Anda di halaman 1dari 17

Case Report Session

Skabies

Oleh:

Yunia Habsari 1840312726

Dinda Puan Rizka W 1840312727

Preseptor :

dr. Rina Gustia, Sp.KK

dr. Ennesta Asri, Sp.KK

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

RSUP M DJAMIL PADANG

2019

1
BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap
Sarcoptes scabiei var, hominis,dan produknya. Sinonim atau nama lain skabies adalah the
itch, sky-bees, gudik, budukan, dan gatal agogo. 1

B. Epidemiologi

Skabies dapat menjangkiti semua orang pada semua umur, ras, dan tingkat ekonomi
sosial. Sekitar 300 juta kasus skabies di seluruh dunia dilaporkan setiap tahunnya.
Menurut Depkes RI, berdasarkan data dari puskesmas seluruh Indonesia pada tahun 2008,
angka kejadian skabies adalah 5,6%-12,95%. Skabies di Indonesia menduduki urutan ke
tiga dari dua belas penyakit kulit tersering.2,3
Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain sosial
ekonomi yang rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual bersifat promiskuitas,
kesalahan diagnosis, dan perkembangan dermografik serta ekologik.1

C. Cara Penularan

1. Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama
dan hubungan seksual.
2. Kontak tidak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dan
lain-lain.1

D. Etiologi dan Patogenesis

Penyebabnya penyakit skabies adalah Sarcoptes scabiei. Sarcoptes scabiei termasuk


filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Ackarima, super family Sarcoptes, penemunya
adalah seorang ahli biologi Diacinto Cestoni.1

Secara morfologik parasit ini merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya
cembung,dan bagian perutnya rata. Spesies betina berukuran 300 x 350 μm, sedangkan
jantan berukuran 150 x 200 μm. Stadium dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang
kaki depan dan 2 pasang kaki belakang. Kaki depan pada betina dan jantan memiliki
fungsi yang sama sebagai alat untuk melekat, akan tetapi kaki belakangnya memiliki

2
fungsi yang berbeda. Kaki belakang betina berakhir dangan rambut, sedangkan pada
jantan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan kaki keempat berakhir dengan alat
perekat.4,5

Siklus hidup tungau ini sebagai berikut; setelah kopulasi yang terjadi di atas kulit,
tungau jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam
terowongan yang digali oleh tungau betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali
terowongan dalam stratum korneum dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari sambil
meletakkan telurnya 2 hingga 50. Bentuk betina yang sudah dibuahi ini dapat hidup
sebulan lamanya. Telur akan menetas biasanya dalam waktu 3 sampai 10 hari dan
menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan,
tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2
bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidup mulai dari telur
sampai bentuk dewasa memerlukan waktu 8-12 hari.1

Aktivitas Sarcoptes scabieidi dalam kulit menyebabkan rasa gatal dan menimbulkan
respons imunitas selular dan humoral serta mampu meningkatkan IgE baik di serum
maupun di kulit. Masa inkubasi berlangsung lama 4-6 minggu. Tungau scabies dapat
hidup di luar tubuh manusia selama 24-36 jam. Tungau dapat ditransmisi melalui kontak
seksual, walaupun menggunakan kondom, karena kontak melalui kulit di luar kondom.1

Kelainan kulit tidak hanya dapat disebabkan oleh tungau scabies, tetapi juga oleh
penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap
sekreta dan eksreta tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah investasi.
Pada saat itu, kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel,
urtika, dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi
sekunder.1

D. Gejala Klinis dan Diagnosis

Diagnosis presumtif skabies apabila ditemukan trias yaitu lesi kulit pada daerah
predileksi (tempat dengan stratum korneum tipis yaitu sela jari tangan, pergelangan tangan
bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak, areola mamae, umbilikus, bokong, genitalis
eksterna, perut bagian bawah), gatal terutama malam hari (pruritus nocturnal), terdapat
riwayat sakit serupa dalam satu rumah/kontak. Diagnosis pasti ditegakan apabila ditemukan
tungau, larva, telur atau kotorannya melalui pemeriksaan penunjang.

