Anda di halaman 1dari 32

Public Health Report Session (PHRS)

*Kepaniteraan Klinis Senior/ G1A220091/ Mei 2022


**Pembimbing/ dr. Nuriyah, M.Biomed

PERMASALAHAN PERILAKU KESEHATAN MASYARAKAT


DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS KEBUN HANDIL

Disusun Oleh:
Jelica Oktaviani*

Pembimbing:
dr. Nuriyah, M.Biomed **

KEPANITERAAN KLINIS SENIOR


ILMU KESEHATAN MASYARAKAT - KEDOKTERAN KELUARGA
PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER
UNIVERSITAS JAMBI
2022
LEMBAR PENGESAHAN
Public Health Report Session (PHRS)

PERMASALAHAN PERILAKU KESEHATAN MASYARAKAT


DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS KEBUN HANDIL

Oleh :

Jelica Oktaviani

G1A220091

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT KEDOKTERAN KELUARGA
PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER
UNIVERSITAS JAMBI
2022

Jambi, Mei 2022

dr. Nuriyah, M.Biomed


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Permasalah
Perilaku Kesehatan Masyarakat Diwilayah Kerja Puskesmas Kebun Handil”,
disusun sebagai salah satu tugas Koas Ilmu Kesehatan Masyarakat di Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi.
Penulis mengucapkan terima kasih khususnya kepada dr. Maria Inge Jammin
selaku Kepala Puskesmas Kebun Handil Kota Jambi dan Koordinator posyandu, yang
telah memberikan informasi dan data dalam penyusunan tugas ini. Penulis juga
mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh petugas
Puskesmas Kebun Handil, kader-kader, dan bapak dan ibu yang telah berpartisipasi
menjadi narasumber dalam penyusunan tugas ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kesalahan dan
kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua
pihak sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua.

Jambi, Mei 2022

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................................
ii
DAFTAR ISI ..............................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LatarBelakang ........................................................................................................1
1.2.
Tujuan .....................................................................................................................2
1.2.1 Tujuan Umum...................................................................................................... 2
1.2.2 Tujuan Khusus .................................................................................................... 2
1.3.Manfaat....................................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kesehatan Kerja……… ....................................................................................... 4
2.2.Sektor Kerja Informal............................................................................................7
2.3. Sektor Kerja
Formal……………..........................................................................11
2.4. Pos Upaya Kesehatan Kerja…………................................................................. 15
BAB III IDENTIFIKASI DATA
3.1. Pekerja Informal di Bengkel Las ‘Helmi’.………………………….............................. 17
3.2. Pekerja Formal di Alfamart……… …............................................................................ 19
BAB IV ANALISIS MASALAH
4.1. Faktor Resiko Pekerja Informal di Bengkel Las ‘Helmi’.................................................21
4.2. Faktor Resiko Pekerja Formal di Alfamart………...……............................................... 27
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan ......................................................................................................................32
5.2. Saran ............................................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang
dipraktikan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan
seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri
(mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan
masyarakat. Dengan demikian, PHBS mencakup beratus-ratus bahkan mungkin
beribu-ribu perilaku yang harus dipraktikan dalam rangka mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya.1
Di bidang pencegahan dan penanggulangan penyakit serta penyehatan
lingkungan harus dipraktikan perilaku mencuci tangan dengan sabun, pengelolaan air
minum dan makanan yang memenuhi syarat, menggunakan air bersih, menggunakan
jamban sehat, pengelolaan limbah cair yang memenuhi syarat, memberantas jentik
nyamuk, tidak merokok di dalam ruangan dan lain-lain.1
Di bidang kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana harus dipraktikan
perilaku meminta pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, menimbang balita
setiap bulan, mengimunisasi lengkap bayi, menjadi akseptor keluarga berencana.1
Di bidang gizi dan farmasi harus dipraktikan perilaku makan dengan gizi
seimbang, minum Tablet Tambah Darah selama hamil, memberi bayi air susu ibu
(ASI) eksklusif, mengkonsumsi Garam Beryodium dan lain - lain. Sedangkan di
bidang pemeliharaan kesehatan harus dipraktikan perilaku ikut serta dalam jaminan
pemeliharaan kesehatan, aktif mengurus dan atau memanfaatkan upaya kesehatan
bersumberdaya masyarakat (UKBM), memanfaatkan Puskesmas dan fasilitas
pelayanan kesehatan.1

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk memahami dan mempelajari lebih lanjut mengenai perilaku kesehatan
masyarakat di wilayah kerja puskesmas kebun kopi
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui permasalahan perilaku kesehatan masyarakat di wilayah
kerja puskesmas kebun kopi
b. Untuk menentukan pemecahan masalah terkait perilaku kesehatan masyarakat
di wilayah kerja puskesmas kebun kopi
1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari makalah ini adalah sebagai berikut : 
a. Bagi penulis 
Penulis dapat memahami pola perilaku kesehatan masyarakat yang bisa
ditemukan pada wilayah kerja puskesmas kebun kopi.
b. Bagi Puskesmas 
Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk meningkatkan mutu
pelayanan terhadap edukasi dan promosi tentang perilaku kesehatan yang
tidak baik dari masyarakat di wilayah kerjanya. 
c. Bagi Masyarakat 
Masyarakat mendapatkan edukasi dan promosi mengenai pola perilaku yang
baik dan benar, agar dapat terhindar dari penyakit yang dapat disebabkan oleh
pola perilaku yang tidak sehat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)


