Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN KASUS

* Kepaniteraan Klinik Senior/G1A218101/ Agustus 2020

* Pembimbing : dr. Rini Kartika, M.Kes

Diare Akut Tanpa Dehidrasi

Oleh:

Remo Alnovryanda Putra

G1A218101

Pembimbing:

dr. Rini Kartika, M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PUSKESMAS OLAK KEMANG
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020

i
LEMBAR PENGESAHAN

Diare Akut Tanpa Dehidrasi

Oleh:

Remo Alnovryanda Putra


G1A218101

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PUSKESMAS OLAK KEMANG
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020

Jambi, Agustus 2020

Pembimbing

dr. Rini Kartika, M.Kes

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt., karena dengan rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan tugas Laporan Kasus pada Kepaniteraan Klinik
Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Jambi.

Tugas ini bertujuan agar penulis dapat memahami lebih dalam mengenai
teori-teori yang diberikan selama menjalani Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian
Ilmu Kesehatan Masyarakat dan melihat penerapannya secara langsung di
lapangan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Rini
Kartika, M.Kes., sebagai pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk
membimbing penulis dalam penyusunan laporan kasus.

Penulis menyadari keterbatasan dan kekurangan dalam penulisan,


sehingga diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak
yang membacanya. Semoga tugas ini dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak yang membutuhkan.

Jambi, Agustus 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan...................................................................................................................ii

Kata Pengantar............................................................................................................................iii

Daftar Isi........................................................................................................................................iv

Bab I Status Pasien....................................................................................................................1

Bab II Tinjauan Pustaka...........................................................................................................8

Bab III Analisa Kasus..............................................................................................................26

Daftar Pustaka............................................................................................................................28

iv
BAB I
STATUS PASIEN

I. Identitas Pasien
a. Nama : An. MZ
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. Umur : 2 tahun 7 bulan
d. Pekerjaan : Belum bekerja
e. Alamat : RT 12 Sarang Burung

II. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga


a. Status Perkawinan : Belum menikah
b. Jumlah anak/ saudara : Anak ke-2 dari 2 bersaudara
c. Status ekonomi keluarga : Cukup
d. Kondisi Lingkungan Keluarga dan Kebiasaan:
Pasien tinggal bersama dengan kedua orangtuanya, dan 1 orang
kakaknya. Tidak ada masalah keluarga dan keharmonisan dalam keluarga
baik. Pasien makan 3-4x sehari. Keluarga telah menjalankan cuci tangan
menggunakan sabun.

III. Aspek Psikologis di Keluarga


- Pasien tinggal bersama kedua orang tua dan kakaknya
- Hubungan dengan anggota keluarga baik

IV. Riwayat Penyakit Sekarang


Keluhan Utama :
BAB cair sejak r12 jam sebelum ke PKM.

1
Riwayat Perjalanan Penyakit :
Pasien datang ke Puskesmas Olak Kemang dengan keluhan BAB
cair sejak ±12 jam sebelum ke Puskesmas. Ibu pasien mengaku bahwa pasien
telah BAB sebanyak >3 kali dengan volume masing-masing BAB ±1/4 gelas
belimbing, cair, ampas disangkal, lendir disangkal, dan adanya darah
disangkal. Ibu pasien mengaku bahwa sebelum pasien mengalami keadaan ini,
pasien mengkonsumsi makanan pedas. Tidak ada hal yang memperingan
keluhan pasien. Muntah (-), demam (-), batuk (-), pilek (-), nyeri menelan (-),
sesak nafas (-), kejang (-), mimisan (-), BAK normal seperti biasa, penderita
masih mau makan dan minum dan masih rewel, pasien tidak tampak merasa
kehausan namun tampak lemas kemudian penderita dibawa ke Puskesmas.
Sebelumnya pasien belum mendapat pengobatan

V. Riwayat Penyakit Dahulu


x Riwayat dengan keluhan yang sama (-)
x Riwayat trauma sebelumnya disangkal.
x Riwayat alergi susu, makanan, dan obat disangkal
x Riwayat asma disangkal

VI. Riwayat Penyakit Keluarga


x Riwayat dengan keluhan yang sama(-)
x Riwayat alergi (-)
x Riwayat darah tinggi (-)
x Riwayat kencing manis (-)

VII. Pemeriksaan Fisik


Status Generalisata
1. Keadaan Umum : tampak sakit ringan
2. Kesadaran : compos mentis
3. Tekanan Darah :-
4. Nadi : 90x/menit, tekanan kuat, isi cukup

2
5. Pernafasan : 22 x/menit
6. Suhu : 36,5°C
7. Berat Badan : 13 kg
8. Tinggi Badan : 94 cm

Pemeriksaan Organ
™ Kepala Bentuk : normocephal, simetris, jejas (-)
™ Mata Exopthalmus/enophtal: (-)
Kelopak : normal
Conjungtiva : anemis (-/-)
Sklera : ikterik (-/-)
+
Pupil : bulat, isokor, refleks cahaya /+
Mata cekung : -/-
Air mata : +/+
™ Telinga : Nyeri tarik daun telinga (-), sekret (-)
™ Hidung : Rhinorhea (-), deviasi septum (-), perdarahan (-)
™ Mulut Bibir : kering (-), sianosis (-)
Gigi geligi : belum lengkap
Palatum : dbn
Gusi : warna merah muda, perdarahan (-)
Lidah : kotor (-), ulkus (-), stomatitis (-)
Tonsil : T1-T1, hiperemis (-), detritus (-)
™ Leher : pembesaran KGB (-), pembesaran tiriod (-)
™ Thoraks;

Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat


Palpasi Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula kiri
Perkusi Tidak dilakukan
Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)

3
Pulmo (Paru)
Pemeriksaan Kanan Kiri
Inspeksi Statis & dinamis: simetris Statis & dinamis : simetris
Palpasi Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi Vesikuler, Wheezing (-), Vesikuler, Wheezing (-),
ronkhi (-) ronkhi (-)
™ Abdomen
Inspeksi Cembung, sikatriks (-), dilatasi vena (-)
Palpasi Supel, turgor kulit baik, nyeri tekan (-), hati
dan lien tidak teraba
Perkusi Timpani
Auskultasi Bising usus (+)
™ Ekstremitas Atas : akral hangat, edema (-), CRT< 2 detik
Ekstremitas bawah : akral hangat, edema (-), CRT< 2 detik

VIII. Pemeriksaan Penunjang


Tidak dilakukan

IX. Pemeriksaan Penunjang Anjuran


a. Darah rutin
b. Elektrolit
c. Feses rutin
d. Kultur feses

X. Diagnosis Kerja
Diare akut tanpa dehidrasi

XI. Diagnosis Banding


™ Disentri Amoeba (A06.0)
™ Kolera (A00.0)

4
™ Giardiasis (A07.1)
XII. Manajemen
a. Promotif :
™ Menjelaskan pada pasien mengenai penyakit diare yang pasien derita
mulai dari penyebab, faktor risiko, pengobatan, pencegahan, serta komplikasi.
™ Menjelaskan tentang nutrisi, pentingnya makanan bergizi dan seimbang
untuk membantu proses penyembuhan.
™ Menjelaskan tentang kebersihan perorangan, cuci tangan sebelum
makan
™ Menjelaskan tentang kebersihan lingkungan, BAB di jamban
™ Menjelaskan agar mengkonsumsi makanan yang dimasak dan hindari
makan makanan mentah
™ Menjelaskan agar mengkonsumsi air minum yang bersih

b. Preventif :
™ Menjaga kebersihan personal
™ Gunakan air minum yang bersih dari sumur atau sumber air yang
terjaga kebersihannya dan dimasak.
™ Pengolahan makanan yanag dimasak dengan baik untuk menghindari
kontaminasi
™ Cuci tangan dengan sabun setelah buang air besar, sebelum makan dan
sebelum menyiapkan makanan
™ BAB di jamban

c. Kuratif :
Non Farmakologi
a) Diet makanan lunak
b) Pastikan konsumsi cairan selama diare tetap adekuat untuk mencegah
kehilangan cairan yang lebih lanjut
c) Beri makanan kaya kalium seperti pisang

5
Farmakologi
™ Oralit 100-200 ml Æ tiap kali BAB cair
™ Zink 1 x 20 mg per oral selama 10 hari, dilarutkan dalam 1 sendok
air matang

Pengobatan tradisional
™ Jambu Biji (Psidium guajava)
Cara pembuatan: bahan dihaluskan, tambahkan garam
secukupnya dan ½ cangkir air hangat, saring, dan diminum
sekaligus. Dosis: 3x30 g daun/sehari, selama 3 hari bila perlu

d. Rehabilitatif
™ Kontrol ulang dan kultur feses ulang setelah 2-3 hari pengobatan atau
segera kembali ke puskesmas bila:
- BAB cair lebih sering -
Muntah berulang
- Sangat haus
- Makan dan minum sangat sedikit -
Timbul demam
- BAB berdarah
- Tidak membaik dalam 3 hari
™ Pemeriksaan feses rutin 2 kali seminggu.
™ Berikan antibiotic jika keluhan diare tidak berkurang dan jika keluhan
diare disertai lendir dan darah
™ Memberikan dukungan kepada pasien dan keluarga dan menyarankan
keluarga pasien untuk membantu mengawasi kegiatan pasien agar jangan beraktivitas terlalu
berat dan tetap menjaga kebersihan lingkungan.

DINAS KESEHATAN KOTA JAMBI


PUSKESMAS OLAK KEMANG
dr. Remo Alnovryanda Putra
SIP. G1A218101
Jl. Pasir Panjang, Jambi/ Telp. (0741)
88351858

Jambi, 6 Agustus
2020 DINAS KESEHATAN KOTA JAMBI
PUSKESMAS OLAK KEMANG
R/ Zinc tab 20 mg No. X dr. Remo Alnovryanda Putra
S 1 dd tab I pc SIP. G1A218101
R/ Oralit sachet No. X Jl. Pasir Panjang, Jambi/ Telp. (0741)
S prn sach I 88351858

Jambi, 6 Agustus
2020

R/ Lacto B sachet No. X


S 3 dd sach I
R/ Zinc tab 20 mg No. X
S 1 dd tab I pc
Pro : An MZ R/ Oralit sachet No. X
Umur : 2 tahun 7 bulan S prn sach I
BB : 13 kg
Alamat : RT 12 Sarang Burung

DINAS KESEHATAN KOTA JAMBI


PUSKESMAS OLAK KEMANG Pro : An MZ
dr. Remo Alnovryanda Putra Umur : 2 tahun 7 bulan
SIP. G1A218101 BB : 13 kg
Jl. Pasir Panjang, Jambi/ Telp. (0741) Alamat : RT 12 Sarang Burung
88351858

