Anda di halaman 1dari 24

MANAJEMEN KASUS

SKABIES

Disusun untuk Memenuhi Syarat Kepaniteraan


Pendidikan Klinik Stase Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

Oleh :
Kholifa Nur Ardhina
14711022

Pembimbing :
dr. Rahajeng Musy, Sp.KK

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


RSUD dr. SOEDONO MADIUN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2019
HALAMAN PENGESAHAN

MANAJEMEN KASUS

SKABIES

Disusun untuk Memenuhi Syarat Kepaniteraan


Pendidikan Klinik Stase Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
RSUD dr. Soedono Madiun

Oleh :

Kholifa Nur Ardhina

14711022

Telah dipresentasikan tanggal :

22 April 2019

Mengetahui,

Dokter Pembimbing/penguji

dr. Rahajeng Musy, Sp.KK


A. IDENTITAS
1. Nama : Sdr. F
2. Jenis Kelamin : Laki-laki
3. Umur : 14 Tahun
4. Suku : Jawa
5. Ras : Mongoloid
6. Alamat : Kepet RT 03/001, Dagangan, Madiun
7. Pekerjaan : Pelajar
8. Agama : Islam
9. No. RM : 6735698

B. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan terhadap Sdr. F pada tanggal 9 April 2019
1. Keluhan Utama
Gatal di seluruh tubuh.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak 1 minggu yang lalu pasien megeluhkan gatal. Keluhan disertai
rasa perih, kadang-kadang nyeri dan pegal. Saat ini pasien tidak
mengeluhkan pusing dan demam, namun sebelum sakit gatal pasien
mengeluhkan sakit demam dan badan tidak enak. Keluhan gatal dirasakan
ketika sore menjelang hingga malam hari. Pasien merupakan anak pondok
yang tidurnya diatas karpet bersama dengan teman-teman lain. Temannya
ada yang memiliki keluhan serupa seperti pasien. Pasien jarang mengganti
sarung bantalnya. Pasien juga tidak menggunakan handuk setelah mandi,
namun menggunakan sarung seperti teman-teman yang lain. Pasien sudah
periksa ke dokter keluarga dan diberi obat salep 2-4 2 x sehari, namun
keluhan tidak berkurang.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien memiliki keluhan serupa sebelumnya, namun hanya di
bagian kaki saja yang terasa gatal.
4. Riwayat Alergi
Alergi makanan dan alergi obat disangkal.
5. Riwayat Kebiasaan
Pasien tidur bersama teman-temannya di karpet. Pasien jarang
mengganti sarung bantalnya dan pasien tidak menggunakan handuk setelah
mandi, melainkan menggunakan sarung. Pasien tidak bergantian pakaian
dengan teman yang lain.
6. Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu pasien memiliki keluhan serupa saat masih kecil.
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Komposmentis
GCS : E4 V5 M6
2. Pemeriksaan Tanda Vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Frekuensi nadi : 90 kali/menit
Frekuensi napas : 18 kali/menit
Suhu : 36,20C
Kesimpulan : Pemeriksaan fisik dalam batas normal

D. STATUS DERMATOLOGI
1. Ujud Kelainan Kulit
 Pada regio generalisata terdapat papul dasar eritem miliar, berbatas
tegas, multiple, tersebar.
 Pada regio tungkai bawah kanan – kiri ekstensor terdapat macula
hiperpigmentasi numular, berbatas tegas, multiple tersebar.
2. Dokumentasi UKK

Gambar 1. Pada regio wajah tampak papul eritem miliar (nomor 1)

Gambar 2. Pada regio badan tampak papul eritem miliar (nomor 2)


3

Gambar 3. Pada regio punggung tampak papul dasar eritem miliar


(nomor 3)

Gambar 4. Pada regio lengan bawah kanan-kiri ekstensor tampak papul


eritem miliar (nomor 4)
5

Gambar 5. Pada regio tungkai bawah kanan-kiri ekstensor tampak


makula hiperpigmentasi numular (nomor 5)
E. DIAGNOSIS BANDING
1. Skabies
2. Prurigo Hebra
3. Pedikulosis Korporis
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Pemeriksaan Sediaan Langsung
Spesimen : Kerokan kulit didapatkan dari lengan bawah kanan
ekstensor
Hasil : pada mikroskop perbesaran 10 kali, ditemukan gambaran
telur Sarcoptes scabiei (nomor 1) dan skuama (nomor 2).