2.1.1 Definisi
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang
dipraktikan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan
seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri
(mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan
masyarakat. Dengan demikian, PHBS mencakup beratus-ratus bahkan mungkin
beribu-ribu perilaku yang harus dipraktikan dalam rangka mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya.1
2.1.2 Tujuan
Gerakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan ujung tombak
untuk pembangunan kesehatan dalam rangka meningkatkan perilaku hidup sehat
masyarakat. Program PHBS di Rumah Tangga merupakan upaya untuk
memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan
perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di
masyarakat. PHBS di Rumah Tangga dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga
berperilaku hidup bersih dan sehat. Perilaku hidup bersih dan sehat seseorang sangat
berkaitan dengan peningkatkan kesehatan individu, keluarga, masyarakat dan
lingkungannya.1
2.1.3 Tatanan PHBS
Tatanan adalah suatu tempat dimana manusia secara aktif memanipulasi
lingkungan, sehingga menciptakan dan sekaligus juga mengatasi masalah-masalahnya
di bidang kesehatan. Jelas bahwa setiap tatanan memiliki kekhasan, sehingga dengan
demikian pembinaan PHBS harus disesuaikan untuk masing-masing tatanan. Telah
disepakai adanya lima tatanan, yaitu : 
1. Tatanan rumah tangga
2. Tatanan institusi pendidikan
3. Tatanan tempat kerja
4. Tatanan tempat umum
5. Tatanan fasilitas kesehatan

2.1.4 PHBS Di berbagai tatanan


PHBS mencakup semua perilaku yang harus dipratikkan di bidang pencegahan
dan penanggulangan penyakit, penyehatan lingkungan kesehatan ibu dan anak,
keluarga berencana, gizi, farmasi dan pemeliharaan kesehatan. Perilaku-perilaku
tersebut harus dipraktikkan dimana pun seseorang berada di rumah tangga, di institusi
pendidikan, di tempat kerja, di tempat umum dan di fasilitas pelayanan kesehatan –
sesuai dengan situasi dan kondisi yang dijumpai.
1. PHBS Di Rumah Tangga
Di rumah tangga, sasaran primer harus mempraktikkan perilaku yang dapat
menciptakan Rumah Tangga Ber-PHBS, yang mencakup :2

a. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan


b. Memberi bayi ASI eksklusif
c. Menimbang balita tiap bulan
d. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
e. Pengelolaan air minum dan makan di rumah tangga
f. Menggunakan jamban sehat (Stop Buang Air Besar Sembarangan/Stop
BABS)
g. Pengelolaan limbah cair di rumah tangga
h. Membuang sampah di tempat sampah
i. Memberantas jentik nyamuk
j. Makan buah dan sayur setiap hari
k. Melakukan aktifitas fisik setiap hari
l. Tidak merokok di dalam rumah2

2. PHBS Di Institusi Pendidikan


Di institusi pendidikan (kampus, sekolah, pesantren, seminari, padepokan dan
lain-lain), sasaran primer harus mempraktikkan perilaku yang dapat menciptakan
Institusi Pendidikan Ber-PHBS, yang mencakup antara lain : 

a. Mencuci tangan menggunakan sabun


b. Mengkonsumsi makanan dan minuman sehat
c. Menggunakan jamban sehat
d. Membuang sampah di tempat sampah
e. Tidak merokok
f. Tidak mengkonsumsi Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat Adiktif
lainnya (NAPZA)
g. Tidak meludah sembarang tempat
h. Memberantas jentik nyamuk

3. PHBS Di Tempat Kerja


Di tempat kerja (kantor, pabrik dan lain-lain), sasaran primer harus
mempraktikkan perilaku yang dapat menciptakan Tempat Kerja Ber-PHBS, yang
mencakup :

a. Mencuci tangan menggunakan sabun


b. Mengkonsumsi makanan dan minuman sehat
c. Menggunakan jamban sehat
d. Membuang sampah di tempat sampah
e. Tidak merokok
f. Tidak mengkonsumsi Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat Adiktif
lainnya (NAPZA)
g. Tidak meludah sembarang tempat
h. Memberantas jentik nyamuk

4. PHBS Di Tempat-Tempat umum


Di tempat umum (tempat ibadah, pasar, pertokoan, terminal, dermaga dan lain-
lain), sasaran primer harus mempraktikkan perilaku yang dapat menciptakan Tempat
Umum Ber-PHBS, yang mencakup :

a. Mencuci tangan menggunakan sabun


b. Mengkonsumsi makanan dan minuman sehat
c. Menggunakan jamban sehat
d. Membuang sampah di tempat sampah
e. Tidak merokok
f. Tidak mengkonsumsi Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat Adiktif
lainnya (NAPZA)
g. Tidak meludah sembarang tempat
h. Memberantas jentik nyamuk

5. PHBS Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan


Di fasilitas pelayanan kesehatan (klinik, Puskesmas, rumah sakit dan lain-lain),
sasaran primer harus mempraktikkan perilaku yang dapat menciptakan Fasilitas
pelayanan kesehatan Ber-PHBS, yang mencakup:
a. Mencuci tangan menggunakan sabun
b. Mengkonsumsi makanan dan minuman sehat
c. Menggunakan jamban sehat
d. Membuang sampah di tempat sampah
e. Tidak merokok
f. Tidak mengkonsumsi Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat Adiktif
lainnya (NAPZA)
g. Tidak meludah sembarang tempat
h. Memberantas jentik nyamuk

2. Perilaku

Hakikat perilaku

Perilaku individu berkaitan dengan faktor-faktor pengetahuan dan sikap individu.


