Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KASUS

SKABIES

Oleh :

Anita Akbarisma Putri

112016403

Pembimbing:
dr. Ika Soelistiana Sp. KK

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

RS BHAYANGKARA H.S SAMSOERI MERTOJOSO SURABAYA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

PERIODE 12 AGUSTUS – 13 SEPTEMBER 2019

1
Identitas Pasien

Nama : Nn. M

Umur : 13 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Surabaya

Pekerjaan : Pelajar

Suku : Jawa

Tanggal Kunjungan : 26 Agustus 2019

Tempat : Poli Kulit RS Bhayangkara H.S. Samsoeri Mertojoso

Anamnesis

Keluhan Utama

Gatal pada daerah selangkangan hingga bokong sejak 2 minggu yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke poli kulit RS Bhayangkara dengan keluhan gatal pada bagian
selangkangan hingga bokong sejak 2 minggu yang lalu, gatal dirasakan semakin memberat pada
malam hari. Pasien juga mengeluhkan nyeri saat BAK, tanpa disertai panas, serta keputihan yang
berwarna kuning serta berbau. Pasien memiliki kebiasaan menahan BAK, saat ini pasien tinggal
di pondok pesantren

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak memiliki keluhan yang seperti ini sebelumnya

Riwayat Keluarga

Keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan yang sama

2
Riwayat Pengobatan

Sudah berobat ke puskesmas dan diberikan antibiotika krim

Riwayat Alergi

Tidak ada

Riwayat Pribadi dan Sosial

Pasien tinggal di pondok pesantren, mengganti pakaian dalam 2-3x/hari

Status Generalis

Keadaan Umum : tampak sakit ringan

Kesadaran : compos mentis

Status Dermatologis

Lokasi : regio inguinal hingga regio glutea.

Eflorosensi : makula hiperpigmentasi dengan papul berbatas tegas ukuran milier sampai
lentikuler dan terdapat erosi

3
Anjuran Pemeriksaan Penunjang

• Mengambil tungau dengan jarum


• Kuretase terowongan
• Tes tinta terowongan

Resume

Nn. M berusia 13 tahun datang ke poli kulit RS Bhayangkara dengan keluhan gatal pada
bagian selangkangan hingga bokong sejak 2 minggu yang lalu, gatal dirasakan semakin memberat
pada malam hari. Pasien juga mengeluhkan nyeri saat BAK disertai keputihan yang berwarna
kuning serta berbau. Pasien memiliki kebiasaan menahan BAK, saat ini pasien tinggal di pondok
pesantren. Sebelumnya sudah berobat ke puskesmas dan diberikan antibiotika cream tetapi tidak
membaik. Pada status dermatologis didapatkan makula hiperpigmentasi dengan papul berbatas
tegas ukuran milier sampai lentikuler dan terdapat erosi.

Diagnosia Kerja : Skabies

Diagnosa Banding

• Prurigo
• Pedikulosis pubis
Penatalaksanaan

Medikamentosa

- Permetrin 5%, 1x pemakaian malam hari sebelum tidur (minimal 8 jam)

- Loratadine 1 x 10mg

- Gentamisin sulfat 0,1%

Non Medikamentosa

- Menjelaskan kepada pasien untuk menjaga hygiene pribadi


- Menjelaskan kepada pasien untuk tidak menggaruk kulitnya jika gatal
- Menjelaskan kepada pasien cara menggunakan obat secara tepat.
- Menjelaskan bahwa seharusnya pengobatan dilakukan oleh semua orang di rumah
- Menjelaskan kepada pasien untuk kontrol ke poli.
4
Prognosis

Quo ad vitam : bonam


Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationam : bonam

5
TINJUAN PUSTAKA

SKABIES

I. Definisi
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap
tungau Sarcoptes scabiei var hominis beserta produknya. Nama lain skabies adalah the itch, gudik,
budukan, gatal agogo.1

Gambar 1. Skabies: vesikel eritematosa dan papula pada ekstremitas tubuh, beberapa
dengan ekskoriasi linear yang berdekatan.(Barry, M. 2016)2

