Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN KASUS

“VARICELLA PADA ANAK”

Disusun Oleh:

Klara Sinta Deffi, S.Ked

Pembimbing :

dr. Jenny Ritung, Sp.KK

Dokter Pendamping :

dr. Lenny Manafe

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


PUSKESMAS TANJUNG KASUARI KOTA SORONG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PAPUA
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan penulisan Laporan Kasus
dengan judul “Varicella Pada Anak“ sebagai salah satu syarat yang harus
diselesaikan oleh Mahasiswa Profesi Pendidikan Dokter dalam kepanitraan klinik di
Departemen Kulit dan Kelamin.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-


besarnya kepada dr. Lenny Manafe karena atas arahan dan bimbingan beliau penulis
dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada
orang tua, teman sejawat, dan lain-lain yang juga ikut terlibat dalam pembuatan karya
ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya ilmiah ini masih terdapat
banyak kekurangan baik dari isi, susunan bahasa, maupun sistematik penulisan,
mengingat pengetahuan, pengalaman, serta waktu yang terbatas dalam penulisan
karya ilmiah ini. Sehingga penulis mengharapkan kepada pembaca untuk dapat
memberikan saran dan kritik yang membangun agar tercipta suatu karya ilmiah yang
lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Akhir kata penulis berharap karya ilmiah ini dapat menjadi bahan informasi
sehingga memberikan manfaat bagi semua pihak, terutama dalam bidang Kulit dan
Kelamin.

Sorong, ……………….2022

Penulis

Klara Sinta Deffi

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus diajukan oleh :


Nama : Klara Sinta Deffi

NIM 201570022

Universitas : Universitas Papua

Fakultas : Kedokteran

Jurusan : Program Pendidikan Profesi


Dokter

Bidang Kepaniteraan : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin

Judul Laporan Kasus : Varisela Pada Anak

Diajukan pada :

Pembimbing Departemen : dr. Jenny Ritung, Sp.KK

Pembimbing Pendamping : dr. Lenny Manafe

TELAH DIPRESENTASIKAN DAN


DISAHKAN PADA TANGGAL :
Mengetahui:

Pembimbing Departemen Pempimbing Pendamping

dr. Jenny Ritung, Sp.KK dr. Lenny Manafe

iii
Daftar Isi

Cover… ............................................................................................................ ....i

Kata Pengantar….. ........................................................................................... ....ii

Lembar Pengesahan… .................................................................................... ....iii

Daftar Isi ......................................................................................................................iv

BAB I Kasus ....................................................................................................... .1

BAB 2 Tinjauan Pustaka ................................................................................... 8

BAB 3 Kesimpulan ............................................................................................ 21

Daftar Pustaka .................................................................................................. 22

iv
BAB I
ILUSTRASI KASUS

Data didapatkan dengan cara melakukan anamnesis pada orang tua pasien dan
melakukan pemeriksaan fisis serta pengamatan dan analisis rekam medis.
Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 17 Mei 2022 di Puskesmas Tanjung
Kasuari kota Sorong.

 IDENTITAS PASIEN

Inisial : An. SK

Jenis Kelamin : Perempuan

Tanggal Lahir : 14 Mei 2021

Umur : 1 Tahun

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jalan O Mubalus Saoka

Suku Bangsa : Moi (Indonesia)

 ANAMNESIS

 Keluhan Utama

Gatal-gatal hampir di seluruh tubuh

 Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang diantar oleh ibunya ke puskesmas dengan keluhan gatal-gatal


dan rewel sejak 4 hari lalu. Awalnya rasa gatal dirasakan pada punggung
yang diawali dengan bercak merah di kulit yang kemudian berubah
menjadi gelembung-gelembung kecil berisi cairan bening di punggung
sejak ± 4 hari yang lalu. Pasien menggaruk gelembung-gelembung kecil
tersebut sehingga pecah, kemudian mulai timbul bercak dan gelembung-
gelembung baru yang menyebar ke wajah, perut, bokong, tangan dan kaki

1
(gelembung-gelembung kecil berisi cairan tersebut tersebar satu per satu/
tidak berkelompok). Bagian yang telah digaruk meninggalkan bekas luka
berwarna kuning dan kehitaman. Sebelum timbulnya lesi pasien sempat
demam dan mual setiap diberi makan.

Ibu pasien mengaku anaknya (pasien) belum pernah mendapat sakit


seperti ini sebelumnya. Selain pasien, di dalam rumah juga terdapat
saudara kandung pasien yang mengalami penyakit dengan gejala yang
sama sejak ± 6 hari lalu. Berdasarkan keterangan orang tua pasien, 1
minggu sebelumnya juga terdapat anak tetangga yang mengalami hal
serupa dan anak tersebut sering bermain dengan pasien dan saudara
kandung pasien. Ibu pasien mengatakan imunisasi anak yang telah
diperoleh hanya sampai di Hib.