Perilaku juga menyangkut dimensi kultural yang berupa sistem nilai dan norma.
Sistem nilai adalah acuan tentang hal-hal yang dianggap baik dan hal-hal yang
dianggap buruk. Sedangkan norma adalah aturan tidak tertulis yang disebut norma
sosial dan aturan tertulis yang disebut norma hukum. Selain itu, perilaku juga
berkaitan dengan dimensi ekonomi dan hal-hal lain yang merupakan pendukung
perilaku. Perilaku seseorang selain dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikapnya,
memiliki acuan kepada sistem nilai dan norma yang dianutnya. Dengan kata lain,
sistem nilai dan norma merupakan rambu-rambu bagi seseorang untuk melakukan
atau tidak melakukan sesuatu. Sistem nilai dan norma dibuat oleh masyarakat di suatu
tatanan untuk dianut oleh individu-individu anggota masyarakat tatanan tersebut.
Inilah yang juga disebut sebagai faktor-faktor predisposisi (predisposing factors).
Namun demikian sistem nilai dan norma, sebagai sistem sosial, adalah sesuatu
yang dinamis. artinya, sistem nilai dan norma suatu masyarakat akan berubah
mengikuti perubahan-perubahan lingkungan dari masyarakat yang bersangkutan. Jadi,
antara sistem nilai dan norma di satu pihak dengan individu-individu masyarakat di
pihak lain, terdapat hubungan timbal balik - sistem nilai dan norma mempengaruhi
perilaku individu, perilaku individu yang berubah akan dapat mengubah sistem nilai
dan norma.

Faktor – Faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat

Untuk sistem nilai dan norma yang sesuai dengan kaidah-kaidah kesehatan, perlu
diupayakan terpeliharanya sistem nilai dan norma tersebut. Sedangkan untuk sistem
nilai dan norma yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah kesehatan, perlu dilakukan
upaya guna mengubah sistem nilai dan norma tersebut melalui perubahan perilaku
individu-individu anggota masyarakat. Individu-individu anggota masyarakat yang
memiliki potensi besar untuk mengubah sistem nilai dan norma adalah mereka yang
disebut dengan pemuka masyarakat atau tokoh masyarakat, baik yang formal maupun
yang informal. 

Pemuka masyarakat formal mencakup para petugas atau pejabat kesehatan dan
mereka yang menduduki posisi formal (resmi) Akan tetapi perilaku juga menyangkut
dimensi ekonomi, termasuk tersedianya sarana dan prasarana. Seseorang yang sudah
mau berperilaku tertentu tidak pernah mempraktikkan perilaku itu karena tidak
adanya kemampuan secara ekonomis atau tidak tersedianya sarana. Misalnya,
seseorang yang sudah mau membuang hajat (air besar) di jamban, tidak kunjung
melakukan hal itu karena ia tidak mampu membuat jamban pribadi dan di sekitarnya
tidak terdapat jamban umum. Contoh lain: seorang ibu yang sudah mau
memeriksakan kandungannya secara teratur, tidak juga datang ke Puskesmas karena
ia tidak memiliki uang untuk biaya transport, walaupun untuk periksa di Puskesmas
tidak memerlukan biaya alias gratis. Karena prasarana jalan raya yang masih buruk,
maka tidak hanya biaya transport yang dibutuhkan, melainkan tenaga untuk berjalan
kaki beberapa kilometer. Di dekat tempat tinggalnya juga tidak terdapat fasilitas
pelayanan kesehatan lain yang dapat membantunya untuk periksa kehamilan secara
teratur. Sarana dan prasarana ini sering pula disebut sebagai faktor-faktor pendukung
(enabling factors) bagi terjadinya perubahan perilaku masyarakat.3
3. Puskesmas

2.3.1 Definisi
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan
lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif di wilayah kerjanya.

2.3.2 Upaya Kesehatan Puskesmas


UKM (Upaya Kesehatan Masyarakat)
1. UKM Esensial
Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) Esensial merupakan upaya kesehatan yang
wajib atau harus dilaksanakan oleh suatu puskesmas demi mencapai Standar
Pelayanan Minimal Kabupaten/Kota bidang kesheatan.
a. Pelayanan promosi kesehatan
b. Pelayanan kesehatan lingkungan
c. Pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana
d. Pelayanan gizi dan
e. Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.

2. UKM Pengembangan
Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) Pengembangan merupakan upaya
kesehatan masyarakat yang kegiatannya memerlukan upaya yang sifatnya inovatif
dan/atau bersifat ekstensifikasi dan intensifikasi pelayanan, disesuaikan dengan
prioritas masalah kesehatan, kekhususan wilayah kerja dan potensi sumber daya yang
tersedia di masing-masing Puskesmas. Beberapa contoh UKM Pengembangan yang
dapat dilaksanakan di Puskesmas adalah sebagai berikut:
a. Pelayanan kesehatan jiwa
b. Pelayanan kesehatan gigi masyarakat 
c. Pelayanan kesehatan tradisional komplementer
d. Pelayanan kesehatan olahraga
e. Pelayanan kesehatan indera
f. Pelayanan kesehatan lansia
g. Pelayanan kesehatan kerja
h. Pelayanan kesehatan lainnya

UKP ( Upaya Kesehatan Perorangan )


a. rawat jalan;
b. pelayanan gawat darurat;
c. pelayanan satu hari (one day care);
d. home care; dan/atau
e. rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan

2.4 Masalah kepercayaan dan tradisi yang berpengaruh pada kesehatan


masyarakat
2.4.1 Adat dan kepercayaan dalam keseharian masyarakat indonesia
Secara harfiah, berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, adat adalah aturan
(perbuatan dan sebagainya) yang lazim diturut atau dilakukan sejak dahulu kala.
Pengertian lainnya adalah wujud gagasan kebudayaan yang terdiri atas nilai-nilai
budaya, norma, hukum, dan aturan yang satu dengan lainnya berkaitan menjadi suatu
sistem. Di Indonesia, adat tidak hanya dilakukan oleh masyarakat tradisional, tapi
hampir di seluruh daerah di Indonesia. Salah satu contohnya adalah tata cara
perkawinan dan upacara kematian. Bagi masyarakat di permukiman tradisional di
Indonesia, adat memiliki kaitan erat dengan keseharian masyarakatnya seperti dalam
aturan pembuatan rumah, aturan organisasi masyarakat, aturan mengenai
pemanfaatan hutan, pengelolaan dan pemeliharaan lingkungan.4
Berbeda dengan adat, kepercayaan dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah
anggapan atau keyakinan bahwa sesuatu yang dipercayai itu benar atau nyata. Dalam
pengertian lainnya adalah sebutan bagi sistem religi di Indonesia yang tidak termasuk
salah satu dari kelima agama yang resmi. Dalam pengertian pertama, kepercayaan
bisa dianggap sebagai agama baik itu diakui secara resmi oleh negara maupun tidak
karena agama terkait dengan keyakinan bahwa sesuatu yang dipercayai adalah nyata
seperti Tuhan atau yang lainnya. Dalam agama, selain kepercayaan terhadap Tuhan,
terdapat pula kepercayaan terhadap dosa dan hukuman terhadap dosa tersebut.
Kepercayaan ini membangun tradisi atau adat istiadat yang merupakan tali pengikat
kuat dalam membangun tata tertib masyarakat, dimana pelanggaran terhadap tradisi
tersebut dapat menimbulkan perasaan bersalah pada diri pribadi masyarakat
penganutnya Kepercayaan-kepercayaan tersebut mendasari perilaku masyarakat,
termasuk masyarakat Indonesia dalam kesehariannya.4
Salah satu peran adat atau kepercayaan di masyarakat adalah dalam hal sanitasi
atau kesehatan lingkungan. Adat dan kepercayaan ini tidak hanya dalam bentuk
peraturan tertulis, tapi bisa juga dalam bentuk slogan, motto, himbauan, dan
sebagainya. Sebagai contoh adalah motto “Kebersihan Adalah Sebagian dari Iman”.
Dengan memasukkan kata “Iman” pada motto tersebut menimbulkan harapan bagi
pembuat motto agar pembaca motto tersebut jika tidak menjaga kebersihan maka dia
belum cukup imannya atau belum melaksanakan perintah agamanya dengan baik. Hal
ini karena kalimat tersebut bersumber dari perintah/sabda nabi dalam agama Islam
atau dalam sehingga motto tersebut sangat kental bernuansakan agama atau
kepercayaan masyarakat.4
Pentingnya pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan manusia teknologi dan
ekonomi. Melibatkan aspek biologis dan emosi yang bersangkutan. Memenuhi
kualitas itu kecerdikan manusia memanipulasi macam-macam sumber daya dan
energi yang tersedia dalam lingkungan.4
2.4.2 Faktor-faktor adat dan kepercayaan yang dapat menghambat
pengembangan kesehatan di indonesia
Faktor penghambat disoroti dari sudut sosial budaya. Telah dibentangkan di awal
unsur budaya universal, meliputi: Agama; Ekonomi; Ilmu Pengetahuan; Teknologi;
Organisasi Sosial; Bahasa dan Komunikasi; serta Kesenian.5
Faktor Agama dan kepercayaan gaib non-religi
Faktor Agama dan Kepercayaan Gaib Non Religi. Agama yang hidup di tanah air
memiliki nilai dan norma pembentukan mental bangsa di bidang ritual dan seremonial
serta akhlak berupa moral serta etika dan tatakrama dalam kehidupan. Selanjutnya
ada juga ajaran agama tentang campur tangan tuhan seketika tatkala umatnya sudah
keterlaluan dalam perilaku menyimpang dalam penjamahan alam atau komunikasi
sesama manusia. Khusus dalam hal pembangunan kesehatan di Indonesia, banyak
didapatkan data tentang pengaruh kepercayaan yang dapat menghambat upaya
pembinaan kesehatan secara biomedis. Misalnya kepercayaan bahwa penyakit
seseorang disebabkan oleh campur tangan agen penyakit yang bersumber dari luar
diri dan luar lingkungan alam manusia. Dipercayai juga penyembuhannya, mesti
dengan membujuk atau mengusir agen atau mengobati dosa kepada supernatural
penyebab penyakit itu. Hal ini bisa mengakibatkan seseorang penderita berkunjung ke
puskesmas atau rumah sakit atau klinik (Jordaan, 1985:126). Di samping itu banyak
pula kepercayaan tentang penyakit diare balita di berbagai wilayah di Indonesia ciri
pertumbuhan seperti: "mau pandai jalan dan bicara”, "tumbuh gigi", dsb. Penderita
tidak diobati, dibiarkan mengalami dehidrasi (kekurangan cairan tubuh) lebih lama
dan bisa membawa kematian
Di beberapa tempat anak menderita sakit kulit, korengan, dipercayai karena
banyak makan yang asam-asam, sehingga jadi korengan. Dari itu asam harus
dipantangkan. Padahal vitamin C yang bersumber pada makanan yang asam-asam
penting bagi pembentukan kulit baru jika luka atau sakit. Jika penyakit diare balita
atau anak korengan itu bertamban parah, dianggap karena kemasukan roh halus atau
kesambat, maka penyembuhannya membujuk atau mengusir roh tadi, melalui
penyembuh tradisional atau agama. Banyak juga pemuka agama yang melarang
melakukan sesuatu kegiatan pengembangan program kesehatan karena diyakini
bertentangan dengan agama seperti mengharamkan program keluarga berencana
secara total tanpa kategorisasi aspeknya, sehingga penduduk setempat tidak berani
melakukannya takut dikucilkan atau dapat sanksi sosial dalam komunitasnya. Hal ini
memperlambat pengendalian ledakan penduduk yang juga berdampak negatif ke
kesehatan.