Gambar 6. Pada mikroskop perbesaran 10 kali


G. DIAGNOSIS
Skabies

H. TERAPI
1. Sistemik
 Antihistamin/ : tablet cetirizine 10 mg 1 x sehari diminum peroral
anti gatal pada malam hari selama 7 hari.
2. Topikal
 Antiparasitik/ : cream permethrin 5% 30 gram (scabimite 5%)
anti skabies sebanyak 3 tube dipakai malam hari seluruh tubuh
selama 8-10 jam lalu dibilas atau dimandikan.

I. PENULISAN RESEP

KLINIK DOKTER KELUARGA


dr. Kholifa Nur Ardhina
No. SIP 14711022
Jl. Kawis No 24 Taman, Madiun

Madiun, 9 April 2019

R / Cetirizine tab 10 mg No. VII


S 1 dd tab I o.n

R / Permethrin cream 5% 30 gr tube I


S ue (oleskan malam hari sekali habis pada seluruh tubuh)

Pro : Sdr. F Alamat : Dagangan, Madiun


Umur : 14 tahun No. RM : 6735698
J. EDUKASI
1. Menjelaskan kepada pasien dan orang tua bahwa pasien menderita penyakit
skabies atau kudis yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei, yang
biasanya tertular dengan penderita skabies, bisa melalui kontak fisik, tidur
dengan alas yang sama, atau memakai handuk atau pakaian yang sama.
2. Menjelaskan tanda dan gejalanya meliputi gatal pada kulit yang dapat
timbul plenting pada kulit berwarna kemerahan, terutama pada malam hari.
3. Menjelaskan kemungkinan diagnosis lain yaitu prurigo hebra yang
merupakan reaksi kulit kronik yang residif dengan lesi dapat berupa papul
dan pedikulosis korporis yang merupakan penyakit kulit yang disebabkan
oleh Pedikulus humanus var. corporis.
4. Menjelaskan kepada pasien mengenai cara meminum atau menggunakan
obat yang diberikan yaitu anti-histamin sebagai antigatal berupa cetirizine
10 mg diminum 1 kali sehari pada malam hari selama 7 hari dan krim
permetrin 5% untuk membunuh tungau yang dioleskan ke seluruh tubuh
kecuali wajah pada malam hari sebelum tidur, lalu ditunggu 8-10 jam
kemudian dibilas atau dimandikan pada pagi harinya.
5. Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit ini dapat menular terutama
melalui baju, handuk, sprei dan alas tidur yang digunakan bersama.
6. Menjelaskan kepada pasien bahwa harus menjaga kebersihan dengan mandi
2 kali sehari, menjaga kebersihan baju, sprei, handuk, dan selimut, serta
pasien mengeringkan badan setelah mandi dengan handuk, bukan dengan
sarung.
7. Menjelaskan kepada orangtua untuk bersabar karena butuh ketelatenan
dalam pengobatan. Kesabaran adalah sebagian dari iman dan penyakit serta
kesembuhan datangnya dari Allah SWT.

K. SARAN
1. Menyarankan kepada pasien agar meningkatkan kebersihan diri dan
lingkungan.
2. Menyarankan kepada pasien dan keluarga untuk mencuci bersih pakaian,
sprei, bantal, guling, atau selimut menggunakan air panas, kemudian
dijemur dibawah terik matahari, serta disetrika untuk mematikan tungau
skabies.
3. Menyarankan pasien untuk menghindari menggaruk kulit agar mencegah
infeksi sekunder.
4. Mengkonsumsi obat sesuai anjuran.
5. Pasien kontrol 1 minggu kemudian atau bila memburuk segera datang
kembali.
6. Teman pondok yang mengalami keluhan serupa disuruh berobat pula.

