Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KASUS

**Program Profesi Dokter/G1A220107/September 2022

*Preseptor/ dr. Imat Rahmatillah

LAPORAN KASUS

PERDARAHAN SUBKONJUNGTIVA

Oleh:

Andini Agustina, S.Ked**

G1A220107

Preseptor:

dr. Imat Rahmatillah

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER

ILMU KEDOKTERAN MASYARAKAT-KEDOKTERAN KELUARGA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

2022
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS

PERDARAHAN SUBKONJUNGTIVA

Andini Agustina, S.Ked

G1A220107

Jambi, September 2022

Preseptor

dr. Imat Rahmatillah


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang berjudul
“Perdarahan Subkonjungtiva”. Sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
kepaniteraan klinik senior di bagian Ilmu Kedokteran Masyarakat-Kedokteran
Keluarga (IKM-KK) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada yang telah bersedia meluangkan


waktu dan pikirannya untuk membimbing penulis selama menjalani mengikuti
kepaniteraan klinik senior di bagian Ilmu Kedokteran Masyarakat-Kedokteran
Keluarga (IKM-KK).

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada Laporan Kasus ini,
sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan Laporan
Kasus ini. Penulis mengharapkan semoga Laporan Kasus ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan pembaca.

Jambi, September 2022

Penulis
BAB I

STATUS PASIEN

1.1 Identitas Pasien


a. Nama : An.A
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
a. Usia : 7 tahun
b. Alamat : RT. 24 The Hok
c. Pekerjaan : Belum bekerja
d. Pendidikan : SD
1.2 Latar Belakang Sosio-Ekonomi-Demografi-Lingkungan-Keluarga
a. Status Perkawinan: Belum Menikah
b. Jumlah Saudara : Anak ke 2, dari 2 bersaudara
c. Status Ekonomi : Cukup
d. Lingkungan : Pasien tinggal bersama ibu dan ayah. Lingkungan
rumah pasien bersih, ventilasi dan pencahayaan
rumah baik.
1.3 Aspek Perilaku dan Psikologis di Keluarga
a. Pasien tinggal bersama ibu dan ayah. Hubungan pasien dengan seluruh
anggota keluarga baik.
b. Pasien biasa makan 3 kali sehari namun jarang makan sayur dan buah.

1.4 Keluhan Utama


Keluhan Utama: Mata kanan dan kiri berwarna merah sejak ± 3 SMRS

Keluhan Tambahan: Mata terasa penuh


1.5 Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien datang dengan keluhan mata kanan dan kiri berwarna merah
yang dirasakan sejak 3 hari yang lalu. Keluhan mata merah ini muncul setelah
pasien batuk kuat yang berulang. Awalnya warna merah yang tampak seperti
darah jumlahnya sedikit di tepi mata kanan dan kiri, lalu lama-lama meluas
tetapi tidak mencapai keseluruhan mata. Pasien juga mengeluhkan matanya
terasa penuh, namun nyeri dan pandangan kabur disangkal. Pasien
menggunakan obat tetes yang dibeli sendiri di apotik, namun pasien lupa
nama obatnya. Pasien juga mengkonsumsi obat batuk yang dibeli di apotik
namun keluhan mata dan batuknya tidak berkurang
1.6 Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat keluhan yang sama (-)
b. Riwayat alergi (-)
c. Riwayat batuk kuat yang lama sejak ± 1 minggu SMRS
1.7 Riwayat Penyakit Keluarga
a. Riwayat keluhan yang sama (-)
b. Riwayat alergi (-)
1.8 Riwayat Makanan, Alergi, Obat-obatan, dan Perilaku Kesehatan
a. Pasien makan 3x/hari dengan lauk nasi dan ayam saja namun jarang
makan sayur dan buah. Pasien sering membeli makanan siap saji.
b. Riwayat alergi (-)
c. Riwayat pemakaian obat-obatan rutin (-)
d. Pasien saat ini masih batuk, dan pasien selalu batuk dengan kuat dan sulit
untuk menahan batuknya.
e. Pasien jarang mencuci tangan sebelum dan sesudah beraktivitas dan
seringkali mengucek mata.
1.9 Pemeriksaan Fisik
Status Generalisata
a. Keadaan Umum : tampak sakit ringan
b. Kesadaran : compos mentis (GCS 15)
c. Tekanan Darah : 100/60 mmHg
d. Nadi : 80x/menit
e. Pernafasan : 20x/menit
f. Suhu : 36,5°C
g. Berat Badan : 18 kg
h. Tinggi Badan : 110 cm
Head to Toe
a. Kepala : Normocephal
b. Mata :
Pemeriksaan OD OS
Visus 6/6 6/6
TIO Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Hirschberg Normal Normal
Gerakan bola mata Normal Normal
Palpebra Normal Normal
Conjungtiva bulbi Injeksi konjungtiva(+), Injeksi konjungtiva(+),
injeksi siliar(-), injeksi siliar(-),
chemosis(-) chemosis(-)
Conjungtiva tarsal Hiperemis(-),edema(-) Hiperemis(-),edema(-)
Kornea Jernih Jernih
COA Dalam Dalam
Iris/Pupil Coklat, ukuran 3 mm, Coklat, ukuran 3 mm,
rct(+), rctl(+) rct(+), rctl(+)
Lensa Jernih Jenih
Fundus Tidak dilakukan Tidak dilakukan