 Riwayat Penyakit Dahulu

Tidak ada

 Riwayat Penyakit Keluarga

Terdapat anggota keluarga yang mengalami keluhan serupa (saudara kandung


pasien)

 Riwayat Penggunaan Obat

Paracetamol

 Riwayat Sosial dan Kebiasaan

Pasien tinggal bersama keluarga inti pasien yang terdiri dari (Ayah, ibu, dan
saudara kandung laki-laki), pasien tidur bersama saudara kandung laki-laki
yang juga mengalami gejala serupa dengan pasien (kakak pasien terlebih
dahulu mengalami hal tersebut). Pasien juga menggunakan handuk yang sama
dengan saudara kandungnya. Tempat tinggal pasien termaksud padat penduduk
dengan kebiasaan anak-anak yang tinggal di wilayah tersebut adalah sering
berkunjung ke rumah tetangga untuk bermain bersama-sama. Menurut
pengakuan ibu pasien, terdapat teman pasien (merupakan tetangga) yang sering
bermain dengan pasien dan lebih dulu mengalami penyakit yang sama dengan

2
yang dialami pasien saat ini.

 PEMERIKSAAN FISIS

 Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

 Kesadaran : Compos Mentis (E4 V5 M6)

 Tanda Vital

o Nadi : 90 x/menit

o Suhu : 36,70C

o Pernapasan : 24x/menit

o SpO2 : 98%

 Berat Badan : 6 kg

Tabel 1. Status Generlis

Kulit Sawo matang

Kepala Normocefal, Lesi (+)

Hidung Polip (-), rinorea (-),


napas cuping hidung
(-)

Telinga Tidak ada tanda


infeksi

Mulut Mukosa mulut merah


muda, sianosis (-),
faring hiperemis (-)

Leher Pembesaran kelenjar


tiroid & KGB (-)

Paru Pengembangan dada

3
simetris, vesikuler
(+/+), wheezing (-/-),
rhonki (-/-)

Jantung Dalam batas normal,

Murmur (-), gallop (-)

Abdomen Bising usus 8x/menit

lesi (+)

Genetalia Tidak dilakukan

Ekstremitas Edema (-/-), akral


hangat, CRT <2 detik,
lesi (+)

Tabel 2. Status Dermatologi


Abdomen Punggung Kepala Ekstremitas
Distribusi: Generalisata Generalisata Generalisata
Generalisata
Efloresensi primer: Tidak ada Pustul Tidak ada
Tidak ada
Efloresensi Krusta Krusta Krusta
sekunder: krusta
Batas: sirkumskrip Sirkumskrip Sirkumskrip Sirkumskrip
Bentuk: bulat Bulat, tidak Bulat Bulat, lonjong
teratur
Warna: kehitaman Kehitaman Outih keabuan Kehitaman
Jumlah: multipel Multipel Multiple Multipel
Konsistensi: padat Padat Padat, cair Padat
Ukuran: miliar- Miliar-lentikular Miliar Miliar-lentikular
lentikular
Nyeri tekan: tidak Tidak ada Tidak ada Tidak ada
ada

4
Gambar 1: Predileksi Pasien di Setiap Regio

 RESUME

Pasien anak perempuan berusia 1 tahun datang ke puskesmas diantar oleh


ibunya dengan keluhan gatal-gatal sejak 4 hari yang lalu, gatal terjadi pada hampir
seluruh badan yang terdapat lesi kulit. Lesi awal berupa bercak merah di kulit,
kemudian berubah menjadi gelembung-gelembung kecil berisi cairan bening di
punggung dan ketika digaruk gelembung-gelembung kecil tersebut pecah,
kemudian mulai timbul bercak dan gelembung-gelembung baru yang menyebar ke
wajah, perut, bokong, tangan dan kaki (gelembung-gelembung kecil berisi cairan
tersebut tersebar satu per satu/ tidak berkelompok). Lesi yang telah pecah
meninggalkan bekas luka yang putih dan kehitaman. Pasien juga mengalami
demam dan mual sejak 4 hari lalu. Saudara kandung dari pasien dan tetangganya
juga mengalami keluhan serupa dengan pasien. Pasien belum pernah mendapatkan
imunisasi varisela.

5
Dari hasil pemeriksaan dermatologis ditemukan predileksi dengan distribusi
generalisata, pada region (abdomen, punggung, kepala, dan ekstremitas),
efloresensi primer berupa pustule, efloresensi sekunder berupa krusta, batas
sirkumskrip, bentuk polimorfik, warna putih dan kehitaman, ukuran miliar dan
lentikular, jumlah multiple, konsistensi padat dan cair, dan tidak terdapat nyeri
tekan.