II. Epidemiologi

Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemi skabies. Banyak faktor yang
menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain: sosial ekonomi yang rendah, higiene yang
buruk, hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas, kesalahan diagnosis dan perkembangan
demografik serta ekologik. Penyakit ini dapat dimasukkan dalam P.H.S (Penyakit Akibat
Hubungan Seksual).1

Di negara-negara industri, wabah penyakit skabies terjadi terutama dalam institusional,


seperti penjara, fasilitas perawatan jangka panjang termasuk rumha sakit dan panti jompo. Tingkat
prevalensi skabies di negara berkembang lebih tinggi daripada di negara industri.

6
Survei pada anak-anak di pulau pinang, malaysia didapatkan tingkat infestasi skabies
tertinggi pada anak-anak usia 10-12 tahun. Penyakit ini lebih sering terdapat pada anak laki-laki
(50%) dan pada anak perempuan (16%). Tingkat prevalensi keseluruhan skabies adalah 31%.2

Cara penularan (transmisi) 1

1. Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur
bersama dan hubungan seksual.
2. Kontak tak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal dan
lain-lain.

Penularan biasanya oleh sarcoptes scabiei betina yang sudah dibuahi atau kadang-kadang
oleh bentuk larva. Dikenal pula sarcoptes scabiei var, animalis yang kadang-kadang dapat
menulari manusia, terutama pada yang memelihara binatang peliharaan misalnya anjing.1

III. Etiologi
Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Ackarima, super
famili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var.hominis. Selain itu terdapat S.scabiei
yang lain, misalnya pada kambing dan babi.1
Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan
bagian perutnya rata. Tungau ini translusen, berwarna putih kotor dan tidak bermata. Ukuran
betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan jantan lebih kecil, yakni 200
240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan
sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut,
sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir
dengan alat perekat.1

Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas
kulit, tungau jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam terowongan
yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi, menggali terowongan dalam
stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4
butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang dibuahi ini dapat hidup
sebulan lamanya. Telur akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari dan menjadi larva yang
mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga ke luar.

7
Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina dengan 4
pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu
antara 8-12 hari.1

S scabiei var hominis betina meletakkan 60-90 telur dalam 30 hari siklus hiudpnya,
meskipun kurang dari 10% telur menghasilkan tungau dewasa. Rata-rata pasien terinfeksi 10-15
tungau betina dewasa yang hidup pada waktu tertentu. tahap siklus hidup adalah sebagai berikut:

1. Telur mengeram dan menetas dalam 3-4 hari (90% dari tungau menetas mati)
2. Larva (3 pasang kaki) bermigrasi ke permukaan kulit dan masuk ke dalam liang stratum
korneum utuh untuk membuat liang pendek, disebut kantong molting (3-4 hari)
3. Larva berganti bulu menjadi nimfa (4 pasang kaki), yang berganti kulit sekali menjadi nimfa
yang lebih besar sebelum menjadi dewasa
4. Kopulasi berlangsung sekali, dan betina yang subur untuk sisa hidupnya; jantan meninggal
setelah kopulasi
5. Betina membuat terowongan menggunakan enzim proteolitik untuk melarutkan stratum
korneum epidermis, bertelur dalam proses; dia terus memperpanjang liang dan bertelur selama
sisa hidupnya, hidup 1-2 bulan
6. Transmisi betina diresapi dari orang-ke-orang terjadi melalui kontak kulit langsung atau tidak
langsung ar di bawah).2

Gambar 2. Siklus hidup tungau skabies4

8
Gambar 3. tungau skabies di stratum korneum 2

Gambar 4. Pada skabies,tungau tunggal terlihat. Terdapat Spongiosis Eosinophilic


(hematoxylin dan eosin; pembesaran asli, 400X). 2

Gambar 5. Dalam skabies berkrusta, bagian menampilkan beberapa tungau (panah) dalam
stratum korneum hiperkeratosis. Epidermis dengan spongiotik (hematoxylin dan eosin;
pembesaran asli, 100x). 2