Jambi, 6 Agustus 2020


DINAS KESEHATAN KOTA JAMBI
R/ Tetrasiklin tab 200 mg No. XII
PUSKESMAS OLAK KEMANG
S 4 dd tab I dr. Remo Alnovryanda Putra
R/ Paracetamol tab 500 mg No. X SIP. G1A218101
S 3 dd tab ½ Jl. Pasir Panjang, Jambi/ Telp. (0741)
R/ Zinc tab 20 mg No. X 88351858
S 1 dd tab I pc
R/ Oralit sachet No. X Jambi, 6 Agustus 2020
S prn sach I
R/ Paracetamol 120 mg/5 mL syr
No. I s prn 3 dd cth II
R/ Zinc tab 20 mg No. X
S 1 dd tab I pc
Pro : An MZ R/ Oralit sachet No. X
Umur : 2 tahun 7 bulan S prn sach I
BB : 13 kg
Alamat : RT 12 Sarang Burung

Pro : An MZ
Umur : 2 tahun 7 bulan
BB : 13 kg
7 Alamat : RT 12 Sarang Burung
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya,
lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Menurut WHO, diare adalah buang air
1
besar encer lebih dari 3x sehari baik disertai lendir dan darah maupun tidak.
Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali per hari,
disertai dengan perubahan konsitensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir
1
dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu.

2.2 Etiologi
Penyebab infeksi utama timbulnya diare umumnya adalah golongan virus,
bakteri dan parasit. Dua tipe dasar dari diare akut karena infeksi adalah non-
inflammatory dan inflammatory. Enteropatogen menimbulkan diare non-
inflammatory melalui produksi enterotoksin oleh bakteri, destruksi sel permukaan
vili oleh virus, perlekatan oleh parasit, perlekatan dan/atau translokasi dari bakteri.
Sebaliknya diare inflammatory biasanya disebabkan oleh bakteri yang menginvasi
1,6
usus secara langsung atau memproduksi sitotoksin.

Tabel 1. Etiologi Diare Akut


Infeksi
1. Enteral
x Bakteri: Shigella sp, E. Coli patogen, Salmonella sp, Vibrio cholera,
Yersinia entreo colytica, Campylobacter jejuni, V. Parahaemoliticus,
VNAG, Staphylococcus aureus, Streptococcus, Klebsiella,
Pseudomonas, Aeromonas, Proteis, dll

8
x Virus: Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Norwalk like virus,
cytomegalovirus (CMV), echovirus , virus HIV
x Parasit – Protozoa: Entamoeba histolytica, Giardia lamblia,
Cryptosporadium parvum, Balantidium coli.
x Worm: A. Lumbricoides, cacing tambang, Trichuris trichura, S.
Sterocoralis, cestodiasis dll
x Fungus: Kardia/moniliasis
2. Parenteral: Otitits media akut (OMA), pneumonia, Traveler’s diartthea:
E.Coli, Giardia lamblia, Shigella, Entamoeba histolytica, dll
x Intoksikasi makanan: Makanan beracun atau mengandung logam berat,
makanan mengandung bakteri/toksin: Clostridium perfringens, B.
Cereus, S. aureus, Streptococcus anhaemohytivus, dll
x Alergi: susu sapi, makanan tertentu
x Malabsorpsi/maldifesti: karbohidrat: monosakarida (glukosa, galaktosa,
fruktosa), disakarida(laktosa, maltosa, sakarosa), lemak: rantai panjang
trigliserida, protein: asam amino tertentu, celiacsprue gluten
malabsorption, protein intolerance, cows milk, vitamin &mineral

3. Imunodefisiensi
4. Terapi obat, antibiotik, kemoterapi, antasid, dll
5. Tindakan tertentu seperti gastrektomi, gastroenterostomi, dosis tinggi terapi
radiasi
6. Lain-lain: Sindrom Zollinger-Ellison, neuropati autonomik (neuropatik
diabetik)

9
7
Tabel 2. Enteropatogen penyebab diare yang tersering berdasarkan umur

Di samping itu penyebab diare noninfeksi yang dapat menimbulkan diare


pada anak antara lain alergi makanan, neoplasma, defek anatomis (seperti atrofi
mikrovilli, malrotasi, dan penyakit Hirschsprung), malabsorbsi, keracunan
makanan, dan penyebab lain seperti infeksi non-gastrointestinal, alergi susu sapi,
keracunan makanan, dan defisiensi imun.

2.3 Patofisiologi
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofiologi, antara lain

a. Osmolaritas intraluminal yang meningkat, disebut diare osmotik


b. Sekresi cairan dan elektrolit meningkat, disebut diare sekretorik
c. Gangguan motilitas usus

Diare tipe osmotik disebabkan oleh peningkatan tekanan osmotik


intralumen usus halus yang disebabkan oleh obat-obatan atau zat kimia yang
hiperosmotik (MgSO4, Mg(OH)2, malabsorbsi umum, dan defek dalam absorbsi
mukosa usus misal pada defisiensi disararidase, malabsorbsi glukosa/galaktosa.