L. PROGNOSIS
1. Ad vitam : bonam
2. Ad sanationam : bonam
3. Ad fungsionam : bonam
TINJAUAN TEORI
SKABIES

A. DEFINISI
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi
tungau yang disebut Sarcoptes scabiei jenis manusia dan produknya pada tubuh.
Sarcoptes scabiei merupakan tungau kecil berbentuk oval, punggungnya
cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini translusen, berwarna putih kotor,
tidak bermata dan mampu menggali terowongan di kulit yang dapat
menyebabkan rasa gatal (FK UI, 2015). Tungai ini biasanya menyerang pada
sela jari tangan, pergelangan tangan, ketiak, sekitar pusat, paha bagian dalam,
genitalia pria, dan bokong. Pada bayi, biasa di kepala, telapak tangan dan kaki.
Penyakit ini sering disebut dengan gudig, kudis, maupun the itch. (Siregar, R.S,
2004; FK UI, 2015; CDC, 2017).
B. EPIDEMIOLOGI DAN PENYEBAB
Di Indonesia, skabies merupakan urutan ketiga dari 12 penyakit kulit
tersering yang terjadi di masyarakat. Prevalensi tiap masing-masing daerah
berbeda yaitu sekitar 4,6% hingga 12,95%. Lingkungan yang padat oleh
populasi manusia di suatu tempat dapat memudahkan penularan penyakit ini
terutama di daerah pemukiman padat penghuni seperti TPA (taman pendidikan
anak), penjara, barak, rumah susun, pondok pesantren. Selain itu, daerah yang
kumuh dengan kebersihan dan hygiene yang buruk serta seseorang yang
kekebalan tubuhnya sedang menurun juga mempermudah penularan. Frekuensi
yang sama pada pria dan wanita. Penyakit ini sering menyerang pada anak-anak
meskipun orang dewasa juga dapat terkena (Ibadurrahmi, dkk., 2017 dan
Siregar, R.S, 2004).
Penyebab dari penyakit skabies yaitu Sarcoptes scabiei jenis manusia yang
mana tergolong famili artropoda kelas araknida, orde akarina, famili sarkoptes
(Siregar, R.S, 2004). Spesies betina berukuran 300 x 350 μm, sedangkan jantan
berukuran 150 x 200 μm. Stadium dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang
kaki depan dan 2 pasang kaki belakang. Kaki depan pada betina dan jantan
memiliki fungsi yang sama sebagai alat untuk melekat, akan tetapi kaki
belakangnya memiliki fungsi yang berbeda. Kaki belakang betina berakhir
dangan rambut, sedangkan pada jantan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan
kaki keempat berakhir dengan alat perekat (FK UI, 2015).
C. PATOGENESIS
Mekanisme penularan skabies dapat melalui dua cara yaitu secara langsung
maupun tidak langsung. Secara langsung yaitu dapat ditularkan melalui kontak
kulit dengan kulit orang yang menderita skabies, sedangkan secara tidak
langsung dapat bersamaan dirumah atau asrama, dengan berbagi barang-barang
seperti pakaian, handuk, atau tempat tidur yang digunakan oleh orang yang
terinfeksi (Siregar, 2015 dan CDC, 2017). Penularan paling utama adalah
melalui kontak dari kulit ke kulit terutama pada pasien yang aktif berhubungan
seksual. Oleh karena itu, skabies dipertimbangkan sebagai penyakit menular
seksual (Barry et al., 2018).

