HORDEOLUM EKSTERNA
Oleh
Shella Desradini
G1A219008
Preseptor:
dr. Nuriyah, M.Biomed
1
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
HORDEOLUM EKSTERNA
Oleh :
Shella Desradini
G1A219008
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT sebab karena
rahmat-Nya laporan kasus dengan judul HORDEOLUM EKSTERNA ini
dapat terselesaikan. Laporan kasus ini dibuat sebagai tugas dalam menjalankan
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat di Puskesmas
Olak Kemang Kota Jambi.
Dalam kesempatan ini saya juga mengucapkan terima kasih kepada dr.
Ratna Sugiati yang telah mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran dalam
memberikan ilmu yang sangat berguna ketika diskusi selama kepaniteraan klinik
di stase Ilmu Kesehatan Masyarakat ini.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan,
karena penulis masih dalam tahap belajar dan kurangnya pengalaman serta
pengetahuan penulis. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran agar lebih
baik kedepannya.
Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat
menambah informasi dan pengetahuan kita.
Penulis
3
BAB I
STATUS PASIEN
I. Identitas Pasien
a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : An. R / Laki-laki / 15 tahun
b. Pendidikan : Pelajar
c. Alamat : RT. 06 Tanjung Raden
4
III.Aspek Psikologis di Keluarga :
Tidak ada masalah psikologis dalam keluarga
V. Keluhan Utama :
Benjolan dikelopak mata bagian atas sebelah kiri sejak ± 3 hari yang lalu
5
Pemeriksaan Organ
1. Kepala Bentuk : normocephal
Simetri : simetris
2. Mata
STATUS OPHTHALMOLOGIS
OD OS
Visus 6/6 6/6
Kedudukan bola mata Ortoforia
Pergerakan bola mata
6
PEMERIKSAAN EXTERNAL
Palpebra supp Masa (-), Edem (-), hiperemis Masa (+), Edem (+),
(-), nyeri tekan (-) hiperemis (+), nyeri tekan
(+)
Palpebra inf Edem (-), hiperemis (-), Masa (-), Edem (-), hiperemis
nyeri tekan (-) (-), nyeri tekan (-)
Cilia Trichiasis (-) Trichiasis (-)
Conj. Tars Supp Papil (-), folikel (-) Papil (-), folikel (-) hiperemis
hiperemis (-) (-)
Conj. Tars Inf Papil (-), folikel (-) Papil (-), folikel (-) hiperemis
hiperemis (-) (-)
Conj. Bulbi Inj. Konjungtiva (-), Inj. Inj. Konjungtiva (-), Inj.
Silier (-), Sekret (-) Silier (-), Sekret (-)
Kornea Jernih, edem (-), ulkus (-) jernih, edem (-), ulkus (-)
desmetokel (-), infiltrat (-) desmetokel (-), infiltrat (-)
COA Fibrin (-), hipopion (-), flare Fibrin (-), hipopion (-), flare
(-) (-)
Iris Sinekia ant & post (-) Sinekia ant & post (-)
Pupil Isokor ,D = 3 mm Isokor , D = 3 mm
Reflek cahaya langsung (+) Reflek cahaya langsung (+)
Reflek cahaya tdk langsung Reflek cahaya tdk langsung
(+) (+)
7
Bau pernafasan : normal
Gigi geligi : lengkap
Palatum : deviasi (-)
Gusi : warna merah muda,
perdarahan (-)
Selaput Lendir : normal
Lidah : putih kotor (-), ulkus (-)
6. Leher KGB : tak ada pembengkakan
Kel.tiroid : tak ada pembesaran
7. Thorax Bentuk : simetris
Pergerakan dinding dada : tidak ada yang tertinggal
Pulmo
Pemeriksaan Kanan Kiri
Inspeksi Simetris
Palpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normal
Perkusi Sonor Sonor
Batas paru-hepar :ICS
VI kanan
Auskultasi Wheezing (-), Ronkhi Wheezing (-), Ronkhi
(-) (-)
Jantung
Ictus cordis terlihat di ICS V linea midclavicula
Inspeksi
kiri
Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula
Palpasi
kiri
Perkusi Batas-batas jantung :
Atas : ICS II kiri
Kanan : linea sternalis kanan
Kiri : ICS VI linea midclavicula kiri
Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)
8
8. Abdomen
Inspeksi : Tidak tampak membuncit, striae(-), Sikatrik (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Perkusi : Tympani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
9. Ekstremitas Atas
Kekuatan: 5 / 5, Edema : (-) / (-)
10. Ekstremitas bawah
Kekuatan: 5 / 5, Edema : (-) / (-)
X. Diagnosis Banding
- Selulitis Preseptal (H05.012)
- Kalazion (H00.19)
- Granuloma Piogenik (L98.0)
XI. Manajemen
a. Preventif :
- Jangan menekan atau menusuk benjolan (hordeolum), hal ini dapat
menimbulkan infeksi yang lebih serius.
