Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS

**Program Profesi Dokter/G1A220085/Juni 2022


*Preseptor

LAPORAN KASUS
COMMON COLD

Oleh:
Dilla Juwita Sari, S.Ked**
G1A220085

Preseptor:
dr. Imat Rahmatillah

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER


ILMU KEDOKTERAN MASYARAKAT-KEDOKTERAN KELUARGA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2022
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS
COMMON COLD

Oleh:
Dilla Juwita Sari, S.Ked*
G1A220099

Jambi, Juni 2022


Preseptor

dr. Imat Rahmatillah

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang berjudul
“Common Cold”. Sebagai salah satu syarat dalam mengikuti kepaniteraan klinik
senior di bagian Ilmu Kedokteran Masyarakat-Kedokteran Keluarga (IKM-KK)
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada yang telah bersedia meluangkan
waktu dan pikirannya untuk membimbing penulis selama menjalani mengikuti
kepaniteraan klinik senior di bagian Ilmu Kedokteran Masyarakat-Kedokteran
Keluarga (IKM-KK).
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada Laporan Kasus
ini, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan
Laporan Kasus ini. Penulis mengharapkan semoga Laporan Kasus ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Jambi, Juni 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
BAB I STATUS PASIEN........................................................................................6
1.1 Identitas Pasien..........................................................................................6
1.2 Latar Belakang Sosio-Ekonomi-Demografi-Lingkungan-Keluarga.........6
1.3 Aspek Perilaku dan Psikologis di Keluarga..............................................6
1.4 Keluhan Utama..........................................................................................6
1.5 Riwayat Perjalanan Penyakit.....................................................................7
1.6 Riwayat Penyakit Dahulu..........................................................................7
1.7 Riwayat Penyakit Keluarga.......................................................................7
1.8 Riwayat Makanan, Alergi, Obat-obatan, dan Perilaku Kesehatan............7
1.9 Pemeriksaan Fisik......................................................................................7
1.10 Pemeriksaan Penunjang.............................................................................9
1.11 Usulan Pemeriksaan..................................................................................9
1.12 Diagnosis Kerja.........................................................................................9
1.13 Diagnosis Banding....................................................................................9
1.14 Manajemen................................................................................................9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................13
2.1 Definisi....................................................................................................13
2.2 Etiologi....................................................................................................13
2.3 Epidemiologi...........................................................................................14
2.4 Patofisiologi.............................................................................................15
2.5 Manifestasi Klinis....................................................................................16
2.6 Diagnosis.................................................................................................17
2.7 Tatalaksana..............................................................................................18
2.8 Komplikasi..............................................................................................19

iv
2.9 Pencegahan..............................................................................................21
BAB III ANALISA KASUS..................................................................................22
3.1 Hubungan Diagnosis dengan Keluarga...................................................22
3.2 Hubungan Diagnosis dengan Perilaku Kesehatan dalam Keluarga,.......22
Lingkungan Sekitar, dan Kebiasaan...................................................................22
3.3 Analisis Kemungkinan Berbagai Faktor Risiko atau Etiologi Penyakit. 22
pada Pasien.........................................................................................................22
3.4 Analisis untuk Mengurangi Paparan.......................................................23
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................25

v
BAB I

STATUS PASIEN

1.1 Identitas Pasien


a. Nama : Ny. M
b. Jenis Kelamin : Perempuan
a. Usia : 23 tahun
b. Alamat : RT 14 Lingkar Selatan
c. Pekerjaan :-
d. Pendidikan : SMA

1.2 Latar Belakang Sosio-Ekonomi-Demografi-Lingkungan-Keluarga


a. Status Perkawinan: Sudah Menikah
b. Jumlah Saudara : Anak ke 2, dari 2 bersaudara
c. Status Ekonomi : Cukup
d. Lingkungan : Pasien tinggal bersama suami dan anak. Suami
pasien adalah seorang perokok aktif. Lingkungan
rumah pasien bersih, ventilasi dan pencahayaan
rumah baik.

