Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
VARISELA
Disusun untuk memenuhi sebagian syarat kelulusan
kepaniteraan klinik bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
RST dr. Soedjono Magelang
disusun oleh:
Aditya Edo Mulyono
01.210.6067
Pembimbing:
dr. Puguh Santoso, Sp.KK
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
VARISELA
Disusun oleh:
Aditya Edo Mulyono
01.210.6067
Pembimbing,
BAB I
PENDAHULUAN
Varisela adalah infeksi akut primer oleh virus Varisela Zoster (VVZ) yang
menyerang kulit dan mukosa, klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit
polimorf, terutama berlokasi dibagian sentral tubuh. Varisela juga dikenal sebagai
cacar air atau chicken pox.
Varisela merupakan penyakit yang tersebar luas diseluruh dunia
menyerang terutama anak-anak, namun dapat pula menyerang orang dewasa.
Epidemik varisela terjadi pada musim dingin dan musim semi, tercatat lebih dari 4
juta kasus, 11.000 rawat inap, dan 100 kematian tiap tahunnya. Di Indonesia,
insidennya cukup tinggi dan terjadi secara sproradis sepanjang tahun. Varisela
merupakan penyakit serius dengan persentasi komplikasi dan angka kematian
tinggi pada dewasa, serta orang imun yang terkompromi. Pada rumah tangga,
presentasi penularan dari virus ini berkisar 65%-86%. VVZ merupakan infeksi
yang sangat menular dan menyebar biasanya dari oral, udara atau sekresi respirasi
dan terkadang melalui transfer langsung dari lesi kulit melalui transmisi
fetomaternal.
Virus Varisela Zoster (VVZ) merupakan anggota famili herpesviridae dan
sub famili alfa herpes. Penamaan virus ini memberi pengertian bahwa infeksi
primer virus ini menyebabkan varisela, sedangkan reaktivasi menyebabkan herpes
zoster. Berdasarkan gejala klinisnya, varisela memiliki tiga stadium yang terdiri
dari:
1. Stadium Prodromal
Biasanya 2 3 hari dan bervariasi seperti demam yang tidak terlalu
tinggi, malase, dan nyeri kepala, batuk, sakit tenggorokan, gatal
bervariasi dari ringan hingga berat.
2. Stadium Erupsi
Pada mulanya timbul erupsi kulit berupa papul eritematosa yang dalam
waktu beberapa jam berubah menjadi vesikel. Bentuk vesikel ini
berupa tetesan embun (tear drops) dan kemudian menjadi pustul dan
krusta. Sementara proses ini berlangsung, timbul lagi vesikel-vesikel
BAB II
LAPORAN KASUS
ANAMNESIS
A. Identitas Pasien
Nama
: Sdr. B
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Usia
: 20 tahun
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Pelajar
Alamat
Tanggal periksa
B. Keluhan utama
Lenting lenting kecil menyebar di seluruh badan
C. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke Poli Kulit dan Kelamin RST Magelang dengan keluhan
Lenting lenting kecil di badan, keluhan ini dialami sejak 3 hari yang lalu.
Awalnya timbul lenting kemerahan pada daerah dada yang kemudian keesokan
harinya menyebar ke leher, wajah, punggung, perut dan lengan. Lenting lenting
merah kemudian berubah menjadi lepuh dan berisi cairan. Penderita juga
mengeluh ada rasa sangat gatal pada daerah yang terdapat lepuh,sehingga pasien
sulit tidur malam, rasa nyeri disangkal penderita. Selain itu pasien juga mengeluh
badan meriang sepanjang hari dialami pasien sejak 2 hari yang lalu, dan disertai
dengan rasa lemah badan,nyeri sendi sendi tangan dan kaki dan nyeri kepala.
Menurut keterangan pasien, adik pasien menderita penyakit yang sama 1 minggu
yang lalu dan sekarang sudah sembuh. Pasien belum pernah berobat ke dokter
ataupun mendapat pengobatan, di rumah hanya di beri bedak yang di beli di
warung,tetapi keluhan tidak mereda.