 DAFTAR MASALAH

- Gatal pada hampir seluruh tubuh (yang


terdapat lesi)

- Keluhan serupa juga dialami oleh


anggota keluarga lain dan tetangga

- Predileksi generalisata

- Lesi kulit pustul dan krusta

 DIAGNOSIS KERJA

Varicella

 TERAPI YANG TELAH DIBERIKAN

- Paracetamol ½ cth

- Vitamin sirup 3x1

 DIAGNOSIS BANDING

- Gigitan serangga

- Impetigo

 RENCANA DIAGNOSIS

Diagnosis varicella umumnya ditegakkan secara klinis dengan berdasarkan


karakteristik lesi kulit. Pemeriksaan penunjang hanya dilakukan pada kasus-
kasus yang atipikal, sehingga pada kasus ini tidak diperlukan diagnosis
penunjang

6
 RENCANA PENGOBATAN

a. Non-medikamentosa

- Istirahat yang cukup

- Konsumsi makanan bernutrisi

- Menjaga kebersihan individu (tetap


harus mandi)

- Isolasi diri

b. Medikamentosa

- Paracetamol 3 x ½ cth

- Bedak

- Vitamin sirup 3x1

 PROGNOSIS

Jika pasien beristirahat yang cukup, konsumsi makanan bernutrisi, tetap


menjaga kebersihan tubuh dan minum obat serta vitamin yang telah diberikan,
maka prognosis pasien ini baik. Pruritus akan berkurang perlahan, bekas luka
akan menghilang secara perlahan-lahan.

7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI & ETIOLOGI


Varisela, Varicella/chicken pox atau yang sering dikenal dengan cacar air
merupakan suatu infeksi akut primer yang disebabkan oleh virus varisela-zoster yang
menyerang kulit dan mukosa. Varicella zoster virus (VZV) merupakan family human
(alpha) herpes virus. Virus ini terdiri dari genome DNA double-stranded, tertutup inti
yang mengandung protein dan dibungkus oleh glikoprotein. Manifestasi klinis
penyakit ini didahului oleh gejala konstitusi, kemudian diikuti dengan kelainan kulit
polimorf yang terjadi terutama pada lokasi sentral tubuh. Masa inkubasi penyakit ini
adalah 14-21 hari. Transmisi penyakit ini dapat terjadi melalui secret saluran
pernapasan, percikan ludah, kontak dengan lesi cairan vesikel, pustula, ataupun
secata transplasental.1,2,3,4

2.2 EPIDEMIOLOGI
Varisela terdapat diseluruh dunia dan tidak ada perbedaan terkait ras ataupun
jenis kelamin yang mempengaruhi terjadinya penyakit ini. Varisela sering
menyerang utamanya pada anak-anak (90%), namun dapat terjadi juga pada orang
dewasa. Di negara Amerika, varisela sering ditemukan pada anak-anak berusia <10
tahun dan 5% kasus dapat terjadi pada anak berusia >15 tahun , hal ini juga hampir
serupa dengan di negara Jepang yaitu sekitar 81,4% penyakit ini umumnya terjadi
pada anak-anak usia <6 tahun. Sejak adanya vaksinasi varicella pada tahun 1995,
jumlah kasusnya menjadi turun sebanyak 79% di tahun 2000-2010 dan semakin
menurun 93% di tahun 2012. 1,2,4,5,6
Di negara Amerika serikat setiap tahunnya dapat terlaporkan sekitar 4 juta
kasus varicella, dengan 100-150 kematian dan >10.000 kasus rawat inap. Sedangkan
di Asia-Pasifik berdasarkan tinjauan sistematik diperoleh insidensi varicella
pertahunnya adalah 100 hingga 2.530 per 100.000. Diketahui bahwa di Korea,
Australia, dan India kelompok usia tersering dari infeksi ini adalah kelompok usia 5-
9 tahun. Data di Taiwan menunjukkan bahwa tidak ditemukan perbedaan insidensi
antara kelompok laki-laki dan perempuan. Varicella kurang mendapatkan perhatian
sebagai penyakit menular dari sudut pandang regional dan global, terurtama di

8
negara dengan penghasilan rendah hingga menengah. Contohnya di Indonesia yang
termasuk dalam negara berkembang, diketahui bahwa kesadaran akan penyakit ini
dan program capaian vaksinasinya masih rendah sehingga menyebabkan kasusnya
masih umum ditemukan. Sayangnya hingga saat ini belum terdapat data
epidemiologi terkait varicella yang memadai di Indonesia.7,8
Berbicara terkait mortalitas, umumnya varicella yang terjadi pada anak
imunokompeten merupakan penyakit yang self-limiting. Namun, keparahan dapat
meningkat seiring dengan pertambahan usia. Morbiditas dan mortalitas nya akan
lebih tinggi pada orang dewasa dan kelompok immunocompromised dibandingkan
anak-anak. Hal ini didukung oleh yang diperoleh di Asia-Pasifik yang
memperlihatkan bahwa mortalitas penyakit ini rendah. Sedangkan di India terdapat
6% pasien yang meninggal akibat komplikasi. Di Selandia Baru tahun 2011
mortalitasnya <0,05 per 100.000 populasi. Tercatat jumlah kematian akibat varicella
per tahun (2001-2011) di Singapura adalah 0-3 dengan mortalitas tersering
ditemukan pada usia dewasa dan lanjut usia.7,9

