TINEA CRURIS
Disusun oleh:
Indah Eka Putri
112017262
FK UKRIDA
Dipresentasikan pada tanggal 21 Maret 2019
Moderator :
dr. Widyo Atmoko, SpKK
1
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
TINEA CRURIS
Oleh :
Nama : Indah Eka Putri
NIM : 112017262
Laporan kasus ini telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan guna memenuhi persyaratan
dalam Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Kulit Kelamin Rumah Sakit Pusat
Angkatan Darat Gatot Soebroto, Jakarta.
2
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Nama : Ny. SS
Tempat tanggal lahir : 14 oktober 1966 (51 Tahun)
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. H. Ipin No.36 RT 008 RW 001 Pondok Labu
Pekerjaan : IRT
Suku : Jawa
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Status pernikahan : Menikah
II. ANAMNESIS
Dilakukan secara Autoanamnesis, tanggal 19 Maret 2018.
Keluhan Utama : Bercak kehitaman pada sela paha kanan dan kiri
disertai rasa gatal terutama saat berkeringat.
3
Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada.
4
Gambar 2. Gambaran lesi pada pada lipat paha kiri.
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan kerokan kulit dengan pewarnaan KOH 10 %.
Hasil pemeriksaan KOH positif, ditemukan gambaran athrospora dan hifa sejati.
VI. RESUME
Pasien perempuan, Ny. SS, 51 tahun, datang ke poli kulit kelamin RSPAD
dengan keluhan bercak kehitaman di sela paha kanan kiri disertai rasa gatal terutama
saat berkeringat.
Dari hasil pemeriksaan fisik, status generalis dalam batas normal. Dari hasil
pemeriksaan dermatologis, pada regio inguinalis dextra dan sinistra Tampak
gambaran bercak hiperpigmentasi berukuran plakat, polisiklik, berskuama, berbatas
tegas dengan tepi papul eritema. Pada pemeriksaan kerokan kulit, KOH (+) dengan
gambaran arthtrospora dan hifa sejati.
5
VII. DIAGNOSIS
Tinea Cruris
X. PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa :
Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit ini adalah penyakit yang
disebabkan oleh jamur.
Memberi tahu pasien untuk menggunakan obat secara teratur dan
tidak menghentikan pengobatan tanpa seizin dokter.
Menganjurkan pasien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat.
Menjaga kebersihan tubuh.
Olahraga dan diet yang baik untuk mengurangi bobot tubuh.
Medikamentosa :
Sistemik : CTM 1x4 mg bila gatal pada malam hari
Ketokonazol 2x200 mg selama 14 hari
Topikal : ketokonazole cream 2 % dipakai 2x sehari setelah mandi
XI. PROGNOSIS
6
TINJAUAN PUSTAKA
TINEA CRURIS
I. Pendahuluan
Mikosis superfisialis merupakan infeksi jamur pada kulit yang disebabkan
oleh kolonisasi jamur atau ragi. Penyakit yang termasuk mikosis superfisialis adalah
dermatofitosis, pitiriasis versikolor, dan kandidiasis superfisialis. Mikosis superfisialis
cukup banyak diderita penduduk negara tropis. Indonesia merupakan salah satu
negara beriklim tropis yang memiliki suhu dan kelembaban tinggi, merupakan
suasana yang baik bagi pertumbuhan jamur, sehingga jamur dapat ditemukan hampir
di semua tempat. Mikosis superfisial mengenai lebih dari 20% hingga 25% populasi
sehingga menjadi bentuk infeksi yang tersering. 1-2
Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan tubuh yang mengandung zat
tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut, serta kuku yang
disebabkan oleh golongan jamur dermatofita, yang mampu mencernakan keratin.
Insiden dan prevalensi dermatofitosis cukup tinggi di dalam masyarakat baik di dalam
maupun diluar negeri.1-2
II. Definisi
Tinea kruris (eczema marginatum, dhobie itch, jockey itch, ringworm of the
groin) adalah salah satu dermatofitosis yang sering ditemukan pada kulit lipat paha,
genitalia, daerah pubis, perineum dan perianal.3
III. Epidemiologi
Di Indonesia, dermatofitosis merupakan 52% dari seluruh dermatomikosis dan
tinea kruris dan tinea korporis merupakan dermatofitosis terbanyak.1
IV. Etiologi
Dermatofita ialah golongan jamur yang menyebabkan dermatofitosis.