3
Diagnosa dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal sebagai berikut :

1. Pruritus noktural artinya gatal pada malam hari yang disebabkan oleh aktifitas
tungaulebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
2. Penyakit ini menyerang sekelompok manusia, misalnya dalam sebuah keluarga,
sehingga seluruh keluarga terkena infeksi, diasrama, atau pondokan. Begitu pula dalam
sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan
akan diserang oleh tungau tersebut. Walaupun seluruh anggota keluarga mengalami
investasi tungau, namun tidak memberikan gejala. Hal ini dikenal sebagai hiposensitisasi.
Penderita bersifat sebagai pembawa (carrier).
3. Adanya terowongan(kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih
atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok,rata-rata 1 cm, pada ujung
terowongan ditemukan papul atau vesikel. Namun kunikulus biasanya sukar terlihat,
karena sangat gatal pasien selalu menggaruk, kunikulus dapat rusak karenanya. Tempat
predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu sela-
sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian
depan, areola mame (perempuan), umbilicus, bokong, genitalia eksterna (laki-laki), dan
perut bagian belakang. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan, telapak kaki, wajah,
dan kepala.
4. Menemukan tungau merupakan hal yang paling menunjang diagnosis.
Dapatditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau. Selain tungau dapat ditemukan
telur dan kotoran (skibala).1

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Kerokan kulit. Papul atau kanalikuli ditetesi KOH 10% lalu dilakukan
kerokan menggunakan scalpel steril untuk mengangkat atap papul atau
kanalikuli. Bahan pemeriksaan diletakkan di gelas objek dan ditutup
dengan kaca penutup lalu diperiksa dibawah mikroskop.

2. Burrow ink test

3. Uji tetrasiklin, menggunakan lampu wood, memberikan fluoresensi kuning


keemasan pada kanalikuli.

4. Dermoskopi

4
G. Diagnosis Banding

Penyakit scabies merupakan the greatest imitator, karena dapat menyerupai banyak
penyakit kulit dengan keluhan gatal. Sebagai diagnosis banding ialah dermatitis atopik,
dermatitis kontak, urtikaria papular, dishidrosis.

H. Tatalaksana

Cara pengobatan ialah seluruh anggota keluarga harus diobati.

Jenis obat topikal :

1. Belerang endap (sulfur presipitatum) dengan kadar 4-20%dalam bentuk salap atau
krim. Preparat ini karena tidak efektif terhadap stadium telur, maka penggunaan
dilakukan selama 3 hari berturut-turut.
2. Emulsi benzyl-benzoas (20-25%), efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap
malam selama 3 hari.
3. Gama benzene heksa klorida (gemeksan = gammexane) kadarnya 1% dalam krim atau
losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan,
dan jarang menimbulkan iritasi.
4. Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan, mempunyai dua
efek sebagai anti scabies dan antigatal.
5. Permetrin 5% dalam krim, efektivitas sama, aplikasi hanya sekali dan dibersihkan
dengan mandi setelah 8-10 jam. Pengobatan diulangi setelah seminggu.1

Sistemik

Antihistamin sedatif oral untuk mengurangi gatal, bila infeksi sekunder dapat ditambah
antibiotik sistemik. Pada skabies krustosa diberikan ivermektin 0,2 mg/kg dosis tunggalm
2-3 dosis setiap 8-10 hari. Tidak boleh pada anak-anak dengan berat kurang dari 15
kg,wanita hamil dan menyusui.