c. Telinga : othore (-/-), nyeri (-/-)


d. Hidung : rinorhea (+/+), perdarahan (-/-), napas cuping
hidung (-/-)
e. Mulut : faring hiperemis (+), stomatitis (-), bibir pucat (-),
sianosis (-)
f. Leher : pembesaran KGB (-), nyeri tekan (-)
g. Thoraks
1) Jantung : Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS IV linea
midclavicula sinistra
Perkusi : Atas : ICS II linea parasternalis
sinistra
Kanan : ICS IV linea parasternalis
dekstra
Kiri : ICS IV linea midclavicula
sinistra
2) Paru : Inspeksi : simetris kanan = kiri
Palpasi : fremitus normal, nyeri tekan (-/-)
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : vesikuler (+/+), ronkhi (-/-),
wheezing (-/-)
h. Abdomen : Inspeksi : datar, sikatriks (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Palpasi : soepel, nyeri tekan (-),
organomegali (-)
Perkusi : timpani
i. Ekstremitas Atas : akral hangat, edema (-), CRT<2 detik
j. Ekstremitas Bawah: akral hangat, edema (-), CRT<2 detik
i. Status Gizi/IMT : Normal
1.10 Pemeriksaan Penunjang

1.11 Usulan Pemeriksaan


-

1.12 Diagnosis Kerja


Perdarahan Subkonjungtiva Okuli Dekstra et Sinistra

1.13 Diagnosis Banding


Konjuntiva hemoragic akut
1.14 Manajemen
a. Promotif
1) Menjelaskan mengenai penyakit perdarahan subkonjugtiva tentang
penyebab, faktor risiko, pengobatan, pencegahan, serta komplikasi.
2) Menjelaskan mengenai pentingnya makanan bergizi dan seimbang.
3) Menjelaskan kepada pasien untuk menjaga pola hidup bersih untuk
diri dan lingkungan sekitar pasien dan selalu mencuci tangan
a) Preventif
1) Menjelaskan mengenai cuci tangan yang benar dan momen cuci
tangan.
2) Menjelaskan mengenai etika batuk dan bersin serta jangan batuk
terlalu keras.
3) Menghindari kontak dengan orang-orang yang telah terinfeksi.

b) Kuratif
Farmakologi
Non-Farmakologi
1) Konsumsi air yang adekuat terutama air hangat dan makan makanan
yang bergizi.
2) Konsumsi buah dan sayur yang mengandung vitamin C.
3) Istirahat yang cukup. Untuk mengatasi mata merah perlu menjaga
kebersihan
Farmakologi
1) Cloramphenicol tetes mata ODS malam hari sebelum tidur
2) Ambroxol syrup 3x1 cth
Ilmiah 1
1) Levocin ED 6x1 tetes ODS
2) Cendo Lyteers 4x1 tetes ODS
3) Cloramphenicol oint. ODS malam hari sebelum tidur
Ilmiah 2
1) Vasacon (Nafazolin HCL) 4X1 tetes/hari ODS
2) Asam tranexamat 3x500 mg