2.3 PATOGENESIS
Masa inkubasi dari penyakit ini adalah 10-21 hari, sedangkan pada anak
dengan imunokompeten rata-rata dapat terjadi 14-17 hari dan begitupun sebaliknya
pada anak imunokompromais dapat lebih singkat yaitu kurang dari 14 hari. VZV
dapat masuk ke dalam tubuh seseorang dengan melalui inhalasi dari sekresi
pernafasan (droplet infection) maupun kontak langsung dengan lesi kulit pasien yang
telah terinfeksi. Jalur masuk VZV ke dalam tubuh manusia yaitu dengan melalui
mukosa saluran pernafasan bagian atas, orofaring, ataupun konjungtiva. Siklus
replikasi virus pertama akan berlangsung hari ke 2-4 pada lymph nodes regional,
selanjutnya diikuti penyebaran virus dalam jumlah yang sedikit melalui darah dan
kelenjar limfe, sehingga mengakibatkan terjadinya viremia primer (berlangsung pada
hari ke 4-6 setelah infeksi pertama).2
Pada sebagian besar penderita yang terinfeksi, replikasi virus tersebut berhasil
mengalahkan mekanisme pertahanan tubuh hospes yang belum matang sehingga
menyebabkan berlanjut menjadi siklus replikasi virus ke dua yang terjadi pada hepar
dan limpa (hal ini mengakibatkan terjadinya viremia sekunder). Pada fase tersebut,
partikel virus akan mulai menyebar ke seluruh tubuh hingga mencapai epidermis
pada hari ke 14-16, sehingga mengakibatkan timbulnya lesi dikulit yang khas.

9
Selanjutnya anak yang telah menderita varicella dapat menularkan kepada oranglain
2 hari sebelum hingga 5 hari setelah timbulnya lesi pada kulit. VZV tersebut
kemudian dapat berpindah tempat dari lesi kulit dan permukaan mukosa menuju ke
ujung syaraf sensoris dan ditransportasikan secara centripetal melalui serabut syaraf
sensoris ke ganglion sensoris, pada ganglion tersebut terjadi infeksi laten (dorman).
Infeksi laten (dorman) merupakan kondisi ketika virus tersebut tidak lagi memiliki
kemampuan menular dan tidak dapat bermultiplikasi, namun masih dapat berubah
menjadi infeksius jika terjadi reaktivasi virus, kondisi ini yang dapat menyebabkan
suatu infeksi yang dinamakan dengan herpes zoster. 2

Gambar 2. Patogenesis Varicella


Sumber:https://www.drawittoknowit.com/course/immunology/glossary/immun
ology-microbiology/varicella-zoster-virus-aka-hhv-3

Reaktivasi virus dapat terjadi akibat keadaan yang menurunkan imunitas


seluler seseorang seperti beberapa penyakit antara lain (penderita karsinoma,
penerima organ transplantasi, pasien-pasien yang mengkonsumsi pengobatan
immunosuppressive termasuk kortikosteroid). Ketika terjadi reaktivasi, virus tersebut
akan melakukan multiplikasi sehingga dapat menyebabkan terjadinya reaksi radang
dan merusak ganglion sensoris. Selanjutnya virus mulai menyebar ke sumsum tulang
dan batang otak dengan melalui syaraf sensoris, sehingga sampai ke kulit dan
kemudian akan menimbulkan gejala klinis.2

10
2.4 PENEGAKAN DIAGNOSIS
Diagnosis varicella umumnya ditegakkan secara klinis dengan berdasarkan
karakteristik lesi kulit, namun pemeriksaan penunjang juga dapat dilakukan seperti
tes Tzanck, pemeriksaan serologis, dan isolasi virus dengan menggunakan
polymerase chain reaction atau kultur juga dapat dikerjakan jika diperlukan,
terutama pada kasus-kasus yang atipikal. Berikut di bawah ini merupakan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada penyakit
varicella: 1,2,4,5,6,16,10
1. Anamnesis
Pada remaja dan dewasa umumnya didahului oleh gejala prodromal seperti
demam, malaise, mual, penurunan nafsu makan, dan nyeri/sakit kepala.
Selanjutnya disusul dengan timbulnya lesi kulit berupa papul eritema yang
akan berubah menjadi vesikel (mengandung cairan yang jernih dengan
dasar eritematosa), biasanya lesi disertai dengan rasa gatal. Dari anamnesis
dapat di caritahu daerah awal lesi (penyebaran terutama didaerah badan
kemudian menyebar secara sentrifugal ke wajah dan ekstremitas, juga dapat
menyerang selaput lendir mata, mulut, dan saluran napas bagian atas).
Sehingga pasien dapat mengeluhkannya sebagai titik merah kecil ataupun
sedang di wajah, tubuh, lengan atas, dan tungkai atau jika pasien datang
dengan lesi yang vesikel maka pasien dapat mengeluhkan adanya benjolan-
benjolan kecil pada area-area tersebut. Jika pasien datang pada hari ke 4
dan seterusnya maka lesi yang terlihat akan lebih beragam.
Pada anak-anak umumnya gejala dan tanda pertama yang dikeluhkan
adalah lesi oral atau bercak merah di kulit. Saat anamnesia penting untuk
menanyakan faktor risiko seperti kondisi immunocompromised, riwayat
imunisasi, riwayat kehamilan, dan riwayat kontak dengan orang lain yang
terinfeksi varicella dalam 10-21 hari sebelumnya.
2. Pemeriksaan fisik
Dari pemeriksaan fisik dapat ditemukan gambaran polimorf. Dapat
ditemukan erupsi kulit berupa papul eritematosa, vesikel dengan bentuk
yang khas mirip tetesan embun (tear drops) di atas dasar yang eritematosa
atau dikelilingi halo eritema (sehingga sering disebut sebagai dewdrop on a
rose petal), vesikel dapat berubah menjadi keruh menyerupai pustul dan
pecah sehingga dapat ditemukan juga gambaran krusta. Jika terdapat