Golongan jamur ini mempunyai sifat mencernakan keratin. Dermatofita termasuk
kelas fungi imperpecti yang terbagi dalam 3 genus, yaitu Microsporum,
Trychophyton, dan Epidermophyton.3
7
Penyebab utama dari tinea kruris adalah Trichopyhton rubrum (90%) dan
Epidermophython fluccosum, Trichophyton mentagrophytes (4%), Trichophyton
tonsurans (6%).4
8
V. Faktor Risiko
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi jamur ini adalah iklim
panas, lembab, higiene sanitasi, pakaian serba nilon, pengeluaran keringat yang
berlebihan, trauma kulit, dan lingkungan. Maserasi dan oklusif pada regio kruris
memberikan kontribusi terhadap kondisi kelembaban sehingga menyebabkan
perkembangan infeksi jamur. Tinea kruris umumnya terjadi akibat infeksi
dermatofitosis yang lain pada individu yang sama melalui kontak langsung dengan
penderita misalnya berjabat tangan, tidur bersama, dan hubungan seksual. Tetapi bisa
juga melalui kontak tidak langsung dan melalui benda yang terkontaminasi,”pakaian,
handuk, sprei, bantal dan lain-lain”.Obesitas dan diabetes mellitus merupakan faktor
resiko tambahan oleh karena keadaan tersebut menurunkan imunitas untuk melawan
infeksi. Selain itu penggunaan antibiotika, kortikosteroid serta obat-obat
imunosupresan lain juga merupakan faktor predisposisi terjadinya penyakit jamur .
Penyakit ini dapat bersifat akut atau menahun, bahkan dapat merupakan
penyakit yang berlangsung seumur hidup. Tinea kruris lebih sering menyerang pria
dibandingkan wanita. Tinea kruris lebih sering pada rentang usia 51-60 tahun.5
VI. Patofisiologi
Dermatofita mempunyai masa inkubasi selama 4-10 hari. Infeksi dermatofita
melibatkan tiga langkah utama : perlekatan ke keratinosit, penetrasi melalui dan
diantara sel, dan perkembangan respon pejamu.6
- Perlekatan jamur superfisial harus melewati berbagai rintangan untuk bisa
melekat pada jaringan keratin diantaranya sinar UV, suhu, kelembaban, kompetisi
dengan flora normal. Asam lemak yang di produksi oleh kelenjar sebasea juga
bersifat fungistatik.6-7
- Penetrasi
Setelah terjadi perlekatan, spora harus berkembang dan menembus stratum
korneum dengan kecepatan yang lebih cepat daripada proses desquamasi.
Penetrasi juga dibantu oleh sekresi proteinase, lipase dan enzim mucinolitik, yang
juga menyediakan nutrisi untuk jamur. Trauma dan maserasi juga membantu
penetrasi jamur ke keratinosit. Pertahanan baru muncul ketika jamur mencapai
lapisan terdalam epidermis.6
9
- Perkembangan respon pejamu
Derajat inflamasi di pengaruhi oleh status imun penderita dan organisme yang
terlibat. Reaksi hipersensitivitas tipe IV, atau Delayed Type Hipersensitivity
(DHT) memainkan peran yang sangat penting dalam melawan dermatofita. Infeksi
menghasilkan sedikit eritema dan skuama yang dihasilkan oleh peningkatan
pergantian keratinosit. Terdapat hipotesis menyatakan bahwa antigen dermatofita
diproses oleh sel langerhans epidermis dan di presentasikan dalam limfosit T di
nodus limfe. Limfosit T melakukan proliferasi dan bermigrasi ke tempat yang
terinfeksi untuk menyerang jamur. Saat ini, lesi menjadi inflamasi, dan barier
epidermal menjadi permeable terhadap transferin dan sel-sel yang bermigrasi.