Riwayat penyakit dahulu
Pasien belum pernah mendapat sakit seperti ini.
: Disangkal
Obat
: Disangkal
G. Riwayat atopi :
Bersin pagi hari ataupun karena debu disangkal
Riwayat asma disangkal
H. Riwayat kebiasaan:
Pasien mandi 2 kali sehari, memakai sabun batang, handuk dipakai sendiri, air
yang digunakan berasal dari air sumur dan pakaian dalam diganti 2 kali sehari.
PEMERIKSAAN FISIK
A. Status generalisata
Keadaan umum
: Tampak lenting lenting melepuh dengan tepi kemerahan
Kesadaran
Tanda vital
Nadi
Pernapasan
: 20 x/menit
Suhu
: subfebris
TD
: tidak dilakukan
Kepala Leher
Thorak
Abdomen
Ekstremitas
B. Status Dermatologis
Regio fasialis et coli et thorakalis et abdomen et skapularis: Papulae
dengan dasar eritematous, vesikulae, pustulae, erosi (+), krusta (+).
DIAGNOSIS KERJA
Varisela
DIAGNOSIS BANDING
Variola/ small pox
TATALAKSANA
1. Medikamentosa
Antivirus
Roborantia
Salep antibiotika : Gentamisin Sulfat Cream 1%, oleskan 2x/hari pada bekas
lenting yang pecah.
Topikal
Imunostimulan
2. Nonmedikamentosa
a. Istirahat yang cukup.
b. Obat di minum teratur
c. Makan makanan yang bergizi
d. Menjaga kebersihan diri dengan tetap mandi walaupun masih banyak
terlihat bintik-bintik.
e. Tidak menggaruk dan memecahkan lepuh-lepuh tersebut karena dapat
menimbulkan bekas luka garukan dikulit.
Kelamin
untuk
dilakukan
penyakitnya.
PROGNOSIS
o Quo ad vitam:
: ad bonam
o Quo ad fungsionam
: ad bonam
o Quo ad sanasionam
: ad bonam
kontrol
terhadap
perkembangan
BAB III
PEMBAHASAN
Diagnosis varisela pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik.
Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien adalah seorang laki - laki
berumur 20 tahun. Berdasarkan kepustakaan yang ada disebutkan bahwa varisela
dapat juga menyerang orang dewasa. Keluhan utama pada pasien ini adalah
lenting lenting kecil di badan, keluhan ini dialami sejak 3 hari yang lalu.
Awalnya timbul lenting kemerahan pada daerah dada yang kemudian keesokan
harinya menyebar ke leher, wajah, punggung, perut dan lengan. Lenting lenting
merah kemudian berubah menjadi lepuh dan berisi cairan. Dari anamnesis ini
diketahui bahwa penyebaran dari lesi terjadi dari sentral ke perifer, yaitu dari
daerah badan menyebar ke wajah dan lengan dan lesi berbentuk khas seperti
tetesan embun. Hal ini sesuai kepustakaan dimana disebutkan bahwa penyebaran
lesi kulit dari varisela pada umumnya pertama kali di daerah badan kemudian
menyebar secara sentrifugal ke wajah dan ekstremitas, serta lesinya yang khas
seperti tetesan embun (tear drops). Lesi kulit dari varisela dapat juga menyerang
selaput lendir mata, mulut, dan saluran napas bagian atas.
Penderita juga mengeluh ada rasa sangat gatal pada daerah yang terdapat
lepuh,sehingga pasien sulit tidur malam, rasa nyeri disangkal penderita. Selain itu
pasien juga mengeluh badan meriang sepanjang hari dialami pasien sejak 2 hari
yang lalu, dan disertai dengan rasa lemah badan,nyeri sendi sendi tangan dan kaki
dan nyeri kepala Berdasarkan kepustakaan disebutkan bahwa gejala prodromal
dari varisela biasanya berupa demam, nyeri kepala, dan malaise ringan, yang
umumnya muncul sebelum pasien menyadari bila telah timbul erupsi kulit. Masa
prodromal ini kemudian disusul oleh stadium erupsi.