I. Pencegahan

Perlu dilakukan edukasi pasa pasien tentang penyakit ekabies, perjalanan penyakit,
penularan, cara eradikasi tungau scabies, menjadi higiene pribadi, dan tata cara
pengolesan obat. Pengobatan dilakukan pada orang serumah dan orang di sekitar pasien

5
yang berhubungan erat.1

J. Prognosis

Prognosis penyakit ini baik jika diperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat,
menghilangkan faktor predisposisi, antara lain higiene, serta semua orang yang berkontak
erat dengan pasien harus diobati. 1

BAB II

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : WP

Umur : 22 tahun

Jenis Kelamin : laki-laki

Pekerjaan : Mahasiswa

Alamat : Jorong Talang Tumir Talang Babungo Wiliran Gumati,Kota Solok

Negeri Asal : Indonesia


6
Status Perkawinan : Belum Menikah

Agama : Islam

Suku : Minangkabau

Tanggal Pemeriksaan : 21 Agustus 2019

I. Anamnesis
Seorang pasien laki-laki usia 22 tahun datang ke poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP M.
Djamil Padang pada tanggal 21 Agustus 2019 dengan :
Keluhan Utama
Terdapat bintik bintik merah kecoklatan terasa gatal di sela paha, punggung, kedua
lengan, kedua tungkai, perut, dada, sela jari tangan sejak 10 hari yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang
 Awalnya bintik bintik merah didahului gelembung berisi cairan jernih yang terasa
gatal disela paha sejak 1 minggu yang lalu, kemudian bertambah banyak dan meluas
ke perut, dada, punggung, kedua lengan, kedua tungkai, sela-sela jari tangan.
 Gatal terasa terus menerus dan semakin meningkat di malam hari.
 Gejala dirasakan setelah pasien pulang kampung karena libur kuliah.
 Pasien memiliki teman serumah kosan yang memiliki keluhan yang sama namun
tidak sekamar dengan pasien.
 Pasien sekarang tinggal di kos-kosan 1 kamar berisi 3 orang tidak ada teman sekamar
pasien yang mengeluhkan adanya bintik-bintik merah yang terasa gatal.
 Pasien telah berobat ke puskesmas dan klinik, pasien diberi 3 obat oral dan 1 salep di
puskesmas (pasien tidak ingat nama obat) dan di klinik pasien diberikan obat oral
(pasien tidak ingat nama obat).
 Riwayat berganti-ganti pakaian dan handuk dengan orang lain tidak ada.
 Pasien mandi 2 kali sehari, menggunakan sabun dan sumber air mandi dari sumur
 Riwayat alergi tidak ada.
 Tidak ada riwayat digigit serangga.
 Tidak ada riwayat kontak dengan benda tertentu sebelum muncul keluhan bintik-
bintik kemerahan.

7
Riwayat Penyakit Dahulu
 Pasien tidak pernah menderita penyakit dengan gejala bintik-bintik merah kecoklatan
dan gatal sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga / Riwayat Atopi / Alergi
 Riwayat penyakit bintik-bintik merah kecoklatan dan gatal di keluarga tidak ada
 Riwayat alergi di keluarga tidak ada
Riwayat Sosial Ekonomi
 Pasien merupakan mahasiswa dan tinggal di kos yang terletak di daerah taplau kota
Padang

II. Pemeriksaan Fisik

Status Generalis

Keadaan Umum : tampak sakit ringan


Kesadaran : CMC
Status Gizi : Kurus (BMI :13,95)
Rambut : tidak mudah rontok, botak setempat tidak ada
Pemeriksaan Torak : diharapkan dalam batas normal
Pemeriksaan Abdomen : diharapkan dalam batas normal
Pemeriksaan Ekstremitas : dalam batas normal

Status Dermatologikus

Lokasi : sela paha, sekitar genital, perut, dada, punggung, kedua


lengan, kedua tungkai, sela-sela jari tangan.