Gambar 7. Transmisi Skabies (Sumber: CDC, 2010)


Siklus hidup Sarcoptes scabiei yang diawali oleh masuknya tungau dewasa
ke dalam kulit manusia dan membuat terowongan di stratum korneum sampai
akhirnya tungau betina bertelur. Sarcoptes scabiei tidak dapat menembus lebih
dalam dari lapisan stratum korneum. Setelah telur menetas, larva bermigrasi ke
permukaan kulit dan menggali stratum corneum yang utuh untuk membangun
liang pendek yang hampir tak terlihat, yang disebut molting pouches (CDC,
2010). Telur ini menetas menjadi larva dalam waktu 2-3 hari dan larva menjadi
nimfa dalam waktu 3-4 hari. Nimfa berubah menjadi tungau dewasa dalam 4-7
hari. Sarcoptes scabiei jantan akan mati setelah melakukan kopulasi, tetapi
kadang-kadang dapat bertahan hidup dalam beberapa hari. Pada sebagian besar
infeksi, diperkirakan jumlah tungau betina hanya terbatas 10 sampai 15 ekor
dan kadang terowongan sulit untuk diidentifikasi. Siklus hidupnya memerlukan
waktu sekitar 8-12 hari mulai dari telur hingga dewasa (FK UI, 2015).
Perkawinan hanya terjadi satu kali dan tungau jantan mati. Betina berkeliaran
di permukaan kulit sampai menemukan tempat yang cocok untuk liang
permanen. Saat berada di permukaan kulit, tungau berpegangan pada kulit
menggunakan pulvili seperti pengisap yang menempel pada dua pasang kaki
paling depan. Ketika tungau betina menemukan lokasi yang cocok, ia mulai
membuat liang yang khas dan terus memperpanjang liangnya dan bertelur
selama sisa hidupnya (1-2 bulan) (CDC, 2010). Ketika seseorang pertama kali
terinfeksi tungau kudis, biasanya perlu 2-6 minggu untuk muncul gejala setelah
terinfeksi. Jika seseorang pernah menderita kudis sebelumnya, gejala muncul 1-
4 hari setelah paparan (CDC, 2017). Dalam suhu dibawah 20°C tungau tidak
dapat bergerak namun dapat bertahan hidup dalam beberapa periode (Barry et
al., 2018).
D. GEJALA KLINIS
Penderita mengeluhkan gatal terutama pada malam hari. Kelainan kulit
mula-mula berupa papul, vesikel. Akibat dari garukan dapat timbul lesi
sekunder yaitu berupa pustul. Predileksi penyakit ini yaitu pada sela jari tangan,
pergelangan tangan, ketiak, sekitar pusat, paha bagian dalam, genitalia pria, dan
bokong. Pada bayi, biasa di kepala, telapak tangan dan kaki. Efloresensinya
dapat berupa papul dan vesikel miliar sampai lentikular disertai ekskoriasi
(scratch mark). Bila terjadi infeksi sekunder tampak pustul lentikular. Lesi yang
khas terdapat terowongan miliar, tampak berasal dari salah satu papul atau
vesikel yang biasa sebagai ujung terowongan yang merupakan tempat
bersembunyi dan bertelur Sarcoptes scabiei betina (FK UI, 2015).
Skabies memiliki beberapa macam, yaitu skabies nodular dan skabies
Norwegia (skabies berkrusta). Pada skabies nodular, dapat terjadi terutama