Dari anamnesis diketahui adanya riwayat kontak dengan pasien varisela
yang lain, yaitu adik pasien kurang lebih 1 minggu yang lalu. Hal ini sesuai
dengan kepustakaan dimana dikatakan bahwa jalur penularan VVZ bisa secara
aerogen, kontak langsung, dan transplasental. Droplet lewat udara memegang
peranan penting dalam mekanisme transmisi, tapi infeksi bisa juga disebabkan
melalui kontak langsung. Krusta varisela tidak infeksius, dan lamanya infektifitas
dari droplet berisi virus cukup terbatas. Manusia merupakan satu-satunya
reservoir, dan tidak ada vektor lain yang berperan dalam jalur penularan.
Pada pemeriksaan fisik didapati pada status generalis yang menunjukkan
bahwa pasien dalam keadaan sub febris kemudian dari status dermatologis yang
didapati pada wajah, leher, dada, perut, dan punggung pasien tampak vesikel yang
seperti tetesan embun dan papul dengan dasar kemerahan, pustul, erosi dan krusta.
Pada lengan kiri dan kanan pasien tampak papul dengan dasar kemerahan. Jadi
terdapat gambaran lesi kulit yang bermacam-macam. Hal ini sesuai kepustakaan
dikatakan bahwa varisela mempunyai bentuk vesikel yang khas yaitu seperti
tetesan embun (tear drops) dan memiliki gambaran polimorf.
Selain dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, diagnosis varisela juga
ditegakkan berdasarkan pemeriksaan laboratorium. Berdasarkan kepustakaan
pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan tzanck, yaitu
dengan cara mengerok bagian dasar dari vesikel yang diwarnai dengan giemsa
kemudian dapat ditemukan sel datia berinti banyak, dan serologi, misalnya
flourescent antibody dan pemeriksaan antibodi dengan cara ELISA. Pada kasus ini
tidak dilakukan pemeriksaan Tzanck.
Pasien ini tidak mengalami komplikasi. Ini dilihat dari hasil pemeriksaan
fisik yang meliputi keadaan umum, tanda vital dan pemeriksaan fisik lainnya yang
masih dalam batas normal. Pada orang yang immunocompromised (leukemia,
pemberian kortikosteroid dengan dosis tinggi dan lama, atau pasien AIDS) bila
terinfeksi VVZ maka manifestasi varisela lebih berat (lesi lebih lebar, lebih dalam,
berlangsung lebih lama, dan sering terjadi komplikasi).
Varisela dapat didiagnosis banding dengan variola namun karena dari
anamnesis pasien belum pernah mengalami sakit yang sama seperti ini
sebelumnya dan dari pemeriksaan fisik pada status dermatologis ditemukan
gambaran lesi kulit yang polimorf, tidak monomorf, dan penyebaran dari akral
tubuh,yakni telapak tangan dan telapak kaki serta kasus variola jarang sekali di
temukan kecuali pada daerah endemi, maka variola dapat dieliminasi sebagai
diagnosis banding varisela. Tujuan pengobatan pada pasien ini adalah untuk
memperpendek perjalanan penyakit dan mengurangi gejala klinis yang ada, yaitu
dengan pemberian anti virus yaitu asiklovir 5 x 800 mg/hari selama 7 hari, hal ini
dimaksudkan untuk menekan atau menghambat replikasi dari virus varisela zoster,
roborantia berupa analgetik dan antipiretik parasetamol 3 x 500 mg/hari , topikal
yaitu bedak salisil 2% diberikan dengan maksud untuk mempertahankan vesikel
agar tidak pecah dan salep Gentamisin 2 kali aplikasi/hari untuk lesi yang sudah
pecah, dan pemberian imunostimulan untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
Pasien disarankan agar istirahat yang cukup, minum obat teratur,makan
makanan yang bergizi, menjaga kebersihan tubuh, dan tidak memecahan vesikel.