- Jangan memakai lensa kontak karena dapat menyebarkan infeksi ke
kornea.
- Jangan mengusap-usap mata dalam keadaan tangan kotor atau belum
mencuci tangan.
- Hindari bermain panas dan keluar rumah agar mata tidak terkena debu
9
b. Promotif :
- Meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya menjaga kebesihan dan
menjaga kesehatan mata
- Memberikan informasi mengenai penyakit apa saja yang dapat
menyerang mata pada anak-anak.
- Memberikan pengetahuan mengenai pentingnya mencuci tangan untuk
kesehatan.
c. Kuratif :
Non Farmakologi
Istirahat yang cukup
Makan-makanan bergizi.
Kompres hangat 2-3 kali sehari selama 15 menit tiap kalinya untuk
membantu drainase. Lakukan dengan mata tertutup.
Minum obat teratur
Farmakologi
Amoxicillin syr 3 x 250 mg
Kloramfenikol salep mata 3 kali sehari
Pengobatan tradisional
10
Bahan yang digunakan yaitu cukup menyediakan sebutir bawang
putih yang sudah dicuci bersih dan dikupas. Kemudian, potong bagian
ujungnya agar dapat memoles bagian mata yang timbilan dengan mudah.
Poles timbil dengan irisan bawang secara perlahan-lahan dan searah. Pada
bagian ini perlu kehati-hatian, karena salah-salah bisa mengenai mata.
Lakukan berulang-ulang pada pagi dan sore hari, sampai timbil
mengempis.
d. Rehabilitatif
Meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengatur pola makan yang
bergizi untuk pemulihan kesehatan tubuh pasien dan istirahat.
Segera berobat ke pusat pelayanan bila mengalami keluhan yang sama.
Tanggal: Tanggal:
11
Pro : Pro :
Umur : Umur :
Alamat : Alamat :
Resep Ilmiah II Resep Ilmiah III
Tanggal: Tanggal:
Pro : Pro :
Umur : Umur :
Alamat : Alamat :
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Hordeolum merupakan infeksi akut yang umumnya disebabkan oleh
bakteri Staphylococcus pada kelenjar palpebra. Hordeolum terbagi atas hordeolum
eksterna yang merupakan infeksi pada kelenjar yang lebih kecil dan superfisial
(Zeis atau Moll) dan hordeolum interna dimana infeksi terjadi pada kelenjar
12
Meibom. Hordeolum sering dihubungkan dengan diabetes, gangguan pencernaan
dan jerawat. 1,3
2.2 INSIDENS
Data epidemiologi internasional menyebutkan bahwa hordeolum
merupakan jenis penyakit infeksi kelopak mata yang paling sering
ditemukan. Insidensi tidak bergantung pada ras dan jenis kelamin.2,3
13
orbital adalah bagian preseptal. Segmen luar palpebra disebut bagian orbita.
Orbikularis okuli dipersarafi oleh nervus facialis.3,4
Jaringan Areolar Terdapat di bawah muskulus orbikularis okuli,
berhubungan dengan lapis subaponeurotik dari kulit kepala.Tarsus merupakan
struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan fibrosa padat yang
disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas jaringan penyokong
kelopak mata dengan kelenjar Meibom (40 buah di kelopak atas dan 20 buah di
kelopak bawah).3
Konjungtiva Palpebrae bagian posterior palpebrae dilapisi selapis
membran mukosa, konjungtiva palpebra, yang melekat erat pada tarsus.Margo
palpebra dipisahkan oleh garis abu-abu (batas mukokutan) menjadi margo anterior
dan posterior. Margo anterior terdiri dari bulu mata, glandula Zeiss dan
Moll.Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang bermuara
dalam folikel rambut pada dasar bulu mata.Glandula Moll adalah modifikasi
kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu baris dekat bulu mata.Margo
posterior berhubungan dengan bola mata, dan sepanjang margo ini terdapat
muara-muara kecil dari kelenjar sebasesa yang telah dimodifikasi (glandula
Meibom atau tarsal). Pungtum lakrimalis terletak pada ujung medial dari margo
posterior palpebra. Pungtum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah
melalui kanalikulus ke sakus lakrimalis.2,3
Fisura palpebrae adalah ruang elips di antara kedua palpebra yang
dibuka.Fisura ini berakhir di kantus medialis dan lateralis. Kantus lateralis kira-
kira 0,5 cm dari margo lateral orbita dan membentuk sudut tajam. Septum orbital
adalah fascia di belakang bagian muskularis orbikularis yang terletak di antara
margo orbita dan tarsus dan berfungsi sebagai pemisah antara palpebra orbita.