11
infeksi sekunder maka biasanya dapat ditemukan pembesaran kelenjar
getah bening regional.
Pada orang dewasa lesi kulitnya biasa lebih meluas di seluruh tubuh
dan disertai demam yang lebih panjang. Selain lesi di kulit juga dapat
ditemukan lesi oral dan lesi area tonsil yang disertai rasa nyeri dan gatal,
lesi ini dapat mendahului lesi eksternal kulit 1-3 hari.
3. Pemeriksaan penunjang
o Tes Tzanck
Tes ini mudah dilakukan dan biayanya terjangkau. Tes ini dilakukan
dengan cara mengambil sampel dari kerokan dasar vesikel kulit.
Kerokan kemudian diberikan pewarnaan dengan menggunakan
Giemsa’s, hematoxylin-eosin, Wright’s, toluidine blue ataupun
Papanicolaou’s. Selanjutnya diperiksa pada mikroskop. Hasil dikatakan
positif jika terdapat gambaran badan inklusi dan Multinucleated giant
sel. Kekurangan dari tes ini adalah tidak dapat membedakan antara
virus varicella zoster dengan herpes simpleks virus.
o Direct Fluorescent Assay (DFA)
Sampel diambil dari scraping dasar vesikel, namun jika sudah
berbentuk krusta maka pemeriksaan ini menjadi kurang sensitif.
Kelebihan tes ini adalah hasil pemeriksaannya cepat, dapat menemukan
antigen virus varicella zoster, dapat membedakan antara VZV dan
herpes simpleks virus. Kekurangannya adalah membutuhkan
mikroskop fluorescence.
o Polymerase Chain Reaction (PCR)
Kelebihan tes ini adalah hasilnya sangat cepat dan sangat sensitif.
Metode ini dapat menggunakan berbagai jenis preparat seperti scraping
dasar vesikel dan jika sudah berbentuk krusta juga masih dapat
digunakan sebagai preparat. Sensitifitasnya 97-100%. Tes ini juga
dapat menemukan nucleic acid dari VZV.
o Pemeriksaan Serologis
Tes ini dilakukan untuk mendeteksi antibodi spesifik varicella. Tes ini
kurang sensitif jika dibandingkan dengan PCR, namun tes ini lebih
mudah ditemukan diberbagai fasilitas kesehatan. Adanya IgM
menandakan bahwa infeksi aktif namun sulit membedakannya dengan

12
infeksi primer, reinfeksi, dan reaktivasi. Sedangkan adanya IgG dapat
mengindikasikan bahwa infeksi tersebut baru ataupun imunitas
vaksinasi. Tidak adanya antibodi belum dapat mengeksklusi infeksi
VZV dikarenakan antibodi baru dapat terdeteksi saat lesi kulit muncul.
Pemeriksaan ini sudah jarang dilakukan sejak era vaksinasi varicella.
o Biopsi Kulit
Hasil histopatologisnya adalah tampak vesikel intraepidermal dengan
degenerasi sel epidermal dan acantholysis. Pada dermis bagian atas
dapat ditemukan adanya lymphocytic infiltrate.

