Pembimbing :
dr. Nuniek Endang, Sp.PD
Disusun Oleh :
Cristia Gemma 112019230
Nama Lengkap: Ny. Siti Hodijah Jenis Kelamin : Perempuan
Pasien laki-laki (50 tahun) dibawa ke IGD RSUD Tarakan dengan keluhan muntah darah banyaknya lebih dari 1 gelas aqua dan BAB berdarah.
Sebelumnya pasien melakukan kontrol pemeriksaan laboratorium lengkap dan hasilnya Hb pasien 6.0 kemudia pasien datang RS Siloam dilakukan
transfusi. Setelah transfusi darah pasien diperiksa kadar Hb didapatkan Hb pasien 6.7, pihak rumah sakit memperbolehkan pasien pulang dikarenakan
keadaan membaik dan juga sulit untuk mendapatkan darah karena persediaan darah untuk pasien tidak ada. Setelah 2 hari dirumah pasien mengalami
muntah darah dan BAB. Pasien dibawa keluarganya ke IGD RSUD Tarakan. Beberapa hari kemudian setelah swab PCR negatif pasien di rawat di ruang
anggrek. Pasien mengatakan 3 tahun yang lalu mengalami muntah darah dan BAB berdarah, hal ini terjadi tiba-tiba tanpa ada keluhan seperti nyeri
perut, pusing, dan lemas. 2 bulan sebelumnya pasien mengaku bahwa pola makannya tidak baik (makan tidak teratur). Kemudian pasien dilakukan
tindakan endoskopi (gastroskopi) dan hasilnya varises esofagus grade 2. Selanjutnya dilakukan tindakan ligasi varises pada pasien.
Mengonsumsi makanan pedas, asam, dan berlemak disangkal. Konsumsi alkohol juga disangkal. Pasien memmiliki riwayat hepatitis B. Riwayat
Riwayat Imunisasi
(+) Hepatitis (+) BCG (+) Campak (+) DPT (+) Polio (+) Tetanus
Riwayat Makanan
Frekuensi / hari : 2-3x/hari
Jumlah / hari : Sebelum sakit, makan 1 piring.
Variasi / hari : Bervariasi. Nasi, ikan dan sayur.
Nafsu makan : Sebelum sakit baik.
Pendidikan
(-) SD (+) SMP (-) SLTA (-) Sekolah Kejuruan (-) Akademi
(-) Universitas (-) Kursus (-) Tidak sekolah
Kesulitan:
Keuangan : tidak ada
Pekerjaan: tidak ada
Keluarga : tidak ada
Lain-lain : tidak ada
PEMERIKSAAN JASMANI
Elektrolit
• Natrium (Na) : 139 mEq/L
• Kalium : 4.3 mEq/L
• Klorida : 109 mEq/L • TCO2 : 20.1 mmol/L
Analisa Gas Darah • A : 124.0 mmHg
• pH : 7.588 • a/A : 1.4 mmHg
• pCO2 : 20.2 mmHg • O2CT : 8.0 mL/dL
• pO2 : 177.9 mmHg • PO2/FIO2 : 851.2
• SO2 : 94.8 % • Temperatur :37.0 oC
• BE-ecf : -2.5 mmol/L
• BE-b : -1.4 mmol/L
• SBC : 23.2 mmol/L
• HCO3 : 19.5 mmol/L
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pasien perempuan (36 tahun) dibawa ke IGD RSUD Tarakan dengan keluhan muntah darah banyaknya lebih dari
1 gelas aqua dan BAB berdarah. Pasien mengaku lemas dan mual. Sebelumnya pasien melakukan kontrol
pemeriksaan laboratorium lengkap dan hasilnya Hb pasien 6.0 kemudian pasien datang RS Siloam dilakukan
transfusi. Setelah transfusi darah pasien diperiksa kadar Hb didapatkan Hb pasien 6.7, pihak rumah sakit
memperbolehkan ppasien pulang dikarenakan keadaan membaik dan juga sulit untuk mendapatkan darah karena
persediaan darah untuk pasien tidak ada. Setelah 2 hari dirumah pasien mengalami muntah darah dan BAB
berdarah. Pasien dibawa keluarganya ke IGD RSUD Tarakan. Beberapa hari kemudian setelah swab PCR negatif
pasien di rawat di ruang anggrek.
Pasien mengatakan 3 tahun yang lalu mengalami muntah darah dan BAB berdarah, hal ini terjadi tiba-tiba
tanpa ada keluhan seperti nyeri perut, pusing, dan lemas. 2 bulan sebelumnya pasien mengaku bahwa pola
makannya tidak baik (makan tidak teratur). Kemudian pasien dilakukan tindakan endoskopi (gastroskopi) dan
hasilnya varises esofagus grade 2. Selanjutnya dilakukan tindakan ligasi varises pada pasien. Mengonsumsi
makanan pedas, asam, dan berlemak disangkal. Konsumsi alkohol juga disangkal. Pasien memmiliki riwayat
hepatitis B. Riwayat diabetes dan hipertensi disangkal. Riwayat penyakit kronik pada keluarga pasien juga
disangkal.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis, BMI normal, tekanan darah 108/63 mmHg, HR 63
x/menit, RR 20 x/menit, suhu 36.7. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan Hb 6.7 g/dL, Ht 27.7%, trombosit
59.000, D-Dimer 3020. Hasil USG abdomen ditemukan adanya sirosis hari dan splenomegali, pada hasil
gastroskopi ditemukan varises esofagus grade 2.