Septum orbitale superius menyatu dengan tendo dari levator palpebra superior dan
tarsus superior; septum orbitale inferius menyatu dengan tarsus inferior.3,4
Retraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Di palpebra superior,
bagian otot rangka adalah levator palpebra superioris, yang berasal dari apeks
orbita dan berjalan ke depan dan bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan
bagian yang lebih dalam yang mengandung serat-serat otot polos dari muskulus
14
Muller (tarsalis superior). Di palpebra inferior, retraktor utama adalah muskulus
rektus inferior, yang menjulurkan jaringan fibrosa untuk membungkus muskulus
obliqus inferior dan berinsersio ke dalam batas bawah tarsus inferior dan
orbikularis okuli.Otot polos dari retraktor palpebrae disarafi oleh nervus simpatis.
Levator dan muskulus rektus inferior dipersarafi oleh nervus
okulomotoris.Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah a. Palpebra.
Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus V,
sedang kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus V.2,3
2.4 ETIOLOGI
1. Faktor Predisposisi
Lebih sering pada anak kecil dan dewasa muda, meskipun tidak ada
batasan umur dan pada pasien dengan tarikan pada mata akibat
ketidakseimbangan otot atau kelainan refraksi.Kebiasaan mengucek mata
atau menyentuh kelopak mata dan hidung, serta adanya blefaritis kronik
dan diabetes mellitus adalah faktor-faktor yang umumnya berkaitan
dengan hordeolum rekuren. Hiperlipidemia termasuk kolesterolemia,
hygiene lingkungan dan riwayat hordeolum sebelumnya juga
mempengaruhi.2
2. Organisme penyebab
15
Staphylococcus aureus adalah agent infeksi pada 90-95% kasus
hordeolum.5
2.5 KLASIFIKASI
Berdasarkan tempatnya, hordeolum terbagi menjadi 2 jenis :
1. Hordeolum interna, terjadi pada kelenjar Meibom. Pada hordeolum interna
ini benjolan mengarah ke konjungtiva (selaput kelopak mata bagian
dalam).
2. Hordeolum eksterna, terjadi pada kelenjar Zeis dan kelenjar Moll.
Benjolan nampak dari luar pada kulit kelopak mata bagian luar
(palpebra).3
2.6 PATOGENESIS
Kebanyakan hordeolum disebabkan infeksi Staphylococcus, biasanya
Staphylococcus aureus. Infeksi tersebut dapat mengenai kelenjar Meibom
(hordeolum interna), maupun kelenjar Zeis dan Moll (hordeolum eksterna). Proses
tersebut diawali dengan pengecilan lumen dan statis hasil sekresi kelenjar. Statis
ini akan mencetuskan infeksi sekunder oleh Staphylococcus aureus sehingga
terjadi pembentukan pus dalam lumen kelenjar. Secara histologis akan tampak
gambaran abses, dengan ditemukannya sel Polimorfonuklear (PMN) dan
debris nekrotik. Nyeri, hiperemis, dan edema palpebral adalah gejala khas pada
hordeolum.Intensitas nyeri mencerminkan beratnya edema palpebra. Apabila
pasien menunduk, rasa sakit bertambah. Pada pemeriksaan terlihat suatu benjolan
setempat, warna kemerahan, mengkilat dan nyeri tekan, dapat disertai bintik
kuning atau putih yang merupakan akumulasi pus pada folikel silia.1,2,5
2.7 MANIFESTASI KLINIK
1. Gejala Klinis
Tanda-tanda hordeolum sangat mudah dikenali, yaitu tampak adanya
benjolan pada kelopak mata bagian atas atau bawah, berwarna kemerahan dan
nyeri. Hordeolum eksterna adalah infeksi pada kelenjar Zeis dan kelenjar Moll.
Benjolan nampak dari luar pada kulit kelopak mata bagian luar (palpebra).
16
Hordeolum interna adalah infeksi yang terjadi pada kelenjar Meibom. Pada
hordeolum interna ini benjolan mengarah ke konjungtiva (selaput kelopak mata
bagian dalam). Benjolan akan nampak lebih jelas dengan membuka kelopak mata.
Hordeolum internum biasanya berukuran lebih besar dibanding hordeolum
eksternum.6,7
2. Tanda klinik
Pada stadium selulitis ditandai dengan adanya benjolan keras, kemerahan,
lokal, nyeri, edema, umumnya pada margo palpebral.
Pada stadium absesditandai dengan adanya pus yang dapat terlihat berupa
bintik kuning atau putih pada kelopak mata pada silia yang terifeksi. Umumnya
pembentukan hordeolum tunggal, namun bisa lebih dari satu/multipel (hordeola).2
Pseudoptosis atau ptosis dapat terjadi akibat bertambah beratnya kelopak
mata sehingga sukar diangkat.Pada pasien dengan hordeolum, kelenjar preaurikel
kadang ditemukan ikut membesar. Keluhanlain yang umumnya dirasakan oleh
penderita hordeolum diantaranya rasa mengganjal pada kelopak mata, nyeri tekan
dan intensitas nyeri bertabah bilapasien menunduk. Hordeolum dapat membentuk
abses di kelopak mata dan pecah dengan mengeluarkan nanah.6,7,8
17
Gambar 3.Hordeolum interna
2.8 PEMERIKSAAN
Diagnosis dapat di tegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisis seperti
yang telah dipaparkan di atas.