Diare tipe sekretorik disebabkan oleh meningkatnya sekresi air maupun


elektrolit dari usus, menurunnya absorbsi. Yang khas pada diare ini yaitu secara klinis
ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak sekali. Diare tipe ini akan tetap
berlangsung walaupun dilakukan puasa makan/minum. Penyebab dari diare

10
tipe ini antara lain karena efek enterotoksin pada infeksi Vibrio cholerae, atau
Escherichia coli, penyakit yang menghasilkan hormon (VIPoma), reseksi ileum
(gangguan absorbsi garam empedu), dan efek obat laksatif (dioctyl sodium
sulfosuksinat, dll). Diare karena gangguan motilitas usus terjadi akibat adanya
gangguan pada kontrol otonomik,misal pada diabetik neuropathi, post vagotomi,
post reseksi usus serta hipertiroid.

3,6
2.4 Manifestasi Kinis
Buang air besar yang frekuesinya lebih sering dan konsistensi tinja lebih
encer dari biasanya, warna tinja disertai lendir dan atau darah dan bau tinja. Pada
diare oleh karena intoleransi, anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya
defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat banyaknya asam laktat
yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus selama diare.

Gejala muntah, anoreksia, kembung dapat terjadi sebelum / sesudah diare


yang disebabkan oleh radang pada gaster atau akibat gangguan keseimbangan
asam basa dan elektrolit. Bila penderita telah kehilangan banyak cairan dan
elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak, berat badan turun, turgor kulit
berkurang, mata dan ubun – ubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan
mulut serta kulit tampak kering.

Semua anak dengan diare, harus diperiksa apakah menderita dehidrasi dan
klasifikasikan status dehidrasi sebagai dehidrasi berat, dehidrasi ringan/ sedang
atau tanpa dehidrasi. Dehidrasi dapat diklasifikasikan berdasarkan defisit air dan
atau keseimbangan elektrolit. Dehidrasi ringan bila penurunan berat badan kurang
dari 5%, dehidrasi sedang bila penurunan berat badan antara 5%-10% dan
dehidrasi berat bila penurunan lebih dari 10%.

11
Tabel 3. Klasifikasi Tingkat Dehidrasi Anak Dengan Diare

Tabel 3. Klasifikasi Tingkat Dehidrasi Anak Dengan Diare

Berdasarkan konsentrasi Natrium plasma tipe dehidrasi dibagi 3 yaitu:


dehidrasi hiponatremia (<130 mEg/L), dehidrasi iso-natrema (130m – 150 mEg/L)
dan dehidrasi hipernatremia (> 150 mEg/L). Pada umunya dehidrasi yang terjadi
adalah tipe iso – natremia (80%) tanpa disertai gangguan osmolalitas cairan tubuh,
sisanya 15 % adalah diare hipernatremia dan 5% adalah diare hiponatremia.

Kehilangan bikarbonat bersama dengan diare dapat menimbulkan asidosis


metabolik dengan anion gap yang normal (8-16 mEg/L), biasanya disertai
hiperkloremia. Selain penurunan bikarbonat serum terdapat pula penurunan pH
darah kenaikan pCO2. Hal ini akan merangsang pusat pernapasan untuk

12
meningkatkan kecepatan pernapasan sebagai upaya meningkatkan eksresi CO2
melalui paru (pernapasan Kussmaul) Untuk pemenuhan kebutuhan kalori terjadi
pemecahan protein dan lemak yang mengakibatkan meningkatnya produksi asam
sehingga menyebabkan turunnya nafsu makan bayi. Keadaan dehidrasi berat
dengan hipoperfusi ginjal serta eksresi asam yang menurun dan akumulasi anion
asam secara bersamaan menyebabkan berlanjutnya keadaan asidosis.

Kadar kalium plasma dipengaruhi oleh keseimbangan asam basa, sehingga


pada keadaan asidosis metebolik dapat terjadi hipokalemia. Kehilangan kalium juga
melalui cairan tinja dan perpindahan K+ ke dalam sel pada saat koreksi asidosis dapat
pula menimbulkan hipokalemia. Kelemahan otot merupakan manifestasi awal dari
hipokalemia, pertama kali pada otot anggota badan dan otot pernapasan. Dapat terjadi
arefleks, paralisis dan kematian karena kegagalan pernapasan. Disfungsi otot harus
menimbulkan ileus paralitik, dan dilatasi lambung. EKG mnunjukkan gelombang T
yang mendatar atau menurun dengan munculnya gelombang U. Pada ginjal
kekurangan K+ mengakibatkan perubahan vakuola dan epitel tubulus dan
menimbulkan sklerosis ginjal yang berlanjut menjadi oliguria dan gagal ginjal.

2.5 Diagnosis
1,2,4
Diagnosis
a) Anamnesis
Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut: lama
diare, frekuensi, volume, konsistensi tinja, warna, bau, ada/tidak lendir,
dan darah. Bila disertai muntahperlu ditanyakan volume dan frekuensinya.
Jumlah kencing biasa, berkurang, jarang, atau tidak kencing dalam 6-8 jam
terakhir bila terjadi dehidrasi. Makanan dan minuman yang diberikan
selama diare. Adakah panas atau penyakit lain yang menyertai seperti
batuk, pilek, otitis media, campak. Selain itu, tindakan yang telah
dilakukan ibu selama anak diare seperti memberi oralit, membawa berobat
ke Puskesmas atau ke Rumah Sakit dan obat-obatan yang diberikan serta
riwayat imunisasinya.