Herbal

c) Rehabilitatif
1) Mengkonsumsi obat secara teratur.
2) Jika keluhan tidak membaik atau perdarahan melebar segera bawa ke
IGD terdekat.
Dinas Kesehatan Kota Jambi Puskesmas Dinas Kesehatan Kota Jambi Puskesmas
Kebun Kopi Kebun Kopi
dr. Andini Agustina dr. Andini Agustina
SIP : G1A220107 SIP : G1A220107
Jl. Raden Wijaya RT 25 kel. Thehok Kota Jambi Jl. Raden Wijaya RT 25 kel. Thehok Kota Jambi

Jambi,5 September 2022 Jambi, 5 September 2022

R/ Cloramphenicol tetes mata no.I R/ Vasacon (Nafazolin HCL) no.I


S.1 gtt 1 ODS S.4 gtt 1 ODS
R/ Ambroxol syrup no.I R/ Asam tranexamat no.X
S. 3 dd 1 cth S.3 dd tab 1

Pro An.A (7 tahun) Pro An.A (7 tahun)


Alamat : RT 24 The Hok Alamat : RT 24 The Hok

Dinas Kesehatan Kota Jambi Puskesmas


Kebun Kopi
dr. Andini Agustina
SIP : G1A220107
Jl. Raden Wijaya RT 25 kel. Thehok Kota Jambi

Jambi, 5 September 2022


R/ Levocin tetes mata no.I
S.6 gtt 1 ODS
R/ Cendo Lyteers tetes mata no.I
S.4 gtt 1 ODS
R/ Cloramphenicol tetes mata no.I
S. 1 gtt ODS

Pro : An.A (7 tahun)


Alamat : RT 24 The Hok
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Perdarahan subkonjungtiva adalah perdarahan akibat rapuhnya pembuluh
darah konjungtiva. Darah terdapat di antara konjungtiva dan sklera. Sehingga mata
akan mendadak terlihat merah dan biasanya mengkhawatirkan bagi pasien.

2.2 Epidemiologi
Dari segi usia, perdarahan subkonjungtiva dapat terjadi di semua kelompok
umur, namun hal ini dapat meningkat kejadiannya sesuai dengan pertambahan umur.
Penelitian epidemiologi di Kongo rata-rata usia yangmengalami perdarahan
subkonjungtiva adalah usia 30,7 tahun. Perdarahan subkonjungtiva sebagian besar
terjadi unilateral. Pada perdarahan subkonjungtiva tipe spontan tidak ditemukan
hubungan yang jelas dengan suatu kondisi keadaan tertentu. Kondisi hipertensi
memiliki hubungan yang cukup tinggi dengan angka terjadinya perdarahan
subkonjungtiva. Kondisi lainnya namun jarang adalah muntah, bersin, malaria,
penyakit sickle cell dan melahirkan.

2.3 Etiologi
1) Idiopatik, suatu penelitian oleh Parmeggiani F dkk di Universitas Ferara Italia
mengenai kaitan genetik polimorfisme faktor XIII Val34Leu dengan terjadinya
perdarahan subkonjungtiva didapatkan kesimpulan baik homozigot maupun
heterozigot faktor XIII Val34Leu merupakan faktor predisposisi dari perdarahan
subkonjungtiva spontan, alel Leu34 diturunkan secara genetik sebagai faktor resiko
perdarahan subkonjungtiva terutama pada kasus yang sering mengalami kekambuhan.
Mutasi pada faktor XIII Val34Leu mungkin sangat berhubungan dengan peningkatan
resiko terjadinya episode perdarahan subkonjungtiva.

2) Manuver Valsalva (seperti batuk, tegang, muntah, muntah, bersin).


3) Traumatik (terpisah atau berhubungan dengan perdarahan retrobulbar atau ruptur
bola mata)

4) Hipertens

5) Gangguan perdarahan (jika terjadi berulang pada pasien usia muda tanpa adanya
riwayat trauma atau infeksi), termasuk penyakit hati atau hematologik,diabetes, SLE,
parasit dan defisisensi vitamin C.

