Anda di halaman 1dari 36

Laporan Kasus SEPTEMBER 2023

Scabies

Disusun Oleh:

WAHYU N 111 22 152

Pembimbing Klinik
dr. Sukma Anjayani, Sp.kk., M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN
KELAMIN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
UNDATA PALU FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2023
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Wahyu
No. Stambuk : N 111 22 152
Fakultas : Kedokteran
Program Studi : Profesi Dokter
Universitas : Tadulako
Bagian : Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Judul : Skabies

Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan


Kelamin RSUD Undata Palu

Palu, September 2023

Mengetahui,

Pembimbing Dokter Muda

dr. Sukma Anjayani, Sp.kk., M.Kes Wahyu


STATUS PASIEN
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RSUD UNDATA PALU

I. IDENTITAS PASIEN

1) Nama Pasien : Tn. C.H

2) Umur : 57 tahun

3) Jenis Kelamin : Laki-laki

4) Alamat : Kamonji

5) Agama : Islam

6) Pekerjaan : Pelajar

7) Tanggal Pemeriksaan : 5 September 2023

II. ANAMNESIS
1) Keluhan utama : Bintik merah
2) Riwayat penyakit sekarang :
Pasien laki-laki usia 57 tahun datang ke poli klinik diantar oleh
keluarganya dengan keluhan bitnik-bintik merah yang gatal. Keluhan
awalnya berupa bintik-bintik merah di selangkangan lalu menyebar
hampir ke area kedua paha pasien. Gatal dirasakan terus menerus dan
akan memberat pada malam hari dan saat terbangun pada pagi hari.
Gatal dirasakan hampir diseluruh paha terutama di selangkangan. Lesi
dan keluhan gatal sudah dirasakan sejak 3 minggu yang lalu.
Menurut keterangan pasien, keluhan yang sama diraskaan oleh istri
dan anak pasien terlebih dahulu sekitar 1 bulan sebelum pasien. Istri
dan anak pasien merasakan keluhan yang sama akibat kontak secara
langsung dan tidak langsung. pasien mengatakan kalau sang istri dan
anaknya sudah melakukan pengobatan di puskesmas dan diberikan
obat salep Scabimite.
3) Riwayat penyakit dahulu:
Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya
4) Riwayat penyakit keluarga:
Keluarga pasien yaitu istri dan anak pasien yang tinggal serumah
mengalami keluhan yang sama

III. PEMERIKSAAN
FISIK Status Generalis
1) Keadaan umum : Ringan
2) Status Gizi : Baik
3) Kesadaran : komposmentis

Tanda-tanda Vital
1) TD : tidak dilakukan pemeriksaan
2) Nadi : tidak dilakukan pemeriksaan
3) Respirasi : tidak dilakukan pemeriksaan
4) Suhu : tidak dilakukan pemeriksaan

Status Dermatologis/Venereologis
Ujud Kelainan Kulit
Kepala :Tidak terdapat wujud kelainan kulit
Wajah :Tidak terdapat wujud kelainan kulit
Leher :Tidak terdapat wujud kelainan kulit
Dada :Tidak terdapat wujud kelainan kulit
Punggung : Tidak terdapat wujud kelainan kulit
Perut : Tidak terdapat wujud kelainan kulit
Genitalia : Tidak dilakukan (pasien tidak kooperatif)
Ekstremitas Atas : Tidak terdapat wujud kelainan kulit
Ekstremitas Bawah : Pada regio femoral dextra dan sinistra terdapat
tampakan papul eritema multiple, batas tidak
tegas atau difus serta berukuran miliar

IV. GAMBAR

Gambar 4. Pada regio femoral dextra dan sinistra terdapat tampakan


papul eritema multiple, batas tidak tegas atau difus serta berukuran miliar
V. RESUME
Pasien laki-laki usia 57 tahun datang ke poli klinik diantar oleh
keluarganya dengan keluhan bitnik-bintik merah yang gatal. Keluhan
awalnya berupa bintik-bintik merah di selangkangan lalu menyebar hampir
ke area kedua paha pasien. Gatal dirasakan terus menerus dan akan
memberat pada malam hari dan saat terbangun pada pagi hari. Gatal
dirasakan hampir diseluruh paha terutama di selangkangan. Lesi dan
keluhan gatal sudah dirasakan sejak 3 minggu yang lalu. Menurut
keterangan pasien, keluhan yang sama diraskaan oleh istri dan anak pasien.
Pada pemeriksaan dermatologis, terdapat ujud kelainan kulit pada
regio femoral dextra dan sinistra terdapat tampakan papul eritema
multiple, batas tidak tegas atau difus serta berukuran miliar.