13
b) Pemeriksaan fisik
Kelainan-kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan fisik sangat
berguna dalam menentukan beratnya diare dari pada menentukan penyebab
diare. Status volume cairan tubuh dinilai dengan memperhatikan
perubahan ortostatik pada tekanan darah dan nadi, temperatur tubuh, dan
tanda toksisitas. Pemeriksaan abdomen yang seksama merupakan hal yang
penting. Adanya dan kualitas bunyi usus dan adanya atau tidak adanya
distensi abdomen dan nyeri tekan merupakan tanda penting untuk
menentukan etiologi diare akut.

Tabel 4. Gejala dan tanda khas diare akut akibat infeksi

c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)

1,4,6
k) Pemeriksaan penunjang
c) Laboratorium
x Pemeriksaan Tinja
o Makroskopis dan mikroskopis
o pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet
elinitest, bila diduga intoleransi gula.
o Bila perlu lakukan pemeriksaan biakan / uji resistensi.
x Pemeriksaan Darah Lengkap untuk mengetahui adanya infeksi sitemik
(diare yang disebabkan parenteral)
x Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah

14
dengan menentukan pH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi
dengan pemeriksaan analisa gas darah (bila memungkinkan).
x Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
x Pemeriksaan kadar elektrolit terutama natrium, kalium, kalsium dan
fosfor dalam serum (terutama bila ada kejang).

2.6 Penatalaksanaan
Departemen Kesehatan mulai melakukan sosialisasi Panduan Tata Laksana
Pengobatan diare pada balita yang baru didukung oleh Ikatan Dokter Anak
Indonesia, dengan merujuk pada panduan WHO. Tata laksana ini sudah mulai
diterapkan pada pelayanan kesehatan. Rehidrasi bukan satu-satunya strategi dalam
penatalaksanaan diare. Memperbaiki kondisi usus dan menghentikan diare juga
menjadi cara untuk mengobati pasien. Untuk itu, Departemen Kesehatan
menetapkan lima pilar penatalaksanaan diare bagi semua kasus diare yang diderita
anak baik yang dirawat di rumah maupun sedang dirawat di rumah sakit, yaitu:
1. Rehidrasi
2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
3. Makanan tetap diteruskan
4. Antibiotik selektif
5. Edukasi orang tua

2.6.1 Rehidrasi
Pengantian cairan dan elektrolit merupakan elemen yang penting dalam
terapi efektif diare akut. Beratnya dehidrasi secara akurat dinilai berdasarkan berat
badan yang hilang sebagai persentasi kehilangan total berat badan dibandingkan
berat badan sebelumnya sebagai baku emas.
Pemberian terapi cairan dapat dilakukan secara oral atau parateral. Pemberian
secara oral dapat dilakukan untuk dehidrasi ringan sampai sedang dapat
menggunakan pipa nasogastrik, walaupun pada dehidrasi ringan dan sedang. Bila
diare profus dengan pengeluaran air tinja yang banyak ( > 100 ml/kgBB/hari ) atau

15
muntah hebat (severe vomiting) sehingga penderita tak dapat minum sama sekali,
atau kembung yang sangat hebat (violent meteorism) sehingga upaya rehidrasi
oral tetap akan terjadi defisit maka dapat dilakukan rehidrasi parenteral walaupun
sebenarnya rehidrasi parenteral dilakukan hanya untuk dehidrasi berat dengan
gangguan sirkulasi. Keuntungan upaya terapi oral karena murah dan dapat
diberikan dimana-mana. AAP merekomendasikan cairan rehidrasi oral (ORS)
untuk rehidrasi dengan kadar natrium berkisar antara 75-90 mEq/L dan untuk
pencegahan dan pemeliharaan dengan natrium antara 40-60mEq/L Anak yang
diare dan tidak lagi dehidrasi harus dilanjutkan segera pemberian makanannya
sesuai umur.
a. Tanpa Dehidrasi
Beri cairan tambahan, sebagai berikut:
1. Jika anak masih mendapat ASI, nasihati ibu untuk menyusui anaknya lebih
sering dan lebih lama pada setiap pemberian ASI. Jika anak mendapat ASI eksklusif, beri
larutan oralit atau air matang sebagai tambahan ASI dengan menggunakan sendok. Setelah
diare berhenti, lanjutkan kembali ASI eksklusif kepada anak, sesuai dengan umur anak.
2. Pada anak yang tidak mendapat ASI eksklusif, beri satu atau lebih cairan
dibawah ini:
• larutan oralit
• cairan rumah tangga (seperti sup, air tajin, dan kuah sayuran)
• air matang

Untuk mencegah terjadinya dehidrasi, nasihati ibu untuk memberi cairan


tambahan – sebanyak yang anak dapat minum:
• Untuk Anak Berumur < 2 Tahun, Beri + 50–100 Ml Setiap Kali Anak BAB
• Untuk Anak Berumur 2 Tahun Atau Lebih, Beri + 100–200 Ml Setiap Kali
Anak BAB.

16
Bagan 1. Pedoman WHO Rencana Penanganan Diare di Rumah

b. Dehidrasi Ringan – Sedang

Rehidrasi pada dehidrasi ringan dan sedang dapat dilakukan dengan


pemberian oral sesuai dengan defisit yang terjadi dalam 3 jam pertama,
namun jika gagal dapat diberikan secara intravena sebanyak : 70 ml/kg bb
selama 5 jam untuk anak umur < 12 bulan dan 2,5 jam untuk anak > 12 bulan.
Pemberian cairan oral dapat dilakukan setelah anak dapat minum sebanyak
5ml/kgbb/jam. Biasanya dapat dilakukan setelah 3-4 jam pada bayi dan 1-2
jam pada anak . Penggantian cairan bila masih ada diare atau muntah dapat
diberikan sebanyak 10ml/kgbb setiap diare atau muntah.

