A. DEFINISI
Skabies merupakanpenyakit kulit yang disebabkan oleh infestasidan
sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei var. Hominis dan produknya (Djuanda,
2010).
Menurut Handoko (2007), scabies adalah penyakit kulit menular yang
disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap tungau (mite) sarcoptes scabei.
Penyakit ini dikenal juga dengan nama the itch ,gudik,atau gatal agogo,kutu badan.
Jadi menurut kelompok scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh
infeksi kuman parasitik (Sarcoptes scabiei)yang mudah menular manusia ke manusia,
dari hewan ke manusia atau sebaliknya, dapat mengenai semua ras dan golongan yang
ada dimuka bumi ini. Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestisasi
dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya. Sinonim
dari penyakit ini adalah kudis, the itch, gudig, budukan, dan gatal agogo. Penyakit
scabies ini merupakan penyakit menular oleh kutu tuma gatal Sarcoptes
scabeitersebut, kutu tersebut memasuki kulit stratum korneum, membentuk kanalikuli
atau terowongan lurus atau berkelok sepanjang 0,6 sampai 1,2 centimeter.
B. ETIOLOGI
Scabies dapat disebabkan oleh kutu atau kuman Sercoptes scabei varian
hominis. Sarcoptes scabieiini termasuk filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo
Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var hominis.
Kecuali itu terdapat S. scabiei yang lainnya pada kambing dan babi.
Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya
cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini transient, berwarna putih kotor, dan
tidak bermata. Ukurannya yang betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350
mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron.
Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2pasang longlegs di depan sebagai alat alat
untuk melekat dan 2pasang longlegs kedua pada betina berakhir dengan rambut,
sedangkan pada yang jantan pasangan longlegs ketiga berakhir dengan rambut dan
keempat berakhir dengan alat perekat.
Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang
terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup dalam
terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali
terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan
sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50.
Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya.
Telurnya akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva
yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi
dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2
bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari
telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari. Telur menetas
menjadi larva dalam waktu 3-4 hari, kemudian larva meninggalkan terowongan dan
masuk ke dalam folikel rambut. Selanjutnya larva berubah menjadi nimfa yang akan
menjadi parasit dewasa. Tungau betina akan mati setelah meninggalkan telur,
sedangkan tungau jantan mati setelah kopulasi. Sarcoptes scabiei betina dapat hidup
diluar pada suhu kamar selama lebih kurang 7-14 hari.Yang diserang adalah bagian
kulit yang tipis dan lembab, contohnya lipatan kulit pada orang dewasa. Pada bayi,
karena seluruh kulitnya masih tipis, maka seluruh badan dapat terserang penyakit
skabies ini. (Djuanda, 2010).
C. MANIFESTASI KLINIS
1. Pruritus noktuma (gatal pada malam hari) karena aktivitas tungau lebih tinggi
pada suhu yang lembab dan panas.
2. Umumnya ditemukan pada sekelompok manusia, misalnya mengenai seliruh
anggota keluarga.
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna
putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang
1cm, pada uung menjadi pimorfi (pustu, ekskoriosi). Tempat predileksi biasanya
daerah dengan stratum komeum tpis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan
tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, aerola mammae
dan lipat glutea, umbilicus, bokong, genitalia eksterna, dan perut bagian bawah.
Pada bayi dapat menyerang bagian telapak tangan dan telapak kaki bahkan
seluruh permukaan ulit. Pada remaja dan orang dewasa dapat timbul pada kulit
kepala dan wajah.
4. Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostk. Dapat ditemikan satu
atau lebih stadium hidup tungau ini.
D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung dapat terlihat papul atau
vesiel. Congkel dengan jarum dan letakkan diatas kaca obyek, lalu tutup dengan
kaca penutup dan lihat dengan mikroskop cahaya.
2. Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung diatas selembar kertas putih
dan dilihat dengan kaca pembesar.
3. Dengan membuat biopsi irisan, caranya ; jepit lesi dengan 2 jari kemudian buat
irisa tipis dengan pisau dan periksa dengan miroskop cahaya.
4. Dengan biopsy eksisional dan diperiska dengan pewarnaan HE
E. PENATALAKSANAAN
Syarat obat yang ideal adalah efektif terhadap semua stadium tungau, tidak
menimbulkan iritasi dan toksik, tidak berbau atau kotor, tidak merusak atau mewarnai
pakaian, mudah diperoleh dan harganya murah. Menurut Sudirman (2006),
penatalaksanaan skabies dibagi menjadi 2 bagian :
1. Penatalaksanaan keperawatan
Pada pasien dianjurkan untuk menjaga kebersihan dan mandi secara teratur
setiap hari. Semua pakaian, sprei, dan handuk yang telah digunakan harus dicuci
secara teratur dan bila perlu direndam dengan air panas. Demikian pula dengan
anggota keluarga yang beresiko tinggi untuk tertular, terutama bayi dan anak-anak,
juga harus dijaga kebersihannya dan untuk sementara waktu menghindari terjadinya
kontak langsung. Secara umum meningkatkan kebersihan lingkungan maupun
perorangan dan meningkatkan status gizinya. Beberapa syarat pengobatan yang harus
diperhatikan:
a. Semua anggota keluarga harus diperiksa dan semua harus diberi pengobatan
secara serentak.
b. Higiene perorangan : penderita harus mandi bersih, bila perlu menggunakan sikat
untuk menyikat badan. Sesudah mandi pakaian yang akan dipakai harus disetrika.
c. Semua perlengkapan rumah tangga seperti bangku, sofa, sprei, bantal, kasur,
selimut harus dibersihkan dan dijemur dibawah sinar matahari selama beberapa
jam.
2. Penatalaksanaan Medis
Dengan menggunakan obat-obatan (Djuanda, 2010), obat-obat anti skabies
yang tersedia dalam bentuk topikal antara lain:
a. Belerang endap (sulfur presipitatum) 4-20% dalam bentuk salep atau krim. Pada
bayi dan orang dewasa sulfur presipitatum 5% dalam minyak sangat aman dan
efektif. Kekurangannya adalah pemakaian tidak boleh kurang dari 3 hari karena
tidak efektif terhadap stadium telur, berbau, mengotori pakaian dan dapat
menimbulkan iritasi.
b. Emulsi benzyl-benzoat 20-25% efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap
malam selama 3 kali. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi, dan kadang-
kadang makin gatal setelah dipakai.
c. Gama benzena heksa klorida (gameksan) 1% daam bentuk krim atau losio,
termasuk obat pilihan arena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan,
dan jarang memberi iritasi. Obat ini tidak dianurkan pada anak dibawah umur 6
tahun dan wanta hamil karena toksi terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya
cup sekali dalam 8 jam. Jika masihada gejala, diulangi seminggu kemudian.
d. Krokamiton 10% dalamkrim atau losio mempunyaidua efek sebagai antiskabies
dan antigatal. Harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra. Krim( eurax) hanya
efetif pada 50-60% pasien. Digunakan selama 2 malam berturut-turut dan
dbersihkan setelah 24 jam pemakaian terakhir.
e. Krim permetrin 5% merupakan obat yang paling efektif dan aman arena sangat
mematikan untuk parasit S.scabei dan memiliki toksisitas rendah pada manusia.
f. Pemberian antibitika dapat digunakan jika ada infeksi sekunder, misalnya
bernanah di area yang terkena (sela-sela jari, alat kelamin) akibat garukan.
F. PATHWAY
G. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Biodata
1) Identitas pasien
2) Identitas orang tua
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Pada pasien scabies terdapat lesi dikulit bagian punggung dan merasakan gatal
terutama pada malam hari.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mulai merasakan gatal yang memanas dan kemudian menjadi edema
karena garukan akibat rasa gatal yang sangat hebat.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien pernah masuk RS karena alergi.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga pasien ada yang menderita penyakit seperti yang klien alami
yaitu kurap, kudis.
3. Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi terhadap kesehatan
Apabila sakit, klien biasa membeliobat di tko obat terdeat atauapabila tidak
terjadi perubahan pasien memaksakan diri ke puskesmas atau RS terdekat.
b. Pola aktivitas latihan
Aktivitas latihan selama sakit : Aktivitas 0 1 2 3 4
1) Makan
2) Mandi
3) Berpakaian
4) Eliminasi
5) Mobilisasi di tempat tidur
Keterangan
0 : Mandiri
1 : Dengan menggunakan alat bantu
2 : Dengan menggunakan bantuan dari orang lain
3 : Dengan bantuan orang lain dan alat bantu
4 : Tergantung total, tidak berpartisipasi dalam beraktivitas
c. Pola istirahat tidur
Pada pasien scabies terjadi gangguan pola tidur akibat gatal yang hebat pada
malam hari.
d. Pola nutrisi metabolik
Tidak ada gangguan dalam nutrisi metaboliknya.
e. Pola elimnesi
Klien BAB 1x sehari, dengan konsitensi lembek, wrna kuning bau khas dan
BAK 4-5x sehari, dengan bau khas warna kuning jernih.
f. Pola kognitif perceptual
Saat pengkajian kien dalam keadaan sadar, bicara jelas, pendengaran dan
penglihatan normal.
g. Pola peran hubungan : Sistem dukungan orang tua.
h. Pola konsep diri
i. Pola seksual reproduksi
Pada klien scabies mengalami gangguan pada seksual reproduksinya.
j. Pola koping
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi ditandai dengan skala nyeri
4,pasien tampak lemah,terdapat nyeri tekan pada kulit ,pasien tampak meringis
kesakitan karena menahan gatal-gatal pada kulitnya
b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan gatal-gatal pada kulit ditandai dengan
suhu : 38 oC ,pasien tampak lemah ,pasien tampak sering terbangun ,konjungtiva
pucat .
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan udara lembab adanya scabies
ditandai dengan pasien tampak lemah,turgor kulit jelek,adanya stratum korneum
tipis diseluruh tubuh ,adanya lesi pada kulit kepala ,adanya rupture pada kulit ,keluar
pus pada kulit
d. Resiko infeksi berhubungan dengan rupture membrane amneotik/kulit tidak utuh
ditandai dengan terdapat kemerahan pada genetalia ,terdapat kemerahan pada daerah
umbilicus dan perut bagian bawah ,adanya lesi pada kulit kepala
e. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan gangguan gambaran diri ditandai
dengan pasien tampak cemas ,pasien tampak lemah ,pasien tampak gelisah
3. Rencana Keperawatan
WAKTU No TUJUAN/NOC INTERVENSI/NIC
Tgl Jam Dx
DISUSUN OLEH:
SHINTA ARY MURTY
P1905033
2019
ANALISA DATA