VI. DIAGNOSIS KERJA


Skabies

VII. DIAGNOSIS BANDING


- Insect bite reaction
- Dermatitis atopik

VIII. ANJURAN PEMERIKSAAN


- Burrow ink test
IX. PENATALAKSANAAN
Non Medika Mentoksa
 Edukasi perjalanan penyakit, penularan, menjaga higiene pribadi, dan
tata cara pengolesan obat.

 Pakaian dan alas tidur dicuci pada suhu 60°C atau disimpan dalam
kantung plastik tertutup selama beberapa hari.

 Jemur karpet, kasur, bantal, tempat duduk terbuat dari bahan busa atau
berbulu di bawah terik matahari

 Hindari menggaruk terlalu keras area lesi karena bisa menyebabkan


luka dan resiko infeksi

 Menjelaskan tentang pentingnya mengobati keluarga yang mengalami


keluhan yang sama.

Medika Mentosa
 Permetrin 5% dioleskan keseluruh tubuh pada malam hari selama 8
jam, satu kali
 Cetirizine 10 mg 1x1

X. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad fungtionam : bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Quo ad Cosmeticam : dubia ad bonam
PEMBAHASAN
Pasien laki-laki usia 57 tahun datang ke poli klinik diantar oleh
keluarganya dengan keluhan bitnik-bintik merah yang gatal. Keluhan awalnya
berupa bintik-bintik merah di selangkangan lalu menyebar hampir ke area kedua
paha pasien. Gatal dirasakan terus menerus dan akan memberat pada malam hari
dan saat terbangun pada pagi hari. Gatal dirasakan hampir diseluruh paha terutama
di selangkangan. Lesi dan keluhan gatal sudah dirasakan sejak 3 minggu yang
lalu. Menurut keterangan pasien, keluhan yang sama diraskaan oleh istri dan anak
pasien.