DIAGNOSIS
Diagnosis Kerja
1) Sirosis Hepatis
Memiliki riwayat hepatitis B kronik sehingga berujung menjadi sirosis hepatis. Pasien mengeluh lemas dan pusing.
Non Parenteral
• Sucralfat 4 x 15
Parenteral
• Klisma p/s
• Omeprazol drip 8 mg 3 hari
• Plasminet 3 x 1
• Vitamin K 3 x 1
• Ceftriaxone 1x 2 gr
PENCEGAHAN & PROGNOSIS
Pencegahan
1. Pemberian vaksin hepatitis A dan vaksin hepatitis B dapat
dilakukan secepatnya untuk pasien yang memiliki risiko
terpapar untuk mencegah infeksi hepatitis dan
komplikasinya, termasuk sirosis.
2. Pada pasien dengan varises, pencegahan komplikasi
dilakukan dengan endoskopi periodik untuk varises
berukuran kecil.
Prognosis
Ad vitam: Dubia ad malam
Ad functionam: Dubia
Ad sanationam: Dubia
EDUKASI
Edukasi mengenai gaya hidup mencakup diet yang baik, menghentikan konsumsi
alkohol dan rokok. Perubahan gaya hidup dengan diet yang berfungsi mengurangi
berat badan dan mencegah diabetes dapat membantu dalam mengurangi risiko
terjadinya sirosis.
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Sirosis adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung
progresif yang ditandai dengan distorsi dari arsitektur hepar dan pembentukan nodulus regeneratif. Gambaran ini
terjadi akibat adanya nekrosis hepatoselular.
PREVALENSI
Sirosis merupakan penyakit ke-14 penyebab kematian di dunia. Di Amerika, penyebab tersering adalah hepatitis
tipe C, sedangkan di seluruh dunia, penyebab terbanyak adalah hepatitis tipe B.
Pada tahun 2011, sebuah studi menunjukkan peningkatan prevalensi sirosis dari 9% pada tahun 1996 menjadi
18.5% pada tahun 2006 di Amerika
Terdapat 3,5% dari seluruh pasien yang dirawat di bangsal penyakit dalam di rumah sakit umum pemerintah di
Indonesia yang merupakan pasien sirosis.
ETIOLOGI
Malnutrisi
Alkoholisme
Virus hepatitis
Kegagalan jantung yang menyebabkan bendungan vena hepatika
Penyakit Wilson (penumpukan tembaga yang berlebihan bawaan)
Hemokromatosis (kelebihan zat besi)
Zat toksik
PATOGENSIS SIROSIS HEPATIS
MANIFESTASI KLINIS
DIAGNOSIS
Anamnesis
Pemeriksaa fisik
Pemeriksaan penunjang
Histopatologi Biopsi merupakan baku emas dalam diagnosis sirosis hepatis.
Pemeriksaan Laboratorium
Endoskopi (gastroskopi)
Radiologi
PEMERIKSAAN PENUNJANG - LABORATORIUM
Serum glutamil oksaloasetat transaminase (SGOT) dan serum glutamil piruvat transaminase (SGPT) dapat
menunjukan peningkatan
Konsentrasi bilirubin dapat normal pada sirosis hati kompensata, tetapi bisa meningkat pada sirosis hati yang
lanjut
Konsentrasi globulin akan cenderung meningkat yang merupakan akibat sekunder dari pintasan antigen bakteri
dari sistem porta ke jaringan limfoid yang selanjutnya akan menginduksi produksi imunoglobulin.
Waktu protrombin akan memanjang karena penurunan produksi faktor pembekuan pada hati yang berkorelasi
dengan derajat kerusakan jaringan hati.
Konsentrasi natrium serum akan menurun terutama pada sirosis dengan ascites, dimana hal ini dikaitkan dengan
ketidakmampuan ekskresi air bebas.
PEMERIKSAAN PENUNJANG - RADIOLOGI
Ultrasonografi (USG) abdomen merupakan pemeriksaan rutin yang paling sering dilakukan untuk mengevaluasi
pasien sirosis hepatis, dikarenakan pemeriksaannya yang non invasif dan mudah dikerjakan.
Melalui pemeriksaan USG abdomen, dapat dilakukan evaluasi ukuran hati, sudut hati, permukaan, homogenitas
dan ada tidaknya massa.
KOMPLIKASI
Ensepalopati Hepatikum
Varises Esophagus
Peritonitis Bakterial Spontan (PBS)
Sindrom Hepatorenal
Sindrom Hepatopulmonal
KESIMPULAN
Sirosis hepatis merupakan suatu keadaan patologis yang menggambarkan fibrosis jaringan parenkim hati tahap
akhir, yang ditandai dengan pembentukan nodul regeneratif yang dapat mengganggu fungsi hati dan aliran darah
hati. Akibat dari sirosis hati, maka akan terjadi 2 kelainan yang fundamental yaitu kegagalan fungsi hati dan
hipertensi porta. Manifestasi dari gejala dan tanda-tanda klinis ini pada penderita sirosis hati ditentukan oleh
seberapa berat kelainan fundamental tersebut. Untuk penanganan pada pasien ini prinsipnya adalah mengurangi
progesifitas penyakit, menghindarkan dari bahan-bahan yang dapat merusak hati, pencegahan, serta penanganan
komplikasi. Pengobatan pada sirosis hati dekompensata diberikan sesuai dengan komplikasi yang terjadi.
Prognosis sirosis sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh sejumlah faktor, diantaranya etiologi, beratnya kerusakan
hati, komplikasi, dan penyakit yang menyertai.