pasien anak-anak yang mana nodul tampak pada 7-10% pasien dengan skabies.
Karena anak-anak tidak mampu menggaruk sehingga nodul dapat berkembang
sekitar 2-20 mm, sedangkan pada skabies Norwegia (skabies berkrusta) dapat
ditandai dengan dermatosis berkrusta pada tangan dan kaki, kuku yang
distrofik, dan skuama yang generalisata. Tungau dapat ditemukan dalam jumlah
yang besar, namun rasa gatal minimal. Penyakit ini dapat diderita oleh orang
dengan retardasi mental, kelemahan fisis, gangguan imunologi, dan psikosis
(FK UI, 2015).
E. DIAGNOSIS
Dalam FK UI 2015, terdapat empat tanda kardina, pertama pruritus
nokturna yaitu gatal pada malam hari diakibatkan oleh tungau yang lebih suka
beraktivitas pada suhu yang lebih lembab dan panas. Rasa gatal timbul akibat
sensitisasi kulit terhadap sekret dan sekret tungau yang dikeluarkan pada waktu
pembuatan terowongan; kedua menyerang secara kelompok, misalnya dalam
asrama maupun dalam sebuah keluarga apabila ada satu anggota yang terkena
memungkinkan anggota keluarga lain juga terkena atau dapat menjadi carrier;
ketiga adanya terowongan (kunikulus) pada tempat predileksi yang berwarna
putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang
1 cm, pada ujung terowongan dapat ditemukan papul atau vesikel. Terowongan
ini muncul akibat tungau yang mengeluarkan sekret yang dapat melisiskan
stratum korneum. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf
(pustul, ekskoriasi, dan sebagainya); keempat ditemukannya tungau Sarcoptes
scabiei. Diagnosis dapat ditegakkan dengan menemukan 2 dari 4 tanda
kardinal tersebut.
F. DIAGNOSIS BANDING
1. Prurigo Hebra
Adalah reaksi kulit yang bersifat kronik residif dengan efloresensi
beraneka ragam yang penyebabnya belum jelas atau diduga pengaruh faktor
eksternal seperti gigitan serangga, sinar matahari, udara dingin, atau
pengaruh dari faktor internal seperti infeksi kronik. Lesi berupa papul,
kronis, dan kumat-kumatan, tergolong sebagai salah satu bentuk
neurodermatitis, predileksi utama di ekstremitas bagian ekstensor (Siregar,
2015).
2. Pedikulosis Korporis
Adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh Pedikulus humanus var.
corporis. Predileksinya pada daerah leher, punggung, dan lengan biasanya
terasa gatal dan pada bekas garukan (ekskoriasi) terdapat lesi dapat berupa
papul-papul miliar (Siregar, 2015).
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Beberapa cara untuk menemukan tungau dewasa, larva, telur atau skibala :
1. Kerokan kulit atau skin scraping yaitu pemeriksaan yang paling sering
dilakukan. Mencari papul atau terowongan yang baru dibentuk, kemudian
dikerok dengan skalpel steril yang ditetesi dengan minyak imersi untuk
mengangkat atap papul atau terowongan. Hasil kerokan diletakkan pada
gelas obyek dan ditutup dengan kaca tutup, lalu diperiksa di bawah
mikroskop.

