinistra Plak eritematosa, berbatas


tegas, ukuran plakat 5 cm,
multiple, disertai dengan
skuama berlapis - lapis
diatasnya (psoriasiformis)
Regio palmar dextra et Plak eritematosa, berbatas
sinistra tegas, berukuran plakat 5 cm,
multiple, disertai dengan
skuama.
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan

VI. RESUME

Pasien perempuan berusia 56 tahun datang ke poli RSUS dengan keluhan bercak
merah menebal yang disertai dengan rasa gatal pada daerah kedua lengan, tungkai bawah,
dan daerah punggung. Bercak merah pasien sudah muncul selama 4 hari SMRS. Pada
awalnya bercak merah pasien muncul secara tiba – tiba dan dimulai dari bagian siku, lalu
menyebar ke seluruh tangan dan tungkai bawah lalu ke regio vertebralis. Lalu bercak juga
muncul pada kedua tungkai bawah pasien, dimulai dari daerah sekitar lutut. Bercak yang
muncul di kedua tungkai bawah juga berwarna kemerahan yang menebal. Pada awalnya
bercak pasien muncul dengan berwarna kemerahan dan bersisik tebal, Namun perlahan
muncul lapisan putih (psoriasiform) di atas bercak pasien. Rasa gatal membuat pasien
sering menggaruk lesi. Muncul bercak baru pada daerah yang digaruk oleh pasien.

Pasien sudah beberapa kali berobat ke dokter spesialis kulit dan sudah diberikan
obat Methotrexate untuk menangani keluhan pasien dan keluhan pasien dapat membaik.
Namun gejala pasien terus muncul kembali. Riwayat merokok dan meminum alkohol
disangkal oleh pasien dan di keluarga tidak ada yang mengalami gejala serupa dengan
pasien.

Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan adanya kelainan. Pada status


dermatologis, efloresensi terdapat pada Regio Dorsum Manus dextra et sinistra, Regio
cruris dextra et sinistra, dan Regio palmar dextra et sinistra yaitu berupa plak
eritematosa, anular dan reguler, disertai dengan skuama berlapis - lapis diatasnya
(psoriasiformis).
VII. DIAGNOSIS KERJA

Psoriasis Vulgaris

VIII. DIAGNOSIS BANDING


 Tinea Korporis
 Neurodermatitis

IX. TATALAKSANA
 Penatalaksanaan Umum meliputi edukasi pasien seperti :
o Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit dan penatalaksanaannya
o Hindari stress dan kelelahan
o Mencegah garukan dan gesekan
o Cukup istirahat
o Menghindari faktor pencetus
 Penatalaksaan Medikamentosa
o Sistemik
 Methotrexate 2.5 mg oral diminum 3 kali dengan interval 12 jam.
Sekali seminggu
 Anti histamine : Loratadine 10 mg 1 kali sehari
o Topikal
 Clobetasol propionate 0.05% 400 gr 2 kali sehari selama 7 hari

X. PROGNOSIS
 Ad vitam : Dubia
 Ad functionam : Dubia
 Ad sanationam : Dubia
XI. ANALISA KASUS

Psoriasis Vulgaris merupakan penyakit autoimun, bersifat kronik dan ditandai


dengan gambaran khas plak kemerahan yang menebal pada kulit dengan permukaan
bersisik putih dengan ukuran yang bervariasi, dapat menimbulkan gatal – gatal, dan
disertai adanya fenomena tetesan lilin, Auspitz, dan Kobner

Diagnosis psoriasis vulgaris dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis,


pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Berdasarkan hasil anamnesa pada pasien,
didapatkan keluhan bercak merah yang menebal dengan permukaan bersisik putih yang
disertai dengan rasa gatal pada daerah kedua tungkai atas bawah, dan daerah punggung
yang sudah berlangsung selama 4 hari. Jika diobati dapat membaik, namun jika pasien
sedang mengalami stress maka gejala akan muncul kembali, hal ini terjadi kerena sifat
penyakit psoriasis yang residif. Berdasarkan dari hasil anamnesis tersebut, ditemukan
kecocokan dengan gejala - gejala pada psoriasis vulgaris yang didapat dari kepustakaan.
Tempat predileksi pada psoriasis terjadi pada daerah ekstremitas bagian ekstensor
terutama (siku, lutut, lumbosakral), daerah intertigo (lipat paha, perineum, aksila), skalp,
perbatasan scalp dengan muka, telapak kaki dan tangan, tungkai atas dan bawah,
umbilikus, serta kuku. Pada pasien ini, hanya ditemukan pada daerah kedua tungkai atas
dan bawah, serta daerah punggung.

Untuk memastikan diagnosis, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang,


yaitu :

1. Pemeriksaan Laboratorium.

Pemeriksaan Laboratorium disini bertujuan untuk menyingkirkan diagnosa


banding, yaitu salah satunya adalah pemeriksaan KOH10% untuk menyingkirkan
diagnosa Dermatofitosis.

2. Pemeriksaan Tetes Lilin

Yaitu fenomena dimana lesi yang berbentuk skuama apabila dikeruk maka
squama akan berubah warna menjadi putih yang disebabkan oleh perubahan indeks bias.