1.3 Aspek Perilaku dan Psikologis di Keluarga


a. Pasien tinggal bersama suami dan anak. Hubungan pasien dengan
seluruh anggota keluarga baik.
b. Pasien biasa makan 3 kali sehari namun jarang makan sayur dan buah.

1.4 Keluhan Utama


Keluhan Utama: Batuk pilek sejak 2 hari sebelum datang ke puskesmas.
Keluhan Tambahan: Rasa tidak enak ditenggorokan, sakit kepala.

6
1.5 Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien Ny. M 23 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan batuk dan
pilek sejak 2 hari sebelum ke puskesmas. Batuk disertai dahak, warna
dahak bening, darah (-). Pilek dirasakan pada kedua hidung, ingus encer
berwarna bening disertai hidung tersumbat, bersin (+), sesak napas (-).
Demam (-), mual (-), muntah (-). Nafsu makan menurun. BAK tidak ada
keluhan, BAB tidak ada keluhan. Pasien belum mengonsumsi obat.

1.6 Riwayat Penyakit Dahulu


a. Riwayat keluhan yang sama (-)
b. Riwayat alergi (-)
c. Riwayat asma (-)
d. Riwayat kontak dengan pasien COVID-19 (-)

1.7 Riwayat Penyakit Keluarga


a. Riwayat keluhan yang sama (-)
b. Riwayat Covid-19 (-)
c. Riwayat asma (-)
d. Riwayat alergi (-)

1.8 Riwayat Makanan, Alergi, Obat-obatan, dan Perilaku Kesehatan


a. Pasien makan 3x/hari dengan lauk nasi dan ayam saja namun jarang
makan sayur dan buah. Pasien sering membeli makanan siap saji.
b. Riwayat alergi (-)
c. Riwayat pemakaian obat-obatan rutin (-)

1.9 Pemeriksaan Fisik


Status Generalisata
a. Keadaan Umum : tampak sakit ringan
b. Kesadaran : compos mentis (GCS 15)
c. Tekanan Darah : 120/70 mmHg

7
d. Nadi : 79x/menit
e. Pernafasan : 20x/menit
f. Suhu : 36,7°C
g. Berat Badan : 55 kg
h. Tinggi Badan : 155cm
i. Status Gizi/IMT : 22,9 (normal)

Head to Toe
a. Kepala : normocephal
b. Mata : conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil
isokor (+/+), refleks cahaya (+/+)
c. Telinga : othore (-/-), nyeri (-/-)
d. Hidung : rinorhea (+/+), perdarahan (-/-), napas cuping
hidung (-/-)
e. Mulut : faring hiperemis (+), stomatitis (-), bibir pucat (-),
sianosis (-)
f. Leher : pembesaran KGB (-), nyeri tekan (-)
g. Thoraks
1) Jantung : Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS IV linea
midclavicula sinistra
Perkusi : Atas : ICS II linea parasternalis
sinistra
Kanan : ICS IV linea parasternalis
dekstra
Kiri : ICS IV linea midclavicula
sinistra
2) Paru : Inspeksi : simetris kanan = kiri
Palpasi : fremitus normal, nyeri tekan (-/-)
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : vesikuler (+/+), ronkhi (-/-),

8
wheezing (-/-)
h. Abdomen : Inspeksi : datar, sikatriks (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Palpasi : soepel, nyeri tekan (-),
organomegali (-)
Perkusi : timpani
i. Ekstremitas Atas : akral hangat, edema (-), CRT<2 detik
j. Ekstremitas Bawah: akral hangat, edema (-), CRT<2 detik

1.10 Pemeriksaan Penunjang


Tidak dilakukan

1.11 Usulan Pemeriksaan


Pemeriksaan darah dilakukan apabila gejala sudah berlangsung selama 10
hari atau disertai demam dengan suhu ≥ 38 o C berlangsung selama 3 hari
atau lebih.

1.12 Diagnosis Kerja


Common Cold/Nasofaringitis Akut (J00)

1.13 Diagnosis Banding


a. Rinitis Alergi (J30.0)
b. COVID-19 (U07.1)
c. Influenza virus (J09)

1.14 Manajemen
a. Promotif
1) Menjelaskan mengenai penyakit common cold tentang penyebab,
faktor risiko, pengobatan, pencegahan, serta komplikasi.
2) Menjelaskan mengenai pentingnya makanan bergizi dan seimbang.