6) Berbagai antibiotik, obat NSAID, steroid, kontrasepsi dan vitamin A dan D yang
telah mempunyai hubungan dengan terjadinya perdarahan subkonjungtiva,
penggunaan warfarin.

7) Sequele normal pada operasi mata sekalipun tidak terdapat insisi pada konjungtiva.
8) Beberapa infeksi sistemik dapat menyebabkan perdarahan subkonjungtiva,
termasuk septikemia, demamtifoid, kolera, riketsia, malaria, dan virus (influenza,
smallpox, measles dll).

9) Perdarahan subkonjungtiva telah dilaporkan merupakan akibat emboli dari patahan


tulang panjang, kompresi dada, angiografi jantung, operasi bedah jantung.

10) Penggunaan lensa kontak, faktor resiko mayor perdarahan subkonjungtiva yang
diinduksi oleh penggunaan lensa kontak adalah konjungtiva khalasis danpinguecula.

11) Konjungtivokhalasis merupakan salah satu faktor resiko yang memainkan


peranan penting pada patomekanisme terjadinya perdarahan subkonjungtiva.

2.4 Manifestasi klinis


Sebagian besar tidak ada gejala simptomatis yang berhubungan dengan
perdarahan subkonjungtiva selain terlihat darah pada bagian sklera. Sangat jarang
mengalami nyeri ketika terjadi perdarahan subkonjungtiva pada permulaan. Ketika
perdarahan terjadi pertama kali, akan terasa tidak nyaman, terasa ada yang
mengganjal dan penuh di mata. Tampak adanya perdarahan di sklera dengan warna
merah terang (tipis) atau merah tua (tebal). Tidak ada tanda peradangan, kalaupun ada
biasanya peradangan yang ringan. Perdarahan akan terlihat meluas dalam 24 jam
pertama setelah itu kemudian akan berkurang perlahan ukurannya karena di absorpsi.

2.5 Patofisiologi
Konjungtiva adalah selaput tipis transparan yang melapisi bagian putih dari
bola mata (sklera) dan bagian dalam kelopak mata. Konjungtiva merupakan lapisan
pelindung terluar dari bola mata. Konjungtiva mengandung serabut saraf dan
sejumlah besar pembuluh darah yang halus. Pembuluh-pembuluh darah ini umumnya
tidak terlihat secara kasat mata kecuali bila mata mengalami peradangan. Pembuluh-
pembuluh darah di konjungtiva cukup rapuh dan dindingnya mudah pecah sehingga
mengakibatkan terjadinya perdarahan subkonjungtiva. Perdarahan subkonjungtiva
tampak berupa bercak berwarna merah terang di sclera. Karena struktur konjungtiva
yang halus, sedikit darah dapat menyebar secara difus di jaringan ikat subkonjungtiva
dan menyebabkan eritema difus, yang biasanya memiliki intensitas yang sama dan
menyembunyikan pembuluh darah. Konjungtiva yang lebih rendah lebih sering
terkena daripada bagian atas. Pendarahan berkembang secara akut, dan biasanya
menyebabkan kekhawatiran, meskipun sebenarnya tidakberbahaya. Apabila tidak ada
kondisi trauma mata terkait, ketajaman visual tidak berubah karena perdarahan terjadi
murni secara ekstraokulaer, dan tidak disertai rasa sakit. Secara klinis, perdarahan
subkonjungtiva tampak sebagai perdarahan yang datar, berwarna merah, di bawah
konjungtiva dan dapat menjadi cukup berat sehingga menyebabkan kemotik kantung
darah yang berat dan menonjol di atas tepi kelopakmata. Perdarahan subkonjungtiva
dapat terjadi secara spontan, akibat trauma,ataupun infeksi. Perdarahan dapat berasal
dari pembuluh darah konjungtiva atau episclera yang bermuara ke ruang
subkonjungtiva. Berdasarkan mekanismenya, perdarahan subkonjungtiva dibagi
menjadi dua,yaitu : a. Perdarahan subkonjungtiva tipe spontan Sesuai namanya
perdarahan subkonjungtiva ini adalah terjadi secara tiba-tiba (spontan). Perdarahan
tipe ini diakibatkan oleh menurunnya fungsi endotel sehingga pembuluh darah rapuh
dan mudah pecah. Keadaan yang dapat menyebabkan pembuluh darah menjadi rapuh
adalah umur, hipertensi, arterisklerosis, konjungtivitis hemoragik, anemia,
pemakaiananti koagulan dan batuk. Perdarahan subkonjungtiva tipe spontan ini
biasanya terjadi unilateral. Namun pada keadaan tertentu dapat menjadi bilateral atau
kambuh kembali, untuk kasus seperti ini kemungkinan diskrasia darah (gangguan
hemolitik) harus disingkirkan terlebih dahulu. b. Perdarahan subkonjungtiva tipe
traumatic. Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien sebelumnya mengalami trauma
di mata langsung atau tidak langsung yang mengenai kepala daerah orbita.
Perdarahan yang terjadi kadang-kadang menutupi perforasi jaringan bolamata yang
terjadi.