5. Permasalahan care seeking behaviour


Health Seeking Behaviour merupakan perilaku yang dilakukan oleh orang sakit
untuk memperoleh kesembuhan dan pemulihan kesehatannya. Dalam hal ini yang
dilihat adalah fasilitas apa yang digunakan dalam pelayanan kesehatan dan apa yang
mempengaruhi seseorang sehingga memiliki perilaku yang berbeda dalam kaitannya
dengan kesehatan (Ribera, Nyamongo, & Hausmann-muela, 2003). Perilaku ini
termasuk dalam perilaku kuratif dan rehabilitative yang mencakup kegiatan
mengenali gejala penyakit, upaya untuk memperoleh kesembuhan dan pemulihan,
yaitu dengan pengobatan sendiri atau mencari pengobatan baik formal maupun
tradisional, dan patuh terhadap proses penyembuhan dan pemulihan.5
Faktor-faktor yang mempengaruhi Health Seeking Behaviour, antara lain:5
a. Keparahan gejala penyakit yang akan direspon berbeda sesuai dengan
kemampuan tubuh masing-masing individu 
b. Status ekonomi yang berkaitan dengan pendapatan keluarga. Jika
pendapatannya baik maka pemenuhan kebutuhan hidup dan kesehatan akan
terjamin 
c. Sikap, kepercayaan, dan nilai Sikap dilihat dari respon masyarakat terhadap
penyakit, apakah mereka akan menanggapinya atau mengabaikannya, akan
sangat berpengaruh terhadap pola pencarian bantuan kesehatan. Kepercayaan
dinilai dari keyakinan tentang kebenaran terhadap sesuatu yang didasarkan
pada budaya yang ada di masyarakat. Sedangkan nilai diartikan sebagai
sebuah konsep yang diwujudkan dalam system moral atau agama yang dianut.
Jika sikap, kepercayaan, dan nilai yang ada di masyarakat sangat bagus dan
benar maka akan memudahkan mereka berada pada system peyalanan
kesehatan. 
d. Kesadaran masyarakat Masyarakat dengan kesadaran tinggi akan lebih mudah
menerima masukan dan informasi baru termasuk dalam masalah kesehatan,
sehingga mereka dapat berperilaku baru atau cepat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya termasuk dalam hal pencarian bantuan ke sarana kesehatan. 
e. Sikap petugas kesehatan dinilai dari bagaimana para petugas kesehatan
berlaku tidak ramah atau tidak simpatik dan tidak responsif kepada pasien
dalam memberikan tindakan medis. Hal tersebut yang dapat membuat
masyarakat menjadi enggan untuk berobat ke sarana kesehatan. 
f. Jarak ke sarana pelayanan kesehatan juga sangat mempengaruhi masyarakat
dalam mencari bantuan kesehatan. Semakin jauh jarak pusat sarana kesehatan
dari rumahnya, maka masyarakat enggan pergi ke sarana pelayanan kesehatan
dan lebih memilih mengobati sendiri atau pergi ke pengobatan tradisional atau
alternatif seperti dukun atau orang pintar lainnya.

Kesehatan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap orang. Masalah kesehatan


difokuskan pada penyakit yang diderita manusia untuk dilakukannya pengobatan dan
penyembuhan. Sumber pengobatan di dunia mencakup tiga sektor yang saling terkait
yaitu pengobatan rumah tangga atau pengobatan sendiri, pengobatan tradisional dan
pengobatan medis yang dilakukan oleh perawat, dokter, Puskesmas atau Rumah
Sakit. Masyarakat atau anggota masyarakat yang mendapat penyakit, dan tidak
merasakan sakit (disease but no illness) sudah barang tentu tidak akan bertindak apa-
apa terhadap penyakitnya tersebut. Tetapi bila mereka diserang penyakit dan juga
merasakan sakit, maka baru akan timbul berbagai macam perilaku dan usaha Perilaku
pencarian penyembuhan atau pengobatan (health seeking behavior) adalah perilaku
orang atau masyarakat yang sedang mengalami sakit atau masalah kesehatan yang
lain, untuk memperoleh pengobatan sehingga sembuh atau teratasi masalah
kesehatannya. Bagi keluarga, masalah kesehatan atau penyakit bukan hanya terjadi
pada dirinya sendiri, tetapi juga bagi anggota keluarga lain, terutama anak-anak.
Anak-anak dalam keluarga, terutama anak balita dengan sendirinya perilaku
pencarian penyembuhan ini masih ditentukan atau tanggung jawab dari orang tuanya.
Penelitian yang dilakukan oleh Aris Widayati (2012) yang berjudul “Health
Seeking Behavior Di Kalangan Masyarakat Urban Di Kota Yogyakarta” di dapatkan
hasil bahwa sebagian besar responden menyatakan mereka memiliki satu hingga tiga
keluhan medis dalam waktu satu bulan (51% dari 559). Health seeking behavior yang
paling populer adalah kombinasi antara perawatan diri dan konsultasi ke penyedia
layanan kesehatan (41%). Pilihan lainnya adalah perawatan diri (36%), konsultasi ke
pusat kesehatan masyarakat (16%), dan konsultasi ke perawatan kesehatan swasta
(5%). Di antara karakteristik sosio-demografi dan ekonomi, status perkawinan adalah
satu-satunya faktor yang secara signifikan berkorelasi dengan perilaku mencari
kesehatan.6
BAB III