9
3) Menjelaskan kepada pasien untuk menjaga pola hidup bersih untuk
diri dan lingkungan sekitar pasien, selalu mencuci tangan, dan
memakai masker jika ingin keluar rumah.

b) Preventif
1) Menjelaskan mengenai cuci tangan yang benar dan momen cuci
tangan.
2) Menjelaskan mengenai etika batuk dan bersin kepada pasien.
3) Menghindari kontak dengan orang-orang yang telah terinfeksi.
4) Mengikuti program imunisasi lengkap seperti vaksinasi influenza,
vaksinasi COVID-19.

c) Kuratif
Farmakologi
Non-Farmakologi
1) Konsumsi air yang adekuat terutama air hangat dan makan
makanan yang bergizi.
2) Konsumsi buah dan sayur yang mengandung vitamin C.
3) Istirahat yang cukup. Untuk mengatasi hidung tersumbat,
dianjurkan untuk elevasi kepala saat tidur.
4) Aromaterapi tea tree oil dilakukan sekali sehari dengan waktu 15
menit selama 7 hari. Penggunaannya, 2 tetes essential oil adalam
50 ml air dalam diffuser selama 15 menit pada pagi hari.

Farmakologi
1) Tera F tab 3x1 ( Komposisi : Paracetamo 650 mg, Guaifenesin 50
mg, Phenylpropanolamine HCL 15 mg, Chlorphenamine Maleat 2
mg)
2) Vitamin C tab 3x1

10
Ilmiah 1
1) Ibuprofen tab 3x1
2) Loratadine tab 1x1
Ilmiah 2
1) Ambroxol sirup 3x1 sendok teh
2) Chlorpheniramine maleat tab 2x1
Ilmiah 3
1) Cetirizine tab 2x1
2) Ambroxol sirup 3x1 sendok teh

Herbal
1) Sambiloto
Manfaat : selesma
Dosis : 3x1-2gr herba/hari
Cara pembuatan : bahan dihaluskan menjadi serbuk, seduh
dengan air mendidih, saring dan minum
selagi hangat
2) Jahe Merah
Manfaat : selesma
Dosis : 3x1 sendok teh sehari, minimal selama 3
Hari
Cara pembuatan : kupas 3 rimpang, diperas.

d) Rehabilitatif
1) Mengkonsumsi obat secara teratur.
2) Jika keluhan tidak membaik atau justru timbul penyulit seperti
demam tinggi, sesak napas, segera bawa ke IGD terdekat.

11
Dinas Kesehatan Kota Jambi Puskesmas Dinas Kesehatan Kota Jambi Puskesmas
Kebun Kopi Kebun Kopi
dr. Dilla Juwita Sari dr. Dilla Juwita Sari
SIP : G1A220085 SIP : G1A220085
Jl. Raden Wijaya RT 25 kel. Thehok Kota Jambi Jl. Raden Wijaya RT 25 kel. Thehok Kota Jambi

Jambi, 21 Juni 2022 Jambi, 21 Juni 2022

R/ Tera F tab NO.X R/ Ibuprofen tab 400 mg NO.X


S.1dd tab 1 S.3dd tab 1
R/ Vitamin tab 500 mg NO.X R/ Loratadine tab10 mg NO.V
S.3dd tab 1 S.1dd tab 1

Pro : Ny. M (23 tahun) Pro Ny. M ( 23 tahun)


Alamat : RT 14 Lingkar Selatan Alamat : RT 14 Lingkar Selatan

Dinas Kesehatan Kota Jambi Puskesmas Dinas Kesehatan Kota Jambi Puskesmas
Kebun Kopi Kebun Kopi
dr. Dilla Juwita Sari dr. Dilla Juwita Sari
SIP : G1A220085 SIP : G1A220085
Jl. Raden Wijaya RT 25 kel. Thehok Kota Jambi Jl. Raden Wijaya RT 25 kel. Thehok Kota Jambi