Gambar 12. Sarcoptes scabiei pada mikroskop perbesaran 10 x


(Sumber: CDC, 2010)
2. Mengambil tungau dengan jarum, yaitu jarum ditusukkan pada terowongan
di bagian yang gelap dan digerakkan tangensial atau dicongkel. Tungau
akan memegang ujung jarum dan dapat diangkat ke luar. Dengan cara ini
tungau sulit ditemukan, tetapi bagi orang yang berpengalaman, cara ini
dapat meningkatkan ketepatan diagnosis.
3. Tes tinta pada terowongan (burrow ink test), yaitu papul skabies dilapisi
tinta cina dengan menggunakan pena lalu dibiarkan selama 20-30 menit,
kemudian dihapus dengan alkohol. Tes dinyatakan positif bila tinta masuk
ke dalam terowongan dan membentuk gambaran khas berupa garis zig-zag.
4. Membuat biopsi irisan (epidermal shave biopsy), yaitu lesi dijepit dengan 2
jari kemudian dibuat irisan tipis dengan pisau dan diperiksa dengan
mikroskop cahaya.
5. Biopsi eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan hematoksilin eosin (HE).
H. TATALAKSANA
1. Sistemik
Antihistamin sedatif (oral) untuk mengurangi rasa gatal pada tubuh
yaitu dapat diberikan cetirizine atau loratadine dengan dosis anak usia 2-5
tahun 5 mg/hari, ≥ 6 tahun 5-10 mg/hari, dan ≥ 12 tahun 10 mg/hari. Ketika
terjadi infeksi sekunder dapat diberi antibiotik berupa amoxicillin tablet
dengan dosis 500 mg 3 kali/hari untuk dewasa dan anak 10-20 mg/kgBB/6
jam (PERDOSKI, 2017).
2. Topikal
a. Permetrin
Merupakan pilihan pertama, tersedia dalam bentuk krim 5%, yang
digunakan selama 8-10 jam dan setelah itu dicuci bersih 1 minggu sekali
pakai. Apabila belum sembuh dapat digunakan kembali pada minggu
kedua sebanyak 1 kali pemakaian, serta bila belum sembuh dapat diulang
pada minggu ketiga. Cara kerja obat permetrin 5% adalah memiliki target
utama terhadap membran sel skabies. Permetrin membuat ion Cl masuk
ke dalam sel parasit tersebut secara berlebihan, sehingga membuat sel
saraf kesulitan untuk depolarisasi dan parasit akan lisis atau lumpuh.
Obat ini cukup efektif dalam membunuh parasit, namun tidak efektif
untuk telur. Hal tersebut mendasari bahwa penggunaan permetrin hingga
3 kali pemberian. Pada pemberian kedua dan ketiga dapat membunuh
tungau yang baru menetas. Pada bayi kurang dari 2 bulan, wanita hamil,
dan ibu menyusui keamanannya belum dapat dipastikan sehingga
pemberiannya jarang dilakukan. Pada wanita hamil dapat diberikan
dengan penggunaan yang tidak lama yaitu sekitar 2 jam. Efek samping
yang jarang ditemukan adalah rasa terbakar, perih, dan gatal, mungkin
karena kulit sensitif dan terekskoriasi (FK UI,2015).
b. Sulfur Presipitatum 5-10%
Sulfur konsentrasi 5%-10% dalam vaselin dapat dipakai sebagai
skabisida (antiskabies). Obat ini hanya membunuh larva dan tungau
tetapi tidak membunuh telur, sehingga pemakaian harus dilakukan
selama 3 hari berturut-turut serta dapat dipakai untuk bayi dan anak
dengan usia kurang dari 2 tahun. Untuk anak-anak dosis sulfur adalah
setengah dosis orang dewasa. Bentuk aktif sulfur adalah H2S dan asam
pentationik yang mempunyai sifat keratinolitik. Obat ini murah harganya
dan cukup efektif hasilnya, namun karena baunya kurang enak, lengket,
dapat mewarnai pakaian, dan kadang menimbulkan iritasi sehingga
kurang disuka (FK UI, 2015 dan PERDOSKI, 2017).
c. Benzyl Benzoate
Benzyl benzoate bersifat neurotoksik pada tungau skabies.
Digunakan dalam bentuk emulsi 20-25% dengan periode kontak 24 jam,
diberikan setiap malam selama 3 hari. Terapi ini memiliki kontraindikasi
pada wanita hamil dan menyusui, bayi, dan anak-anak kurang dari 2
tahun, lebih efektif untuk resistant crusted scabies (FK UI, 2015).
d. Krotamiton
Krotamiton konsentrasi 10% dalam bentuk krim atau losio, juga
merupakan skabisida yang cukup efektif, Cara pemakaian adalah dengan
mengoleskan bahan tersebut di seluruh badan mulai dari leher selama 8
jam, dan dilakukan pengulangan setelah 24 jam. Dilaporkan bahwa
aplikasi selama 5 hari berturut-turut memberikan hasil yang memuaskan.
Efek sampingnya adalah iritasi kulit dan pada pemakaian lama dapat
menyebabkan sensitisasi. (FK UI, 2015 dan PERDOSKI, 2017).
I. PROGNOSIS
Prognosis sangat baik bila tatalaksana dilakukan dengan tepat. Pruritus
dapat bertahan beberapa minggu setelah pengobatan akibat reaksi hipersensitif
terhadap antigen tungau. Skabies nodular dapat bertahan beberapa bulan
setelah pengobatan. Skabies krustosa relatif sulit diobati. Ad vitam : bonam, ad
funtionam : dubia ad bonam, ad sanactionam : bonam (PERDOSKI, 2017).
PEMBAHASAN KASUS