Pada pemeriksaan dermatologis, terdapat ujud kelainan kulit pada regio


femoral dextra dan sinistra terdapat tampakan papul eritema multiple, batas tidak
tegas atau difus serta berukuran miliar. Hal ini sesuai teori yang mengatakan
skabies merupakan manifestasi pada manusia yang disebabkan oleh tungau
Sarcoptes scabiei tungau var. hominis yang menjalani seluruh siklus hidupnya di
dalam epidermis yang memiliki 4 tanda kardinal (tanda utama) yaitu 1. Gejala
gatal pada malam hari (pruritus nokturna), disebabkan aktivitas tungau skabies
yang lebih tinggi pada suhu lebih lembap dan panas. 2. Gejala yang sama pada
satu kelompok manusia. Penyakit ini menyerang sekelompok orang yang tinggal
berdekatan, seperti sebuah keluarga, perkampungan, panti asuhan, atau pondok
pesantren. 3. Terbentuknya terowongan atau kunikulus di tempat-tempat
predileksi, terowongan berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjangnya 2
cm, putih atau keabu-abuan. Predileksi di bagian stratum korenum yang tipis,
yaitu: sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar,
lipat ketiak bagian depan, umbilikus, bokong, perut bagian bawah, areola
mammae pada wanita dan genitalia eksterna pada laki-laki 4.Ditemukan tungau
Sarcoptes scabiei, dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup1,2. Pada
pemeriksaan dermatologis, terdapat ujud kelainan kulit pada regio manus dextra
et sinistra dimana tampak papul eritema multiple, berskuama dan
erosi berukuran lentikuler, batas tidak tegas. Terdapat juga macula
hiperpigmentasi multiple, berukulan lenticular dengan batas yang tidak tegas.
Pada regio dorsum pedis dextra et sinistra tampak macula hiperpigmentasi
multiple, berskuama berukuran milier sampai lentikuler, batas tidak tegas. Pada
area perut tampak macula hiperpigmentasi berukuran lentikular. Hal ini sesuai
teori yang mengatakan pada penderita scabies akan ditemukan yaitu lesi papul,
vesikel, urtika, dan bila digaruk timbul lesi sekunder berupa erosi, eksoriasi, dan
krusta2. Serta terdapat lesi yang terjadi di lokasi infestasi tungau, manifestasi kulit
dari hipersensitivitas terhadap tungau dan lesi sekunder akibat gesekan dan
garukan kronis1.
Secara morfologik, parasit ini merupakan tungau kecil, berbentuk oval,
punggungnya cembung, dan bagian perutnya rata. Spesies betina berukuran 300 x
350 µm, sedangkan jantan berukuran 150 x 200 µm. Stadium dewasa mempunyai
4 pasang kaki, 2 pasang kaki depan dan 2 pasang kaki belakang. Kaki depan pada
betina dan jantan memiliki fungsi yang sama sebagai alat untuk melekat, akan
tetapi kaki belakangnya memiliki fungsi yang berbeda. Kaki belakang betina
berakhir dangan rambut, sedangkan pada jantan kaki ketiga berakhir dengan
rambut dan kaki keempat berakhir dengan alat perekat3.
Siklus hidup tungau ini berawal setelah kopulasi (perkawinan) yang teradi
di atas kulit, tungau jantan akan mati, dan tungau betina yang telah dibuahi
menggali terowongan dalam stratum komeum dengan kecepatan 2-3 milimeter
sehari sambil meletakkan telumya 2 hingga 50. Bentuk betina yang dibuahi ini
dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan menetas biasanya dalam waktu 3 sampai
10 hari dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal
dalam terowongan, tetapi dapatjuga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi
nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki.
Seluruh siklus hidup mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu
antara 8-12 hari4.
Faktor-faktor yang berperan pada tingginya prevalensi skabies di negara
berkembang terkait dengan kemiskinan yang berhubungan dengan rendahnya
tingkat kebersihan (personal hygiene), akses air yang sulit, dan kepadatan hunian.
Skabies identik dengan penyakit anak pondok pesantren karena kondisi
kebersihan
yang kurang terjaga, sanitasi buruk, kurang gizi dan kondisi ruangan terlalu
lembab dan kurang mendapat sinar matahari secara langsung5.
Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan penunjang dikarenakan
ketidaktersediaan alat dan bahan untuk pemeriksaan. Pemeriksaan penunjang
dilakukan apabila pada anamnesis dan pemeriksaan fisik ditemukan keraguan
dalam menentukan diagnosis, atau lesi menyerupai infeksi kulit karena penyebab
lain. Pemeriksaan penunjang yang dianjurkan adalah burrow ink test. Burrow ink
test adalah tes sederhana untuk mendiagnosis kudis. Tes ini dilakukan dengan
menggosok liang yang dicurigai dengan tinta dari pena penanda. Tinta yang
berlebih dibersihkan dengan kapas alkohol. Jika terdapat liang tungau, tinta akan
mengisi liang di stratum korneum, tempat tungau membuat terowongan, yang
memperlihatkan ciri khas liang berbentuk S. Namun gold standard untuk
pemeriksaan scabies adalah biopsi6.
Pada kasus ini di ambil diagnosis banding dermatitis atopic, Insect bite dan