2.9 DIAGNOSIS BANDING
KALAZION
Kalazion merupakan peradangan granulomatosa kelenjar Meibom
yang tersumbat. Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar Meibom
dengan infeksi ringan yang mengakibatkan peradangan kronis tersebut.
Biasanya kelainan ini dimulai penyumbatan kelenjar oleh infeksi dan
jaringan parut lainnya.8,10
Kalazion juga disebabkan sebagai lipogranulomatosa kelenjar
Meibom. Kalazion mungkin timbul spontan disebabkan oleh sumbatan
pada saluran kelenjar atau sekunder dari hordeolum internum. Kalazion
dihubungkan dengan seborrhea, chronic blepharitis, dan acne rosacea.8
2.10 PENATALAKSANAAN
Dapat dengan kompres air hangat 2-3 kali per hari sangat membantu pada
stadium selulitis. Ketika bintik pus sudah terbentuk dapat dilakukan evakuasi
dengan epilasi pada silia yang berkaitan.Insisi pembedahan jarang dilakukan
kecuali pada abses yang besar. Antibiotik tetes (3-4 kali sehari) dan salep
antibiotik (saat akan tidur) sebaiknya diberikan setiap tiga jam untuk mengontrol
terjadinya infeksi. Obat anti inflamasi dan analgetik dapat diberikan untuk
18
mengurangi nyeri dan edema.Pada kasus tertentu yang jarang terjadi, hordeolum
dapat menyebabkan timbulnya selulitis preseptal sekunder sehingga dibutuhkan
pemberian antibiotik sistemik.Antibiotik sistemik dapat digunakan pula untuk
kontrol segera infeksi.Pada hordeolum rekuren, perlu dicari dan diterapi kondisi
predisposisi yang berkaitan. Jika tidak ada perbaikan kondisi dalam 48 jam, insisi
dan drainase bahan purulent dapat diindikasikan.1,2,4,6
Pada tindakan pembedahan berupa insisi hordeolum terlebih dahulu
diberikan anestesia topikal dengan pantokain tetes mata.Dilakukan anestesi
infiltrasi dengan prokain atau lidokain di daerah hordeolum dan dilakukan insisi
yang bila :
-
Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra.
-
Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus pada
margo palpebra.
Setelah dilakukan insisi dilakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh isi jaringan
meradang di dalam kantongnya dan kemudian diberi salep antibiotik.11
2.11 PROGNOSIS
Hordeolum termasuk gangguan kelopak mata yang jinak, namun
umumnya sering rekuren.4
2.12 KOMPLIKASI
Konjungtivitis
Astigmat
BAB III
ANALISIS KASUS
19
Berdasarkan hasil pengamatan mengenai keadaan rumah pasien, dapat
disimpulkan bahwa keadaan/ kondisi rumah pasien tidak mempengaruhi atau
memperberat penyakit yang diderita oleh pasien saat ini.
Hubungan diagnosis dengan lingkungan sekitar pada kasus ini, diagnosis
penyakit pada pasien ini tidak ada kaitannya terhadap lingkungan disekitarnya,
karena penyakit pasien ini bukan penyakit berbasis lingkungan.
3.4 Analisis kemungkinan berbagai factor risiko atau etiologi penyakit pada
pasien ini.
Beberapa etiologi dan factor predisposisi timbulnya hordeolum adalah
adanya infeksi oleh bakteri pada kelenjar dimata. Hal ini dapat disebabkan
karna faktor kebersihan tangan yang kurang terjada. Sehingga bisa menjadi
transmisi masuknya kuman ke bagian mata melalui tangan yang kotor
20
tersebut. Karna memiliki kebiasaan mengusap-usap mata menggunakan
tangan bila mata terasa gatal.
DAFTAR PUSTAKA
21
3. Sidarta, I, dkk. Sari Ilmu Penyakit Mata, Cetakan III, Balai Penerbit FK
UI, Jakarta 2003: Hal15 -16
4. Michael, P. 2009. Hordeolum. Online :
http://emedicine.medscape.com/article/1213080 American academy of
opthalmology. 2008. Clasification and management of eyelid disorders. In
orbit, eyelids, and lacrimal system. Singapore : lifelong education
opthalmologist. Pp 165-167.
5. Maria, B. 2007. Hordeolum.Online :
http://www.empowher.com/media/reference/hordeolum
22