Distribusi : diskret

Bentuk : tidak khas

Susunan : tidak khas

Batas : tidak tegas-tegas

Ukuran : milier – lentikuler

8
Efloresensi : papul eritem, vesikel

Status Venerologikus : tidak dilakukan pemeriksaan

Kelainan selaput : tidak dilakukan pemeriksaan

Kelainan kuku : tidak ada kelainan

Kelainan rambut : tidak ada kelainan

Kelainan KGB : tidak ada pembesaran KGB

III. Resume

Seorang laki-laki 22 tahun datang ke poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP M. Djamil
Padang pada tanggal 21 Agustus 2019.

 Terdapat bintik bintik merah didahului gelembung berisi cairan jernih yang terasa
gatal disela paha sejak 1 minggu yang lalu, kemudian bertambah banyak dan meluas
ke perut, dada, punggung, kedua lengan, kedua tungkai, sela jari tangan.
 Gatal terasa terus menerus dan semakin meningkat di malam hari.
 Gejala dirasakan setelah pasien pulang kampung karena libur kuliah.
 Pasien memiliki teman serumah kosan yang memiliki keluhan yang sama namun
tidak sekamar dengan pasien.
 Pasien sekarang tinggal di kos-kosan 1 kamar berisi 3 orang tidak ada teman sekamar
pasien yang mengeluhkan adanya bintik-bintik merah yang terasa gatal.
 Pasien telah berobat ke puskesmas dan klinik, pasien diberi 3 obat oral dan 1 salep di

9
puskesmas (pasien tidak ingat nama obat) dan di klinik pasien diberikan obat oral
(pasien tidak ingat nama obat).
 Riwayat berganti-ganti pakaian dan handuk dengan orang lain tidak ada.
 Pasien mandi 2 kali sehari, menggunakan sabun dan sumber air mandi dari sumur
 Riwayat alergi tidak ada.
 Tidak ada riwayat digigit serangga.
 Tidak ada riwayat kontak dengan benda tertentu sebelum muncul keluhan bintik-
bintik kemerahan.
 Dari pemeriksaan dermatologis didapatkan lesi berlokasi di lipat paha, sekitar genital,
perut, dada, punggung, kedua lengan, kedua tungkai, sela-sela jari tangan dengan
efloresensi papul eritem dan vesikel

IV. Diagnosis Kerja : Skabies


Diagnosis banding : dermatitis atopik, dermatitis kontak, urtikaria papular,
dishidrosis
V. Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan KOH 10%

VI. Diagnosis : Skabies


VII. Penatalaksanaan
Umum
Edukasi kepada pasien tentang :
 Penjelasan perjalanan penyakit
 Pengobatan terhadap pasien dan kelurga yang terkena secara serentak
 Hindari pemakaian handuk atau pakaian bersama
 Baju yang telah di pakai oleh pasien di cuci dengan air panas kemudian di jemur di
bawah matahari
 Pasien diminta untuk menjaga higiene
Khusus
Topikal : Krim Permetrin 5%, dioleskan setelah selesai mandi. Sebaiknya digunakan
pada malam hari dan dijaga jangan sampai terkena air. Jika terkena air kembali dioleskan,
biarkan 8-10 jam. Periksa 1 minggu kemudian, jika masih ada lesi, ulangi pemakaian.
Sistemik : Antihistamin tablet loratadin 1x 10 mg atau ctm 2x4 mg atau cetirizine

10
1x10mg.
VII. Prognosis
Quo ad sanam : bonam
Quo ad vitam : bonam
Quo ad kosmetikum : bonam
Quo ad functionam : bonam