2.5 DIAGNOSIS BANDING


Tabel 3. Diagnosis Banding Varicella: 1,2,11,12,13,14
Diagnosis
Manifestasi Klinis Keterangan Gambar
Banding
Dermatitis Penyakit kronis dengan
herpetiformis lesi berupa papula dan
vesikel kemerahan di
lokasi-lokasi berikut
Etiologi: (punggung, sacrum,
belum bokong, ekstensor lengan
diketahui pasti atas, sekitar siku, dan
di duga lutut). Umumnya disertai
autoimun rasa gatal dan terjadi
(berkaitan bersamaan dengan
dengan penyakit lain seperti
genetik) Gluten-Sensitivity
Enteropathy (GSE)

13
Herpes Zoster Lesi berupa macula
kemerahan kemudian
berkembang menjadi
Etiologi: Virus papul, vesikel jernih
Varicella berkelompok, dan dapat
Zoster yang pecah menjadi krusta
reaktivasi
Lesi kulit khas lokasinya
unilateral dan jarang
melewati garis tengah
tubuh. Lokasi yang
sering dijumpai pada
dermatom T3 hingga L2
dan N.V dan N.VII

Lesi terasa gatal dan


nyeri, dapat terjadi
neuralgia pasca herpes
(NPH)

14
Impetigo Ditandai lesi kulit
vesikel atau pustule yang
disertai oleh eksudat
Etiologi: purulent (seperti
Streptococcus gambaran krusta madu).
pyogenes dan Selain itu juga dapat
Staphylococcus ditemukan bula pada
aureus impetigo bulosa

Umumnya faktor
risikonya adalah
malnutrisi, imunosupresi,
diabetes, serta higienitas
yang kurang baik

Diagnosisnya dapat
tegak dengan kultur
bakteri

15
Gigitan Lesi kulit kemerahan dan
serangga dapat disertai
pembengkakan, papula,
dan rasa gatal
(manifestasinya
bervariasi tergantung
Etiologi:
dari jenis serangga)
gigitan
serangga Penting untuk
menanyakan riwayat
kontak dengan serangga
atau hewan, riwayat
pekerjaan, aktivitas
outdoor, dan riwayat
perjalanan

2.6 TATALAKSANA
Pada pasien anak yang imunokompeten tidak diperlukan pengobatan yang
spesifik, hanya diberikan pengobatan simtomatik antaralain:1,2,15

Jika lesi masih berbentuk vesikel, maka dapat diberikan bedak dengan
tujuan lesi tidak mudah pecah ketika terjadi gesekan dengan pakaian

Selanjutnya jika vesikel telah pecah atau sudah menjadi krusta, maka dapat
diberikan salep antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder

Obat antipiretik dan analgetik juga dapat diberikan, namun hindari
penggunaan golongan salisilat (aspirin) untuk menghindari terjadinya
sindroma Reye

Lotion calamine untuk mengurangi rasa gatal

Jika diperlukan antivirus maka golongan antivirus yang dapat diberikan
adalah asiklovir, valasiklovir, dan famasiklovir. Pemberian ini sebaiknya
dilakukan dalam jangka waktu kurang dari 48-72 jam setelah erupsi dikulit
muncul. Pemberian antivirus pada anak dianjurkan untuk diberikan pada
pasien varicella dengan penyulit ( varicella + penyakit kulit kronis atau

16
varicella yang disertai kelainan paru atau menerima terapi salisilat jangka
panjang) dan pada pasien imunokompremais seperti (keganasan, infeksi
HIV/AIDS atau sedang dalam masa pengobatan imunosupresan seperti
kortikosteroid jangka panjang). Berikut merupakan dosis obat yang dapat
diberikan:
o
Neonatus : asiklovir 500 mg/m2/IV setiap 8 jam selama 10 hari
o
Anak (2-12 tahun) : asiklovir 4 x 20 mg/kgBB/hari/PO selama 5
hari (dosis maksimal 800 mg/kali)
o
Pubertas dan dewasa (asiklovir 5 x 800 mg/hari/PO selama 7 hari;
atau valasiklovir 3 x 1 gr/hari/PO selama 7 hari; atau famasiklovir 3
x 500 mg/hari/PO selama 7 hari.
o
Immunokompremais (asiklovir 10 mg/kgBB/IV atau IV drip 3x
sehari minimal 10 hari; atau asiklovir 5 x 800 mg/hari/PO minimal
10 hari atau; valasiklovir 3 x 1 g/hari minimal 10 hari atau;
famasiklovir 3 x 500 mg/hari selama minimal 10 hari).

Tatalasana non-medikamentosa yang dapat dilakukan adalah:



Istirahat yang cukup

Mengkonsumsi makanan-makanan yang bernutrisi

Tetap menjaga kebersihan tubuh dengan mandi

2.7 PENCEGAHAN
Edukasi dan promosi kesehatan terkait varicella penting untuk dilakukan oleh
tenaga kesehatan, dengan tujuan untuk mencegah penularan penyakit dan
meningkatkan kesadaran vaksinasi varicella terhadap masyarakat. Edukasi yang
dapat dikerjakan adalah menghimbau pasien untuk melakukan isolasi dengan tujuan
menghindari penularan terhadap oranglain dan edukasi terkait jalur penularan
penyakit ini. Hal yang tidak kalah penting yaitu mengedukasi orang tua untuk
memotong kuku anak (untuk menjaga agar anak tidak menggaruk lesi kulit yang
gatal karena hal tersebut berisiko merusak lapisan kulit dan dapat menyebabkan
terjadinya infeksi sekunder bakteri).16,17,18