Jambi, 10 Maret 2022 Jambi, 10 Maret 2022

R/ Amboxol syrup NO.I R/ Cetirizine syrup NO.I


S.3dd ½ cth S.1dd 1 cth
R/ CTM syrup NO.I R/ Ambroxol syrup NO.I
S.1dd 1 cth S.3dd ½ cth

Pro : Ny. M (23 tahun) Pro : Ny. M (23 tahun)


Alamat : RT 14 Lingkar Selatan Alamat : RT 14 Lingkar Selatan

12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Nasofaringitis akut (common cold) batuk pilek atau salesma adalah
infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang paling sering diderita
masyarakat. Hidung berair/pilek (rhinorrhea), hidung tersumbat, sakit
tenggorokan dan sakit kepala merupakan gejala khas dari batuk pilek atau
common cold yang sudah diketahui oleh masyarakat umum. Demam
ringan, otot terasa sakit, badan lemah (fatigue) juga merupakan gejala awal
dari common cold. Rata-rata gejala flu atau common cold berlangsung
antara 7 sampai 10 hari sebelum penderita benar-benar sembuh.1,2
Tingginya kasus ISPA (common cold) dipengaruhi banyak faktor,
salah satunya adalah faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang bisa
menjadi penyebab kejadian ISPA antara lain kondisi fisik rumah, penghuni
rumah terlalu padat, polusi udara seperti asap rokok, asap pembakaran dari
rumah tangga, pembakaran sampah yang sembarangan, gas buangan
sarana transportasi, gas buangan dari industri, kebakaran hutan dan masih
banyak lagi.1

2.2 Etiologi
Nasofaringitis Akut (common cold) dapat disebabkan karena
bakteri dan virus seperti coronavirus dan rhinovirus, adenovirus,
coxsackieviruses, myxovirus dan paramyxovirus, Human respiratory
syncytial virus, atau lebih dikenal dengan virus influenza. Meskipun masih
banyak virus baru yang terus diidentifikasi. Penyakit ISPA pada anak-anak
terbilang cukup sering ditemukan. Penyebab ISPA pada anak ini sering
menyerang sistem kekebalan tubuh mereka yang cukup lemah. ISPA
merupakan kondisi yang tidak begitu berbahaya, tetapi jika tidak diobati
dapat menyebabkan komplikasi. Penyakit ISPA adalah kondisi yang
umumnya disebabkan karena serangan langsung ke saluran pernapasan

13
bagian atas melalui mata, mulut, dan hidung. Penyebab ISPA adalah virus
atau bakteri. Virus utama penyebab ISPA adalah rhinovirus dan
coronavirus. Virus lain yang juga menjadi penyebab ISPA adalah virus
parainfluenza, respiratory syncytial virus, dan adenovirus.1,3

2.3 Epidemiologi
ISPA dikenal dengan istilah Acute respiratory infections (ARI)
merupakan penyakit yang menyebabkan kematian dan penyakit yang
sering di diagnosa pada anak-anak 2,5-4 kali lebih tinggi jika
dibandingkan dengan orang dewasa. 95% penyebab penyakit infeksi
saluran pernapasan atas pada anak-anak ini adalah virus. Infeksi
pernapasan atas yang paling banyak ditemukan adalah
nasopharyngitis/common cold.3
Menurut organisasi kesehatan dunia memperkirakan insidensi
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di negara berkembang dengan
angka kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-

14
20% pertahun pada golongan usia balita. Menurut WHO  13 juta anak
balita di dunia meninggal setiap tahun dan sebagian besar kematian
tersebut terdapat di negara berkembang, pneumonia merupakan salah satu
penyebab utama kematian dengan membunuh  4 juta anak balita setiap
tahun. Kejadian batuk pilek ataupun penyakit nasofaringitis (common
cold) merupakan penyakit yang sangat umum terjadi pada anak-anak.
Seorang anak bisa menderita flu (common cold) sebanyak 8 hingga 12 kali
dalam setahun.2