LAMPIRAN

11
12
13
14
BAB III
DISKUSI

Seorang pasien laki-laki usia 22 tahun datang ke poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP
M. Djamil Padang pada tanggal 21 Agustus 2019 dengan keluhan bintik-bintik kemerahan
yang terasa gatal di sela paha, punggung, kedua lengan, kedua tungkai, perut, dada, sela jari
tangan sejak 10 hari yang lalu.
Awalnya bintik bintik merah didahului gelembung berisi cairan jernih yang terasa
gatal disela paha sejak 1 minggu yang lalu, kemudian bertambah banyak dan meluas ke
perut, dada, punggung, kedua lengan, kedua tungkai, sela-sela jari tangan. Gejala dirasakan
setelah pasien pulang kampung karena libur kuliah. Gatal dirasakan pasien terus menerus dan
meningkat di malam hari. Pasien memiliki teman serumah kosan yang memiliki keluhan
yang sama namun tidak sekamar dengan pasien. Diagnosis presumtif skabies apabila
ditemukan trias yaitu lesi kulit pada daerah predileksi (tempat dengan stratum korneum tipis
yaitu sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak, areola
mamae, umbilikus, bokong, genitalis eksterna, perut bagian bawah), gatal terutama malam
hari (pruritus nocturnal), terdapat riwayat sakit serupa dalam satu rumah/kontak. Diagnosis
pasti ditegakan apabila ditemukan tungau, larva, telur atau kotorannya melalui pemeriksaan
penunjang.
Pasien mandi 2 kali sehari, menggunakan sabun dan sumber air mandi dari sumur.
Riwayat berganti-ganti pakaian dan handuk dengan orang lain tidak ada. Riwayat alergi tidak
ada. Tidak ada riwayat digigit serangga.Tidak ada riwayat kontak dengan benda tertentu
sebelum muncul keluhan bintik-bintik kemerahan. Pasien telah berobat ke puskesmas dan
klinik, pasien diberi 3 obat oral dan 1 salep di puskesmas (pasien tidak ingat nama obat) dan
di klinik pasien diberikan obat oral (pasien tidak ingat nama obat).
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan kondisi pasien yang tampak sakit ringan,
kesadaran komposmentis kooperatif, dan kondisi pasien dalam batas normal. Status
dermatologikus lesi terdapat di lipat paha, sekitar genital, perut, dada, punggung, kedua
lengan, kedua tungkai, sela-sela jari tangan, distribusi diskret, bentuk dan susunan tidak khas,
dengan batas tidak tegas-tegas, ukuran milier sampai lentikuler, dan efloresensi berupa papul
eritem dan vesikel.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, diagnosis yang mungkin ditegakkan
adalah Skabies. Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi
terhadap Sarcoptes scabiei var, hominis,dan produknya.1 Skabies dapat menjangkiti semua

15
orang pada semua umur, ras, dan tingkat ekonomi sosial. Di negara berkembang, skabies
lebih banyak pada anak dan dewasa muda, laki-laki lebih banyak daripada perempuan.
Skabies sering terjadi dilingkungan dengan tingkat kepadatan penghuni tinggi dan higienitas
yang kurang. Diagnosis banding dari scabies yaitu dermatitis atopik, dermatitis kontak,
urtikaria papular, insect bite dan dishidrosis. Tatalaksana pasien yaitu berupa edukasi,
pemberian obat sistemik dan topikal. Obat sistemik yang diberikan adalah antihistamin
seperti loratadin 1x 10 mg atau ctm 2x4 mg atau cetirizine 1x10mg. Obat topikal yang
diberikan berupa krim Permetrin 5%. Prognosis pada skabies adalah baik bergantung kepada
pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi.1

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Widaty S, Budimulja U. Dermatofitosis. In : Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, eds. Ilmu


Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Ketujuh : Badan Penerbit FKUI; 2015.p.138-140.
2. Audhah NA, Umniyati SR, dan Siswati AS. Scabies risk factor on students of islamic
boarding school (study at darul hijrah islamic boarding school, cindai alus village,
martapura subdistrict, banjar district, south kalimantan). J Buski. 2012;1(4):14-22.
3. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI). Panduan
Praktik Klinis bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia. Jakarta: PERDOSKI;
2017.
4. Sutanto I, Ismid IS, Sjarifuddin PK, dan Sungkar S. Parasitologi kedokteran edisi
keempat. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2008.

17

Anda mungkin juga menyukai