Segera jamur hilang dan lesi secara spontan menyembuh. 6
10
VIII. Diagnosis
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
11
mempercepat proses pelarutan dapat dilakukan pemanasan sediaan basah di atas api
kecil. Pada saat mulai keluar uap dari sediaan tersebut, pemanasan sudah cukup. Bila
terjadi penguapan, maka akan terbentuk kristal KOH, sehingga tujuan tidak tercapai.
Untuk melihat elemen jamur lebih nyata dapat ditambahkan zat warna pada sediaan
KOH, misalnya tinta parker superchroom blue black.3-4
Pada sediaan kulit yang terlihat adalah hifa, sebagai dua garis sejajar, terbagi
oleh sekat, dan bercabang, maupun spora berderet (artrospora) pada kelainan kulit
lama dan atau sudah diobati. Pemeriksaan dengan pembiakan diperlukan untuk
menyokong pemeriksaan langsung sediaan basah dan untuk menentukan spesies
jamur. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menanamkan bahan klinis pada media buatan
yaitu medium agar dekstrosa sabouraud.3,8
Kultur Jamur
Lampu Wood
Penggunaan lampu wood menghasilkan sinar ultraviolet 360 nm, (atau sinar
“hitam”) yang dapat digunakan untuk membantu evaluasi penyakit kulit dan rambut.
Dengan lampu Wood, pigmen fluoresen dan perbedaan warna pigmentasi melanin
yang subtle bisa divisualisasi. Lampu wood bisa digunakan untuk menyingkirkan
adanya eritrasma dimana akan tampak floresensi merah bata.3
12
Gambar 7. Lampu wood pada eritrasma
Kandidosis
Kandidosis adalah penyakit jamur, yang bersifat akut atau subakut disebabkan
oleh spesies candida, biasanya oleh spesies candida albicans dan dapat mengenai
mulut, vagina,kulit, kuku, bronchi atau paru, kadang-kadang dapat menyebabkan
septicemia, endokarditis, atau meningitis. Kandidosis lesi intertrigenosa, didaerah
lipatan kulit ketiak, lipat paha, intergluteal, lipat payudara, antara jari tangan atau
kaki, glands penis dan umbilikus, berupa bercak yang berbatas tegas, bersisik, basah,
dan eritematosa. Lesi tersebut dikelilingi oleh satelit berupa vesikel-vesikel dan
pustulepustul kecil atau bulla yang bila pecah meninggalknan daerah yang erosi,
dengan pinggir yang kasar dan berkembang seperti lesi primer.3-5
13
Eritrasma
Eritrasma sering ditemukan pada lipat paha dengan lesi berupa eritema dan
skuama tapi dengan mudah dapat dibedakan dengan tinea kruris menggunakan lampu
wood dimana pada eritrasma akan tampak fluoresensi merah (coral red).
Gambar 9. Eritrasma
X. Penatalaksanaan
Medikamentosa
Pada kebanyakan kasus tinea kruris dapat dikelola dengan pengobatan topikal.
Steroid topikal tidak direkomendasikan. Agen topikal memiliki efek menenangkan,
yang akan meringankan gejala lokal. Terapi topikal untuk pengobatan tinea corporis
atau tinea kruris termasuk: terbinafine, butenafine, ekonazol, miconazole,
ketoconazole, klotrimazole, ciclopirox. Formulasi topikal dapat membasmi area yang
lebih kecil dari infeksi, tetapi terapi oral diperlukan di mana wilayah infeksi yang
lebih luas yang terlibat atau di mana infeksi kronis atau berulang.3,9-10
14
b. Ketokonazol
Obat ini bersifat fungistatik. Pada kasus resisten terhadap griseovulfin dapat
diberikan obat tersebut sebanyak 200 mg perhari selama 10 hari – 2 minggu pada
pagi hari setelah makan. Ketokonazol merupakan kontraindikai untuk penderita
kelainan hepar.3
c. Itrakonazol
Sebagai pengganti ketokonazol yag me dapat diberikan lebih dari sepuluh hari,
dapat itrakonazol. Dosis 400 mg / hari diberikan sebagai dua dosis harian 200 mg
untuk satu minggu.3
d. Terbinafine 62,5 - 250 mg / hari telah digunakan dalam konteks ini klinis dengan
rejimen umumnya 2-3 minggufamping terbinafin ditemukan pada 10 % penderita,
yang tersering gangguan gastrointestinal seperti nausea, vomitus, nyeri lambung,
diarea, konstipasi, umumnya ringan.3
e. Obat – obatan topikal
Obat – obat topikal konvensional seperti asam salisi 2-4 %, asam benzoat 6-12 %,
sulfur 4-6 %, vioform 3 %, asam undesilenat 2-5 % dan zat warna ( hijau brilian 1
% dalam cat castellani) . 3
f. Itrakonazol diberikan 200 mg / hari selama 1 minggu dianjurkan, meskipun
rejimen 100 mg / hari selama 2 minggu juga telah dilaporkan efektif.3
Infeksi dermatofita dapat diobati dengan agen antifungal topikal ataupun sistemik.