Pasien kemudian dianjurkan untuk kontrol dipoliklinik kulit dan kelamin 7 hari
kemudian. Hal-hal diatas bertujuan untuk memperbaiki daya tahan tubuh pasien,
mencegah terjadinya infeksi sekunder, mencegah terjadinya komplikasi dan
munculnya jaringan parut serta untuk mengetahui perkembangan penyakitnya.
Prognosis umumnya baik, bergantung pada kecepatan penanganan dan
kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi. Pada pasien ini prognosis Quo ad
vitam adalah ad bonam karena penyakit ini tidak mengancam jiwa, sebab dari
pemeriksaan fisik tidak ditemukan tanda-tanda komplikasi. Prognosis Quo ad
functionam adalah ad bonam karena fungsi bagian tubuh yang terkena tidak
terganggu. Prognosis Quo ad sanationam adalah ad bonam karena varisela
merupakan penyakit yang bersifat self-limiting disease dan tidak mengganggu
kehidupan sosial penderita, sebab penanganan yang cepat maka perjalanan
penyakit dapat diperpendek.
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
VARICELLA
DEFINISI
Varicella (Cacar Air) adalah penyakit infeksi yang umum yang biasanya
terjadi pada anak-anak dan merupakan akibat dari infeksi primer Virus Varicella
Zoster. Varicella pada anak, mempunyai tanda yang khas berupa masa prodromal
yang pendek bahkan tidak ada dan dengan adanya bercak gatal disertai dengan
papul, vesikel, pustula, dan pada akhirnya, crusta, walaupun banyak juga lesi kult
yang tidak berkembang sampai vesikel.
Normalnya pada anak, gejala sistemik biasanya ringan. Komplikasi yang
serius biasanya terjadi pada dewasa dan pada anak dengan defisiensi imunitas
seluler, dimana penyakit dapat bermanifestasi klinis berupa, erupsi sangat luas,
gejala konstitusional berat, dan pneumonia. Terdapat kemungkinan fatal jika tidak
ada terapi antivirus yang diberikan.
Vaksin Live Attenuated (Oka) mulai diberikan secara rutin pada anak yang
sehat diatas umur 1 tahun 1995. Setelah itu, insidensi varisella dan komplikasinya
mulai menurun di Amerika Serikat. Telah banyak negara bagian yang mewajibkan
vaksin ini diberikan sebagai syarat masuk sekolah.
Herpes Zooster disebabkan oleh reaktivasi dari Virus Varisela Zooster
yang oleh penderita varisela. Herpes Zooster ini ditandai dengan lesi unilateral
terlokalisasi yang mirip dengan cacar air dan terdistribusi pada syaraf sensoris.
Biasanya lebih dari satu syaraf yang terkena dan pada beberapa pasien dengan
penyebaran hematogen, terjadi lesi menyeluruh yang timbul setelah erupsi lokal.
Zoster biasanya terjadi pada pasien dengan immunocompromised, penyakit ini
juga umum pada orang dewasa daripada anak-anak. Pada dewasa lebih sering
diikuti nyeri pada kulit.
EPIDEMIOLOGI
3-6 tahun. Disamping prevalensi varisela pada anak-anak, beberapa orang pada
iklim temperatur dapat menenai orang dewasa tanpa adanya paparan : sebuah
studi rekrut militer di United States pada era prevaksin menunjukkan bahwa 8%
tentara yang direkrut adalah seronegatif, dengan peningkatn angka seronegative
pada non kulit putih dan lebih tinggi angka seronegative pada tentara yang asalnya
di luar United States.
ETIOLOGI
Varicella disebabkan oleh Varicella Zooster Virus (VZV) yang termasuk
kelompok Herpes Virus dengan diameter kira-kira 150 200 nm. Inti virus
disebut capsid yang berbentuk icosahedral, terdiri dari protein dan DNA yang
mempunyai rantai ganda yaitu rantai pendek (S) dan rantai panjang (L) dan
merupakan suatu garis dengan berat molekul 100 juta dan disusun dari 162
capsomer. Lapisan ini bersifat infeksius.