prurigo nodularis. Dermatitis atopik adalah suatu peradangan kulit kronik dan
residif (atau sekelompok gangguan yang berkaitan, yang ditandai dengan
kelainan kulit berupa papul gatal, yang kemudian mengalami ekskoriasi dan
likenifikasi, distribusinya di lipatan (fleksural) tubuh. Gejala klinis dan perjalanan
penyakit dermatitis atopik. sangat bervariasi. Dermatitis atopik dapat
menyebabkan perasaan gatal yang dapat mengganggu penderitanya dan
memperlihatkan kemerahan pada kulit serta terbentuknya vesikel dan
mengeluarkan air. Keluhan utama pada dermatitis atopik yaitu rasa gatal dan rasa
sakit yang hebat pada kulit yang diperparah dengan garukan penderitanya.
Epidermis kulit yang terabrasi akibat garukan memudahkan agen infeksi untuk
menginfeksi kulit sehingga penyakit yang timbul dapat lebih berat7.
Insect bite atau gigitan sengatan serangga dapat menyebabkan rasa sakit
dan ketidaknyamanan, kerusakan jaringan yang parah. Manifestasi klinis pada
kulit yang paling umum dari gigitan dan sengatan artropoda ialah erupsi
eritematosa dan edema bersama dengan temuan dermatologis lainnya seperti
urtikaria dan papula yang berasal dari reaksi peradangan lokal dan
hipersensitivitas terhadap air liur artropoda. Dampak gigitan dan sengatan
artropoda yang paling signifikan secara
klinis ialah kemampuannya sebagai vektor berbagai penyakit bakteri, virus, dan
protozoa serta dapat menciptakan cedera jaringan dan berfungsi sebagai pintu
masuk untuk infeksi bakteri sekunder8
Prurigo nodularis adalah salah satu kelainan di mana rasa gatal bersifat
paroksysmal, intermiten, sangat parah, dan biasanya pasien sering menggaruk
hingga merusak kulit serta menyebabkan perdarahan dan sering kali menimbulkan
jaringan parut. Prurigo nodularis ditandai dengan bintik-bintik yang terasa gatal
pada ekstremitas, terutama pada permukaan anterior paha dan kaki, umumnya
tersusun secara linier. Lesi tunggal berukuran sebesar kacang polong atau lebih
besar, keras, dan berwarna kemerahan atau kecoklatan. Jika dibiarkan, lesi ini
menjadi verrucous atau fisura. Penyakit ini bersifat kronis dan lesi berkembang
secara perlahan. Rasa gatal sangat parah tetapi biasanya terbatas hanya pada lesi
itu sendiri. Ketika pasien mengalami stress biasanya pasien merasakan rasa gatal
yang ekstrim9
Pada kasus ini pasien diberikan obat topical permethrin 5% dimana Krim
permetrin 5% merupakan obat yang sering digunakan untuk pengobatan skabies
karena efikasinya sebesar 90%. Permetrin dioleskan pada tubuh yang terkena
skabies selama 8-12 jam sebelum tidur. Pasien juga diberi anti histamin yaitu
Cetirizin tablet 10 mg 1x1 untuk mengurangi rasa gatal 10. Obat–obat anti skabies
idealnya memiliki syarat sebagai berikut : Efektif untuk semua stadium tungau,
tidak mengiritasi dan tidak toksik, tidak berbau dan tidak mengotori, tidak
merusak dan mewarnai pakaian dan mudah diperoleh dengan harga yang murah.
Beberapa syarat pengobatan yang harus diperhatikan : (1) Semua anggota
keluarga harus diperiksa dan semua harus diberi pengobatan secara serentak; (2)
Personal hygiene harus diperbaiki11.
DAFTAR PUSTAKA
1. Wolff K, Johnson RA, Saavedra AP, Roh EK. FITZPATRICK’S COLOR
ATLAS AND SYNOPSIS OF CLINICAL DERMATOLOGY. 8th Editio.
New York: McGraw-Hill Education; 2017.
2. Kurniawan Marsha, Ling Michael Sie Shun F. Diagnosis dan Terapi
Skabies. Cermin Dunia Kedokt. 2020;47(2):104.
3. Mutiara H, Syailindra F. Skabies. Majority. 2018;5.
4. Boediardja SA, Handoko RP. ILMU PENYAKIT KULIT DAN
KELAMIN. edisi ke 7. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2016.
5. Imartha asoly giovano, Wulan anggraeni janar, Saftarina F. Faktor-Faktor
yang Berhubungan dengan Kejadian Skabies di Pondok Pesantren Jabal
An- Nur Al-Islami Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung.
J Fak Ledokteran Univ Lampung [Internet]. 2017;58(12):7250–7. Available
from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25246403%0Ahttp://www.pubmedce
ntral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=PMC4249520%0Ahttps://journals.as
m.org/doi/10.1128/AAC.03728-14
6. Del Barrio-Díaz P, Vera-Kellet C. The Burrow Ink Test: a Simple Method
to Improve the Diagnosis of Scabies. J Gen Intern Med. 2022;
7. Evina B. CLINICAL MANIFESTATIONS AND DIAGNOSTIC
CRITERIA OF ATOPIC DERMATITIS. Med J LAMPUNG Univ.
2019;4:27–35.
8. Matindas FP, Suling PL, Niode NJ. Skin Manifestations due to Arthropod
Bites and Stings. e-CliniC. 2022;10(1):78.
9. James WD, Eston DM, Treat JR, Rosenbach MA, Neuhaus IM. Andrew’s
diseases of the skin: clinical dermatology. Edinburgh: Elsevier; 2020.
10. Dewi MK, Wathoni N. Diagnosis dan Regimen Pengobatan Skabies. J
Farmaka. 2018;15(1):123–33.
11. Rahmatia N, Ernawati T. Penatalaksanaan Skabies Melalui Pendekatan
Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Satelit. Majority.
2020;9(1):1–8.

Anda mungkin juga menyukai