Beberapa indikasi terapi sistemik dari infeksi dermatofita antara lain: - Infeksi kulit yang
luas, Infeksi kulit yang gagal dengan terapi topical, Infeksi kulit kepala, Onychomicosis
dengan melibatkan lebih dari 3 buah kuku.10
15
Infeksi dermatofita dengan krim topikal antifungal hingga kulit bersih (biasanya
membutuhkan 3 sampai 4 minggu pengobatan dengan azoles dan 1 sampai 2 minggu dengan
krim terbinafine) dan tambahan 1 minggu hingga secara klinis kulit bersih. Terapi
ketokonazole diberikan 200mg perhari dan mikonazol topikal 2 kali sehari. Selama terapi 10
hari, gambaran klinis memperlihatkan makula hipopigmentasi dan hiperpigmentasi.
Pemeriksaan ulang KOH 10% dapat tidak ditemukan kembali.3
Pencegahan
Personal hygiene
Personal hygiene dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya perorangan dan
hygiene berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah cara perawatan diri manusia untuk
memelihara kesehatan. Personal hygiene menjadi penting karena personal hygiene yang baik
akan meminimalkan pintu masuk (port de entry) mikroorganisme yang pada akhirnya
mencegah seseorang terkena yang pada akhirnya mencegah seseorang terkena penyakit.
Personal hygiene merupakan perawatan diri dimana seseorang merawat fungsifungsi tertentu
seperti mandi dan kebersihan tubuh secara umum.. Personal hygiene yang tidak baik akan
mempermudah tubuh terserang berbagai penyakit seperti penyakit kulit, penyakit infeksi,
penyakit mulut dan penyakit saluran cerna.10
a. Kebersihan Kulit
Kulit merupakan organ terbesar manusia, kulit berfungsi untuk melindungi
jaringan dibawahnya dari cidera, mengatur suhu, menghasilkan minyak,
mentransmisikan sensasi melalui reseptor saraf, menghasilkan dan mengabsorpsi
vitamin. Kulit sebagai organ yang berfungsi sebagai proteksi, kulit memegang peranan
penting dalam meminimalkan setiap gangguan dan ancaman yang masuk melewati kulit.
Hal yang perlu dilakukan dalam pemeliharaan kulit adalah: 1) Membersihkan tubuh
dengan menggunakan air bersih, 2) Mandi dilakukan oleh setiap orang setidaknya
minimal 2 kali dalam sehari, 3) Mandi dengan menggunakan sabun, 4) Menjaga
16
kebersihan pakaian dengan mengganti pakaian setiap hari, 5) Makan-makanan yang
bergizi terutama sayur dan buah, 6) Menjaga kebersihan lingkungan.
b. Kebersihan Rambut
Penampilan dan kesejahteraan seseorang seringkali tergantung dari cara
penampilan dan perasaan mengenai rambutnya. Kurangnya kebersihan rambut seseorang
akan membuat penampilan tampak kusut, kusam, dan tidak rapi selain itu dapat
menimbulkan permasalahan atau gangguan kesehatan. Hal-hal yang diperlukan dalam
perawatan rambut dan kulit kepala agar tetap ebrsih dan sehat yaitu: 1) Mencuci rambut
sekurang-kurangnya dua kali seminggu, 2) Mencuci rambut dengan menggunakan sampo
, 3) Menggunakan alat-alat pmeliharaan rambut sendiri.
17
DAFTAR PUSTAKA
18