17
Bagan 2. Pedoman WHO Rencana Penanganan Dehidrasi Sedang Ringan
Dengan Oralit

18
c. Dehidrasi Berat
Penderita dengan dehidrasi berat, yaitu dehidrasi lebih dari 10%
untuk bayi dan anak dan menunjukkan gangguan tanda-tanda vital tubuh
(somnolen-koma, pernafasan Kussmaul, gangguan dinamik sirkulasi)
memerlukan pemberian cairan elektrolit parenteral. Penggantian cairan
parenteral menurut panduan WHO diberikan sebagai berikut :
Tabel 4.

Walaupun pada diare terapi cairan parenteral tidak cukup bagi


kebutuhan penderita akan kalori, namun hal ini tidaklah menjadi masalah
besar karena hanya menyangkut waktu yang pendek. Apabila penderita
telah kembali diberikan diet sebagaimana biasanya. Segala kekurangan
tubuh akan karbohidrat, lemak dan protein akan segera dapat dipenuhi.
Itulah sebabnya mengapa pada pemberian terapi cairan diusahakan agar

19
penderita bila memungkinkan cepat mendapatkan makanan / minuman
sebagai biasanya bahkan pada dehidrasi ringan sedang yang tidak
memerlukan terapi cairan parenteral makan dan minum tetap dapat
dilanjutkan.

Bagan 3. Pedoman WHO Rencana Penanganan

Dehidrasi Berat Dengan Cepat

20
d. Pemilihan jenis cairan
Cairan Parenteral dibutuhkan terutama untuk dehidrasi berat dengan
atau tanpa syok, sehingga dapat mengembalikan dengan cepat volume
darahnya, serta memperbaiki renjatan hipovolemiknya. Cairan Ringer
Laktat (RL) adalah cairan yang banyak diperdagangkan dan mengandung
konsentrasi natrium yang tepat serta cukup laktat yang akan dimetabolisme
menjadi bikarbonat. Namun demikian kosentrasi kaliumnya rendah dan
tidak mengandung glukosa untuk mencegah hipoglikemia. Cairan NaCL
dengan atau tanpa dekstrosa dapat dipakai, tetapi tidak mengandung
elektrolit yang dibutuhkan dalam jumlah yang cukup. Jenis cairan
parenteral yang saat ini beredar dan dapat memenuhi kebutuhan sebagai
cairan pengganti diare dengan dehidrasi adalah Ka-EN 3B. Sejumlah
cairan rehidrasi oral dengan osmolaliti 210 – 268 mmol/1 dengan Na
berkisar 50 – 75 mEg/L, memperlihatkan efikasi pada diare anak dengan
kolera atau tanpa kolera.

2.6.2 Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut


Zinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat
mengembalikan nafsu makan anak. Penggunaan zinc ini memang popular
beberapa tahun terakhir karena memilik evidence based yang bagus. Beberapa
penelitian telah membuktikannya. Pemberian zinc yang dilakukan di awal
masa diare selam 10 hari ke depan secara signifikan menurunkan morbiditas
dan mortalitas pasien. Lebih lanjut, ditemukan bahwa pemberian zinc pada
pasien anak penderita kolera dapat menurunkan durasi dan jumlah tinja/cairan
yang dikeluarkan. Zinc termasuk mikronutrien yang mutlak dibutuhkan untuk
memelihara kehidupan yang optimal. Meski dalam jumlah yang sangat kecil,
dari segi fisiologis, zinc berperan untuk pertumbuhan dan pembelahan sel,
anti oksidan, perkembangan seksual, kekebalan seluler, adaptasi gelap,
pengecapan, serta nafsu makan. Zinc juga berperan dalam system kekebalan
tubuh dan meripakan mediator potensial

21
pertahanan tubuh terhadap infeksi. Dasar pemikiran penggunaan zinc
dalam pengobatan diare akut didasarkan pada efeknya terhadap fungsi
imun atau terhadap struktur dan fungsi saluran cerna dan terhadap proses
perbaikan epitel saluran cerna selama diare. Pemberian zinc pada diare
dapat meningkatkan absorpsi air dan elektrolit oleh usus
halus,meningkatkan kecepatan regenerasi epitel usus, meningkatkan
jumlah brush border apical, dan meningkatkan respon imun yang
mempercepat pembersihan pathogen dari usus. Pengobatan dengan zinc
cocok diterapkan di negara-negara berkembang seperti Indonesia yang
memiliki banyak masalah terjadinya kekurangan zinc di dalam tubuh
karena tingkat kesejahteraan yang rendah dan daya imunitas yang kurang
memadai. Pemberian zinc dapat menurunkan frekuensi dan volume buang
air besar sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya dehidrasi pada anak.

Dosis zinc untuk anak-anak


Anak di bawah umur 6 bulan : 10mg (½ tablet)/ hari
Anak di atas umur 6 bulan : 20 mg (1 tablet)/ hari

Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut meskipun anak


telah sembuh dari diare. Untuk bayi, tablet zinc dapat dilarutkan dengan
air matang, ASI, atau oralit, Untuk anak-anak yang lebih besar, zinc dapat
dikunyah atau dilarutkan dalam air matang atau oralit.