9
IV. PATOGENESIS
Infestasi skabies pada umumnya terdiri dari tipikal dan atipikal (krusta, keratosis
dan norwegian)4
1. Skabies tipikal (khas)
pasien dengan skabies tipikal biasanya hanya terdapat 10 sampai 15 tungau betina dalam
tubuhnya. Hanya satu atau dua tungau dan sering tidak ada yang diperoleh dari kerokan
kulit. Pruritis hebat, biasanya lebih buruk pada malam hari dan ruam papular dengan atau
tanpa terowongan. Ruam dan pruritis hasil dari reaksi hipersensitivitas mediasi imun tipe
lambat oleh tungau, telur dan feses. Bagian tubuh sering terkena adalah pergelangan
tangan, jari tangan, fossa antecubiti, lipatan aksila anterior, payudara, pinggang, perut
bagian bawah, alat kelamin dan glutea.

Gambar 7. Tipikal skabies 4


2. Skabies atipikal
Ketika diagnosis dan pengobatan tertunda, infestasi berat dengan ratusan hingga ribuan
tungau. Presentasi klinis atipikal lebih umum pada pasien yang lemah atau imunosupresi
akibat penyakit lain yang mendasari atau terapi obat. Ketika lesi kulit hiperkeratosis meluas
dengan krusta dan meluas, infestasi disebut skabies krusta atau hiperkeratosis (sebelumnya
“Norwegian”) skabies. Skabies krusta sangar menular karena ribuan tungau yang berada
didalam krusta dan mudah berpindah pada kulit yang terkena. Skabies krusta umumnya
terjadi kesalahan diagnosis oleh dermatologis dan pasien dengan skabies krusta dapat
menunjukkan gelaja skabies tipikal hanya dalam beberapa hari. Terjadi pada penderita
dengan retardasi mental, kelemahan fisik, gangguan imunologik dan psikosis.

Gambar 8. Atipikal skabies 4

10
Lesi primer skabies berupa terowongan yang berisi tungau, telur dan hasil metabolisme.
Pada saat menggali terowongan. Tungau mengeluarkan sekret yang dapat melisiskan stratum
korneum. Sekret dan ekskret menyebabkan sensitisasi sehingga menimbulkan pruritus dan lesi
sekunder. Lesi sekunder berupa papul, vesikel, pustul, dan kadang bula. Dapat juga terjadi lesi
tersier berupa eksoriasi, eksematisasi dan pioderma. Tungau hanya terdapat pada lesi primer.3
Tungau hidup di dalam terowongan di tempat predileksi, yaitu jari tangan, pergelangan
tangan bagian ventral, siku bagian luar, lipatan ketiak depan, umbilikus, gluteus, ekstremitas,
genitalia eksterna pada perempuan. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.
Pada tempat predileksi dapat ditemukan terowongan berwarna putih abu-abu dengan panjang yang
bervariasi, rata-rata 1 mm, berbentuk lurus atau berkelok-kelok. Terowongan ditemukan bila
belum terdapat infeksi sekunder. Diujung terowongan dapat ditemukan vesikel atau papul kecil.
Terowongan umumnya ditemukan pada penderita kulit putih dan sangat jarang ditemukan pada
penderita di Indonesia karena umumnya penderita datang pada stadium lanjut sehingga sudah
terjadi infeksi sekunder.3

Gambar 6. Predileksi tungau 4

11
V. Manifestasi Klinis
Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal tersebut :1
1. Pruritus nokturnal
Pruritus nokturnal adalah gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau
ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.

2. Sekelompok orang
Penyakit ini menyerang secara kelompok, misalnya keluarga,biasanya seluruh anggota
keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan padat
penduduknya,sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut.
Hal ini dikenal sebagai hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya terkena.
Walaupun mengalami infestasi tungau, namun tidak memberikan gejala. Penderita ini
bersifat sebagai pembawa (carrier).

