Anda di halaman 1dari 87

FARMAKOTERAPI

PADA PENYAKIT
INFEKSI PARASIT

Lingga Ikaditya, M.Sc.,Apt


TUGAS JIGSAW

• Toxoplasmosis
• Trichomoniasis
• Amoebiasis
• Filariasis
• Malaria
• Enterobiasis/Oksiuriasis (Cacing Kremi)
• Askariasis (Cacing Gelang/Ascaris lumbricoides)
• Skabies
Pembahasan

• Tinjauan umum
Bagian ini berisi informasi umum tentang penyakit yang
mencakup definisi penyakit parasite, siklus hidupnya/cara
penularan,perkembangan penyakit, Tanda dan Gejala,
• Farmakoterapi  Tujuan Terapi, tatalaksana terapi (terapi
farmakologi dan terapi non farmakologi), aspek ph.care (ibu
hamil/laktasi)
KESIMPULAN JIGSAW
A. Toxoplasmosis
Disebabkan toxoplasma gondii
Ditularkan lewat feses kucing dan daging mentah
Jika parasit tersebut menyerang orang dewasa, maka biasanya sistem
kekebalan tubuhnya bisa mengatasi infeksi. Kebanyakan orang yang
terjangkit toksoplasmosis tidak menunjukkan gejala-gejala tertentu,
dan penyakit ini umumnya tidak menular dari satu orang ke orang
lainnya. Sekali terinfeksi maka penderita akan memiliki kekebalan
terhadap toksoplasmosis seumur hidup.
Infeksi saat hamil abortus spontan atau kelahiran anak kondisi
abnormal
Pengobatan :
Sulfadiazin dan primetamin atau sulfadiazine dan clindamisin
Neonatus : primetamin dan sulfadiazine, di(+) spiramisin dan
kortikosteroid
Trichomoniasis

• Disebabkan trichomonas vaginalis


• Menular lewat hub intim
• Gejala pd wanita (sakit bagian perut bawah, keputihan kental, encer,
berbusa warna kekuningan dan kehijauna, bau amis) dan gejala pada
pria (BAB sering sakit,muncul cairan putih dr penis)
• Pengobatan  metronidazole 5-7 hari
• Tdk melakukan hub intim dulu
Amoebiasis

• Disebabkan Entamoeba hystolica


• Diare berdarah dan berlendir 10x/hari, bau busuk, warna tinja merah
tua dg darah dan lender yng bercampur
• Pengobatan : metronidazole, eritromisin, klorokuin, emetin
hidroklorid
Filariasis

• Penyumbatan cacing wucheria brancrofti


• Filaria di kel getah bening
• Gejala demam, radang kelenjar, udem
• Tungkai dan alat kelamin
• Mikrofilia aktif di malam hari (22.00-02.00)
• Terapi : Dietilcarbamzin (DEC) 6mg/kg BB + albendazole (+pct) 3x
sehari selama 12 hari
Malaria

• Penyebab plasmodium yg ditularkan dg nyamuk anopheles betina


• Gejala demam dan indikasi kontak dg daerah endemic
• Profilaksis sblm ke daerah endemi  dosisiklin 100mg/hari 1-2 hari sblm
berangkat. selama berada di daerah tersebut sampai 4 minggu setelah
kembali. Tidak boleh diberikan pada ibu hamil dan anak dibawah umur 8
tahun dan tidak boleh diberikan lebih dari 6 bulan
• Malaria falsiparum dan vivaks  Dihidroartemisinin-Piperakuin(DHP) +
Primakuin
• Malarian ovale  Dihidroartemisinin-Piperakuin(DHP) selama 14 hari
• Primakuin tdk boleh pada ibu hamil
• Diminum obat malaria setelah makan krn obat mengiritasi lambung
• Malaria berat  artesunat
Ascariasis

• Disebabkan cacing gelang


• Gangguan usus, mual, muntah, diare atau konstipasi
• Farmakologi
• Pirantel palmoat
• Mebendazol
• Albendazol : tdk boleh untk wanita hamil
• Efektivitas masing-masing obat yaitu 1) Pirantel pamoat pada dosis
tunggal dilaporkan dapat menyembuhkan Ascariasis sampai 85 - 100
% (Goldsmith,1986) , 2) Mebendazol pada dosis tunggal dilaporkan
dapat menyembuhkan Ascariasis 90 -100 %,
enterobiasis

• Disebabkan cacing kremi


• Telur tertelan menetas usus dan tumbuh dewasa  cacing dewasa
menuju rectum untk bertelur
• Gejala : gatal disekitar dubur, gelisah, sukar tidur
• Obat :
1. Mebendazol : 100mg/kgBB jika masih infeksi ulangi 2 minggu
kemudian
2. Piperazin : tdk boleh untk wanita hamil krg dr 3bln, laktasi jeda 8
jam
3. Pirantel palmoat
TATALAKSANA
SCABIES

Oleh :
Lingga Ikaditya, M.Sc.,Apt
Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya
DEFINISI

 Infeksi kulit akibat tungau (kutu


kecil) yaitu
Sarcoptes scabiei varietas
hominis.
 Sinonim : kudis, gudik, dan buduk.
PREVALENSI DI
INDONESIA
Penyakit kulit tersering di puskesmas

2 0 0 8 → Puskesmas seluruh
indonesia
• (5.6-12.9%) Penyakit kulit terbanyak ke-3

Di pemukiman kumuh & rumah susun :


• Thn 2008 Jakarta (6.2%), Boyolali (7.4%),
Pasuruan (8.2%)
Semarang (5,8%)
Di Pesantren atau panti asuhan :
• 1 di Jakarta Timur thn 2012 (51.6%), 1 di
Jakarta Selatan thn
2014 (68%)
• Di Kab Temanggung pesantren kebersihan buruk
ETIOLOGI
 S.scabiei varietas hominis
 Host spesific
 Lonjong gepeng, putih kotor,
punggung cembung, dada rata,
tidak ada mata
 Tungau betina 0.3-0.45mm
 Tungau Jantan 0.2-0.25
 4 pasang kaki (2 depan 2
belakang)
 Betina → 2 pasang kaki
belakang berbulu
 Jantan → 1 pasang kaki
belakang berbulu, 1 pasang
lainnya ambulakral (perekat)
SIKLUS HIDUP

Currie BJ, Mccarthy JS. Permethrin and Ivermectin for Scabies. n engl j
Tungau betina berjalan 2.5mm/menit
membentuk terowongan selama 1 bulan

Membuat terowongan di perbatasan s.korneum


hingga s.granulosum 0.5-5mm/hari

Bertelur 2-3 butir/hari (max 40-50 selama hidup)

10% t e l u r l a r v a → n i m f a →
dewasa (kawin dengan jantan diatas kulit)
FAKTOR RESIKO

 Usia : Anak, usia lanjut.