2.4 Patofisiologi
Penularan common cold bisa terjadi melalui inhalasi aerosol yang
mengandung partikel kecil, deposisi droplet pada mukosa hidung atau
konjungtiva, atau melalui kontak tangan dengan sekret yang mengandung
virus yang berasal dari penyandang atau dari lingkungannya, cara
penularannya antara virus yang satu berbeda dengan yang lainnya.
Patogenesis common cold sama dengan patogenesis infeksi virus pada
umumnya, yaitu melibatkan interakasi antara replikasi virus dan respon
inflamasi penjamu. Meskipun demikian, patogenesis virus-virus saluran
respiratori dapat sangat berbeda antara satu dengan yang lainnya karena
perbedaan lokasi primer tempat replikasi virus. Replikasi virus influenza
terjadi di epitel trakeobronkial, sedangkan rhinovirus terutama di epitel
nasofaring.1
Pemahaman patogenesis common cold terutama didapat dari
penelitian sukarelawan yang diinfeksi dengan Rhinovirus. Infeksi dimulai
dengan deposit virus di mukosa hidung-anterior atau di mata. Dari mata,
virus menuju hidung melalui duktus lakrimalis, lalu berpindah ke
nasofaring posterior akibat gerakan mukosiler. Di daerah adenoid, virus
memasuki sel epitel dengan cara berikatan dengan reseptor spesifik di
epitel. Sekitar 90% Rhinovirus menggunakan intercellular adhesion
molecule-1 (ICAM-1) sebagai reseptornya.1

15
Setelah berada di dalam selepitel, virus bereplikasi dengan cepat.
Hasil replikasi virus tersebut dapat dideteksi 8-10 jam setelah inokulasi
virus intransal. Dosis yang dibutukan untuk terjadinya infeksi Rhinovirus
adalah kecil, dan lebih dari 95% sukarelawan tanpa antibodi spesifik
terhadap serotope virus akan terinfeksi setelah inokulasi intranasal.
Meskipun demikian, tidak semua infeksi menyebabkan timbulnya gejala
klinis. Gejala common cold hanya terjadi pada 75% orang yang terinfeksi.1
Virus ini menginfeksi sel epitel hidung, mengganggu membran,
dan menyebabkan kematian sel. Rongga hidung terbagi oleh septum
hidung, yang terdiri tulang dan tulang rawan. Mukosa hidung berfungsi
mengatur suhu udara yang dihirup, pelembab dan membersihkan udara
yang dihirup. Epitel saluran napas hidung terdiri dari sel bersilia, sel
goblet yang mensekresi lender dan sel basal. Zona membran basal dan dan
menutupi struktur submukosa sehingga membentuk tautan antara paparan
lingkungan dan sistem kekebalan tubuh. Lendir hidung bertindak sebagai
penghalang patogen. Selama peradangan, pembersihan mukosiliar dapat
terganggu menyebabkan penumpukan lendir yang berlebihan.
Homeostasis sementara peradangan mengakibatkan peningkatan
permeabilitas vaskuler dan pembengkakan mengakibatkan hidung
tersumbat.4

2.5 Manifestasi Klinis


Gejala pada umumnya terlihat sekitar 1-3 hari setelah penularan
dari batuk yang mengandung virus. Tanda dan gejala meliputi:1,2,5
a) Hidung yang berair warna jenih yang dapat kental dan purulent bila
terjadi infeksi sekunder namun dapat juga tersumbat
b) Sakit tenggorokan
c) Batuk
d) Suara serak
e) Sakit kepala ringan
f) Bersin-bersin

16
g) Mata berair
h) Sedikit demam atau kadang tidak ada (dewasa : < 390°C ; anak-
anak :< 380°C)
i) Merasa sedikit lelah

