Disusun oleh :
Dokter Pembimbing :
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan
rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul
Demam Berdarah Dengue (DBD) untuk memenuhi tugas laporan kasus yang
merupakan bagian dari sistem pembelajaran kepaniteraan klinik khususnya di SMF
Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Dr Pirngadi Medan.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
dr. Anjeli Mery, Sp.A selaku pembimbing yang telah membantu memberikan
bimbingan dan masukan sehingga laporan kasus ini dapat selesai.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan kasus ini masih
banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. oleh karena itu segala saran dan kritik
yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Demikianlah penulisan laporan
kasus ini semoga bermanfaat.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
2.1.1 Definisi.................................................................................................3
2.1.2 Epidemiologi........................................................................................3
2.1.3 Etiologi...........................................................................................3
2.16 Klasifikasi.............................................................................................7
2.1.7 Diagnosis.............................................................................................8
2.1.10 Komplikasi.......................................................................................10
2.1.11Tatalaksana.......................................................................................11
2.1.12 Pencegahan......................................................................................20
2.1.13 Prognosa...........................................................................................21
3.1 Kesimpulan................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Masa inkubasi virus dengue dalam manusia (inkubasi intrinsik) berkisar antara 3
sampai 14 hari sebelum gejala muncul, gejala klinis rata-rata muncul pada hari
keempat sampai hari ketujuh, sedangkan masa inkubasi ekstrinsik (di dalam tubuh
nyamuk) berlangsung sekitar 8-10 hari.2
Manifestasi klinis mulai dari infeksi tanpa gejala demam, demam dengue (DD)
dan DBD, ditandai dengan demam tinggi terus menerus selama 2-7 hari; pendarahan
1
2
diatesis seperti uji tourniquet positif, trombositopenia dengan jumlah trombosit ≤ 100
x 109 /L dan kebocoran plasma akibat peningkatan permeabilitas pembuluh.2.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
2.1.2 Epidemiologi
2.1.3 Etiologi
3
4
2.1.4 Patogenesis
A. Imunopatogenesis
D. Sistem Komplemen
Terbentuknya kompleks virus antibody dalam sirkulasi akan
mengaktivasi sistem komplemen. Aktivitas ini menghasilkan C3a, dan C5a
yang mempunyai kemampuan menstimulasi sel mast untuk melepaskan
histamin dan merupakan mediator kuat untuk menimbulkan peningkatan
permeabilitas kapiler, pengurangan volume plasma, dan syok
hipovolemik. Komplemen juga bereaksi dengan epitop virus pada sel
endotel, permukaan trombosit dan limfosit T, yang mengakibatkan
waktu paruh trombosit memendek, kebocoran plasma, syok dan
perdarahan. Disamping itu komplemen juga merangsang monosit untuk
memproduksi sitokin seperti tumor necrosis factor (TNF), interferon
gamma, interleukin (IL-1 dan IL-6 dan IL-8) dan meningkatkan ekspresi
molekul adhesi baik pada neutrofil maupun sel endotel, sehingga peran
C5a dalam peningkatan permeabilitas vaskular sangat besar.5
6
1. Demam
Demam mendadak tinggi selama 2-7 hari disertai dengan gejala yang
tidak spesifik seperti, anoreksia, lemah, nyeri pada punggung, tulang sendi,
kepala.
2. Perdarahan
Perdarahan ini terjadi di semua organ. Bentuk perdarahan dapat hanya
berupa uji tourniquet (Rumplee Leede) positif.
7
3. Hepatomegali
4. Shock
Biasanya terjadi pada saat demam menurun yaitu hari ketiga dan ketujuh
sakit. Shock yang terjadi pada periode demam biasanya memiliki prognosa
yang buruk.
5. Trombositopenia
2.1.6 Klasifikasi
2.1.7 Diagnosis
B. Pemeriksaan Laboratorium
Trombositopenia (≤ 100.000/mm3)
Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit ≥20% dari nilai
awal atau rata-rata populasi seusia.
9
2.1.10 Komplikasi
2.1.11 Tatalaksana
Tersangka DBD
12
Kejang
Muntah darah
Rawat jalan
Berak hitam,
Jumlah trombosit Jumlah trombosit Parasetamol
100.000/ul >100.000/ul
Kontrol tiap hari
sampai demam
Fase Demam
Tatalaksana DBD pada fase demam bersifat simtomatik dan suportif yaitu
pemberian cairan oral untuk mencegah dehidrasi.Apabila cairan oral tidak dapat
diberikan oleh karena tidak mau minum, muntah atau nyeri perut yang berlebihan,
maka cairan intravena rumatan perlu diberikan.
14
Pasien perlu diberikan minum 50ml/kgBB dalam 4-6 jam pertama. Setelah
keadaan dehidrasi dapat diatasi anak diberikan cairan rumatan 80-100 ml/kgBB
dalam 24 jam berikutnya.Pasien harus diawasi ketat terhadap kejadian syok yang
mungkin terjadi.Periode kritis adalah waktu transisi, yaitu saat suhu turun pada
umunnya hari ke 3-5 fase demam.9
Pengganti volume plasma
Dasar pengobatan pengantian volume plasma yang hilang.Penggantian cairan
harus diberikan dengan bijaksana dan berhati-hati. Kebutuhan cairan awal dihitung
untuk 2 atau 3 jam pertama, sedangkan pada kasus syok mungkin lebih sering.
Tetesan dalam 24-48 jam berikutnya harus selalu disesuaikan dengan tanda vital,
kadar hematokrit dan jumlah volume urin. Secara umum volume yang dibutuhkan
adalah jumlah cairan rumatan ditambah 5-8 %.
Cairan intravena yang diperlukan yaitu :
a. Anak terus-menerus muntah, tidak mau minum, demam tinggi hingga tidak
mungkin diberikan minum per oral, ditakutkan terjadinya dehidrasi sehingga
mempercepat terjadinya syok.
b. Nilai hematokrit cendrung meningkat pada pemeriksaan berkala. Jumlah
cairan yang diperlukan tergantung dari derajat dehidrasi dan kehilangan
elektrolit, dianjurkan cairan glukosa 5% di dalam 1/3 larutan NaCl 0,9%.
Apabila terdapat kenaikan hematokrit 20% atau lebih, maka komposisi jenis
cairan yang diberikan harus sama dengan plasma.9
Berat waktu masuk (kg) Jumlah cairan ml/kg berat badan per hari
<7 220
7-11 165
12-18 132
>18 88
Pemilihan jenis dan volume cairan yang diperlukan tergantung dari umur dan
berat badan pasien serta derajat kehilangan plasma sesuai dengan derajat
15
Pulang
Bagan 2 : (Tatalaksana kasus DBD derajat I dan II)
Keterangan bagan 2
Pasien dengan keluhan demam 2-7 hari, disertai uji tourniquet positif (DBD
derajat I) atau disertai perdarahan spontan tanpa peningkatan hematokrit (DBDderajat
17
II) dapat dikelola seperti tertera pada bagan 1.Apabila pasien masih dapat minum,
berikan minum banyak 1-2 liter/hari atau 1 sendok makan setiap 5 menit. Jenis
minuman yang dapat diberikan adalah air putih, teh manis, sirup, jus buah, susu atau
oralit. Obat antipiretik (paracetamol) diberikan bila suhu >38,5oC.Pada anak dengan
riwayat kejang dapat diberikan obat antikonvulsif. Apabila pasien tidak dapat minum
atau muntah terus menerus, sebaiknya diberikan infus NaCl 0,9% : Dextrosa 5% (1:3)
dipasang dengan tetesan rumatan sesuai berat badan. Disamping itu, perlu dilakukan
pemeriksaan Hb, Ht, dan trombosit setiap 6-12 jam. Pada tindak lanjut, perhatikan
tanda syok, raba hati setiap hari untuk mengetahui pembesarannya oleh karena
pembesaran hati yang disertai nyeri tekan berhubungan dengan perdarahan saluran
cerna. Diuresis diukur tiap 24 jam dan awasi perdarahan yang terjadi. kadar Hb, Ht,
dan trombosit diperiksa tiap 6-12 jam. Apabila pada tindak lanjut telah terjadi
perbaikan klinis dan laboratoris, anak dapat dipulangkan; tetapi bila kadar Hb, Ht
cenderung naik dan trombosit menurun, maka infus cairan ditukar dengan ringer
laktat dan tetesan disesuaikan pada bagan 2.9
Keterangan bagan 3
Pasien DBD derajat II apabila dijumpai demam tinggi, terus menerus selama ≤
7 hari tanpa sebab yang jelas, disertai tanda perdarahan spontan (paling tersering
perdarahan kulit dan mukosa, yaitu petekie atau mimisan), disertai penurunan jumlah
trombosit ≤ 100.000/ul dan peningkatan kadar hematokrit. Pada saat pasien datang,
berikan cairan kristaloid ringer lactat/NaCl 0,9% atau dextrosa 5% dalam ringer
lactat/NaCl 0,9% 6-7 ml/KgBB/jam. Monitor tanda vital dan kadar hematokrit serta
trombosit tiap 6 jam. Selanjutnya evaluasi tiap 12-24 jam.