IDENTIFIKASI MASALAH

3.1 Hasil Pengumpulan Data Sekunder


3.1.1 Profil Puskesmas Kebon Handil Kota Jambi
Puskesmas Kebun Handil merupakan salah satu puskesmas non perawatan yang
dalam operasionalnya di bawah pengawasan Dinas Kesehatan Kota Jambi yang
terletak di Kelurahan Handil Jaya, Kecamatan Jelutung. Puskesmas Kebun Handil
Melayani Pelayanan Kesehatan 8 Jam Pelayanan Rawat Jalan. Puskesmas Kebun
Handil sebagai ujung tombak Pelayanan Kesehatan Yang mencakup tiga kelurahan
yaitu : Kelurahan Kebun Handil, Kelurahan Handil Jaya, Kelurahan Jelutung, dengan
luas wilayah 4,2 km2, memberikan pelayanan di bidang kesehatan dalam bidang
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, dengan sejumlah kegiatan sesuai dengan
fungsi puskesmas.
Adapun ruangan di Puskesmas Kebun Handil sebagai berikut :
a. Lantai 1: Ruang Karcis/Loket, Ruang Poli Umum, Ruang Poli Usila, MTBS
dan Usila, Ruang Laboratorium, Ruang Poli Gigi, Ruang Tumbang, Ruang
KIA, Ruang KB, Imunisasi, Ruang Apotek dan Ruang Tunggu.
b. Lantai 2: Ruang Kepala Puskesmas, Ruang TU, Ruang Kesling, Ruang KB,
Ruang Aula, Ruang Promkes.
3.1.2 Gambaran Umum Puskesmas Kebon Handil Kota Jambi
Gambaran umum Puskesmas Kebun Handil dari sisi keadaan geografis,
kependudukan, ekonomi dan pendidikan yang erat kaitannya pengaruhnya terhadap
kesehatan. Puskesmas Kebun Handil terletak di kelurahan Handil Jaya Kecematan
Jelutung, Kota Jambi, dengan alamat di Jalan Yunus Sanis No. 09 dengan Kode Pos
36125.
Dengan berdirinya Puskesmas Kebun Handil ini sangat membantu sekali untuk
pelayanan rawat jalan yang mana pada saat ini pelayanan rawat jalan di Puskesmas
Kebun Handil sudah melaksanakan pelayanan 8 jam bagi penduduk yang berada di
sekitar Puskesmas Kebun Handil maupun warga yang melintas di daerah tersebut bisa
juga merasakan pelayanan kesehatan Puskesmas Kebun Handil yang penuh dengan
rasa kekeluargaan di dalamnya.
Gambar 4.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Kebun Handil Kota Jambi
Keadaan penduduk di Wilayah Puskesmas Kebun Handil sangat padat Penduduk
dimana di masing-masing kelurahan mempunyai penduduk yang sangat ramai yaitu
dengan jumlah penduduk :
a. Wilayah Kelurahan Kebun Handil terdiri dari 7.965 Jiwa
b. Wilayah Kelurahan Handil Jaya terdiri dari 8.759 Jiwa
c. Wilayah Kelurahan Jelutung terdiri dari 14.961 Jiwa

3.2 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Di Wilayah kerja puskesmas
kebun handil
3.2.1 PHBS Di Tatanan Rumah Tangga
Pada Wilayah kerja puskesmas kebun handil terdapat penduduk yang terdaftar,
dengan jumlah yang dilakukan pemeriksaan PHBS diacak, dengan KK (Kepala
keluarga) sebanyak ( ), Ibu bersalin ( ), Bayi ( ), balita ( ), dengan data indikator 10
PHBS sebagai berikut :8

Tabel 3.1 Perilaku PHBS Masyarakat di Tatanan Rumah Tangga di Wilayah kerja
puskesmas kebun handil

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Jumlah Presentase

1 Persalinan dengan nakes 153 100 %

2 Pemberian ASI Eksklusif 91 59 %

3 Menimbang balita tiap bulan 478 100 %


4 Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun 630 100 %

5 Menggunakan air bersih 630 100 %

6 Menggunakan jamban sehat  630 100 %

7 Memberantas jentik nyamuk 630 100 %

8 Makan buah dan sayur setiap hari 630 100 %

9 Melakukan aktifitas fisik 630 100 %

10 Tidak merokok didalam rumah 60 38 %

Tabel 3.2 Total capaian PHBS di tatanan rumah tangga, di wilayah kerja puskesmas
kebun handil

Rumah tangga Ber-PHBS Rumah tangga tidak Ber-PHBS

83 (41,5 %) 117 (58,5 %)

3.2.2 PHBS Di Tempat-tempat umum


Puskesmas Kebun handil memiliki 20 tempat umum dengan pemenuhan
indikator PHBS di tempat umum sebagai berikut :

Tabel 3.3 Perilaku PHBS di tempat-tempat umum di wilayah kerja puskesmas kebun
handil

No Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Jumlah Presentase (%)

1 Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih 31 100 %

2 Menggunakan jamban sehat 31 100 %

3 Membuang sampah pada tempatnya 31 100 %


4 Tidak merokok di tempat 25 80 %

5 Tidak meludah di sembarang tempat 31 100  %

6 Memberantas jentik nyamuk 31 100 %

Tabel 3.4 Total capaian PHBS di tempat-tempat umum, di wilayah kerja puskesmas
kebun handil