3. Pemeriksaan Auspitz

Pada pemeriksaan Auspitz, skuama yang berlapis – lapis dikerok, lalu akan
muncul bitnik-bintik perdarahan. Apabila kerokan dilanjutkan, maka akan muncul
perdarahan yang merata.

4. Pemeriksaan Koebner

Pada fenomena koebner, apabila kulit penderita terkena trauma seperti garukan
atau gesekan. Maka lesi yang serupa dengan psoriasis akan muncul pada daerah tersebut.

5. Histopatologi

Pemeriksaan histopatologi, yaitu dengan cara mengambil potongan jaringan yang


akan diperiksa. Pada psoriasis vulgaris akan dijumpai tanda spesifik berupa penebalan
(akantosis) dengan elongasi seragam dan penipisan epidermis diatas papila dermis.
Gambaran khas pada psoriasis adalah bermigrasinya sel radang granulosit-neutrofilik
yang berasal dari ujung subset kapiler dermal yang mencapai bagian atas epidermis yaitu
lapisan parakeratosis stratum korneum yang disebut mikroabses Munro.

Diagnosa banding pada kasus ini yaitu psoariasis vulgaris adalah Tinea Korporis, dan
Neurodermatitis.

1. Tinea Korporis

Tinea Korporis merupakan dermatofitosis pada kulit tubuh tidak berambut


(glaburous skin). Biasanya disebabkan oleh Tinea rubrum2. Kelainan klinis yang khas
pada Tinea Korporis adalah plak eritema berbentuk anular dengan inti skuama yang
halus (Ringworm form) dan pinggiran yang aktif1, Dapat terlihat erosi dan krusta
akibat garukan pada permukaan kulit karena penderita merasa sangat gatal. Pada
kelainan yang menahun, biasanya tanda radang tidak terlihat lagi sehingga tidak
menyebabkan keluhan pada penderita. Pada psoriasis didapatkan plak eritema dengan
skuama yang tebal, kasar dan berlapis – lapis sedangkan pada tinea korporis hanya
terdapat eritema dengan skuama yang halus. Untuk menyingkirkan diagnosis banding
dilakukan pada psoriasis fenomena tetesan lilin, auspitz, kobner sedangkan untuk
tinea corporis di lakukan pemeriksan dengan KOH 10%.

2. Neurodermatitis

Peradangan kulit kronis, pasien akan mengalami gatal yang hebat. Ditandai
dengan kulit yang menebal dan gari kulit yang lebih menonjol akibat garukan yang
berulang ulang. Faktor perncetusnya yaitu gangguan psikologi, emosi, Lesi biasa
ditemukan pada kulit kepala, tengkuk, samping leher, ekstensor lengan, tungkai
bawah lateral, dan telapak kaki. Gejala yang timbul biasanya rasa gatal hebat pada
saat pasien beristirahat. Lesi biasanya tunggal, awalnya berupa plak eritematosa, lalu
perlahan bagian tengah menjadi berskuama dan menebal, biasanya ada ekskoriasi
tanda bekas digaruk akibat rasa gatal. Cara membedakan dengan psoriasis = psoriasis
menimbulkan rasa gatal yang lebih ringan dibandingkan dengan neurodermatitis,
tempat predileksinya yang berbeda, dan fenomena koebner (-) pada neurodermatitis.
Pengobatan psoriasis yang tersedia bekerja menekan gejala dan memperbaiki penyakit.
Tujuan pengobatan adalah menurunkan keparahan penyakit sehingga pasien dapat beraktivitas
dalam pekerjaan, kehidupan sosial dan sejahtera untuk tetap dalam kondisi kualitas hidup yang
baik.

Prinsip pengobatan yang harus dipegang adalah :

 Sebelum memilih pengobatan harus dipikirkan evaluasi dampak penyakit terhadap


kualitas hidup pasien. Dikategorikan penatalaksanaan yang berhasil bila ada perbaikan
penyakit, mengurangi ketidaknyamanan dan efek samping.
 Mengajari pasien agar lebih kritis menilai pengobatan sehingga ia mendapat informasi
sesuai dengan perkembangan penyakit terakhir. Diharapkan pasien tidak tergantung
dokter, dapat mengerti dan mengenal obat dengan baik termasuk efek sampingnya.
 Menghindari pasien dari kebiasaan menggaruk dan menggosok secara terus-menerus.

Pengobatan Topikal

1. Kortikosteroid

Kortikosteroid Topikal, sampai saat ini masih merupakan pilihan


pengobatan.Pemberiannya akan lebih efektif jika diaplikasikan kemudian dibalut dengan
perbanoklusif kering. Yang menjadi pilihan adalah kortikosteroid dengan potensi tinggi seperti
Clobetassol Propionat, atau bethamethason dipropionat 0,05%.

ClobetasolTopical steroid super poten kelas I, dengan menekan mitosis dan menambah
sintesi protein yang mengurangi inflamasi dan menyebabkan vasokontriksi. Betametahasone
dipropionate cream 0,05% Merupakan anti inflamasi kulit yang berespon baik terhadap steroid.
Bekerjamengurangi peradangan dengan menekan migrasi sel leukosit polimorfonukleardan
memperbaiki permeabilitas kapiler.