2.6 Diagnosis
Diagnosis rinitis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan
perjalanan penyakit yang diperoleh dari anamnesis lengkap. Perlu
ditanyakan mengenai karakteristik rinorea, unilateral atau bilateral, dan
apakah pasien memiliki riwayat alergi. Kebiasaan merokok pada orang tua
juga penting ditanyakan, karena asap rokok yang terhirup dapat
memperberat gejala rinitis. Selain itu, perjalanan penyakit juga perlu
ditanyakan untuk melihat apakah telah terjadi komplikasi pada pasien.
Nyeri tenggorok kadang-kadang sulit dibedakan dengan gejala pada
faringitis karena Streptokokus. Akan tetapi, hidung buntu dan nasal
discharge yang merupakan gejala utama rinitis tidak dijumpai pada
faringitis karena Streptokokus.6
Pemeriksaan fisik tidak menunjukkan gambaran yang khas.
Penegakan diagnosis rhinitis lebih mudah dilakukan pada orang dewasa,
sedangkan pada anak hal ini kadang-kadang menjadi sulit karena anak
tidak dapat menyampaikan keluhannya, apalagi pada bayi dimana demam

17
biasanya merupakan gejala pertama yang timbul pada awal infeksi. Sulit
bagi klinisi untuk menentukan apakah demam ini merupakan bagian dari
infeksi virus yang ringan atau infeksi bakteri yang berat. Pada
pemeriksaan fisik, warna sekret hidung tidak dapat membedakan penyebab
dari penyakit, misalnya saja mukosa hidung pasien dengan rinitis alergi
biasanya edema, tetapi tidak selalu berwarna pucat. Beberapa gambaran
klinis yang perlu dicari adalah keterlibatan otitis media, nyeri pada wajah
atau sinus, pembesaran kelenjar servikal, tanda-tanda gangguan
pernapasan (sesak, takipnea, wheezing, ronki, retraksi), juga tanda atopik.
Pada setiap anak dengan batuk-pilek selalu harus ditentukan apakah ada
peningkatan laju pernapasan dan tarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam. Kedua tanda ini penting untuk deteksi dini pneumonia.6
Ditemukannya virus penyebab rinitis merupakan baku emas
penegakan diagnosis, tetapi hal ini tidak direkomendasikan pada
tatalaksana pasien sehari-hari. Metode identifikasi virus yang dapat
dilakukan meliputi kultur virus, deteksi antigen, dan polymerase chain
reaction (PCR). Meskipun sensitivitas dan spesifisitas masih diragukan,
saat ini telah tersedia berbagai uji deteksi antigen untuk mendeteksi virus
Influenza, virus Parainfluenza, RSV, dan Adenovirus, tetapi tidak dapat
digunakan untuk mendeteksi Rhinovirus karena jumlah serotipenya yang
sangat banyak.6

2.7 Tatalaksana
Penyakit ini merupakan penyakit yang disebabkan oleh rhinovirus
yang bersifat akan sembuh dengan sendirinya saat virus mati karena masa
hidup virus terbatas atau disebut self limiting disease bergantung pada
daya tahan tubuhnya. Namun, karena belum ditemukan antivirus
khususnya untuk rhinovirus ini, maka hanya gejala-gejala yang muncul
saja yang bisa diobati jika dirasakan menganggu penderita. Jadi
pengobatan hanya bersifat meringankan atau menghilangkan gejala saja
(simtomatis), tanpa membunuh virus penyebabnya (kausatif).1

18
Hal yang perlu ditingkatkan adalah daya tahan tubuh. Tindakan
untuk meringankan gejala flu adalah beristirahat 2-3 hari, mengurangi
kegiatan fisik berlebihan, meningkatkan gizi makanan dengan makanan
berkalori dan protein tinggi, serta buah-buahan yang tinggi vitamin.1
a. Terapi simptomatik
1) Antipiretik.
Pada dewasa yaitu parasetamol 3-4 x 500 mg/hari (10-15
mg/kgBB).
2) Dekongestan, seperti pseudoefedrin (60 mg setiap 4-6 jam)
3) Antihistamin, seperti klorfeniramin 4-6 mg sebanyak 3-4 kali/hari,
atau difenhidramin, 25-50 mg setiap 4-6 jam, atau loratadin atau
cetirizine 10 mg dosis tunggal (pada anak loratadin 0,5 mg/kgBB
dan setirizin 0,3 mg/kgBB).
4) Dapat pula diberikan antitusif atau ekspektoran bila disertai batuk.