2.6 Diagnosis
Diagnosis dibuat secara klinis dari anamnesis tentang riwayat dapat
membantu penegakan diagnosis dan terapi lebih lanjut. Ketika ditemukan adanya
trauma, trauma dari bola mata atau orbita harus disingkirkan. Apabila perdarahan
subkonjungtiva idiopatik terjadi untuk pertama kalinya, langkah-langkah diagnostik
lebih lanjut biasanya tidak diperlukan. Dalam kejadian kekambuhan, hipertensi arteri
dan kelainan koagulasi harus disingkirkan. Pemeriksaan fisik bisa dilakukan dengan
memberi tetes mata proparacaine atau pantocain (topikal anestesi) jika pasien tidak
dapat membuka mata karena sakit dan curiga etiologi lain jika nyeri terasa berat atau
terdapat fotofobia. Pemeriksaan ketajaman visus merupakan hal yang wajib pada
setiap trauma di mata sekalipun hanya didapat perdarahan subkonjungtiva tanpa ada
trauma organ mata lainnya. Selanjutnya, periksa reaktivitas pupil dan mencari apakah
ada defek pupil, bila perlu, lakukan pemeriksaan dengan slit lamp. Curigai ruptur bola
mata jika perdarahan subkonjungtiva terjadi penuh. Jika pasien memiliki riwayat
perdarahan subkonjungtiva berulang, pertimbangkan untuk memeriksa waktu
pendarahan, waktu prothrombin, parsial tromboplastin, dan hitung darah lengkap
dengan jumlah trombosit.
2.7 Diagnosis banding
1. Konjungtivitis, hal ini dikarenakan memiliki kesamaan pada klinisnya yaitumata
merah.

2. Konjungtivitis hemoragik akut

2.8 Penatalaksanaan
Perdarahan subkonjungtiva biasanya tidak memerlukan pengobatan.
Pengobatan dini pada perdarahan subkonjungtiva ialah dengan kompres dingin.
Perdarahan subkonjungtiva akan hilang atau diabsorpsi dalam 1-2 minggu tanpa
diobati. Pada bentuk-bentuk berat yang menyebabkan kelainan dari kornea, dapat
dilakukan sayatan dari konjungtiva untuk drainase dari perdarahan. Pemberian air
mata buatan juga dapat membantu pada pasien yang simtomatis. Dari anamnesis dan
pemeriksaan fisik, dicari penyebab utamanya, kemudian terapi dilakukan sesuai
dengan penyebabnya. Tetapi untuk mencegah perdarahan yang semakin meluas
beberapa dokter memberikan vasacon (vasokonstriktor) dan multivitamin. Air mata
buatan untuk iritasi ringan dan mengobati faktor risikonya untuk mencegah risiko
perdarahan berulang. Perdarahan subkonjungtiva harus segera dirujuk ke spesialis
mata jika ditemukan kondisi berikut ini :

a. Nyeri yang berhubungan dengan perdarahan.

b. Terdapat perubahan penglihatan (pandangan kabur, ganda atau kesulitanuntuk


melihat)

c. Terdapat riwayat gangguan perdarahan.

d. Riwayat hipertensi.

e. Riwayat trauma pada mata.