 Jenis kelamin : Laki>Perempuan
(hygiene)
 Tingkat Kebersihan : Diri & Lingkungan
 Penggunaan alat pribadi bersama
 Kepadatan penghuni : Tinggal di
lingkungan padat
 Tingkat Pendidikan
 Budaya/Kebiasaan  Jarang mandi
 Tingkat sosial ekonomi  rendah
CARA
PENULARAN
Kontak Langsung lama
seperti tidur satu kasur
atau menggunakan
seprai yang sama
Menggunakan/bergantian
pakaian

Banyak di
tempat :
•Pesantren
•Asrama
•Penjara
Kontak langsung skin to skin atau
•Panti jompo
seksual
GEJALA KLINIS

1. gatal pada malam hari karena aktifitas tungau yang lebih tinggi
pada suhu yang lembab dan panas

2. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok

3. Adanya kunikulus (terowongan) pada tempat-tempat yang dicurigai


berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok,
rata-rata 1 cm, pada ujung terowongan ditemukan papula (tonjolan
padat) atau vesikel (kantung cairan). Jika ada infeksi sekunder, timbul
polimorf (gelembung leokosit).

4. Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat


ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini. Gatal yang hebat
terutama pada malam sebelum tidur. Adanya tanda : papula (bintil),
pustula (bintil bernanah), ekskoriasi (bekas garukan).
• sela jari tangan, pergelangan tangan volar,
siku bagian luar, ketiak bag.depan, aerola
mamae, umbilikus, bokong, genitalia
eksterna, perut )
• Bayi : telapak tangan, telapak kaki &
wajah
VARIAN
SKABIES
 Skabies Norwegia:
berkrusta, sangat menular, tidak
terlalu gatal
 Skabies N o d u l a r :

nodular, pada
imunokompromais

Skabies
Nodular
1. Higiene perorangan

TERAPI
NON
FARMAKOLOGI
3. Semua anggota 2. Semua perlengkapan rumah
keluarga harus tangga seperti bangku, sofa,
sprei, bantal, kasur, selimut
diperiksa dan semua
harus dibersihkan dan dijemur
harus diberi dibawah sinar matahari selama
pengobatan secara beberapa jam.
serentak
TATA LAKSANA

 Skabisida Topikal
 Harus yang efektif terhadap semua
stadium tungau
 Aman
 Tidak iritan
 Anti histamin untuk gatal
 Mencegah penularan
 Perilaku hidup bersih
CARA PENGGUNAAN

Skabisida Cara Penggunaan

Permetrin 5% Dioles semalam (8-12jam) lalu dibilas ke esokan


harinya
Benzil Benzoat 20- Dioles dan didiamkan selama 24 jam, diulang
25% dalam 3 hari berturut
Krotamiton 10% Dioles dan didiamkan selama 24 jam, lalu
dibilas, dan digunakan kembali selama 5
hari berturut
Sulfur 10% Dioles dan didiamkan selama 24 jam, lalu dibilas,
dan digunakan
kembali selama 3 hari berturut
Gamma benzen Dioles semalam (12jam) lalu dibilas ke esokan
1% harinya
PENCEGAHAN

• a. Mandi secara teratur dengan menggunakan sabun.


• b. Mencuci pakaian, sprei, sarung bantal, selimut dan lainnya secara
teratur minimal 2 kali dalam seminggu.
• c. Menjemur kasur dan bantal minimal 2 minggu sekali.
• d. Tidak saling bertukar pakaian dan handuk dengan orang lain.
• e. Hindari kontak dengan orang-orang atau kain serta pakaian yang
dicurigai terinfeksi tungau skabies.
• f. Menjaga kebersihan rumah dan berventilasi cukup.
PENCEGAHAN INFEKSI ULANG

• a. Cuci sisir, sikat rambut dan perhiasan rambut dengan cara


merendam di cairan antiseptik.
• b. Cuci semua handuk, pakaian, sprei dalam air sabun hangat dan
gunakan seterika panas untuk membunuh semua telurnya, atau
dicuci kering.
• c. Keringkan peci yang bersih, kerudung dan jaket.
• d. Hindari pemakaian bersama sisir, mukena atau jilbab
PENCEGAHAN

• a. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitarnya. Laporan


kepada Dinas Kesehatan setempat namun laporan resmi jarang
dilakukan.
• b. Isolasi santri yang terinfeksi dilarang masuk ke dalam pondok
sampai dilakukan pengobatan. Penderita yang dirawat di Rumah Sakit
diisolasi sampai dengan 24 jam setelah dilakukan pengobatan yang
efektif. Disinfeksi serentak yaitu pakaian dalam dan sprei yang
digunakan oleh penderita dalam 48 jam pertama sebelum
pengobatan dicuci dengan menggunakan sistem pemanasan pada
proses pencucian dan pengeringan, hal ini dapat membunuh kutu
dan telur.
DAFTAR PUSTAKA
 Sungkar S. Skabies : etiologi, patogenesis,
pengobatan, pemberantasan, dan pencegahan.
Jakarta : Badan Penerbit FKUI; 2016.
 Hay et al. Scabies in the developing world—its
prevalence, complications, and management. Clin
Microbiol Infect 2012; 18: 313–323
 Boediardja SA, Handoko RP. Skabies. Dalam : Menaldi
SL, Bramono K, Indriatmi W, Penyunting. Buku ajar
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-7. Jakarta :
Badan Penerbit FKUI; 2015.h137-140
 Burkhart CN, Burkhart CG. Scabies and other mites,
and pediculosis . Dalam :Goldsmith LA, Katz SI,
Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, Wolff K, penyunting.
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. edisi ke
delapan. Palatino: McGraw-Hill; 2012.h. 2569-73
• Parasit adalah organisme yang karena keterbatasan organ vital
membutuhkan inang (host) untuk kelangsungan daur hidupnya.
• Dalam Parasitologi Kedokteran, yang paling penting dipelajari adalah
Zooparasit yang terdiri dari:
I.  Protozoologi    : ilmu yang berisi kajian tentang Protozoa (Filum
Protozoa).
II.  Helmintologi   : ilmu yang berisi kajian tentang cacing.
• 1.      Filum Nemathelminthes
• 2.      Filum Platyhelminthes

III. Entomologi     : ilmu yang berisi kajian tentang serangga (Filum


Arthropods).
Balantidiasis

• Balantidiasis adalah penyakit yang disebabkan oleh Balantidium coli.