3. Adanya terowongan (kunikulus)


Pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, bentuk garis lurus
atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau
vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi,
dan lain-lain). Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum
yang tipis, yaitu : sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar,
lipat ketiak bagian depan, areola mammae (wanita), umbilicus, bokong, genitalia eksterna
(pria) dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.
4. Menemukan Sarcoptes scabiei
Merupakan hal yang paling diagnostik. dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup
tungau.

VI. Diagnosis
Diagnosis dapat dipastikan bila ditemukan S.scabiei yang didapatkan dengan cara
mencongkel atau mengeluarkan tungau dari kulit, kerokan kulit atau biopsi. Tungau sulit
ditemukan pada pemeriksaan laboratorium karena tungau yang menginfestasi penderita sedikit.
Penyebabnya adalah jumlah telur yang menetas hanya 10%. Selain itu garukan dapat
mengeluarkan tungau secara mekanik dan jika terjadi infeksi sekunder maka pus yang yang

12
terbentuk dapat membunuh tungau karena pus bersifat akarisida. Agar pemeriksaan laboratorium
memberikan hasil yang baik maka faktor-faktor yang harus diperhatikan adalah : 3
1. Papul yang baik untuk dikerok adalah papul yang baru dibentuk
2. Pemeriksaan jangan dilakukan pada lesi ekskoriasi dan lesi dengan infeksi sekunder
3. Kerokan kulit harus superfisial dan tidak boleh berdarah
4. Jangan mengerok dari satu lesi tetapi dari beberapa lesi. Tungau paling sering ditemukan
pada sela jari tangan sehingga perhatian terutama diberikan pada daerah itu.
5. Sebelum mengerok, teteskan minyak mineral pada skalpel dan pada lesiyang akan dikerok.

Gambar 9. Tungau skabies dikerok dari terowongan (pembesaran asli, 400X).2

Pembantu diangnosis cara menemukan tungau :1


1. Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung yang terlihat papul atau vesikel
dicongkel dengan jarum dan diletakkan diatas sebuah kaca obyek, lalu ditutup dengan kaca
penutup dan dilihat dengan mikroskop cahaya.
2. Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung diatas selembar kertas putih dan dilihat
dengan kaca pembesar.
3. Dengan membuat biopsi irisan. Caranya : lesi dijepit dengan 2 jari kemudian dibuat irisan
tipis dengan pisau dan diperiksa dengan mikroskop cahaya.
4. Dengan biopsi eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan H.E.

13
VII. Diagnosis Banding
Ada pendapat yang mengatakan penyakit skabies merupakan the great immitator karena
dapat menyerupai banyak penyakit kulit dengan keluhan gatal. Diagnosis bandingnya ialah 1
1. Prurigo
Erupsi papular kronik dan rekurens. Prurigo herba ialah penyakit kulit kronik dimulai sejak
bayi atau anak. Kelainan kulit terdiri dari papul-papul miliar, berbentuk kubah sangat gatal,
lebih mudah diraba daripada dilihat, terutama di daerah ekstremitas bagian ekstensor.
2. Pedikulosis korpris
Infeksi kulit disebabkan pediculus humanus var corporis. Umumnya kelainan berupa
bekas-bekas garukan pada badan, karena gatal baru berkurang dengan garukan yang lebih
intensif.
3. Dermatitis dan lain-lain.

VIII. Penatalaksanaan
Syarat obat yang ideal :1
1. Harus efektif terhadap semua stadium tungau
2. Harus tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksis
3. Tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai pakaian
4. Mudah diperoleh dan harganya murah

Cara pengobatannya ialah seluruh anggota keluarga harus diobati (termasuk penderita yang
hiposensitisasi).1

Jenis Obat Topikal :1

1. Belerang endap ( sulfur prespitatum)

Sediaan dalam bentuk salap atau krim dengan kadar 4-20%. Tidak efektif terhadap telur
tungau, maka penggunaan diakukan selama 3 hari beturut-turut. Kekurangan yang lain
ialah berbau dan mengotori pakaian serta kadang menimbulkan iritasi. Dapat dipakai pada
bayi umur kurang dari 2 tahun.