Varicella Zoster Virus dapat menyebabkan varicella dan herpes zoster.
Kontak pertama dengan virus ini akan menyebabkan varicella, oleh karena itu
varicella dikatakan infeksi akut primer, sedangkan bila penderita varicella sembuh
atau dalam bentuk laten dan kemudian terjadi serangan kembali maka yang akan
muncul adalah Herpes Zoster.
PATOGENESIS
Virus Varicella Zooster masuk dalam mukosa nafas atau orofaring,
kemudian replikasi virus menyebar melalui pembuluh darah dan limfe ( viremia
pertama ) kemudian berkembang biak di sel retikulo endhotellial setelah itu
menyebar melalui pembuluh darah (viremia ke dua) maka timbullah demam dan
malaise.
Permulaan bentuk lesi pada kulit mungkin infeksi dari kapiler endothelial
pada lapisan papil dermis menyebar ke sel epitel pada epidermis, folikel kulit dan
glandula sebacea dan terjadi pembengkakan. Lesi pertama ditandai dengan adanya
makula yang berkembang cepat menjadi papula, vesikel da akhirnya menjadi
crusta. Jarang lesi yang menetap dalam bentuk makula dan papula saja. Vesikel ini
akan berada pada lapisan sel dibawah kulit. Dan membentuk atap pada stratum
korneum dan lusidum, sedangkan dasarnya adalah lapisan yang lebih dalam.
Degenarasi sel akan diikuti dengan terbentuknya sel raksasa berinti
banyak, dimana kebanyakan dari sel tersebut mengandung inclusion body
intranuclear type A
Penularan secara airborne droplet. Virus dapat menetap dan laten pada sel
syaraf. Lalu dapat terjadi reaktivitas maka dapat terjadi herpes Zooster.
GEJALA KLINIS
Gejala mulai timbul dalam waktu 10-21 hari setelah terinfeksi pada anakanak yang berusia diatas 10 tahun, gejala awalnya berupa sakit kepala demam
sedang dan rasa tidak enak badan, gejala tersebut biasanya tidak ditemukan pada
anak-anak yang lebih musa. Pada permulaannya, penderita akan merasa sedikit
demam, pilek, cepat merasa lelah, lesu, dan lemah. Gejala-gejala ini khas untuk
infeksi virus. Pada kasus yang lebih berat, bisa didapatkan nyeri sendi, sakit
kepala dan pusing. Beberapa hari kemudian timbullah kemerahan pada kulit yang
berukuran kecil yang pertama kali ditemukan di sekitar dada dan perut atau
punggung lalu diikuti timbul di anggota gerak dan wajah.
Kemerahan pada kulit ini lalu berubah menjadi lenting berisi cairan
dengan dinding tipis. Ruam kulit ini mungkin terasa agak nyeri atau gatal
sehingga dapat tergaruk tak sengaja. Jika lenting ini dibiarkan maka akan segera
mengering membentuk keropeng (krusta) yang nantinya akan terlepas dan
meninggalkan bercak di kulit yang lebih gelap (hiperpigmentasi). Bercak ini lamakelamaan akan pudar sehingga beberapa waktu kemudian tidak akan
meninggalkan bekas lagi.
encephalitis dengan insiden 0,1% secara umum tampak mengalami nyeri kepala,
kejang, pola pemikiran yang terganggu, dan muntah, dengan angka mortalitas
sebear 5 hingga 20%. Ataxia serebelar akut sedikit lebih jarang (0,025% insidensi)
dibandingkan ensefalitis dan secara umum tampak dalam 1 minggu ruam dengan
ataxia, muntah, pembicaraan yang terganggu, vertigo, dan atau tremor, dengan
resolusi dalam 2 hingga 4 minggu.