17
Imunisasi yang dapat dilakukan ada 2 yaitu:2
1. Imunisasi pasif
Imunasi ini dilakukan dengan menggunakan VZIG (Varicella Zoster
Immunoglobulin), pemberiannya dilakukan dalam waktu 3 hari (kurang
dari 96 jam) setelah terpajan oleh VZV. Pada anak-anak imunokompeten
hal ini terbukti dapat mencegah varicella, namun pada anak
imunokompromais pemberian VZIG ini dapat membantu meringankan
gejalanya.
o Target pemberian VZIG yaitu:
 Bayi baru lahir, dengan ibu penderita varicella dalam kurun
waktu 5 hari sebelum atau 48 jam setelah melahirkan
 Bayi lahir premature dan bayi berusia ≤ 14 hari dengan
status ibu belum pernah mengalami varicella ataupun herpes
zoster
 Pada anak-anak dengan usia <15 tahun yang belum pernah
mengalami infeksi varicella ataupun herpes zoster
 Anak-anak yang mengalami leukemia atau lymphoma yang
belum pernah menderita varicella
 Usia pubertas >15 tahun yang belum pernah mengalami
infeksi varicella ataupun herpes zoster dan tidak memiliki
antibodi terhadap VZV
o Dosis pemberian 125 U/10 kg BB, dengan dosis minimum adalah
125 U dan dosis maksimal 625 U
o Pemberian dilakukan secara IM dan perlindungan yang didapat
hanya bersifat sementara
2. Imunisasi aktif
Vaksinasi ini telah digunakan di Amerika sejak tahun 1995, vaksinasi
yang diberikan berupa vaksin varicella virus (Oka strain) dan kekebalan
yang didapatkan mampu bertahan hingga 10 tahun. Daya proteksi yang
dimiliki dalam melawan virus ini berkisar antara 71-100%, efektif jika
diberikan pada usia ≥ 1 tahun dan direkomendasikan untuk diberikan pada
usia 12-18 bulan. Vaksin ini juga direkomendasikan untuk diberikan pada
anak usia ≤ 13 tahun yang belum pernah mengalami infeksi varicella,
dosis yang dapat diberikan adalah dosis tunggal, sedangkan anak dengan

18
usia lebih tua dapat diberikan dalam 2 dosis dengan jarak 4-8 minggu.
Pemberian dapat dilakukan secara subkutan
o Efek samping yang dapat terjadi adalah:
 Kadang dapat menimbulkan demam ataupun reaksi lokal
seperti ruam makulopapular atau vesikel
 Efek samping ini dapat timbul 10-21 hari pasca pemberian
pada lokasi penyuntikan
 Dapat terjadi pada 3-5% anak-anak yang mendapatkan
vaksinasi tersebut
o Vaksin ini tidak diperbolehkan untuk ibu hamil, dikarenakan dapat
menyebabkan terjadinya kongenital varicella.

Gambar 3. Jadwal Imunisasi IDAI 2020


Sumber: Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jadwal Imunisasi IDAI 2020. IDAI.
2021. https://www.idai.or.id/tentang-idai/pernyataan-idai/jadwal-imunisasi-idai-2020

19
2.8 PROGNOSIS
Prognosis varicella atau cacar air (chickenpox) umumnya baik, terutama pada
anak-anak dengan kondisi tubuh yang sehat (imunokompeten) dikarenakan penyakit
ini bersifat self-limiting disease. Tetapi, pada pasien yang immunocompromised
memiliki risiko morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi, hal tersebut dikarenakan
adanya risiko komplikasi seperti pneumonia, hepatitis, ensefalitis, dan infeksi bakteri
yang berat. Wanita hamil yang terinfeksi penyakit ini memiliki prognosis lebih buruk
untuk anak dikarenakan memiliki risiko mengalami komplikasi varicella neonatal
dan sindrom varicella kongenital. Tingkat fatalitas varicella kongenital dapat
mencapai 30% dan fatalitas varicella neonatal adalah 0-3%. Mortalitasnya menjadi
meningkat pada bayi prematur. 2,19,20

20
BAB 3
KESIMPULAN

Pasien anak perempuan usia 1 tahun pada kasus ini didiagnosis dengan
varicella tanpa penyulit/infeksi sekunder/komplikasi. Penegakkan diagnosis ini
didasari dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dari anamnesis diperoleh
keluhan berupa gatal-gatal pada seluruh tubuh yang terdapat lesi, yang diawali
dengan munculnya bercak merah di kulit, kemudian berubah menjadi gelembung-
gelembung kecil berisi cairan bening di punggung yang ketika digaruk akan pecah
dan mulai menyebar ke wajah, perut, bokong, tangan dan kaki (gelembung-
gelembung kecil berisi cairan tersebut tersebar satu per satu/ tidak berkelompok).
Lesi yang telah pecah meninggalkan bekas luka kehitaman. Terdapat demam dan
mual sejak 4 hari lalu. Penegakkan diagnosis ini juga didukung dengan adanya
saudara kandung dari pasien dan tetangganya yang juga mengalami keluhan serupa
dengan pasien, hal lain yang juga mendukung penegakkan diagnosis ini adalah
pasien belum pernah mendapatkan imunisasi varisela.