14
2. Emulsi benzyl-benzoas (20-25%)

Sediaan dalam bentuk salap atau krim dengan kadar 4-20%. Tidak efektif terhadap telur
tungau, maka penggunaan diakukan selama 3 hari beturut-turut dan kadang-kadang makin
gatal dan panas setelah dipakai.

3. Gama benzene heksa klorida (gemeksan = gammexane)

Sediaan dalam bentuk krim atau losio dengan kadar 1%, termasuk obat pilihan karena
efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan, dan jarang memberikan iritasi. Obat ini
tidak dianjurkan diberikan kepada anak dibawah 6 tahun dan ibu hamil karena toksis
terhadap susunan saraf pusat. Pemberian cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala
diulangi seminggu kemudian.

4. Krotamiton 10%

Sediaan dalam bentuk krim atau losio, juga merupakan obat pilihan, mempunyai dua efek
sebagai antiskabies dan antigatal.

5. Pemetrin 5%

Sediaan dalam krim, efektivitas sama, aplikasi hanya sekali dan dibersihkan dengan mandi
setelah 8-10 jam. Pengobatan diulangi setelah seminggu. Tidak dianjurkan untuk bayi
dibawah umur 2 bulan.

IX. Komplikasi
Rasa gatal yang hebat menyebabkan garukan yang dapat mengakibatkan luka pada kulit.
Luka tersebut dapat menjadi infeksi bakteri pada kulit, seperti Staphylococcus aureus atau
Streptococcus betahemolytic. Kadang-kadang infeksi bakteri pada kulit dan menyebabkan radang
ginjal atau biasa disebut glomerulonefritis post streptokokus.3

X. Pencegahan
Skabies dapat dicegah dengan menghindari kontak kulit ke kulit dengan orang yang
terinfeksi atau barang-barang seperti baju atau tempat tidur yang biasa digunakan oleh orang yang
terinfeksi. Pengobatan skabies dianjurkan untuk anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah,

15
terutama bagi yan sering kontak kulit ke kulit berkepanjangan. Semua anggota keluarga yang
berpotensi terkena skabies harus diobati pada saat yang sama dengan orang yang terinfeksi untuk
mencegah kemungkinan paparan dan infeksi ulang. Seprai dan pakaian yang digunakan oleh orang
yang terinfeksi harus dicuci dengan air panas. Barang yang terinfeksi dan tidak bisa dicuci dapat
dihilangkan infeksinya dengan menyimpannya dalam plastik tertutup selama beberapa hari sampai
satu minggu. Tungau umumnya tidak dapat bertahan lebih dari 2 sampai 3 hari jika tidak berada
dalam kulit manusia.3

XI. Prognosis
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, serta syarat pengobatan dan
menghilangkan faktor prediposisi (antara lain higiene), maka penyakit ini dapat diberantas dan
memberikan prognosis yang baik.1

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Aisah S, Handoko Ronny P. Skabies. Dalam :Menaldi, Sri Linuwih SW. Bramono,
Kusmarinah. & Indiatmi, Wresti. 2015. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin (edisi ke-7),
cetakan ke-1. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
2. Megan Barry. 2016. Scabies. Available at http://emedicine.medscape.com/
3. Staf Pengajar Departemen Parasitologi, FKUI Jakarta. 2011. Buku Ajar Parasitologi
Kedokteran Edisi Keempat. Jakarta : Badan Penerbit FKUI
4. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). 2010. Parasites Scabies. Available at
http://www.cdc.gov/parasites/scabies/index.html
5. Los Angeles County Department Of Public Health Acute Communicable Disease Control
Program. 2009. Scabies Prevention And Control Guidelines Acute And Subacute Care
Facilities. Available at:
http://publichealth.lacounty.gov/acd/docs/scabiesguidelinesfinal8.20.09_1.pdf

17

Anda mungkin juga menyukai