b. Terapi non-farmakologi
Terapi non-farmakologi atau terapi tanpa obat yang bisa dilakukan
untuk menyembuhkan gejala awal common cold. Beberapa jenis herbal
atau tanaman juga telah banyak diteliti memilki manfaat untuk
mengatasi gejala awal pada common cold. Aromaterapi merupakan
salah satu metode penyembuhan non farmakologi dengan
menggunakan kekuatan aroma yang berasal dari menyak atsiri atau
minyak esensial hasil penyulingan atau ekstraksi dari sebagian atau
seluruh bagian tumbuh-tumbuhan. Aromaterapi dengan tea tree oil dan
eucalyptus oil dipercaya dapat mengurangi keluhan batuk pilek.5
2.8 Komplikasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi lama penyembuhan batuk pilek
diantaranya kelelahan, anemia, kedinginan, gizi buruk, nutrisi, imunisasi
tidak lengkap, dan pola asuh anak, pemberian makanan tambahan terlalu
dini dan faktor lingkungan seperti kondisi rumah terlalu lembab,
kurangnya pencahayaan, kurangnya vantilasi, tingkat kepadatan hunian

19
dan jenis lantai yang digunakan, dan kebiasaan orang tua merokok.
Kondisi rumah yang kurang pencahayaan, kondisi rumah yang lembab,
kurangnya ventilasi, kelelahan, kebiasaan orang tua yang merokok, serta
permasalahan perilaku hidup bersih dan sehat. Komplikasi pada common
cold adalah sebagai berikut:5,7
a) Pneumonia
Pneumonia dapat terjadi akibat infeksi sekunder oleh bakteri, tetapi
dapat juga karena penyebaran virus ke jaringan paru. Penelitian
mengenai penyebab pneumonia pada anak menunjukkan bahwa
campuran bakteri-virus merupakan penyebab tersering. Pneumonia
karena infeksi bakteri biasanya ditandai dengan onset baru demam
yang timbul beberapa hari setelah timbulnya gejala rinitis. Batuk yang
menetap tanpa disertai onset baru demam mungkin menunjukkan
adanya infeksi saluran pernapasan-bawah karena virus.6

b) Otitis Media Akut (OMA)


Merupakan komplikasi yang sering dijumpai pada anak. Penyakit
ini terjadi pada sekitar 20% anak dengan infeksi saluran pernapasan-
atas karena virus. Komplikasi ini paling sering terdiagnosis pada hari
ke-3 atau ke-4 setelah onset gejala infeksi saluran pernapasan-atas.
Infeksi virus pada saluran pernapasan-atas sering menyebabkan
disfungsi tuba eustachius, yang dianggap sebagai faktor yang penting
pada patogenesis otitis media.6

c) Sinusitis
Infeksi sekunder bakteri pada sinus paranasalis perlu
dipertimbangkan bila dijumpai gejalanasal yang menetap selama lebih
dari 10–14 hari. Sinusitis bakterial diperkirakan terjadi pada 6–13%
anak dengan infeksi saluran pernapasan-atas karena virus.6

20
d) Eskaserbasi asma
Penelitian menunjukkan bahwa infeksi Rhinovirus berperan pada
terjadinya kurang lebih 50% eksaserbasi asma pada anak.6

2.9 Pencegahan
Suplementasi Vitamin C dapat dijadikan sebagai pencegahan dan
penyembuhan infeksi saluran pernapasan seperti common cold. Untuk
pencegahan dari penyakit maupun infeksi, dibutuhkan Vitamin C paling
tidak 100-200 mg/hari. Namun untuk pengobatan, dibutuhkan dosis yang
lebih tinggi untuk mengkompensasi peningkatan respon inflamasi.
Vitamin C pada common cold dapat dikonsumsi untuk tujuan mencegah
maupun mengobati, karena Vitamin C merupakan antioksidan yang sangat
baik, yang dapat menangkal radikal bebas endogen maupun eksogen, dan
merupakan kofaktor dari berbagai biosintetik dan gen enzim-enzim
regulasi.1
Untuk mencegah penularan ISPA, dapat dilakukan hal-hal seperti
membiasakan cuci tangan teratur menggunakan air dan sabun atau hand
sanitizer terutama setelah kontak dengan penderita ISPA. Ajarkan pada
anak untuk rajin mencuci tangan sebelum dan sesudah makan untuk
mencegah ISPA dan penyakit infeksi lainnya, serta melakukan imunisasi
pada anak. Imunisasi yang bisa mencegah ISPA yaitu imunisasi influenza,
imunisasi DPT-Hib /DaPT-Hib, dan imunisasi PCV.1,6

21
BAB III

ANALISA KASUS

3.1 Hubungan Diagnosis dengan Keluarga


Pasien tinggal bersama orang tuanya. Hubungan pasien dengan
seluruh anggota keluarga baik. Sehingga tidak ada hubungan keluarga
dengan penyakit pasien.

3.2 Hubungan Diagnosis dengan Perilaku Kesehatan dalam Keluarga,


Lingkungan Sekitar, dan Kebiasaan
Pasien biasa makan 3 kali sehari namun jarang makan sayur dan
buah. Salah satu faktor risiko terjadinya common cold adalah daya tahan
tubuh yang rendah karena kurangnya asupan gizi seimbang, sehingga saat
saat pasien terpapar dengan suatu penyakit pasien mudah terinfeksi dan
timbul gejala penyakit. Diperberat lagi dengan kondisi pancaroba akhir-
akhir ini membuat daya tahan tubuh pasien menurun sehingga pasien dapat
dengan mudah terkena common cold.
Suami pasien juga seorang perokok aktif. Seperti yang diketahui
faktor lingkungan yang bisa menjadi penyebab kejadian ISPA antara lain
kondisi fisik rumah, penghuni rumah terlalu padat, polusi udara seperti
asap rokok, asap pembakaran dari rumah tangga, pembakaran sampah
yang sembarangan, gas buangan sarana transportasi, gas buangan dari
industri, kebakaran hutan dan masih banyak lagi. Hal ini juga
meningkatkan faktor risiko common cold pada pasien.

3.3 Analisis Kemungkinan Berbagai Faktor Risiko atau Etiologi Penyakit


pada Pasien
Fakto risiko yang dekat dengan penyakit pasien adalah daya tahan
tubuh yang rendah karena kurangnya asupan gizi seimbang. Selain itu juga

22
suami pasien juga seorang perokok aktif, yang dimana asap rokok adalah
faktor risiko terjadinya common cold.

3.4 Analisis untuk Mengurangi Paparan


a. Istirahat dan menjaga asupan makanan dengan gizi seimbang.
b. Menjaga pola hidup bersih untuk diri dan lingkungan sekitar pasien,
selalu mencuci tangan, dan memakai masker jika ingin keluar rumah.
c. Menjelaskan tentang etika bersin dan batuk sehingga meminimalisir
penularan terhadap orang sekitar.
d. Jika orang tuanya ingin merokok jangan di dalam rumah, lokasinya
harus jauh dari anak/di ruang terbuka.

23
24
DAFTAR PUSTAKA

1. Diane E. Pappas. The Common Cold. Elsevier. 199-201.2020

2. Owen H. Epidemiology, Pathogenesis, and Treatment of the Common


Cold. Elsevier. Seminars in Pediatric Infectious Diseases, Vol 9, No 1
(January), 1998:pp 50-55
3. Ningsih NF, Apriza. Survey Sanitasi Lingkungan Penderita Common Cold
di Kabupaten Kampar. Jurnal Ners Univ Pahlawan. 2018.
4. Basuki S dkk. Rhinitis akut viral. Fakultas Kedokteran Univ
Muhammadiyah Surakarta. 2020.
5. Maftuchah dkk. The Effectiveness of Tea Tree Oil and Eucalyptus Oil
Aromaterapy for Toddlers with Common Cold. Jurnal Kebidanan. 2020.
6. McDougall, J. Salesman. Home Famous Dead 108–108. 2017.
doi:10.2307/j.ctt1ffjgxg.104.
7. Purniti PS. Tatalaksana terkini infeksi respiratorik akut. Bagian Ilmu
Kesehatan Anak RSUP Sanglah. 2020.

25

Anda mungkin juga menyukai