A. RESUME PASIEN
Pasien laki-laki usia 14 tahun beralamat di Kepet RT 03 RW 01 Dagangan,
Madiun beragama Islam datang dengan keluhan gatal di seluruh tubuh. Gatal
dirasakan sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan disertai rasa perih, kadang-kadang
nyeri dan pegal. Saat ini pasien tidak mengeluhkan pusing dan demam, namun
sebelum sakit gatal pasien mengeluhkan sakit demam dan badan tidak enak.
Keluhan gatal dirasakan ketika sore menjelang hingga malam hari. Pasien
merupakan anak pondok yang tidurnya diatas karpet bersama dengan teman-
teman lain. Temannya ada yang memiliki keluhan serupa seperti pasien. Pasien
jarang mengganti sarung bantalnya. Pasien juga tidak menggunakan handuk
setelah mandi, namun menggunakan sarung seperti teman-teman yang lain.
Pasien sudah periksa ke dokter keluarga dan diberi obat salep 2-4 digunakan 2
x sehari, namun keluhan tidak berkurang. Pasien memiliki keluhan serupa
sebelumnya, namun hanya di bagian kaki saja yang terasa gatal. Pasien
menyangkal memiliki alergi makanan maupun obat. Pasien tidak biasa
bergantian pakaian dengan teman yang lain. Ibu pasien memiliki keluhan serupa
saat masih kecil.
Pemeriksaan fisik dalam batas normal. Pada pemeriksaan UKK didapatkan
pada regio generalisata terdapat papul dasar eritem miliar, berbatas tegas,
multiple, tersebar, pada regio tungkai bawah kanan dan kiri ekstensor terdapat
makula hiperpigmentasi numular, berbatas tegas, multiple tersebar. Pada
pemeriksaan skin scraping dari kerokan skuama di regio lengan bawah kanan
ekstensor dilihat pada mikroskop dengan perbesaran 10x ditemukan adanya
gambaran telur tungau Sarcoptes scabiei dan skuama pada preparat tersebut.

B. ANALISIS KASUS
Berdasarkan kasus dan teori yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya,
maka di bawah ini ditampilkan bentuk analisis kasus dalam penegakkan
diagnosis dengan mengacu kepada diagnosis banding yang telah dijabarkan
sebelumnya.

Perbedaan Skabies Prurigo Hebra Pedikulosis Kasus


Korporis
Faktor - Higienitas buruk Higienitas buruk Higienitas buruk - Pasien jarang
Resiko (jarang mandi, (jarang mandi, mengganti sarung
jarang mengganti jarang mengganti bantal dan ketika
dan mencuci dan mencuci mandi mengeringkan
pakaian) pakaian) badan memakai
- Populasi yang sarung.
padat - Pasien adalah anak
- Berkontak pondok yang tinggal
langsung maupun dengan banyak orang
tidak langsung - Keluhan serupa
dengan penderita pada teman satu
skabies kamar pasien
(+) (+) (+)
Predileksi Sela- sela jari, Ekstremitas atas Leher, punggung, Lengan kanan dan
pergelangan dan bawah. dan lengan. kiri, sela-sela jari
tangan, aksila, tangan kanan, badan
sekitar umbilikus, bagian depan, dan
paha bagian dalam, tungkai bawah kanan
genetalia pria, dan kiri.
bokong, kaki.

(+) (+) (+)


UKK Papul dan vesikel Sifat Berupa papul- papul dasar eritem
miliar sampai multiformis, papul miliar dan miliar, berbatas
lentikular disertai papul-papul ekskoriasi. tegas, multiple,
ekskoriasi (scratch berwarna merah, tersebar.
mark). Lesi khas selanjutnya
terowongan tipis menjadi runcing
dan kecil sekitar 1 dan timbul
cm vesikel,
ekskoriasi, serta
likenifikasi.