Tempat-tempat umum Ber-PHBS Tempat umum tidak Ber-PHBS

80,64% 19,36%

3.2.3 PHBS Di Tempat kerja


Puskesmas kebun handil memiliki 2 tempat-tempat kerja di wilayah kerjanya,
dengan pemenuhan indikator PHBS sebagai berikut :

Tabel 3.5 Perilaku PHBS di tempat-tempat kerja, di wilayah kerja puskesmas kebun
handil

No Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Jumlah Presentase (%)

1 Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih 5 100  %

2 Menggunakan jamban sehat 5 100 %

3 Olahraga secara teratur 5 100 %

4 Bebas jentik nyamuk 5 100 %

5 Menggunakan air bersih 5 100 %

6 Tidak merokok di tempat kerja 3 60 %

7 Menggunakan APD saat bekerja 5 100 %

8 Membuang sampah pada tempatnya 5 100 %


Tabel 3.6 Total capaian PHBS di tempat-tempat kerja, di wilayah kerja puskesmas
kebun handil

Tempat-tempat Kerja Ber- Tempat Kerja tidak Ber-PHBS


PHBS

60% 40%

3.2.4 PHBS Di Fasilitas pelayanan kesehatan


Puskesmas kebun handil memiliki 5 fasilitas pelayanan kesehatan di wilayah
kerjanya, ddengan pemenuhan indikator PHBS sebagai berikut:

Tabel 3.7 Perilaku PHBS di fasilitas pelayanan kesehatan, di wilayah kerja


puskesmas kebun handil

No Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Jumlah Presentase (%)

1 Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih 4 100  %

2 Menggunakan jamban sehat 4 100 %

3 Membuang sampah pada tempatnya 4 100 %

4 Tidak merokok di tempat 4 100 %

5 Tidak meludah di sembarang tempat 4 100 %

6 Memberantas jentik nyamuk 4 100 %

Tabel 3.8 Total capaian PHBS di Fasilitas pelayanan kesehatan, di wilayah kerja
puskesmas kebun handil

Fasyankes Ber- Fasyankes tidak Ber-PHBS


PHBS
100% 0%

3.2.5 PHBS Di Tatanan Pendidikan


Puskesmas kebun handil memiliki 23 tatanan pendidikan di wilayah kerjanya,
dengan pemenuhan indikator PHBS sebagai berikut:

Tabel 3.9 Perilaku PHBS di tatanan pendidikan, di wilayah kerja puskesmas kebun
handil

No Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Jumla Presentase (%)


h

1 Menggunakan kantin sehat 43 100  %

2 Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir 43 100 %

3 Menggunakan jamban sehat 43 100 %

4 Olahraga secara teratur 43 100 %

5 Memberantas jentik nyamuk 43 100 %

6 Tidak merokok didalam sekolah 43 100 %

7 Mengukur BB dan TB tiap 6 bulan 43 100 %

8 Membuang sampah pada tempatnya 43 100 %

Tabel 3.10 Total capaian PHBS di tatanan pendidikan, di wilayah kerja puskesmas
kebun handil

Tatanan pendidikan Ber-PHBS Tatanan pendidikan tidak Ber-PHBS

100% 0%

3.1.3 Saranan dan Prasarana


Puskesmas Kebun Handil Memiliki 2 Puskesmas Pembantu yang berada di
Wilayah Kerja Handil Jaya dan Wilayah Kerja Jelutung, juga berperan dalam
penyelenggaraan Tugas Pokok dan Fungsi Puskesmas Kebun Handil. Untuk
menunjang kelancaran dan penyelenggaraan kesehatan puskesmas kebun handil juga
dilengkapi sarana dan prasarana di antaranya :
1. Kendaraan Roda Empat : 2 Unit
2. Kendaraan Roda Dua : 9 Unit
3. Puskesmas Induk : 1 Puskesmas
4. Puskesmas Pembantu : 2 Puskesmas
5. Posyandu Usila : 3 Posyandu
6. Posyandu Balita : 23 Posyandu

BAB IV
ANALISIS MASALAH

Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan landasan yang dapat digunakan
untuk menilai suatu tatanan di masyarakat, baik di rumah tangga, tempat kerja,
tempat umum, sekolah dan fasyankes yang merupakan tatanan yang cukup vital di
sendi-sendi kehidupan masyarakat, PHBS juga merupakan perilaku agar masyarakat
sadar, mau dan mampu mempraktekkan pola kehidupan yang benar sesuai standar
kesehatan.
Manfaat PHBS adalah terwujudnya rumah tangga yang derajat kesehatannya
meningkat dan tidak mudah sakit serta meningkatnya produktivitas kerja setiap
anggota keluarga yang tinggal dalam lingkungan sehat dalam rangka mencegah
timbulnya penyakit dan masalah-masalah kesehatan lain.
Apabila PHBS terabaikan dapat muncul penyakit-penyakit seperti cacingan,
diare, sakit gigi, sakit kulit, gizi buruk dan lain sebagainya yang pada akhirnya akan
mengakibatkan rendahnya derajat kesehatan Indonesia dan rendahnya kualitas hidup
sumber daya manusia.
Dari data yang diperoleh pada wilayah kerja puskesmas kebun kopi, didapatkan
masih terdapat rumah tangga yang tidak melakukan PHBS dengan persentasi 58,5%,
dengan pilar yang rendah didaptkan pada poin :

1. Tidak merokok didalam rumah.


Hal ini mungkin terjadi dikarenakan beberapa faktor, yaitu :
a. Tingkat pengetahuan masyarakat terhadap perilaku PHBS kurang
b. Faktor kebiasaan dari masyarakat itu sendiri
c. Kurangnya sosialisasi PHBS kepada masyarakat

Gambar 4.1 Fishbone permasalahan PHBS di tatanan rumah tangga

Secara garis besar penyebab rendahnya PHBS dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain faktor perilaku dan non perilaku yang berupa faktor lingkungan fisik,
sosial ekonomi, oleh sebab itu peningkatan masalah kesehatan tersebut harus
ditujukan kepada dua faktor tersebut. Banyak hal lain yang menjadi penyebab
menurunnya pelaksanaan PHBS di beberapa tatanan seperti faktor teknis, faktor
geografi, sosial ekonomi, serta kurangnya upaya promotif tentang kesehatan
khususnya mengenai PHBS dari puskesmas dan instansi kesehatan lain seperti
puskesmas.