Biasanya menginfeksi manusia pada bagian usus. Penyakit ini
biasanya dapat ditularkan melalui oral dan mengkontaminasi
makanan serta air.
Gejala balantidiasis

• Gangguan saluran cerna: diare, mual, muntah, nyeri perut,


• anoreksia, Colitis ringan
• Berat badan turun
• Gejala seperti disentri
• Sakit kepala, demam
• Kehilangan cairan parah
POSOLOGI OBAT
Tetrasiklin
- Mekanisme Kerja: mengeluarkan efek bakteriostatik dengan mengikat secara reversibel
subunit ribosom 30S dan 50S dari organisme yang rentan, sehingga menghambat sintesis
protein

- Efek samping
 Kejadian> 10%: perubahan warna gigi dan enamel
hipoplasia pada anak-anak
 Kejadian 1-10%: diare, mual, fotosensitivitas
 Kejadian <1%: anorexia, kram perut, colitis pseudomembran terkait antibiotik,
menggores fontanel pada bayi, sindroma insipidus diabetes, esophagitis.

- Aspek Pharmaceutical Care:


 Pada kehamilan: Tetrasiklin berada pada kategori kehamilan D. Tetracycline tidak boleh
digunakan pada wanita hamil karena bukti positif mengenai risiko ibu dan janin.
Penggunaan selama kehamilan harus dibatasi padakasus bila ada kontraindikasi terhadap
penggunaan antibiotik lain yang sesuai dan manfaat potensial membenarkan risiko yang
diketahui
• Pada Laktasi: Tetracycline diekskresikan dalam ASI. American Academy of
Pediatrics and the World Health Organization (WHO) mengklasifikasikan
tetrasiklin sebagai obat yang keluar bersama dengan pemberian ASI,
walaupun data penggunaan tetrasiklin selama menyusui terbatas.
Tetrasiklin harus digunakan selama menyusui
hanya jika manfaat terapi untuk ibu membenarkan risiko yang diketahui
pada bayi

• Pada pasien Pediatric: Tetracycline dikontraindikasikan pada anak-anak


usia 8 dan lebih muda karena dapat menyebabkan perubahan warna gigi
secara permanen. Keamanan tetrasiklin intravena belum tentukan.
Penggunaan tetrasiklin pada anak-anak usia 8 dan lebih
muda harus dibatasi pada kasus bila ada kontraindikasi terhadap
penggunaan antibiotik lain yang sesuai dan manfaat potensial
membenarkan risiko yang diketahui
• Metronidazol
- Mekanisme Kerja: Menghambat sintesis asam nukleat dengan cara
mengacaukan DNA dan menyebabkan kerusakan untai; amebisidal,
bakterisida, trikomonasidal ( Medscape, 2015)
• Efek samping:
 Frekuensi Tidak Ditetapkan: kehilangan appetite, kandidiasis, diare, pusing,
sakit kepala, mual, muntah, ataksia, urin gelap, reaksi tipe disulfiram dengan
etanol, lidah berbulu, hipersensitivitas, neutropenia, rasa metalik, neuropati,
pankreatitis, kejang, tromboflebitis, xerostomia, ensefalopati, meningitis
aseptik, neuropati optik, sindrom stevens-johnson, nekrolisis epidermal
toksik, penurunan libido
• Laporan Postmarketing: Dyspareunia, proctitis, nyeri sendi sekilas yang
menyerupai penyakit serum, penyakit Crohn, cegukan, psikosis ( Medscape,
2015).
• - Aspek Pharmaceutical Care:
 Pada kehamilan: Metronidazol berada pada kategori kehamilan B. Data penggunaan
metronidazol pada wanita hamil saling bertentangan. Bukti yang ada menunjukkan
penggunaan selama kehamilan memiliki risiko anomaly kongenital yang rendah.
Metronidazol dapat digunakan selama kehamilan pada pasien yang jelas mendapat
manfaat dari obat ini, walaupun penggunaannya pada trimester pertama umumnya
tidak disarankan (CDC, 2015).
 Pada Laktasi: Metronidazol diekskresikan dalam ASI. American Academy of Pediatrics
mengklasifikasikan metronidazole sebagai obat yang efeknya pada bayi menyusui tidak
diketahui namun mungkin menjadi perhatian. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
menyarankan untuk menghindari pengobatan metronidazol pada wanita menyusui.
Metronidazol harus digunakan selama menyusui hanya jika manfaat potensial
terapi terhadap ibu membenarkan risiko potensial pada
bayi (CDC, 2015).
 Pada pasien Pediatric: Keamanan metronidazol pada anak belum ditentukan.
Metronidazol terdaftar sebagai obat antiamebik dan antigiardiasis pada Daftar Model
Obat Esensial WHO untuk Anak-anak, yang ditujukan untuk
penggunaan anak-anak sampai usia 12 tahun (CDC, 2015)
• iodoquinol
- Mekanisme Kerja: Bertindak terutama di lumen usus; mekanisme
tidak diketahui ( Medscape, 2015)
- Efek samping: Frekuensi Tidak Ditetapkan: Sakit Kepala, Dingin,
Agitasi, Diare, Ruam, Demam, Urtikaria, Pruritus, Pembesaran
kelenjar tiroid, Amnesia retrograde, Mual, Muntah, Neuropati perifer, Neuritis optik, Sakit
perut, Kelemahan, gangguan visual,
atrofi Optik, Kram perut , Gatal pada daerah rektum ( Medscape,
2015).
Aspek Pharmaceutical Care:
 Pada kehamilan: Oral iodoquinol belum diberi kategori kehamilan oleh Food and Drug
Administration. Data tentang penggunaan iodoquinol pada wanita hamil terbatas, dan risiko
terhadap janin tidak diketahui. Iodoquinol harus digunakan selama kehamilan hanya jika
manfaat potensial membenarkan risiko potensial pada janin (CDC, 2015).
 Pada Laktasi: Tidak diketahui apakah iodoquinoldiekskresikan dalam ASI. Iodoquinol harus
digunakan dengan hati-hati pada wanita menyusui (CDC, 2015).
 Pada pasien Pediatric: Keamanan iodoquinol pada anak belum ditentukan (CDC, 2015)
TUJUAN TERAPI

Tujuan farmakoterapi untuk balantidiasis adalah


• Mengurangi morbiditas
• mencegah komplikasi
Rejimen terapi

Pediatri
a. Tetrasiklin (Hanya untuk anak > 8 tahun) 40 mg/kg/hari (max. 2 gram),
dibagi menjadi 4 dosis, digunakan selama 10 hari

b. Metronidazole
35-50 mg/kg/hari dibagi menjadi 3 dosis, digunakan selama 5 hari

c. Iodoquinol
30-40 mg/kg/hari (max 2 g) dibagi menjadi 3 dosis, digunakan selama 20 hari

d. Nitazoxanide
200 mg oral untuk anak 4-11 tahun; 100 mg oral untuk anak 1-3 tahun. Obat
diberikan selama 3 hari
Wanita Hamil
a. Tetrasiklin
Tetrasiklin tidak bisa digunakan untuk wanita hamil. Tertasiklin termasuk
kategori D menurut FDA karena menyebabkan kerusakan fetal.

b. Metronidazole
3 x 500 mg oral selama 5 hari. Kategori menurut FDA : B

c. Iodokuinol
3 x 650 gram oral selama 20 hari. Kategori menurut FDA:
belum ada. Sejauh ini belum ada laporan kasus terkait penggunaan
iodokuinol terhadap kerusakan janin, iodokuinol digunakan bila
keuntungan lebih banyak dari kerugian
Terapi non –farmakologis
Balantidiasis jarang bermanifestasi sebagai apendisitis akut, namun
jika sudah parah maka diperlukan surgical care untuk menanganinya.
Pencegahan infeksi balantidiasis dapat
dilakukan dengan cara:
 Infeksi balantidium coli dapat dicegah saat bepergian dengan
mengikuti praktik kebersihan yang baik.
 Cuci tangan Anda dengan sabun dan air hangat setelah
menggunakan toilet, mengganti popok, dan sebelum menangani
makanan.
 Ajari anak pentingnya mencuci tangan untuk mencegah infeksi.
 Cuci semua buah dan sayuran dengan air bersih saat menyiapkan
atau memakannya, meski memiliki kulit yang mudah dilepas.
Toxoplasmosis
• Toksoplasmosis merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh
Toxoplasma gondii yang merupakan penyakit parasit pada hewan
yang dapat ditularkan ke manusia.
• Toksoplasmosis menjadi sangat penting karena infeksi yang terjadi
pada saat kehamilan dapat menyebabkan abortus spontan atau
kelahiran anak yang dalam kondisi abnormal atau disebut sebagai
kelainan kongenital seperti hidrosefalus, mikrosefalus, iridosiklisis dan
retardasi mental.
• Toxoplasmosis disebabkan oleh Toxoplasma gondii. Parasit ini
ditemukan pada feses kucing yang terinfeksi dan daging hewan yang
terinfeksi
Secara umum, ada 4 model penularan yang
dapat terjadi pada manusia:
1. Makanan
Apabila makanan tidak matang, atau daging yang terkontaminasi (daging babi,
daging domba), tidak membersihkan makanan dengan baik, perlatan masak yang
terkontaminasi

2. Animal-to-human transmission (zoonotic)


Kucing memainkan peran penting dalam penyebaran toxoplasmosis. Kucing
terinfeksi akibat memakan hewan pengerat, burung, dan hewan-hewan kecil yang
terinfeksi toxoplasma. Penyebaran dapat terjadi akibat kontak langsung dengan
feses kucing yang terkontaminasi toxoplasma, meminum air dari yang
terkontaminasi toxoplasma.

3. Mother-to-child transmission (kongenital).


Melalui ibu yang terinfeksi toxoplasma ketika mengandung (kongenital)

4. Rare instances transmission


Melalui transplantasi organ dari donor yang positif terinfeksi toxoplasma. Tidak
jarang juga melalui transfusi darah.
Berikut adalah beberapa gejala umum yang
dapat muncul beserta organ terdampak
- Merasakan flu dengan pembengkakan kelenjar getah bening dan rasa
nyeri pada otot selama 1 bulan atau lebih.
- Toxoplasma yang parah dapat menyebabkan kerusakan pada otak,
mata dan organ lainnya.
- Dapat mengurangi penglihatan, kekaburan, nyeri, kemerahan pada
mata dan kadang-kadang menyebabkan mata berair.
- Pada bayi saat dalam kandungan tidak menunjukan gejala, namun
akan menunjukan gejala saat sudah lahir, seperti pada
mata dan kerusakan pada otak.
Secara umum, jenis dan tingkat keparahan gejala sangat tergantung
pada tingkat daya tahan tubuh pasien
1. Pasien dengan sistem imun normal
- Rasa sakit saat menelan
- Sakit kepala
- Malaise
- Demam yang tidak terlalu tinggi (low grade fever)
- Kelelahan
- Dalam beberapa kasus pasien juga mengalami nyeri otot, sakit
tenggorokan, abdominal pain, ruam atau gejala neurologik.
2. Pada pasien yang memiliki sistem imun rendah, khususnya pada pasien
AIDS, gejala toxoplasma sering berkaitan dengan otak dan parah. Gejalanya
meliputi:
- Kelainan mental khususnya disorientasi, sulit berkonsentrasi atau
perubahan prilaku.
- Demam
- Sakit kepala
- Seizures
- Gangguan pada fungsi saraf, khususnya abnormal movement, sulit
berjalan, sulit bicara dan kehilangan sebagian penglihatan.
- Toxoplasmosis yang menginfeksi mata pada orang yang memiliki sistem
imun rendah akan menyebabkan penglihatan kabur dan sensitif terhadap
cahaya.
- Toxoplasmosis pada paru bisa menyebabkan sesak nafas (nafas pendek),
demam, batuk kering, batuk berdarah dan berujung pada gagal pernafasan.
Jika wanita hamil terjangkit toxoplasmosis pada rentang 6 minggu
sebelum kehamilan, maka anaknya berisiko lahir dengan congenital
toxoplasmosis. Anak biasanya tidak memiliki gejala saat lahir, akan
tetapi adanya infeksi dapat terungkap jika dilakukan pemeriksaan
spesifik terhadap organ mata. Toxoplasmosis congenital meningkatkan
risiko keguguran dan kelahiran premature

Gejala pada bayi yang baru lahir meliputi:


- Tubuh bayi lebih kecil
- Mata juling atau masalah lainnya pada mata
- Ukuran kepala yang lebih besar atau kecil (tidak normal)
- Kejang
- Bayi kuning
- Nodus limfa yang membesar
- Memar
- Ruam
- Perkembangaan mental lambat dan dapat menjadi retardasi mental
TERAPI FARMAKOLOGI
1) Golongan Sulfonamida
Sulfadiazine
- Mekanisme kerja: Antagonis kompetitif PABA
- Efek samping: diare, sakit kepala, anoreksia, mual, muntah
- Efek Toksik: Nefrotoksik, leukopenia

Trimetoprim dan Sulfametoksazole


- Mekanisme kerja: bakteriostatik melalui antagonis kompetitif
PABA
- Efek samping: anoreksia, mual, muntah, hyperkalemia, anemia
aplastic, hyponatremia, agranulositosis

2) Golongan Linkosamide
Klindamisin
- Mekanisme kerja: memiliki efek bakteriostatis melalui mekanisme
penghambatan sintesis protein bakteri, yaitu dengan
menghambat translokasi ribosom
- Efek samping: nyeri abdominal, agranulositosis, diare, hipotensi,
mual, muntah
3) Golongan antibiotika lain
Dapsone
- Mekanisme kerja: sama dengan sulfonamide, yaitu antagonis kompetitif terhadap PABA, menghambat sintesis
asam folat, dan menghambat pertumbuhan bakteri
- Efek utama profilaksis pneumonia, multi bacillary leprosy, Paucibacillary leprosy, dermatitis herpetiformis, anti
acne (topical)
- Efek samping: methemoglobinemia, insomnia, sakit kepala, dermatitis, fotosensitivitas, anemia, hepatitis.
- Keterangan: dikonsumsi bersama makanan

4) Agen antiprotozoa
Pirimetamin
- Mekanisme kerja: antagonis terhadap asam folat yang secara
selektif menghambat plasmodial dihydrofolate reduktase.
- Efek samping: anoreksia, anafilaksis, anemia megaloblastis,
pigmentasi abnormal kulit, ruam kulit, diare, leukopenia. Untuk
mengantisipasi efek samping/toksik, pirimetamin harus
dikombinasikan dengan asam folinat
- Perhatian: berpotensi teratogenik sehingga tidak boleh digunakan
pada trimester pertama kehamilan

Atovaquone
- Mekanisme kerja: merupakan hydroxynaphtoquinone yang
menghamba rantai transport elektron mitokondria melalui persaingan dengan ubiquinone di ubiquinone-
cytochrome-Creduktase (kompleks III). Penghambatan transport electron oleh
atovaquone menghasilkan terhambatnya sintesis asam nukleat dan ATP pada parasit.
- Efek utama: pneumonia, malaria
- Efek samping: nyeri abdominal, batuk, diare, mual, muntah, sakit kepala, demam, anoreksia
- Keterangan: dikonsumsi bersama makanan
5) Golongan Makrolida
Azitromisin
- Mekanisme kerja: bekerja dengan berikatan pada subunit ribosom
50S, pada mikroorganisme rentan sehingga menyebabkan terganggunya sintesis
protein mikroba.
- Efek utama: pneumonia, pelvic inflammatory disease
- Efek samping: diare, mual, nyeri abdominal, faginitis, malaise,
sakit kepala
- Keterangan: konsumsi bersama makanan untuk menghindari
ketidaknyamanan pada saluran cerna

Spiramisin
- Mekanisme kerja: Alternatif terapi saat populasi tidak bisa menggunakan obat
pyrimethamine dan sulfadiazine
- Efek utama: melawan aktivitas bakteri gram positif, terapi toxoplasmosis, infeksi
protozoa (Cryptosporidiosis)
- Efek samping: mual, muntah, diare, ruam kulit, nyeri abdomen,
trombositopenia.
- Keterangan: dikonsumsi saat perut kosong karena makanan dapat
mengurangi 50% bioavilabilitas; administrasi yang tepat melalui
supositoria spiramisin
6) Golongan kortikosteroid
Prednison
- penggunaan kortikosteroid oral tanpa antibiotik dapat menyebabkan
imunodefisiensi sehingga tachyzoites menyebar cepat dan tersebar luas pada
retinitis
- Mekanisme kerja: aktivitas mineralokortikoid ringan dan aktif antiinflamasi
sedang; mengendalikan atau mencegah peradangan dengan mengendalikan
tingkat sintesis protein, menekan migrasi leukosit polimorfonuklear dan
fibroglass, dan menstabilkan lisosom pada tingkat sel
- Efek utama: alergi, pneumonia, asma akut, rheumatoid artritis, trombositopenia
idiopatik, slerosis
- Efek samping: insomnia, sakit kepala, edema, leukositosis
- Agen antiparasit harus dihentikan setelah steroid dihentikan. Tidak boleh
digunakan tanpa antiparasit pada terapi toxoplasmosis ocular

Prednisolon asetat 1%
- Mekanisme kerja:Agen ini menurunkan inflamasi dengan menekan migrasi
leukosit oleh leukosit polymorphonuclear dan menurunkan permeabilitas kapiler.
Frekuensi aplikasi tergantung derajat inflamasi okular
- Efek utama: efektif pada iritis, keratitis, konjungtivitis dan penyakit infalamasi
lainnya.
- Efek samping: hipertensi ocular, glaucoma, mydriasis, pteosis.
7) Antidot
Leucovorin
- dikenal dengan folinic acid, merupakan derivate asam folat yang
digunakan bersamaan dengan antagonis asam folat seperti
sulfonamide dan pirimethamin untuk mengantisipasi efek toksik.
- Mekanisme kerja: sebagai suplemen kofaktor untuk melawan
antagonis asam folat, menggantikan metothrexate pada intraselular,
mengikat dan mengembalikan folat yang dibutuhkan untuk sintesis
DNA/RNA
- Indikasi: anemia megaloblastis, menetralkan efek toksis dari
antagonis asam folat
- Efek samping: reaksi alergi, pyrexia
8) Cycloplegics/ Mydriatics
Cyclopentolate (0,5% , 1%, 2%)
- agen ini mencegah otot bodi siliaris dan otot sfingter iris untuk
merespon stimulasi kolinergik. Obat ini menginduksi mydriasis
dalam 30-60 menit dan cycloplegia dalam 25-75 menit.
- Mekanisme kerja: Memblok aksi asetilkolin menyebabkan
relaksasi otot sfingter iris kolinergis yang diinervasi secara
kolinergik. Efek antikolinergik siklopentolat pada mata
menghasilkan dilatasi pupil (midriasis) dan paralisis akomodasi
(cycloplegia)
- Efek utama: midriasis dan cycloplegia , iritis, uveitis
- Efek samping: gangguan SSP, iritasi mata, menaikan transien pada
tekanan intraocular, pandangan kabur, takikardia, konjungtivitis,
mengantuk.
Sasaran terapi
1. Fetal prophylaxis: untuk mencegah penularan vertikal dari ibu hamil
ke janin
2. Mencegah penyebaran infeksi
3. Mencegah komplikas
REGIMEN TERAPI
Untuk non-pregnant patients
Biasanya pasien yang imunokompeten tidak membutuhkan terapi.
Berikut adalah penjelasan tentang treatment yang diberikan kepada
pasien non-ibu hamil. Treatment diberikan berupa regimen 6 minggu:
a. Trimetamin 100mg Loading Dose secara oral diikuti dengaan 25-50
mg per hari + sulfadiazine 2-4 gr per hari di bagi dalam 4 dosis,
kemudian diberikan folinic acid (leucovorin) 10-25mg per hari untuk
mencegah toksisitas hematologik dari pirimetamin.
b. Pirimetamin 100mg (loading dose) secara oral diikuti dengaan 25- 50
mg per hari + klindamisin 300mg secara oral 4x1hari, kemudian
diberikan folinic acid (leucovorin) 10-25mg per hari untuk mencegah
toksisitas hematologik dari pirimetamin.
c. Treatment alternative diberikan trimetopin 10mg/kg/hari +
sulfametoxazol 50mg/kg/hari selama 4 minggu.
d. Sulfadiazin atau klindamisin dapat dihentikan dengan azitromisin
500mg/hari atau atovaquon 750mg 2 x 1 sehari pada pasien yang
imunokompeten atau alergi pada obat di atas.
Untuk pasien hamil
a. Spiramisin 1 g secara oral setiap 8 jam (disarankan untuk trimester
pertama dan awal trimester kedua)
b. Pirimetamin 50 mg/hari dan sulfadiazine 3g/hari secara oral dibagi
dalam 2-3 dosis selama 3 minggu, bisa digantikan dengan 3
minggu spiramicin 1g 3 x 1 hari atau
c. Pirimetamin 20 mg/hari dan sulfadiazine 4g/hari secara oral dibagi
dalam 2 atau 4 dosis until delivery.
d. Leucovorin 10-25mg/hari secara oral untuk mencegah bone
marrow suppression.
Untuk pasien dengan AIDS
a. Pasien dengan aids diberikan treatment pirimetamin 200 mg
secara oral initially, diikuti dengan 50-75 mg/hari secara oral +
sulfadiazine 4-8 gr/hari secara oral + asam folinat (leucovorin) 10
mg/hari, diberikan selama 6 minggu, diikuti lifelong suppressive
therapy atau sampai imun membaik
b. Suppressive therapy untuk pasien AIDS (CD4 <100 /µL) adalah
pirimetamin 50 mg/hari secara oral + sulfadiazine 1–1.5 gr/hari
secara oral + folinic acid (leucovorin) 10 mg/hari secara oral
jangka panjang atau hingga imun membaik.
Untuk pasien dengan Ocular Disease
a. Dewasa: Pirimetamin 100mg Loading Dose secara oral diikuti
dengaan 25-50 mg per hari + Sulfadiazin 1 gram, 4 kali sehari +
Folinic Acid (leucovorin) 5-25 mg tiap dosis pirimetamin
b. Anak: Pirimetamin 2 mg/kg untuk hari pertama selanjutnya 1
mg/kg tiap hari + Sulfadiazin 50 mg/kg 2 kali sehari + Folinic Acid
(Leucovorin) 7,5 mg per hari selama 4-6 minggu diikuti dengan
reevaluasi kondisi pasien.
PENCEGAHAN
Rekomendasi untuk menurunkan risiko infeksi primer toksoplasmosis diantara
ibu hamil :
- Hindari konsumsi daging yang kurang matang. Masak semua daging
sampai tidak kelihatan merah muda dan tidak berair.
- Selalu gunakan sarung tangan selama, dan cuci seluruh tangan
setelah, memegang daging mentah.
- Cucilah semua perkakas yang menyentuh daging yang kurang
matang dengan seksama.
- Cucilah semua sayuran yang tidak dimasak dengan seksama.
- Gunakan sarung tangan saat berkebun atau bekerja dengan tanah.
Cucilah tangan segera setelah menyentuh tanah.
- Jika memungkinkan, jaga kucing agar tetap didalam selama
kehamilan dan jangan member makan kucing daging yang tidak
dimasak atau mentah.
- Gunakan sarung tangan saat mengganti alas kotoran kucing, dan
cucilah tangan segera setelahnya
ANTIHELMITES

• Helminthiasis atau kecacingan menurut World Health Organization


(WHO) adalah infestasi satu atau lebih cacing parasit usus yang terdiri
dari cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris
trichiura) dan cacing kait (Necator americanus dan Ancylostoma
duodenale).
Cacing Gelang (Ascaris lumbricoides)

• Ascaris lumbricoides merupakan parasit nematoda terbesar pada


usus manusia, dengan ukuran betina dewasa 20-35 cm, dan jantan
dewasa 15-30 cm
• gangguan usus ringan, seperti mual, nafsu makan berkurang, diare
atau konstipasi.
• Pada infeksi berat, terutama pada anak dapat menyebabkan
malabsorbsi sehingga memperberat keadaan malnutrisi dan
penurunan status kognitif pada anak sekolah dasar.
• Efek serius akan terjadi bila cacing menggumpal dalam usus sehingga
terjadi obstruksi usus (ileus). Pada keadaan tertentu, cacing dewasa
dapat menjalar ke saluran empedu, apendiks, atau ke bronkus
sehingga menimbulkan keadaan gawat darurat yang memerlukan
tindakan operatif
• Cara menegakkan diagnosis askariasis adalah dengan pemeriksaan
tinja secara langsung. Adanya telur dalam tinja memastikan
diagnosis askariasis. Selain itu, diagnosis dapat pula ditegakkan bila
terdapat cacing dewasa keluar dengan sendirinya, baik melalui
mulut ataupun hidung karena muntah maupun melalui tinja
• Farmakologis
•  Pirantel pamoat, 10 mg/kgBB, dosis tunggal
•  Mebendazol, 500 mg, dosis tunggal
•  Albendazol, 400 mg, dosis tunggal dan tidak boleh diberikan pada
ibu hamil.
Pencegahan

• Pencegahan terutama dilakukan dengan menjaga hygiene dan


sanitasi
• tidak berak di sembarang tempat
• melindungi makanan dari pencemaran kotoran
• mencuci bersih tangan sebelum makan
• tidak memakai tinja manusia sebagai pupuk tanaman
Cacing kremi

• Penyakit infeksi cacing kremi atau enterobiasis adalah infeksi usus


pada manusia yang disebabkan oleh cacing Enterobius vermicularis,
merupakan infeksi cacing yang terbesar dan sangat luas dibandingkan
dengan infeksi cacing lainnya
• Enterobiasis merupakan penyakit keluarga yang disebabkan oleh
mudahnya penularan telur baik melalui pakaian maupun alat rumah
tangga lainnya.
ANTELMINTI
K
Antelmintik atau obat cacing ialah obat yang
digunakan untuk membrantas atau mengurangi
cacing dalam lumen usus atau jaringan tubuh.

Dietilkarbamazin
■ Menyebabkan paralisis dan perubahan pada
permukaan membran mikrofilaria € hancur.
■ Cepat diabsorpsi diusus, ekskresi lewat urin,
70% bentuk metabolitnya.
Levamisol
- Dosis tunggal digunakan untuk Ascaris dan
Trichostrongylus, efektifitas sedang untuk A.duodenale
dan rendah untuk N.americanus.
- Cara kerja : meningkatkan aksi potensial
dan menghambat transmisi neuromukular €cacing
paralisis.
- Absorpsi oral cepat dan lengkap. 60% obat
diekskresi bersama ureum.

Mebendazol
- Efektif mengobati cacing gelang, cacing kremi,
cacing tambang dan T.trichiura, cacing pita.
Efeknya bervariasi € S. stercolarlis
- Kerjanya merusak subseluler dan menghambat
sekresi asetilkolinesterase cacing, menghambat ambilan
glukosa.
- Absorpsi oral buruk, ekskresi terutama lewat urin dalam
Niklosamid
- Untuk cacing pita (Cestoda), E. granulosus
dan
E.vermicularis.
- Kerjanya menghambat fosforilasi anaerobik ADP

Niridazol
- Efektif untuk S. haematobium dan S. mansoni.
- Ekskresinya dalam bentuk metabolit melalui
urine dan tinja.
- Hati-hati pada penderita gangguan fungsi hati, ginjal
dan darah.
Piperazin
- Efektif terhadap A.lumbricoides dan E.vermicularis.

- Kerjanya menyebabkan blokade respon cacing


terhadap asetilkolin € otot paralisis
dikeluarkan oleh peristaltikdan
usus.cacing mudah
- Absorpsi melalui saluran cerna, ekskresi melalui urine.

Pirantel Pamoat
- Untuk cacing gelang, cacing kremi dan
cacing tambang.
- Kerjanya menimbulkan depolarisasi pada otot cacing
dan meningkatkan frekuensi imfuls, menghambat
enzim kolinesterase.
- Absorpsi melalui usus tidak baik, ekskresi
sebagian besar bersama tinja, <15% lewat urine.
Pirazikuantel
- Efektif terhadap Cestoda Trematoda, seperti
S. mansoni dan S. japonicum.
dan
- Kerjanya menimbulkan peningkatan aktivitas otot
cacing karena hilangnya Ca ion intrasel € kontraktur
dan paralisis spastik € cacing lepas dari tempatnya.
- Absorpsi oral baik, ekskresi sebagian besar bersama
urine.

Tiabendazol
- Efektif terhadap strongyloidiasis, askariasis, oksiuriasis
dan larva migrans kulit.
- Kerjanya menghambat enzim fumarat reduktase cacing
dan enzim asetilkolinesterase cacing € cacing mati.
- Absorpsi lewat usus, 90% obat diekskresi bersama
urine.
OBAT MALARIA
Klasifikasi Malaria
■ Skizontosid jaringan dan darah, gametosid dan
sporontosid.
■ Untuk serangan klinik : skizontosid darah (fase eritrosit).
Cth : klorokuin, kuinin dan meflokuin.
■ Pengobatan supresi : skizontosid darah dalam waktu
lama.
■ Pencegahan kausal : skizontosid jaringan yang bekerja
pada skizon yang baru memasuki jaringan hati. Cth :
pirimetamin dan primakuin
■ Pengobatan radikal : skizontosid darah dan jaringan (fase
eritrosit dan eksoeritrosit).
■ Gametositosit :
- P.vivax dan P.malariae € kloroquin dan kuinin
- P.falciparum € primaquin
- Sporontosid € primaquin dan kloroguanid
Kloroquin
- Efektif untuk fase eritrosit € P.vivax
dan
P.falciparum,gamet P.vivax
- Efek supresi terhadap P.vivax lebih kuat
dibandingkan kina dan kuinakrin.
- Absorpsi kloroquin oral lengkap dan cepat, metabolisme
- lambat, ekskresi lewat
Metabolisme urine. dihambat oleh
kloroquin 525-A,
SKF amodiakuin, hidroksiklorokuin dan
pamakuin.
Kontra indikasi
-- Digunakan : penyakit
sebagai hepar.
terapi supresi dan
pengendalian serangan klinik malaria.
Pirimetamin
- Untuk pencegahan dan terapi supresi.
- Kombinasi pirimetamin dengan sulfonamid dan
kuinin merupakan regimen terpilih untuk serangan
akut malaria oleh plasmodia yang resisten terhadap
kloroquin.
- Absorpsi di saluran cerna lambat tapi lengkap.
- Obat ini ditimbun di ginjal, paru, hati dan limpa

ekskresi lambat lewat urine.
- Tersedia sebagai tablet 25mg dan sediaan kombinasi
tetap dengan sulfadoksin 500mg (Fansidar).
Primakuin
- Untuk penyembuhan radikal malaria vivax dan ovale.
- Memperlihatkan efek gametosidal terhadap 4 jenis
plasmodium terutama P. falciparum.
- Absorbsi segera setelah pemberian oral, metabolisme
cepat, hanya sedikit yang diekskresi dalam bentuk utuh.
- Efek samping : anemia hemolitik akut pada pasien dengan
defisiensi enzim G6PD.
- Kontraindikasi : pasien dengan penyakit sistemik yang
berat yang cenderung mengalami granulositopenia, misal
artritis reumatoid & lupus eritomatosus.
- Indikasi : penyembuhan radikal malaria vivaks (malaria
tersiana) dan malaria lain yang menimbulkan relaps.
Mencegah timbulnya galur yang resisten €primakuin
diberikan bersama skizontosid 4-aminokuinolin
dalam dosis penuh
Kuinin
- Diberikan oral menyebabkan nyeri lambung, mual &
muntah
- Kina bersama pirimetamin dan sulfonamid masih
merupakan regimen terpilih untuk P. falciparum yang
resisten terhadap klorokuin
- Kina terutama berefek skizontosid, terhadap P. vivax
& P. malariae juga berefek gametosid
- Kina dan turunannya diserap baik terutama melalui
usus halus bagian atas.
- Untuk pengobatan radikal dan mengatasi kambuhnya
malaria tersiana, kuinin diberikan bersama primakuin.
- Untuk pengobatan malaria tropika yang resisten
terhadap klorokuin, diberikan kombinasi pirimetamin
& sulfonamid
Proguanil
- Merupakan turunan biguanid, dalam tubuh diubah
menjadi metabolit triazin yang berefek skizontosid
melalui mekanisme antifolat

Meflokuin
- Dapat menghilangkan demam dan parasitemia pada
pasien yang terinfeksi P. falciparum strain resisten di
daerah endemik.
- Menyebabkan penyembuhan supresi terhadap malaria
oleh berbagai strain P. falciparum . Juga pada P.
vivax
Halopantrin
- Diindikasikan pada malaria oleh P. falciparum
yang sudah resisten terhadap obat lain termasuk
skizontosid darah kerja cepat (rapidly-acting blood
schizontocides)
- Serangan akut malaria oleh P. falciparum yang sudah
resisten obat

Tetrasiklin
- Tetrasiklin & oksitetrasiklin berguna untuk
mengobati penyakit malaria oleh P. falciparum
yang sudah resisten terhadap klorokuin maupun
kombinasi pirimetamin sulfadoksin.
Kombinasi Pirimetamin Sulfadoksin
- Sangat efektif untuk mengobati penderita malaria
oleh P. falciparum yang sudah resisten klorokuin

Artemisin
- Menunjukkan sifat skizontosid yang cepat in vitro
maupun in vivo sehingga digunakan untuk
malaria yang berat
- Obat ini mungkin cukup bermanfaat pada malaria
serebral oleh P. falciparum
TERAPI
MALARIA
Obat untuk mengatasi serangan akut malaria tergantung
dari :
1. Geografi daerah kontak (daerah dgn galur yang
resisten terhadap klorokuin atau bukan)
2. Adanya bentuk eksoeritrosit (P. vivax dan P.
ovale)
3. Adanya kehamilan
4. Adanya intoleransi terhadap obat

Obat untuk serangan akut oleh 4 plasmodium umumnya


sama yaitu klorokuin (bersifat skizontosid)
sedangkan
P. falciparum yang resisten terhadap
klorokuin digunakan kuinin
- Serangan akut oleh plasmodium yang sensitif
terhadap klorokuin umumnya teratasi dengan 3 hari
pengobatan, untuk mencegah kambuh & untuk
mencapai penyembuhan radikal pada infeksi P. vivax
dan P. ovale perlu penambahan primakuin selama 2
minggu.
- Kambuhnya serangan akut pada infeksi P. vivax, P.
ovale dan P. malariae, dapat diatasi dengan
mengulang terapi klorokuin yg pada malaria vivax
dan ovale harus dikombinasi dengan primakuin.
- Kambuhnya malaria tropika menunjukkan terjadi
infeksi oleh galur yang resisten, pengobatannya
dengan kuinin dan fansidar.
- Obat yg aman untuk wanita hamil & anak usia < 1 th
€ klorokuin & proguanil
- Doksisiklin tidak boleh diberikan untuk anak < 8 th
- Pada penderita defisiensi enzim G6PD, penggunaan
obat seperti kombinasi pirimetamin-sulfadoksin &
kombinasi pirimetamin-dapson menimbulkan
hemolisis intravaskuler

Anda mungkin juga menyukai