2. Preparat Ter
Obat topikal yang biasa digunakan adalah preparat ter, yang efeknya adalah
antiradang.Preparat ter berguna pada keadaan-keadaan:

1. Bila psoriasis telah resisten terhadap steroid topikal sejak awal atau takhifilaksis oleh karena
pemakaian pada lesi luas.

2. Lesi yang melibatkan area yang luas sehingga pemakaian steroid topikal kurang bijaksana.

3. Bila obat-obat oral merupakan kontra indikasi oleh karena terdapat penyakit sistemik

Pengobatan Oral

1. Antihistamine

Pemberian antihistamin oral secara luas digunakan untuk mengurangi


keluhan pruritus dengan memblokir efek pelepasan anti histamine secara endogen.namun peran
dan keuntungannya dalam mengatasi pruritus lokal sangat rendah.

Beberapa obat antihistamin lainnya yaitu :

 Loratadine merupakan suatu antihistamin trisiklik yang bekerja cukup lama(Long acting),
mempunyai selektivitas tinggi pada reseptor histamin - H1 perifer dan tidak
menimbulkan efek sedasi atau antikolinergik.
 Cetirizin HCl adalah antihistamin antagonis H1 generasi kedua, terbukti lebihnyaman dan
menguntungkan karena tidak menimbulkan efek mengantuksehingga tidak mengganggu
aktifitas pasien.
2. Imunosupresif

Pemberian imunosupresif oral dapat menekan antibodi di dalam tubuh sehingga dapat
mengurangi gejala yang ditimbulkan oleh psoriasis.

Contoh obat imunosupresif antara lain :

 Methotrexate. Metrotreksat mampu menekan proliferasi limfosit dan produksi sitokin,


oleh karena itu bersifat imunosupresif. Tetapi methotrexate tidak dapat diberikan pada
ibu hamil karena bersifat teratogenik, penderita gangguan hepar, dan sistem
hematopoietik.

Pada kasus ini tatalaksan meliputi tatalaksana umum dan khusus. Penatalaksanaan umum
yaitu memberikan edukasi keada pasien yang meliputi :

 Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit dan penatalaksanaannya


 Hindari stress dan kelelahan
 Mencegah garukan dan gesekan
 Cukup istirahat
 Menghindari faktor pencetus

Penatalaksanaan khusus pada kasus ini yaitu dengan memberikan farmakologi, berupa:

1. Sistemik

 Antihistamine : Loratadine 1x1 10 mg jika gatal


Alasan pada pasien ini diberikan antihistamine golongan H1 golongan kedua
karena terbukti lebih nyaman kepada pasien dan juga menguntungkan karena
tidak menimbulkan efek mengantuk sehingga tidak mengganggu aktifitas dari
pasien.

 Imunosupresif : Methotrexate 2.5 mg oral setiap 12 jam untuk 3 dosis, seminggu


sekali.
Methotrexate merupakan pengobatan yang sudah lama dikenal dan masih sangat
efektif untuk psoriasis. Metrotreksat mampu menekan proliferasi limfosit dan
produksi sitokin, oleh karena itu bersifat imunosupresif. Tetapi methotrexate tidak
dapat diberikan pada ibu hamil, penderita gangguan hepar, atau sistem
hematopoietik.

2. Topikal

Salep clobetasol propionate 0.05% yang dioleskan tipis – tipis pada lesi yang diberikan
dua kali sehari terutama pada pagi hari dan malam hari.

Kerja steroid topikal pada psoriasis diketahui melalui beberapa cara, yaitu:

1. Vasokonstriksi untuk mengurangi eritema.

2. Menurunkan turnover sel dengan memperlambat proliferasi seluler.

3. Efek anti inflamasi, dimana diketahui pada psoriasis, leukosit memegang peranan dan steroid
topikal dapat menurunkan inflamasi.
Alasan pemilihan Clobetasol Propionate 0.05% karena obat ini merupakan anti inflamasi
kulit yang berespon baik terhadap psoriasis. Bekerja mengurangi peradangan dengan menekan
migrasi sel leukosit polimorfonuklear dan memperbaiki permeabilitas kapiler.

DAFTAR PUSTAKA

1. Gudjonsson JE, Elder JT. Chapter 18. Psoriasis. In: Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA,
Paller AS, Leffell DJ, Wolff K. eds. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine, 8e New
York, NY: McGraw-Hill; 2012.

2. Djuanda, Adhi, Dermatosis Eritroskuamosa. dalam : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, edisi
keenam, Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2010; 189-203.
3. Thomas B Johnson, Richard A. et al; Psoriasis vulgaris; fitzpatrick’s color atlas and synopsis
of clinical dermatology; 6th edition; Mcgraw hill; 2005.

4. Moon HS, Mizara A, McBride SR. Psoriasis and Psycho-Dermatology. Dermatol Ther
(Heidelb). 2013; 3:117-30

Anda mungkin juga menyukai