Untuk tempat-tempat umum di wilayah kerja puskesmas kebun handil sudah


hampir baik dengan presentase %, hal ini menunjukkan keberhasilan puskesmas
dalam melaksanakan promosi kesehatan di tempat-tempat umum di wilayah
kerjanya. 

Capaian untuk PHBS di tatanan di pendidikan di wilayah kerja Puskesmas


Kebun Handil dengan persentasi %. Untuk masalah yang ada di tatanan pendidikan
di wilayah kerja puskesmas kebun handil adalah memberantas jentik nyamuk. Jentik
nyamuk dapat menyebabkan terjadinya wabah demam berdarah dengue dan penyakit
lainnya yang disebabkan oleh nyamuk jika tidak diberantas.

Untuk tempat-tempat kerja di wilayah kerja puskesmas kebun handil untuk


kegiatan PHBS tercapai dengan persentasi %.  Untuk masalah yang ada di tempat
kerja  yaitu tidak merokok di tempat kerja, yang merupakan masalah yang umum
dihadapi oleh pemerintah dalam melaksanakan pilar-pilar PHBS di Indonesia, Asap
rokok dapat menyebabkan pencemaran udara di tempat kerja yang dapat merusak
mekanisme paru-paru, pada tatanan tempat kerja, seharusnya penerapan PHBS di
lingkungan kerja dapat dengan mudah terlaksana asalkan ada pemantauan dari
personil dan keseriusan dalam menjadikan tempat kerja ber-PHBS, dikarenakan
adanya hierarki dan tatanan yang jelas dalam struktur organisasi di tempat kerja,
sebagai contoh : pimpinan organisasi bisa membuat peraturan yang melarang
karyawannya merokok di tempat kerja, dan apabila melanggar bisa diberikan sanksi
tertentu. Hal ini mungkin bisa meningkatkan presentase untuk point tidak merokok di
tempat kerja pada pilar PHBS.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Masyarakat di wilayah kerja puskesmas kebun handil pada beberapa tatanan


tertentu belum mengerti atau sadar akan pentingnya PHBS.
2. Penyebab yang paling dominan disebabkan oleh sikap dan perilaku masyarakat
yang sering mengabaikan PHBS.
3. Untuk pemecahan masalah PHBS yang terjadi di wilayah kerja puskesmas kebun
handil, bisa dilakukan promosi yang lebih giat lagi, memperkuat kerja sama
lintas sektor terkait PHBS, agar masyarakat terpacu untuk melakukan PHBS di
tatanannya masing-masing.
5.2 Saran

1. Bagi Dinas Kesehatan


Memberikan penyuluhan mengenai prinsip PHBS dan pilar-pilar PHBS
kepada masyarakat di wilayah kerja puskesmas Kebun Handil.
2. Bagi Puskesmas
a. Melakukan promosi kesehatan secara lebih intens agar masyarakat
menerapkan perilaku PHBS di lingkungan kerjanya.
b. Melakukan pendataan PHBS ulang secara rutin.
c. Melakukan inovasi kegiatan yang mendukung terlaksananya PHBS
d. Meningkatkan kerja sama lintas sektor demi upaya terlaksananya PHBS.
3. Bagi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kebun Handil
a. Mendapatkan pengetahuan mengenai penyakit-penyakit yang dapat timbul
akibat tidak menerapkan PHBS
b. Mendapatkan peningkatan kesehatan melalui penerapan PHBS di tatanan
masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA

1. PERMENKES. Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.


Kementrian Kesehatan RI. PERMENKES. Jakarta ; 2011.
2. Umaroh A.K, et al. Gambaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di
wilayah kerja puskesmas bulu kabupaten sukoharjo bulan januari-maret 2015.
Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 1, No. 1. Surakarta ; 2016.
3. Tumanggor R. Masalah-Masalah Sosial Budaya Dalam Pembangunan
Kesehatan Di Indonesia. Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 12 No. 2.
Jakarta ; 2010.
4. Mardiha W,M. Analisis Komparatif Peran Adat Dan Kepercayaan Dalam
Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman Berkaca Pada Adat Yang Ada
Di Permukiman Tradisional. Jurnal Presipitasi : Media Komunikasi dan
Pengembangan Teknik Lingkungan, Vol. 15 No.1. Denpasar ; 2018.
5. Fauziyah, et al. Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Health Seeking Behavior
Keluarga Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember. The
Indonesian Journal Of Health Science, Vol. 8, No. 2. Jember ; 2017
6. Wahyurin S.I, et al. Social Culture, Health Seeking Behaviour, And Medical
Pluralism. Yogyakarta ; 2015.
7. Puskesmas Kebun Kopi. Laporan Tahunan EKP dan PKP. 2019. Hal 3-11
8. Munawaroh S. Identifikasi Faktor-Faktor Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
(Lchb) Penghuni Rumah Kos Graduate House. Jurnal Kesehatan Masyarakat
(E-Journal) Volume 4, Nomor 5. Semarang. 2016.

Anda mungkin juga menyukai