Pada anak defisiensi imun atau kurang gizi yang tidak ditangani dengan
asiklovir intravena, angka kematian berkisar antara 15 hingga 18%. Kasus ini
dikarakteristikan dengan penyebaran, dengan pneumonia, miokarditis, artritis,
hepatitis, perdarahan, dan ensefalopaty (ataxia serebelar lebih sering). Super
infeksi lesi kulit dengan Staphylococcus aureus atau Streptococcus pyogenes
dapat menyebabkan pioderma, impetigo, erysipelas, nephritis, gangrene, atau
sepsis. Pada tropis Amerika, varisella pada anak usia muda, anak kekurangan gizi
dapat berkomplikasi menjadi diare berat.
Orang dewasa tampak mempunyai penyakit yang lebih berat dibandingkan
dengan anak-anak. Dengan peningkatan 15 kali lipat pada mortalitasnya. Varisella
onset dewasa lebih sering berkomplikasi dengan pneumonitis dan ensefalitis,
dengan secara klinis pneumonitis lebih dari 15 % kasus.
Orang dari area tropis yang pindah ke area temperatur berada dalam resiko
untuk varisela onset dewasa, terutama jika kontak dengan anak usia muda.
Varisela ibu pada gestasi awal menimbulkan secara jarang ke sindrom varisela
kongenital yang ditandai dengan defek kulit, atrofi ekstremitas, dan disfungsi
sistem otonom. Maternal varisela pada gestasi akhir dapat menimbulkan varisela
neonatus, dengan angka mortalitas sama tingginya dengan 30% pada bayi yang
tidak diterapi.
Infeksi VZV rekuren bermanifestasi sebagai herpes zoster (shingles),
sebuah penyakit yang biasanya terlihat pada orang dewasa dengan usia lebih dari
50 tahun. Data menunukkan perbedaan rasial dalam resiko timbulnya zoster,
dengan orang tua kulit putih lebih sering berada dalam resiko dibandingkan
dengan orang tua berkulit hitam. Zoster juga dapat timbul jarang pada anak-anak.
Zoster pada pasien imunnocompromise dapat menjadi lebih berat.
Peningkatan insidensi zoster pada usia sama halnya dengan pasien
imunocompromised dikarenakan penurunan anti-VZV cell-mediated immunity.
Menariknya, ada bukti bahwa paparan pada orang yang seropositive terhadap
varisela terlindungi dari perkembangan zoster, tertama dengan menambah respon
imunnya. Setelah infeksi primer, VZV (seperti HSV) timbul pada keadaan latent
dengan ganglia saraf kranial dan spinal. Stimuli non spesifik seperti stress,
imunodefisiensi atau malignansi dapat mengaktivasi virus laten dengan
keterlibatan distribusi saraf yang disalurkan melalui ganglion yang terkena.
Herpes zoster timbul setelah 3- to 4-day gejala prodromal demam, lesu, dan
gangguan gastrointestinal dan erupsi vesikular kutaneus yang nyerei pada
distribusi dermatomal. Ruam biasanya unilateral dan sepanjang hanya satu
dermatom. Pada kasus yang berat, erupsi dapat menjadi lebih umum dan
variseliform. Vesikel sembuh dalam 5 hari, tetapi postherpetic neuralgia dapat saja
ada. Postherpetic neuralgia, terlihat pada lebih dari 50% pasien diatas 50 tahun,
didefinisikan sebagai nyeri konstan atau intermiten lebih dari durasi satu bulan
pada area yang melibatkan dermatom. Infeksi dari mata, Herpes zoster
ophthalmicusmerupakan kondisi yang serius karena dapat menyebabkan kebutaan.
Sindroma Ramsay Hunt didefinisikan sebagai keterlibatan trias dari meatus
auditorius eksternal, hilangnya rasa pada lidah dan palsy fasialis ipsilateral.
Keterlibatan dari medula spinalis dapat menyebabkan kelumpuhan atau palsy
saraf kranial.
Resiko dari ensefalitis meningkat pada orang tua dengan keterlibatan saraf
kranial dan pada pasien AIDS. Postzoster ensefalitis dapat timbul dalam 3
bentuk
infark
yang
dikarenakan
vaskulitis
pembuluh
darah
besar,
DIAGNOSIS
Diagnosis klinik varisela pada anak-anak, saat ini variola (smallpox) telah
dieradikasi, biasanya tidaklah sulit. Ruam mempunyai karakteristik dan jarangkali
dibutuhkan untuk dibedakan dari eksantem enterovral, infeksi S. aureus, rekasi
obat, dermatitis kontak dan penyebaran infeksi HSV-1. Diagnosis dengan kultur
dari cairan vesikel kurang sensitif untuk HSV atau CMV dan dapat membutuhkan
waktu 7 hari.
Metode ini telah diganti dengan metode shellvial sensitive dan ebih cepat,
dimana hasilnya diberikan dalam waktu 1-3 hari. Deteksi yang lebih cepat,
sensitif, dan spedifik dapat membentu sistem dasar kultur dimasa depan
sebagaimana pewarnaan PCR multiple menjadi lebih sering untuk digunakan.
Mengambil dasar vesikel mungkin dapat menunjukkan sel raksasa multinukleasi,
dimana
tidak
dapat
jelas
dibedakan
dari
HSV.
Bagaimanapun,
DIAGNOSIS BANDING
Differensial diagnosis dari infeksi varicella sendiri termasuk infeksi yang
dapat menimbulkan vesikular exanthema, seperti infeksi herpes secara umum,
hand-foot-mouth infection dan exanthema enteroviral lainnya. Dahulu, variola dan
vaccinia merupakan differensial diagnosis yang penting namun infeksi ini sudah
Steorid topikal juga dapat berguna pada uveitis herpetik dan keratitis. Zoster yang
sangat nyeri dapat diterapi dengan kompres basah dan analgesik yang menganduk
kodein. Gabapentin, analog struktural neurotransmitter gamma-aminobutyric acid,
berguna dalam mengatasi postherpetic neuralgia. Antihistamin dapat berguna
untuk menyingkirkan rasa gatal varisella pada anak-anak.
Untuk mengurangi rasa gatal dan mencegah penggarukan, sebaiknya kulit
dikompres dingin. Bisa juga dioleskan losyen kalamin, antihistamin atau losyen
lainnya yang mengandung mentol atau fenol.
Untuk mengurangi resiko terjadinya infeksi bakteri, sebaiknya: kulit dicuci
sesering mungkin dengan ait dan sabun, menjaga kebersihan tangan, kuku
dipotong pendek, pakaian tetap kering dan bersih.
Kadang diberikan obat untuk mengurangi gatal (antihistamin). Jika terjadi
infeksi bakteri, diberikan antibiotik. Jika kasusnya berat, bisa diberikan obat antivirus asiklovir.
Untuk menurunkan demam, sebaiknya gunakan asetaminofen, jangan
aspirin. Karena aspirin dapat memberikan efek samping yang buruk pada anakanak Obat anti-virus boleh diberikan kepada anak yang berusia lebih dari 2 tahun.
Asiklovir biasanya diberikan kepada remaja, karena pada remaja penyakit ini
lebih berat. Asikloir bisa mengurangi beratnya penyakit jika diberikan dalam
wakatu 24 jam setelah munculnya ruam yang pertama.
KOMPLIKASI
Adapun komplikasi yang bisa ditemukan pada cacar air adalah:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
PROGNOSIS
PENCEGAHAN
Untuk mencegah cacar air diberikan suatu vaksin. Kepada orang yang
belum pernah mendapatkan vaksinasi cacar air dan memiliki resiko tinggi
mengalami komplikasi (misalnya penderita gangguan sistem kekebalan), bisa
diberikan immunoglobulin zoster atau immunoglobulin varicella-zoster. Vaksin
varisela biasanya diberikan kepada anak yang berusia 12-18 bulan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Keempat. Bab
Varisela. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta : 2007