Dari hasil pemeriksaan status dermatologis pasien juga ditemukan predileksi


dengan distribusi generalisata, pada region (abdomen, punggung, kepala, dan
ekstremitas), efloresensi primer berupa pustule, efloresensi sekunder berupa krusta,
batas sirkumskrip, bentuk polimorfik, warna putih dan kehitaman, ukuran miliar dan
lentikular, jumlah multiple, konsistensi padat dan cair, dan tidak terdapat nyeri tekan.
Hal ini sesuai teori varicella tanpa penyulit atau tanpa infeksi sekunder karena tidak
ditemukan tanda-tanda infeksi lainnya seperti demam tinggi ataupun gangguan pada
organ pernapasan.

Pada kasus ini pasien diberikan terapi simtomatik. Hal ini sesuai dengan teori
bahwa tatalaksana varicella pada pasien anak yang imunokompeten atau pada pasien
anak yang tidak terdapat penyulit, infeksi sekunder, ataupun komplikasi maka tidak
diperlukan pengobatan yang spesifik. Jika terdapat infeksi sekunder maka dapat
diberikan antibiotik, dan jika pasiennya merupakan pasien immunokompromais
maka dapat diberikan antivirus sesuai dosisnya.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Menaldi SL, Bramono K, Indriatmi W. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke-7.
Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2016.
2. Lubis RD. Varicella dan Herpes Zoster. Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2008
3. Wijanarko MSP. Varisela pada Dewasa, Kehamilan, dan Kondisi Imunokompromais.
Jurnal Kedokteran MEDITEK. 2021;27(1):81-7.
4. Ayoade F, Kumar S. Varicella Zoster. StatPearls Publishing. 2021.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448191/
5. Papadopoulos AJ, Janniger CK. Chickenpox. Medscape. 2020.
https://emedicine.medscape.com/article/1131785-overview
6. Freer G, Pistello M. Varicella-zoster virus infection: natural history, clinical
manifestations, immunity and current and future vaccination strategies. New Microbiol. 2018
Apr;41(2):95-105.
7. Goh AE, Choi EH, Chokephaibulkit K, et al. Burden of varicella in the Asia-Pacific
region: a systematic literature review. Expert Rev Vaccines. 2019;18(5):475-93.
8. Prasetya D. Varisela Neonatal. Cermin Dunia Kedokteran. 2020 Dec 1;47(12):738-41.
9. Greenaway C, Greenwald ZR, Akaberi A, et al. Epidemiology of varicella among
immigrants and non-immigrants in Quebec, Canada, before and after the introduction of
childhood varicella vaccination: a retrospective cohort study. The Lancet Infectious Diseases.
2021 Jan;21(1):116-26.
10.Janniger CK, Eastern JS. Herpes Zoster. Medscape. 2021.
https://emedicine.medscape.com/article/1132465-workup#c6
11.Powers J, McDowell RH. Insect Bites. StatPearls Publishing. 2021.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK537235/
12.Nardi NM, Schaefer TJ. Impetigo. StatPearls Publishing. 2021.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430974/
13. Mirza HA, Gharbi A, Bhutta BS. Dermatitis Herpetiformis. StatPearls Publishing. 2021.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK493163/
14. Al Aboud DM, Nessel TA, Hafsi W. Cutaneous Adverse Drug Reaction. StatPearls
Publishing. 2021. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK533000/

22
15. Theresia, Hadinegoro SRS. Terapi asiklovir pada anak dengan varisela tanpa penyulit.
Sari Pediatri. 2010 April; 11(6):440-47
16. Sauerbrei A. Diagnosis, antiviral therapy, and prophylaxis of varicella-zoster virus
infections. European Journal of Clinical Microbiology & Infectious Diseases. 2016
May;35(5):723-34.
17. Kota V, Grella MJ. Varicella (Chickenpox) Vaccine. StatPearls Publishing. 2021.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441946/
18. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jadwal Imunisasi IDAI 2020. IDAI. 2021.
https://www.idai.or.id/tentang-idai/pernyataan-idai/jadwal-imunisasi-idai-2020
19. Kennedy PG, Gershon AA. Clinical features of varicella-zoster virus infection. Viruses.
2018 Nov;10(11):609.
20. Lachiewicz AM, Srinivas ML. Varicella-zoster virus post-exposure management and
prophylaxis: A review. Preventive Medicine Reports. 2019 Dec 1;16:101016.

23

Anda mungkin juga menyukai