2.6.3 Makanan tetap diteruskan

ASI dan makanan tetap diteruskan sesuai umur anak dengan menu
yang sama pada waktu anak sehat untuk mencegah kehilangan berat badan
serta pengganti nutrisis yang hilang. Pada diare berdarah nafsu makan akan
berkurang. Jika anak menyusui, coba untuk meningkatkan frekuensi dan
durasi menyusuinya. Pasien diare tidak dianjurkan puasa, kecuali jika
muntah-muntah hebat. Jika curiga diare disebabkan karena intoleransi
laktosa hindarkan susu sapi dan susu formula. Adanya perbaikan nafsu

22
makan menandakan fase penyembuhan.
Secara umum, makanan yang sesuai untuk anak dengan diare
adalah sama dengan yang diperlukan oleh anak-anak yang sehat.
x Bayi segala usia yang menyusui harus tetap diberi kesempatan untuk
menyusui sesering dan selama mereka inginkan. Bayi sering menyusui lebih dari biasanya
dan ini harus didukung.
x Bayi yang tidak disusui harus diberikan susu biasa mereka makan (atau susu
formula) sekurang-kurangnya setiap tiga jam, jika mungkin dengan cangkir.
x Bayi di bawah usia 6 bulan yang diberi makan ASI dan makanan lain harus
diberikan ASI lebih banyak. Setelah anak tersebut sembuh dan meningkatnya pasokan ASI,
makanan lain harus diturunkan.
x Jika anak usia minimal 6 bulan atau sudah diberikan makanan lunak, ia harus
diberi sereal, sayuran dan makanan lain, selain susu. Jika anak di atas 6 bulan dan makanan
tersebut belum diberikan, maka harus dimulai selama episode diare atau segera setelah diare
berhenti. Daging, ikan atau telur harus diberikan, jika tersedia. Makanan kaya akan kalium,
seperti pisang, air kelapa hijau dan jus buah segar akan bermanfaat.
Berikan anak makanan setiap tiga atau empat jam (enam kali
sehari). Makan porsi kecil yang Sering, lebih baik daripada makan banyak
tetapi lebih jarang. Setelah diare berhenti, dapat terus memberi makanan
dengan energi yang sama dan membrikan satu lagi makan tambahan
daripada biasanya setiap hari selama setidaknya dua minggu. Jika anak
kekurangan gizi, makanan tambahan harus diberikan sampai anak telah
kembali berat badan normal.

2.6.4 Antibiotik selektif


Antibiotika pada umumnya tidak diperlukan pada semua diare akut
oleh karena sebagian besar diare infeksi adalah rotavirus yang sifatnya
self-limited dan tidak dapat dibunuh dengan antibiotika. Hanya sebagian
kecil (10-20%) yang disebabkan oleh bakteri pathogen.
Tabel . Antibiotik selektif sesuai dengan pathogen penyebab diare

23
Penyebab Antibiotik Pilihan Antibiotik Alternative

Tetracyclin 12,5 mg/ Eritromicyn 12,5


Kolera KgBB mg/KgBB
4x sehari selama 3 hari 4x sehari selama 3 hari

Pivmecillinam 20
mg/KgBB
4x sehari selama 5 hari
Ciprofloxacin 15
Shigella Dysentri mg/KgBB Ceftriaxone 50-100
2x sehari selama 3 hari mg/KgBB
1x sehari selama IM/IV
2-5 hari

Metronidazole 10
mg/KgBB
Amoebiasis 3x sehari selama 5 hari
(10 hari pada kasus
berat)

Metronidazole 10
Giardiasis mg/KgBB
3x sehari selama 5 hari

2.7 Edukasi 2,3,6


Edukasi orang tua
Pengetahuan yang baik seorang ibu sangat menentukan kesehatan anak.
Edukasi yang diberikan seperti cuci tangan sebelum memberi ASI, kebersihan
payudara juga perlu diperhatikan, kebersihan makanan termasuk sarana air bersih,
kebersihan peralatan makanan, dan lain-lain.

24
Selain itu Ibu harus membawa anaknya ke petugas kesehatan, jika anak:

• Buang air besar cair sering terjadi


• Muntah berulang-ulang
• Sangat haus
• Makan atau minum sedikit
• Demam
• Tinja Berdarah
• Anak tidak membaik dalam tiga hari.
Selain lima penatalaksanaan diare yang dianjurkan menurut WHO,
beberapa randomized controlled trials (RCT) dan meta-analisis menyatakan
bahwa probiotik efektif untuk pencegahan primer maupun sekunder serta untuk
mengobati diare.
Probiotik merupakan bakteri hidup yang mempunyai efek yang
menguntungkan pada host dengan cara meningkatkan kolonisasi bakteri probiotik
didalam lumen saluran cerna sehingga seluruh epitel mukosa usus telah diduduki
oleh bakteri probiotik melalui reseptor dalam sel epitel usus. Dengan mencermati
penomena tersebut bakteri probiotik dapat dipakai dengan cara untuk pencegahan
dan pengobatn diare baik yang disebabkan oleh Rotavirus maupun
mikroorganisme lain, pseudomembran colitis maupun diare yang disebabkan oleh
karena pemakaian antibiotika yang tidak rasional (antibiotik asociatek diarrhea )
dan travellers diarrhea. Dosis yang dianjurkan pada penyakit diare akut yang
10 11
disebabkan oleh infeksi adalah 10 –10 cfu, 2 kali sehari.