2.9 Komplikasi
Pada perdarahan subkonjungtiva yang sifatnya menetap atau berulang
(kambuhan) harus dipikirkan keadaan lain, mengenai perdarahan subkonjungtiva
yang menetap atau mengalami kekambuhan didapatkan kesimpulan bahwa
perdarahan subkonjungtiva yang menetap merupakan gejala awal dari limfoma
adneksa okuler.

2.10 Prognosis
Secara umum prognosis dari perdarahan subkonjungtiva adalah baik. Karena
sifatnya yang dapat diabsorpsi sendiri oleh tubuh. Namun untuk keadaan tertentu
seperti sering mengalami kekambuhan, persisten atau disertai gangguan
pandanganmaka dianjurkan untuk dievaluasi lebih lanjut lagi.
BAB III

ANALISA KASUS

3.1 Hubungan Diagnosis dengan Keluarga


Pasien tinggal bersama orang tuanya. Hubungan pasien dengan seluruh
anggota keluarga baik. Sehingga tidak ada hubungan keluarga dengan
penyakit pasien.
3.2 Hubungan Diagnosis dengan Perilaku Kesehatan dalam Keluarga,
Lingkungan Sekitar, dan Kebiasaan
Pasien saat ini masih batuk, dan pasien selalu batuk dengan kuat dan
sulit untuk menahan batuknya dapat menyebabkan perdarahan subkonjungtiva
tipe spontan atau terjadi secara tiba-tiba (spontan). Perdarahan tipe ini
diakibatkan oleh menurunnya fungsi endotel sehingga pembuluh darah rapuh
dan mudah pecah. Keadaan yang dapat menyebabkan pembuluh darah
menjadi rapuh adalah umur, hipertensi, arterisklerosis, konjungtivitis
hemoragik, anemia, pemakaiananti koagulan dan batuk. Pasien juga jarang
mencuci tangan sebelum dan sesudah beraktivitas dan seringkali mengucek
mata sehingga memperparah resiko infeksi.
3.3 Analisis Kemungkinan Berbagai Faktor Risiko atau Etiologi Penyakit
pada Pasien
Fakto risiko yang dekat dengan penyakit pasien adalah pasien selalu
batuk dengan kuat dan jarang mencuci tangan sebelum dan sesudah
beraktivitas dan seringkali mengucek mata sehingga memperparah resiko
perdarahan dan infeksi.
3.4 Analisis untuk Mengurangi Paparan
a. Istirahat dan menjaga asupan makanan dengan gizi seimbang.
b. Menjelaskan mengenai cuci tangan yang benar dan momen cuci tangan.
c. Menjelaskan mengenai etika batuk dan bersin serta jangan batuk terlalu
keras.
d. Menghindari kontak dengan orang-orang yang telah terinfeksi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Asbury T,Riordan-Eva P.Alih Bahasa:Tambajong J, Pendit BU. 2007. Jakarta:


Widyamedika,

2. Asbury T,Sanitato JJ.Trauma dalam Oftalmologi Umum edisi 14.2009.Jakarta:


Widia medika.

3. Graham, R. K.Subconjuntival Hemorrhage1st Edition. 2009. Medscape’s


Continually Updated Clinical Reference.Diakses tanggal 29 Oktober 2013, dilihat
http://emedicine.medscape.com/article/1192122- overview.

4. K Lang, Gerhard. Ophthalmology A Short Textbook. 2000. Thieme Stuttgart :


New York. Penyakit Mata. Surabaya, RSUD Dokter Soetomo: 1994; 37 – 4

5. Prihatno AS. Cedera Mata. 2012 (Diakses dari website www.medicastore.com,


2000.pada tanggal 29 Oktober 2013).

6. Schlote, Pocket Atlas of Ophthalmology. 2006. Jakarta: Airlangga.

7. Sidarta, Ilyas. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Cet. 5. 2010. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI.

8. Sjukur BA, Yogiantoro M. Konjungtiva. Dalam: Pedoman Diagnosis dan Terapi


penyakit mata. 2012. Jakarta: Balai Pustaka.

9. Vaughan, Daniel G. Oftalmologi Umum. 2000. Widia Meka : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai