VARICELLA
Disusun oleh :
Pendamping :
KABUPATEN SRAGEN
JAWA TENGAH
2022
BAB I
PENDAHULUAN
IDENTITAS PASIEN :
Nama : An. N
Usia : 7 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : -
Alamat : Sumberlawang
Pekerjaan : -
Suku : Jawa
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Tanggal pemeriksaan : 14 September 2022
ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara Alloanamnesis dengan ibu Pasien pada tanggal 14
september 2022 di Poli Umum Puskesmas Sumberlawang
Alloanamnesa
Keluhan utama :
Lenting-lenting kecil kemerahan di badan sejak ± 2 hari yang lalu dan disertai
demam. Keluhan disertai dengan rasa lemas dan tidak napsu makan.
Riwayat atopi :
Bersin pagi hari ataupun karena debu disangkal
Riwayat asma disangkal
Riwayat kebiasaan:
Pasien mandi 2 kali sehari, memakai sabun cair, handuk dipakai sendiri, air
yang digunakan berasal dari air sumur dan pakaian dalam diganti 2 kali sehari.
Riwayat sosial:
Rumah permanen, lantai dan dinding beton, atap genteng, dihuni oleh 4 orang
dengan jumlah kamar 3. Kamar mandi dan WC berada di dalam rumah dan terpisah.
Sumber air sumur dan sumber listrik PLN.
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Fisik (St. Generalis)
Status gizi
Berat Badan : 25 kg
Tinggi Badan : 130 cm
BMI : 19,23
Kepala
Bentuk : Normochepal
Wajah :Terdapat lenting berisi cairan berwarna hitam dan
tertutup skuama tersebar di seluruh wajah pasien
Rambut : Hitam, distribusi rata, tidak mudah dicabut
Mata
Lagoftalmos (-/-), udem palpebra (-/-),kunjungtiva anemis (-/-), sclera
ikterik (-/-), refelks cahaya (+/+), mata cekung (-/-), pupil isokor
Hidung
Septum deviasi (-), sekret (-/-), darah (-/-),pernapasan cuping hidung (-/-),
edema mukosa (-/-), hiperemis mukosa (-/-)
Mulut
Bibir kering (-), lidah kotor (-), stomatitis (-), gusi berdarah (-)
Telinga
Normotia, serumen (-/-), MT sulit dinilai.
Leher
Pembesaran KGB (-), pembesaran kel tiroid (-) terdapat lenting berukuran
0,3-0,5 cm x 0,3-0,5 cm berwarna hitam dan tertutup skuama tersebar di
leher pasien
Thorax
Inspeksi : Simetris pada saat statis dan dinamis, retraksi iga
(-) ,pernapasan abdominotorakal, laserasi (-), benjolan(-)
terdapat lenting kecil berwarna hitam dan tertutup skuama
tersebar di dada depan dan punggung pasien
Palpasi : Vocal premitus kanan kiri sama, krepitasi
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-),
BJ I dan II reguller, tidak ada bunyitambahan
Abdomen
Inspeksi : Retraksi epigastrium (-), permukaan cembung,spider nevi (-),
caput medusa (-), distensi (-) terdapat lenting berukuran 0,3-0,5
cm x 0,3-0,5 cm berwarna hitam dan tertutup skuama tersebar
di perut depan
Auskultasi: Bising usus (+) meningkat, metallic sound (-), bruit (-)
Palpasi : Supel, hepar tidak teraba, lien tidak teraba
Perkusi : Timpani pada seluruh lapang abdomen, pekak menunjukkan
batas hepar 1 jari dibawah arcus costa kanan
Ekstremitas
Atas : Akral hangat, CRT < 2 detik, oedema (-/-), ptekie(-/-)(-)
terdapat lenting berukuran 0,3-0,5 cm x 0,3-0,5 cm berwarna
hitam dan tertutup skuama tersebar tangan kanan dan kiri
Bawah : Akral hangat, CRT < 2 detik, oedema (-/-), ptekie(-/-)(-)
terdapat lenting berukuran 0,3-0,5 cm x 0,3-0,5 cm berwarna
hitam dan tertutup skuama tersebar di kaki kanan dan kiri
DIAGNOSIS KERJA
Varicella
DIAGNOSIS BANDING
Herpes Zoster
PENTALAKSANAAN
1. Non-medikamentosa
a. Istirahat yang cukup.
b. Makan makanan yang bergizi
c. Menjaga kebersihan diri dengan tetap mandi walaupun masih banyak terlihat
bintik-bintik.
d. Tidak menggaruk dan memecahkan lepuh-lepuh tersebut karena dapat
menimbulkan bekas luka garukan dikulit.
2. Medikamentosa
Antivirus : Asiklovir 4 x 20 mg/kgBB/hari selama 7 hari
DEFINISI
Varicella adalah penyakit menular akut yang disebabkan oleh varicella
zoster virus (VZV). Infeksi berulang dapat mengakibatkan terjadinya herpes
zoster. Infeksi akut primer oleh virus varicella zoster yang menyerang
kulit dan mukosa, klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorf,
terutama berlokasi di bagian sentral tubuh.5
EPIDEMIOLOGI
Varicella terdapat diseluruh dunia dan tidak ada perbedaan ras maupun jenis
kelamin.
A. Usia
Pada orang yang belum mendapat vaksinasi, 90% kasus
terjadi pada anak-anak dibawah 10 tahun terbanyak umur
5-9 tahun, 5% terjadi pada orang yang berusia lebih dari 15
tahun. Sementara pada pasien yang mendapat imunisasi,
insiden terjadinya varicella secara nyata menurun.5
B. Insiden
Sejak diperkenalkan adanya vaksin varicella pada tahun
1995, insiden terjadinya varicella terbukti menurun.
Dimana sebelum tahun 1995, terbukti di Amerika terdapat
3-4 juta kasus varicella setiap tahunnya.5
C. Transmisi
Transmisi penyakit ini secara aerogen maupun kontak langsung.
Kontak tidak langsung jarang sekali menyebabkan varicella. Penderita
yang dapat menularkan varicella yaitu beberapa hari sebelum erupsi
muncul dan sampai vesikula yang terakhir. Tetapi bentuk erupsi kulit
yang berupa krusta tidak menularkan virus. 5
ETIOLOGI
Varicella disebabkan oleh Varicella Zooster Virus (VZV) yang
termasuk kelompok Herpes Virus dengan diameter kira-kira 150 – 200 nm.
Inti virus disebut capsid yang berbentuk icosahedral, terdiri dari protein dan
DNA yang mempunyai rantai ganda yaitu rantai pendek (S) dan rantai
panjang (L) dan merupakan suatu garis dengan berat molekul 100 juta dan
disusun dari 162 capsomer. Lapisan ini bersifat infeksius. 1
Seperti herpes
virus lainnya, VZV terus bertahan di dalam tubuh setelah infeksi pertama
sebagai infeksi laten. VZV bertahan pada nervus saraf ganglia.
Varicella Zoster Virus dapat menyebabkan varicella dan herpes zoster.
Kontak pertama dengan virus ini akan menyebabkan varicella, oleh karena itu
varicella dikatakan infeksi akut primer, sedangkan bila penderita varicella
sembuh atau dalam bentuk laten dan kemudian terjadi serangan kembali maka
yang akan muncul adalah Herpes Zoster. 6
PATOGENESIS
Masa inkubasi varicella 10 - 21 hari pada anak imunokompeten (rata-
rata 14-17 hari) dan pada anak yang imunokompromais biasanya lebih
singkat yaitu kurang dari 14 hari. VZV masuk ke dalam tubuh manusia
dengan cara inhalasi dari sekresi pernafasan (droplet infection) ataupun
kontak langsung dengan lesi kulit. Droplet infection dapat terjadi 2 hari
sebelum hingga 5 hari setelah timbul lesi dikulit.
VZV masuk ke dalam tubuh manusia melalui mukosa saluran
pernafasan bagian atas, orofaring ataupun conjungtiva. Siklus replikasi virus
pertama terjadi pada hari ke 2-4 yang berlokasi pada lymph nodes regional
kemudian diikuti penyebaran virus dalam jumlah sedikit melalui darah dan
kelenjar limfe, yang mengakibatkan terjadinya viremia primer (biasanya
terjadi pada hari ke 4-6 setelah infeksi pertama). Pada sebagian besar
penderita yang terinfeksi, replikasi virus tersebut dapat mengalahkan
mekanisme pertahanan tubuh yang belum matang sehingga akan berlanjut
dengan siklus replikasi virus ke dua yang terjadi di hepar dan limpa, yang
mengakibatkan terjadinya viremia sekunder. Pada fase ini, partikel virus
akan menyebar ke seluruh tubuh dan mencapai epidermis pada hari ke 14-
16, yang mengakibatkan timbulnya lesi dikulit yang khas. 2,5,7,8
VZV
Retikulo endotel
Gejala klinis
Varicela Zooster
DIAGNOSA
A. ANAMNESA
Diagnosis varisela ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala prodromal,
rasa gatal, dan manifestasi klinis sesuai tempat predileksi dan morfologi
yang khas varisela.3
B. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk pemeriksaanvirus varicella zoster (VZV) dapat
dilakukan beberapa test yaitu :
1. Tzanck smear
Preparat diambil dari discraping dasar vesikel yang masih baru,
kemudian diwarnai dengan pewarnaan yaitu hematoxylin-eosin,
Giemsa’s, Wright’s, toluidine blue ataupun Papanicolaou’s.
Dengan menggunakan mikroskop cahaya akan dijumpai
multinucleated giant cells.
Pemeriksaan ini sensitifitasnya sekitar 84%.
Test ini tidak dapat membedakan antara virus varicella zoster
dengan herpes simpleks virus.
DIAGNOSA BANDING
Differensial diagnosis dari infeksi varicella sendiri termasuk infeksi yang
dapat menimbulkan vesikular exanthema, seperti infeksi herpes secara umum,
hand-foot-mouth infection dan exanthema enteroviral lainnya. Dahulu, variola
dan vaccinia merupakan differensial diagnosis yang penting namun infeksi ini
sudah sangat jarang ditemukan. Herpes simpleks dapat dibedakan dari
pengelompokan vesikelnya, lokasi, dan tes immunoflorescent atau kultur, jika
perlu. Tes Tzanck dapat membantu membedakan varicella dengan enteroviral
penyebab exanthem lainnya dengan memperlihatkan multinucleated giant cell
pada infeksi Herpes zoster. 14
KOMPLIKASI
Pada anak yang imunokompeten, biasanya dijumpai varicella yang ringan
sehingga jarang dijumpai komplikasi. Komplikasi yang dapat dijumpai pada
varicella yaitu :
A. Infeksi sekunder pada kulit yang disebabkan oleh bakteri
Sering dijumpai infeksi pada kulit dan timbul pada anak-anak yang
berkisar antara 5-10%. Lesi pada kulit tersebut dapat menimbulkan
impetigo, furunkel, cellulitis, dan erysepelas. Organisme infeksius yang
sering menjadi penyebabnya adalah streptococcus grup A dan
staphylococcus aureus.
B. Scar
Timbulnya scar yang berhubungan dengan infeksi staphylococcus atau
streptococcus yang berasal dari garukan.
C. Pneumonia
Dapat timbul pada anak - anak yang lebih tua dan pada orang dewasa,
yang dapat menimbulkan keadaan fatal. Pada orang dewasa insiden
varicella pneumonia sekitar 1 : 400 kasus.
D. Neurologik
1. Acute postinfeksius cerebellar ataxia
Ataxia sering muncul tiba-tiba, selalu terjadi 2-3 minggu setelah
timbulnya varicella. Keadaan ini dapat menetap selama 2 bulan.
Manisfestasinya berupa tidak dapat mempertahankan posisi
berdiri
hingga tidak mampu untuk berdiri dan tidak adanya koordinasi
dan dysarthria.
Insiden berkisar 1 : 4000 kasus varicella.
2. Encephalitis
Gejala ini sering timbul selama terjadinya akut varicella yaitu
beberapa hari setelah timbulnya ruam. Lethargy, drowsiness dan
confusion adalah gejala yang sering dijumpai.
Beberapa anak mengalami seizure dan perkembangan
encephalitis yang cepat dapat menimbulkan koma yang dalam.
Merupakan komplikasi yang serius dimana angka kematian
berkisar 5-20 %.
Insiden berkisar 1,7 / 100.000 penderita.
3. Herpes zoster
Komplikasi yang lambat dari varicella yaitu timbulnya herpes zoster,
timbul beberapa bulan hingga tahun setelah terjadinya infeksi primer.
Varicella zoster virus menetap pada ganglion sensoris.
4. Reye syndrome
Ditandai dengan fatty liver dengan encephalophaty. Keadaan ini
berhubungan dengan penggunaan aspirin, tetapi setelah digunakan
acetaminophen (antipiretik) secara luas, kasus reye sindrom mulai
jarang ditemukan. 2,5,7,9,15
PENATALAKSANAAN
Obat antivirus
Pemberian antivirus dapat mengurangi lama sakit, keparahan dan
waktu penyembuhan akan lebih singkat.
Pemberian antivirus sebaiknya dalam jangka waktu kurang dari 48 -
72 jam setelah erupsi dikulit muncul.
Golongan antivirus yang dapat diberikan yaitu asiklovir, valasiklovir
dan famasiklovir.
o Dosis anti virus (oral) untuk pengobatan varicella dan herpes zoster :
Neonatus :
Asiklovir 500 mg / m2 IV setiap 8 jam selama 10 hari.
Anak ( 2 -12 tahun) :
Asiklovir 4 x 20 mg / kg BB / hari / oral selama 5 hari.
Pubertas dan dewasa :
Asiklovir 5 x 800 mg / hari / oral selama 7 hari.
Valasiklovir 3 x 1 gr / hari / oral selama 7 hari.
Famasiklovir 3 x 500 mg / hari / oral selama 7 hari. 2,5,7,8,16
PROGNOSIS
1. Dengan perawatan teliti dan memperhatikan higiene akan memberikan
prognosis yang baik dan jaringan parut yang timbul akan menjadi sedikit.
2. Pada neonatus dan anak yang menderita leukimia, immunodefisiensi,
sering menimbulkan komplikasi dan angka kematian yang meningkat.
3. Angka kematian pada penderita yang mendapatkan pengobatan
immunosupresif tanpa mendapatkan vaksinasi dan pengobatan antivirus
antar 7 – 27% dan sebagian besar penyebab kematian adalah akibat
komplikasi pneumonitis dan ensefalitis. 12
DAFTAR PUSTAKA
1. Lichenstein R. Pediatrics, Chicken Pox or Varicella , October 21, 2002.
www.emedicine. com.
2. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Buku ajar Infeksi & pediatri Tropis. Edisi Ke
Dua. Bagian Ilmu Kesehatan anak FKUI. Jakarta, 2012 : 134-141
3. Aisah S, Handoko RP, 2015, Varisela dalam Sri L, Kusmarinah B, Wresti I,
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Ketujuh, Jakarta : Balai Penerbit FKUI,
Hal 129-31.
4. Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Keempat. Bab Varisela.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta : 2007
5. Wolff, Klaus. Johnson, Richard Allen. Fitzpatrick’s Color Atlas and
Sypnosis of Clinical Dermatology sixth edition, 2009, page 831-835
6. Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Keempat. Bab Varisela.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta : 2007
7. Mc Cary M L.Varicella zoster virus. American Academy of Dermatology, Inc.
1999.
8. Sugito TL. Infeksi Virus Varicella -Zoster pada bayi dan anak. Dalam :
Boediardja SA editor. Infeksi Kulit Pada Bayi & Anak, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta, 2003 : 17-33.
9. Hurwitz S. Herpes zoster. In : Clinical Pediatric Dermatologiy A Texbook of
skin Disease of Childhood and Adolescence, 2 nd edition, Philadelphia ; W.B
Saunders Company, 1993 : 324 -27
10. Schachner, Lawrence. Pediatric Dermatology Third Edition. Mosby. 2003
11. Rampengan, T.H. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta : 2005
12. Dewi M. Cacar Air (Varicella). Diambil dari Medicastore.com
http://www.medicastore.com/med/detail_pyk.php?
id=&iddtl=38&idktg=&idobat=&UID=20071115181404219.83.83.58.
13. Harper J.Varicella (chicken pox) In : Textbook of Pediatric Dermatology,
volume 1, Blackwell Science, 2000 : 336-39.
14. Rampengan, T.H. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta : 2005
15. Frieden I J, Penney N S. Varicella -Zoster Infection. In : Schchner L A, Hansen
R C editor. Pediatric Dermatology, second edition, vol 2, Churchill
Livingstone, NewYork, 1995 : 1272 - 75.
16. Oxman N M, Alani R. Varicella and Harpes Zoster. In Fitzpatrick T B, Eisen A
Z editor. Dermatology in General Medicine, 4 th edition, vol 2, McGraw-Hill,
Inc, 1993 : 2543 - 67