1. Apabila selama observasi keadaan umum mebaik, yaitu anak tampak tenang,
tekanan nadi kuat, tekanan darah stabil, diuresis cukup dan kadar Ht
cenderung turun minimal dalam 2 kali pemeriksaan berturut-turut, maka
tetesan dikurangi menjadi 5 ml/kgBB/jam. Apabila dalam observasi
selanjutnya tanda vital tetap stabil, tetesan dikurangi menjadi 3 ml/kgBB/jam
dan akhirnya cairan dihentikan pada 24-48 jam.
Perlu diingat bahwa sepertiga kasus akan jatuh dalam syok. Maka apabila keadaan
klinis pasien tidak ada perbaikan, anak tampak gelisah, nafas cepat (distres
pernafasan), frekuensi nadi meningkat, diuresis kurang, tekanan nadi 20 mmHg
memburuk, serta peningkatan Ht, maka tetesan dinaikkan lagi menjadi 15
ml/kgBb/jam. Kemudian dievaluasi 12 jam lagi. Apabila tampak distres pernafasan
menjadi lebih beratdan Ht naik maka berikan cairan kristaloid 10-20 ml/kgBB/jam,
dengan jumlah maksimal 30 ml/kgBB. Namun bila Ht turun, berikan tranfusi darah
segar 10 ml/kgBB/jam. Bila keadaan klinis membaik, maka cairan disesuaikan.9
2.1.12 Pencegahan
Pemberantasan DBD seperti juga penyakit menular lain, didasarkan
atas memutusan rantai penularan. Dalam hal DBD, komponen penularan
terdiri dari virus aegypti dan manusia.Karna sampai saat ini belum terdapat
vaksin yang efektif terhadap virus itu, maka pemberantasan ditujukan pada
manusia dan terutama pada vektornya.7
Bila tidak disertai renjatan, dalam 24-36 jam biasanya prognosis akan
menjadi baik. Kalau lebih dari 36 jam belum ada tanda-tanda perbaikan,
kemungkinan sembuh kecil dan prognosis menjadi buruk.9
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Demam berdarah dengue (DBD) adalah suatu penyakit demam berat
yang sering mematikan, disebabkan oleh infeksi arbovirus (arthropod-borne
virus) akut, ditularkan oleh nyamuk spesies Aedes ditandai oleh permeabilitas
kapiler, kelainan hemostasis dan pada kasus berat, sindrom syok kehilangan
protein.
Demam Berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang
masih menimbulkan masalah kesehatan di Negara yang sedang berkembang,
khususnya Indonesia.Hal ini disebabkan oleh masih tingginya angka
morbiditas dan mortalitas.
22
Pada dasarnya pengobatan DBD bersifat suportif, yaitu mengatasi
kehilangan cairan plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas kapiler
dan sebagai akibat perdarahan.
23
reye syndrome + encephalopati.
V. Riwayat pengobatan terdahulu : IVFD RL 9 fls
VI. Riwayat Habbits : -
VII. Riwayat sosial ekonomi : -
24
Refleks fisiologis APR/KPR : +N/+N
Refleks patologi babinski (-), chadock (-)
Rangsangan meningeal : kernig sign (-), brudzinksy (-)
25
b. Pemeriksaan foto thorax ( )
X. Differential Diagnosa
1. DBD dengan Ensefalopati Dengue
2. Chikungunya Haemorraghic Fever
3. Idiopathic Thrombocytopenic Purpura
4. Demam Tifoid
5. Malaria
26
XI. Diagnosis Kerja
Demam Berdarah Dengue dengan Ensefalopati Dengue
XIII. Prognosa
Qua Ad Functionam : Dubia ad bonam
Qua Ad Sanationam : Dubia ad bonam
Qua Ad Vitam : Dubia ad bonam
27
DAFTAR PUSTAKA
28
9. Poorwo sumarmo, dkk. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis Edisi 2. (FK UI,
2008).
10. Hassan Rusepno, dkk. Ilmu Kesehatan Anak Jilid 2. (: FK UI, 1985).
29