(+) (+) (+)


Gejala Gatal (memberat di Gatal Gatal Gatal 1 minggu yang
malam hari) lalu, semakin
memberat menjelang
(+) (+) (+) sore hingga malam
hari
Pemeriksaa Ditemukan tungau Ditemukan Ditemukan kutu Pada pemeriksaan
n Penunjang atau telur pada akantosis dan dan telur pada skin scraping hanya
pemeriksaan skin hiperkeratosis serat kapas ditemukan telur
scraping. pada pakaian. skabies.
pemeriksaan
histopatologi.

(-)
(+)
(-)
Kesimpulan +5 +4 +4

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat disimpulkan bahwa diagnosis yang


paling mungkin untuk pasien adalah skabies, karena pasien memiliki gejala
gatal sejak 1 minggu yang lalu yang memberat menjelang sore hingga malam
hari. Faktor risiko lainnya adalah kontak langsung dengan penderita yaitu
teman satu kamar pasien yang memiliki keluhan serupa, higienitas yang buruk,
serta imun pasien sedang menurun. UKK dan lokasi lesi pasien yaitu pada regio
generalisata terdapat papul dasar eritem miliar, berbatas tegas, multiple,
tersebar, pada regio tungkai bawah kanan dan kiri ekstensor terdapat makula
hiperpigmentasi numular, berbatas tegas, multiple tersebar. Pada pemeriksaan
penunjang yaitu skin scraping dari kerokan skuama di regio lengan bawah
kanan ekstensor dengan perbesaran mikroskop 40x ditemukan adanya
gambaran telur tungau Sarcoptes scabiei pada preparat tersebut.
Terapi yang diberikan meliputi terapi sistemik dan topikal. Terapi sistemik
yang diberikan berupa anti-histamin untuk mengurangi rasa gatal yaitu tablet
cetirizine 10 mg 1 kali sehari pada malam hari selama 7 hari. Pemberian terapi
topikal diberikan anti parasit/ anti skabies yang berfungsi untuk membunuh
tungau Sarcoptes scabiei yaitu permetrin 5% (scabimite 5%). Cara
pemakaiannya, dioles seluruh tubuh kecuali wajah pada malam hari sebelum
tidur digunakan selama 8-10 jam lalu dibilas atau dimandikan. Pemberian krim
permetrin dapat diberikan ulang sebanyak 3 kali dengan jarak 1 minggu sekali
untuk hasil yang maksimal.
Selain terapi farmakologi, terapi nonfarmakologi yaitu memberikan edukasi
kepada pasien mengenai menjaga higienitas dan kebersihan tubuh dengan
mandi 2 kali sehari, menggunakan handuk untuk mengeringkan badan setelah
mandi, mengganti sarung bantal yang kemudian dicuci dan dijemur dibawah
sinar matahari lalu disetrika, dan menyarankan pasien kepada temannya yang
mempunyai keluhan serupa agar diobati pula. Berdasarkan literatur, asalkan
tatalaksana dilakukan dengan tepat, prognosis dari penyakit ini cenderung baik.
DAFTAR PUSTAKA

Barry, M., et al., 2018. Scabies. [cited 2019 Apr 20]. Available from:
https://emedicine.medscape.com/article/1109204-overview#showall

Centers of Disease Control and Prevention. 2010. Parasites – Scabies. [cited 2019
Apr 20]. Available from: https://www.cdc.gov/parasites/scabies/

Centers of Disease Control and Prevention. 2017. Parasites – Scabies. [cited 2019
Apr 19]. Available from: https://www.cdc.gov/parasites/scabies/

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI). 2015. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Edisi ke-7. Jakarta: FK UI.

Ibadurrahmi, Hasna, Silvia Veronica, and Nunuk Nugrohowati, 2017. Faktor-faktor


yang berpengaruh terhadap kejadian penyakit skabies pada santri di pondok
pesantren qotrun nada cipayung depok februari tahun 2016. Jurnal Profesi
Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan 10.1, Jakarta.

Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI). 2017.


Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Di
Indonesia. Jakarta: PERDOSKI.

Siregar, R.S. 2015. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai