SKABIES
Oleh :
Pembimbing :
KEPANITERAAN KLINIK
ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
RSUD ARJAWINANGUN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
PERIODE 24 DESEMBER – 25 JANUARI 2018
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di berbagai belahan dunia, laporan kasus skabies masih sering ditemukan pada
keadaan lingkungan yang padat penduduk, status ekonomi rendah, tingkat pendidikan
yang rendah dan kualitas kebersihan pribadi yang kurang baik atau cenderung jelek. Rasa
gatal yang ditimbulkannya terutama waktu malam hari, secara tidak langsung juga ikut
mengganggu kelangsungan hidup masyarakat terutama tersitanya waktu untuk istirahat
tidur, sehingga kegiatan yang akan dilakukannya disiang hari juga ikut terganggu. Jika
hal ini dibiarkan berlangsung lama, maka efisiensi dan efektifitas kerja menjadi menurun
yang akhirnya mengakibatkan menurunnya kualitas hidup masyarakat.
Skabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi
pada lapisan epidermis superficial terhadap Sarcoptes scabiei var hominis dan
produknya. Penyakit kulit yang sangat mudah menular baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Karena sifatnya yang sangat menular, maka skabies ini populer dikalangan
masyarakat padat. Banyak faktor yang menunjang perkembangan dari penyakit ini, antara
lain: sosial ekonomi yang rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya
promiskuitas, kesalahan diagnosis, dan perkembangan dermografik serta ekologik.
Penyakit ini juga dapat digolongkan ke dalam penyakit akibat hubungan seksual (PHS).
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
B. Anamnesis Pasien
1. Keluhan Utama
Gatal-gatal
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Arjawinangun bersama
dengan ibunya. Pasien mengeluh gatal pada seluruh tubuh terutama di sela-sela jari
tangan dan kaki, kedua siku tangan, penis, lengan, selangkangan, pusar dan seluruh
tubuh. Keluhan ini dirasakan sejak 2 minggu yang lalu. Awalnya, kulit pasien
berwarna kemerahan sebesar ujung jarum pentul. Lalu muncul benjolan kecil
kemerahan yang banyak, baik yang berisi cairan bening maupun tidak berisi cairan
sama sekali. Pertama kali, Keluhan muncul di sela jari tangan kanan kemudian
semakin banyak dan menyebar ke sela jari tangan kiri, punggung kedua tangan &
kaki, dada, perut, sekitar kemaluan dan bokong.
Keluhan gatal dirasakan semakin hebat terutama pada malam hari dan
menyebabkan pasien sering terbangun hampir setiap malam. Gatal yang dirasakan
membuat pasien menggaruk kulit hingga timbul luka akibat garukan.
C. Pemeriksaan Fisik
1. Kondisi Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Gizi : Cukup
2. Vital Sign
Nadi : 98 x/menit, reguler
Respirasi : 18 x/menit, reguler
Suhu : Afebris
3. Kepala
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-)
Dahi : Dapat mengerutkan dahi simetris kanan dan kiri
Bibir : Sianosis (-), Kering (-), Perot (-)
Ekstremitas : Simetris, deformitas (-), akral hangat (+), edema (-).
4. Status Dermatologis
UKK Primer Patch hiperpigmentasi & eritema, papul & plak eritema, dan
vesikel
UKK Sekunder Skuama, dan ekskoriasi
Ukuran miliar hingga numular
Distribusi Generalisata
D. Diagnosis Banding
E. Diagnosis Kerja
Skabies
F. Terapi (Penatalaksanaan)
a. Topikal
Permetrin 5% krim dioleskan ke seluruh tubuh pada malam hari selama
minimal 8 jam, satu kali dalam seminggu.
b. Sistemik
Anti histamin : Klorfeniramin maleat 2 x 1 tablet
c. Edukasi pasien
Penggunaan krim harus seluruh tubuh, dari leher sampai ujung kaki dan
tangan pada malam hari. Setelah menggunakan krim, pasien tidak boleh
terkena air selama 8 – 12 jam.
Obat minum yang diberikan (klorfeniramin) merupakan obat untuk meredakan
keluhan gatal dan akan menyebabkan rasa kantuk. Sehingga aktifitas yang
beresiko mengelami kecelakaan (mis. Berkendara) harus dihindari setelah
mengkonsumsi obat ini.
Penyakit ini (skabies) disebabkan oleh tungau dan sangat menular. Sehingga
orang-orang terdekat pasien (dalam hal ini keluarga pasien) harus ikut
diterapi.
Hindari penggunaan barang secara bersamaan (handuk, seprai, selimut,
bantal) karena tungau berada ditempat tersebut.
Mencuci bersih dan merebus handuk, seprai maupun baju penderita skabies,
kemudian menjemurnya hingga kering.
Menjaga kebersihan diri dan lingkungan tinggal.
G. PROGNOSIS
A. Definisi
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh investasi dan sensitisasi
terhadap tungau Sarcoptes scabiei varietas homini. Skabies disebut juga dengan the itch,
pamaan itch, seven year itch (diistilahkan dengan penyakit yang terjadi tujuh tahunan).
Di Indonesia scabies lebih dikenal dengan nama gudik, kudis, buduk, kerak, penyakit
ampera, dan gatal agogo (Djuanda, 2006).
B. Etiologi
C. Patogenesis
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh
penderita sendiri akibat garukan. Masuknya S. scabiei ke dalam epidermis tidak segera
memberikan gejala pruritus. Rasa gatal timbul 1 bulan setelah infestasi primer serta
adanya infestasi kedua sebagai manifestasi respons imun terhadap tungau maupun sekret
yang dihasilkan terowongan di bawah kulit.
Tungau skabies menginduksi antibodi IgE dan menimbulkan reaksi
hipersensitivitas tipe cepat. Lesi-lesi di sekitar terowongan terinfiltrasi oleh sel-sel
radang. Lesi biasanya berupa eksim atau urtika, dengan pruritus yang intens, dan semua
ini terkait dengan hipersensitivitas tipe cepat. Pada kasus skabies yang lain, lesi dapat
berupa urtika, nodul atau papul, dan ini dapat berhubungan dengan respons imun
kompleks berupa sensitisasi sel mast dengan antibodi IgE dan respons seluler yang
diinduksi oleh pelepasan sitokin dari sel Th2 dan/atau sel mast. Kemudian apabila lesi
digaruk dapat timbul erosi, eskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Vesikel atau papul
dapat ditemukan di ujung terowongan.
Dalam waktu 1 bulan sebelum terdiagnosis, pasien dengan skabies sudah dapat
menulari orang yang sehat melalui kontak dengannya. Penularannya biasanya oleh
Sarcoptes scabei betina yang sudah dibuahi atau kadang-kadang oleh bentuk larva. Cara
penularan/transmisi skabies ada 3, yaitu :
1. Kontak langsung (kulit dengan kulit), misalnya saat berjabat tangan, tidur bersama
dan hubungan seksual.
2. Kontak tidak langsung (melalui perantara benda), misalnya pakaian, handuk, sprei,
bantal, mainan, dan lain-lain.
3. Dikenal juga Sarcoptes scabei var animalis yang kadang-kadang dapat menulari
manusia, terutama pada orang yang memelihara hewan seperti anjing.
E. Klasifikasi
Terdapat beberapa bentuk skabies atipik yang jarang ditemukan dan sulit
dikenal, sehingga dapat menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa bentuk tersebut
antara lain :
1. Skabies pada orang bersih (scabies of cultivated)
Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit
jumlahnya sehingga sangat sukar ditemukan.
2. Skabies incognito
Bentuk ini timbul pada skabies yang diobati dengan kortikosteroid
sehingga gejala dan tanda klinis membaik, tetapi tungau tetap ada dan penularan
masih bisa terjadi. Skabies incognito sering juga menunjukkan gejala klinis yang
tidak biasa, distribusi atipik, lesi luas dan mirip penyakit lain.
3. Skabies nodular
Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal. Nodus
biasanya terdapat didaerah tertutup, terutama pada genitalia laki-laki, inguinal dan
aksila. Nodus ini timbul sebagai reaksi hipersensetivitas terhadap tungau skabies.
Pada nodus yang berumur lebih dari satu bulan tungau jarang ditemukan. Nodus
mungkin dapat menetap selama beberapa bulan sampai satu tahun meskipun telah
diberi pengobatan anti skabies dan kortikosteroid.
4. Skabies yang ditularkan melalui hewan
Di Amerika, sumber utama skabies adalah anjing. Kelainan ini berbeda dengan
skabies manusia yaitu tidak terdapat terowongan, tidak menyerang sela jari dan
genitalia eksterna. Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana orang sering
kontak/memeluk binatang kesayangannya yaitu paha, perut, dada dan lengan.
Masa inkubasi lebih pendek dan transmisi lebih mudah. Kelainan ini bersifat
sementara (4–8 minggu) dan dapat sembuh sendiri karena S. scabiei var. binatang
tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya pada manusia.
5. Skabies Norwegia
Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas dengan
krusta, skuama generalisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predileksi
biasanya kulit kepala yang berambut, telinga, bokong, siku, lutut, telapak tangan
dan kaki yang dapat disertai distrofi kuku. Berbeda dengan skabies biasa, rasa gatal
pada penderita skabies Norwegia tidak menonjol tetapi bentuk ini sangat menular
karena jumlah tungau yang menginfestasi sangat banyak (ribuan). Skabies
Norwegia terjadi akibat defisiensi imunologik sehingga sistem imun tubuh gagal
membatasi proliferasi tungau dan dapat berkembang biak dengan mudah.
6. Skabies pada bayi dan anak
Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala,
leher, telapak tangan, telapak kaki dan sering terjadi infeksi sekunder berupa
impetigo, ektima sehingga terowongan jarang ditemukan, sedangkan pada bayi lesi
di muka sering terjadi.
G. Diagnosis
4. Kuretase terowongan
Kuretase superfisial mengikuti sumbu panjang terowongan atau puncak papula
kemudian kerokan diperiksa dengan mikroskop, setelah diletakkan di gelas objek dan
ditetesi minyak mineral.
5. Tes tinta Burowi
Papul skabies dilapisi dengan tinta pena, kemudian segera dihapus dengan alkohol,
maka jejak terowongan akan terlihat sebagai garis yang karakteristik, berbelok-belok,
karena ada tinta yang masuk. Tes ini tidak sakit dan dapat dikerjakan pada anak dan
pada penderita yang non-kooperatif.
6. Tetrasiklin topikal
Larutan tetrasiklin dioleskan pada terowongan yang dicurigai. Setelah dikeringkan
selama 5 menit kemudian hapus larutan tersebut dengan isopropilalkohol. Tetrasiklin
akan berpenetrasi ke dalam melalui stratum korneum dan terowongan akan tampak
dengan penyinaran lampu wood, sebagai garis linier berwarna kuning kehijauan
sehingga tungau dapat ditemukan.
7. Apusan kulit
Kulit dibersihkan dengan eter, kemudian diletakkan selotip pada lesi dan diangkat
dengan gerakan cepat. Selotip kemudian diletakkan di atas gelas objek (enam buah
dari lesi yang sama pada satu gelas objek) dan diperiksa dengan mikroskop.
8. Biopsi plong (punch biopsy)
Biopsy berguna pada lesi yang atipik, untuk melihat adanya tungau atau telur. Yang
perlu diperhatikan adalah bahwa jumlah tungau hidup pada penderita dewasa hanya
sekitar 12, sehingga biopsi berguna bila diambil dari lesi yang meradang. Secara
umum digunakan punch biopsy, tetapi biopsy mencukur epidermis adalah lebih
sederhana dan biasanya dilakukan tanpa anestetik local pada penderita yang tidak
kooperatif.
H. Diagnosis Banding
Skabies dapat mirip berbagai macam penyakit sehingga disebut juga “The great
imitator”. Diagnosis banding skabies meliputi hampir semua dermatosis dengan keluhan
pruritus, yaitu dermatitis atopik, dermatitis kontak, prurigo, urtikaria popular, pioderma,
pedikulosis, dermatitis herpetiformis, ekskoriasi-neurotik, liken planus, penyakit Darier,
gigitan serangga, mastositosis, urtikaria, dermatitis eksematoid infeksiosa, pruritis karena
penyakit sistemik, dermatosis pruritik pada kehamilan, sifilis dan vaskulitis.
I. Terapi
2. Lindane
1% (gamma-benzen heksaklorida), merupakan pilihan terapi lini kedua
rekomendasi CDC.
Lindane memiliki angka penyembuhan hingga 98% dan diabsorbsi secara
sistemik pada penggunaan topikal terutama pada kulit yang rusak. Sediaan
obat ini biasanya sebanyak 60 mg.
J. Prognosis
a) Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap
tungau Sarcoptes scabiei varietas hominis. Penyakit ini terdapat di seluruh dunia dan
menempati urutan ke-3 dari 12 penyakit kulit tersering di Indonesia.
b) Tungau Sarcoptes scabiei membuat terowongan pada lapisan tanduk kulit dengan siklus
hidup dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu 8-12 hari. Tungau dapat
menular melalui kontak langsung dan tidak langsung.
c) Sarcoptes scabiei menyebabkan reaksi kulit berupa eritem, papul atau vesikel pada kulit.
Kemudian apabila lesi digaruk dapat timbul erosi, eskoriasi, krusta dan infeksi sekunder.
d) Terdapat bentuk skabies lainnya antara lain : skabies nodula, skabies incognito, skabies
pada bayi, skabies norwegia, dan skabies pada penderita HIV/AIDS (biasanya skabies
berkrusta dan menyerang wajah, kulit dan kuku).
e) Gejala klinis skabies meliputi 4 tanda kardinal yaitu :
Pruritus nokturnal.
Menyerang secara kelompok.
Adanya terowongan pada tempat-tempat predileksi.
Menemukan tungau.
f) Diagnosis klinis ditetapkan berdasarkan anamnesis adanya tanda-tanda kardinal.
Diagnosis pasti ditegakan dengan ditemukannya tungau.
g) Penatalaksanaan untuk skabies yang sering digunakan antara lain :
Krim permetrin (elimite, acticin)
Lindane 1% (gamma-benzen heksaklorida)
Sulfur presipitat 6%
Benzil benzoat 25%
Krim krotamiton (eurax)
h) Lesi-lesi yang memberikan rasa gatal setelah tungau mati memerlukan pemberian
antihistamin, dan jika didapatkan superinfeksi oleh bakteri harus diberikan antibiotik.
DAFTAR PUSTAKA
2. Djuanda, A., Mochtar Hamzah, Siti Aisah. 2010. Penyakit Parasit Hewani. Dalam : Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Keenam. Cetakan Pertama. Jakarta : Badan
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
4. Murtiastutik D. Buku Ajar Infeksi Menular Seksual : Skabies. Edisi 1. Surabaya : Airlangga
University Press. 2005 : 202-208