2.8 Prognosis
Bila kita menatalaksana diare sesuai dengan 4 pilar diare, sebagian besar
(90%) kasus diare pada anak akan sembuh dalam waktu kurang dari 7 hari,
sebagian kecil (5%) akan melanjut dan sembuh dalam kurang dari 7 hari, sebagian
8
kecil (5%) akan menjadi diare persisten.

25
BAB III
ANALISIS KASUS

3.1 Hubungan diagnosis penyakit dengan keadaan rumah dan lingkungan


sekitar
Secara umum, penyakit ini mempunyai hubungan dengan keadaan rumah,
yaitu kebersihan rumah dan sarana air bersih serta ventilasi rumah. Rumah yang
tidak bersih dan sehat dapat menyebabkan kuman-kuman berkembang dengan
baik sehingga dapat menimbulkan penyakit. Namun pada kasus ini tidak terdapat
hubungan dengan lingkungan sekitar.
3.2 Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga
Tidak terdapat hubungan diagnosa dengan keadaan keluarga dan hubungan
keluarga.
3.3 Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan
lingkungan sekitar
Tidak terdapat hubungan antara diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam
keluarga dan lingkungan
3.4 Analisis kemungkinan faktor risiko atau etiologi penyakit pada pasien
Pada pasien ini berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang dicurigai bahwa diare yang dialami oleh pasien ini adalah faktor
makanan yang bersifat iritatif.
3.5 Analisis untuk mengurangi paparan dengan faktor resiko atau etiologi
pada pasien ini
a. Menghindari makan makanan yang tidak dapat ditoleransi oleh tubuh.
b. Menjaga kebersihan tangan dengan mencuci tangan pakai sabunn
c. Sajikan makanan dimasak atau dipanaskan. Jika belum diolah dinginkan
makanan dalam kulkas. Membiarkan makanan pada suhu kamar dapat mendorong
pertumbuhan bakteri sehingga dapat dilakukan pencegahan diare.
d. Cuci permukaan alat atau perkakas untuk menghindari penyebaran kuman dari
satu tempat ke tempat yang lain.

26
3.6 Edukasi yang diberikan kepada pasien atau keluarga
Adapun edukasi yang dapat diberikan kepada pasien dan keluarga adalah:m
a. Budidayakan mencuci tangan pakai sabun
b. Hindari memakan makanan yang mengiritasi saluran cerna (pedas, asam)
c. Hindari membeli jajanan di sembarang tempat
d. Gunakan selalu air matang yang sudah direbus untuk konsumsi keluarga
e. Jelaskan kepada pasien apabila diare, terapi cairan sangat lah penting
f. Jelaskan kepada pasien tentang cara pembuatan dan pemberian oralit
g. Jelaskan kepada pasien dan keluarga tanda-tanda bahaya yang dapat terjadi
sehingga apabila ditemukan dapat segera ke IGD
h. Menganjurkan pasien untuk mengikuti semua anjuran dokter

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Mentri Kesehatan Republik


Indonesia. Available from : http://www.depkes.go.id/downloads/SK1216-01.pdf
2. Guerrant RL, Gilder TV, Steiner TS, et al. Practice Guidelines for the
Management of Infectious Diarrhea. Clinical Infectious Diseases 2001;32:331-51.
3. Lung E, Acute Diarrheal Disease. In: Friedman SL, McQuaid KR, Grendell JH,
editors. Current Diagnosis and Treatment in Gastroenterology. 2nd edition. New York: Lange
Medical Books, 2003. 131-50.
4. Ciesla WP, Guerrant RL. Infectious Diarrhea. In: Wilson WR, Drew WL,
Henry NK, et al editors. Current Diagnosis and Treatment in Infectious Disease. New York:
Lange Medical Books, 2003. 225-68.
5. Manatsathit S, Dupont HL, Farthing MJG, et al. Guideline for the
Management of acute diarrhea in adults. Journal of Gastroenterology and Hepatology
2002;17: S54-S71.
6. Jones ACC, Farthing MJG. Management of infectious diarrhoea. Gut 2004;
53:296-305.
7. Tjaniadi P, Lesmana M, Subekti D, et al. Antimicrobial Resistance of
Bacterial Pathogens Associated with Diarrheal Patiens in Indonesia. Am J Trop Med Hyg
2003; 68(6): 666-10.
8. Hendarwanto. Diare akut Karena Infeksi, Dalam: Waspadji S, Rachman AM,
Lesmana LA, dkk, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Edisi ketiga. Jakarta: Pusat
Informasi dan Penerbit Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI ;1996. 451-57.
9. Soewondo ES. Penatalaksanaan diare akut akibat infeksi (Infectious
Diarrhoea). Dalam: Suharto, Hadi U, Nasronudin, editor. Seri Penyakit Tropik Infeksi
Perkembangan Terkini Dalam Pengelolaan Beberapa penyakit Tropik Infeksi. Surabaya:
Airlangga University Press, 2002. 34-40.

28
10. Rani HAA. Masalah Dalam Penatalaksanaan Diare Akut pada Orang
Dewasa. Dalam: Setiati S, Alwi I, Kasjmir YI, dkk, Editor. Current Diagnosis and Treatment
in Internal Medicine 2002. Jakarta: Pusat Informasi Penerbitan Bagian Penyakit Dalam FK
UI, 2002. 49-56.
11. Tatalaksana Penderita Diare. Available from:
http://www.depkes.go.id/downloads/diare.pdf

29

Anda mungkin juga menyukai