Anda di halaman 1dari 32

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

Laporan Kasus ini dibuat untuk melengkapi persyaratan mengikuti Kepaniteraan


Klinik Senior di Bagian SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD dr. Pirngadi Medan

Disusun oleh :

Pujas Setio Rahardi (71200891020)


Rizky Aulia S. Meliala (71200891031)

Dokter Pembimbing :

dr. Anjeli Mery, Sp. A

SMF ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DR PIRNGADI

MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan
rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul
Demam Berdarah Dengue (DBD) untuk memenuhi tugas laporan kasus yang
merupakan bagian dari sistem pembelajaran kepaniteraan klinik khususnya di SMF
Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Dr Pirngadi Medan.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
dr. Anjeli Mery, Sp.A selaku pembimbing yang telah membantu memberikan
bimbingan dan masukan sehingga laporan kasus ini dapat selesai.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan kasus ini masih
banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. oleh karena itu segala saran dan kritik
yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Demikianlah penulisan laporan
kasus ini semoga bermanfaat.

Medan, 20 Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Demam Berdarah Dengue

2.1.1 Definisi.................................................................................................3

2.1.2 Epidemiologi........................................................................................3

2.1.3 Etiologi...........................................................................................3

2.1.4 Patofisiologi ........................................................................................4

2.1.5 Manifestasi Klinis................................................................................6

2.16 Klasifikasi.............................................................................................7

2.1.7 Diagnosis.............................................................................................8

2.1.8 Pemeriksaan Laboratorium...............................................................8

2.1.9 Diagnosa Banding................................................................................9

2.1.10 Komplikasi.......................................................................................10

2.1.11Tatalaksana.......................................................................................11

2.1.12 Pencegahan......................................................................................20

2.1.13 Prognosa...........................................................................................21

BAB III KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit virus yang ditularkan oleh
nyamuk yang telah menyebar dengan cepat. Demam berdarah tersebar luas di seluruh
daerah tropis, dengan variasi risiko lokal yang dipengaruhi oleh curah hujan, suhu,
dan urbanisasi. Kejadian demam berdarah telah meningkat secara dramatis di seluruh
dunia dalam beberapa dekade terakhir. Sebagian besar kasus tidak menunjukkan
gejala dan karenanya jumlah aktual kasus Demam berdarah dengue dilaporkan,
Jumlah kasus yang dilaporkan meningkat dari 2,2 juta pada tahun 2010 menjadi lebih
dari 3,34 juta pada tahun 2016.1

Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang banyak ditemukan di


sebagian besar wilayah tropis dan subtropis, terutama asia tenggara, Amerika tengah,
Amerika dan Karibia. Host alami DBD adalah manusia, agentnya adalah virus dengue
yang termasuk ke dalam famili Flaviridae dan genus Flavivirus, terdiri dari 4 serotipe
yaitu Den-1, Den-2, Den3 dan Den -4 , ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk
yang terinfeksi, khususnya nyamuk Aedes aegypti dan Ae. albopictus 2 yang terdapat
hampir di seluruh pelosok Indonesia.2

Masa inkubasi virus dengue dalam manusia (inkubasi intrinsik) berkisar antara 3
sampai 14 hari sebelum gejala muncul, gejala klinis rata-rata muncul pada hari
keempat sampai hari ketujuh, sedangkan masa inkubasi ekstrinsik (di dalam tubuh
nyamuk) berlangsung sekitar 8-10 hari.2

Manifestasi klinis mulai dari infeksi tanpa gejala demam, demam dengue (DD)
dan DBD, ditandai dengan demam tinggi terus menerus selama 2-7 hari; pendarahan

1
2

diatesis seperti uji tourniquet positif, trombositopenia dengan jumlah trombosit ≤ 100
x 109 /L dan kebocoran plasma akibat peningkatan permeabilitas pembuluh.2.

Faktor kepadatan penduduk memicu tingginya kasus demam berdarah dengue,


karena tempat hidup nyamuk hampir seluruhnya adalah buatan manusia mulai dari
kaleng bekas, ban bekas hingga bak mandi.2 Pengaruh perubahan iklim dapat
menyebabkan populasi nyamuk meningkat dan pesat walaupun penanggulangan
vektor rutin dilakukan. Perubahan iklim ini menyangkut curah hujan, kelembaban
udara, dan suhu/temperatur lingkungan3.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.1 Definisi

Demam Berdarah Dengue adalah penyakit infeksi virus akut yang


disebabkan oleh virus dengue, terutama menyerang anak-anak yang bertendensi
menimbulkan syok dan kematian.4 Menurut World Health Organization (WHO),
demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh
gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi salah satu dari empat tipe virus dengue
dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai
leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diathesis hemoragik. Pada
demam berdarah dengue terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga
tubuh.

2.1.2 Epidemiologi

Infeksi virus dengue ditularkan melalui gigitan vektor nyamuk Stegomiya


aegipty dan Stegomiya albopictus. Transmisi virus tergantung dari faktor biotik
dan abiotik. Termasuk dalam faktor biotik adalah faktor virus, vektor nyamuk,
dan pejamu manusia; sedangkan faktor abiotik adalah suhu lingkungan,
kelembaban dan curah hujan.5

2.1.3 Etiologi

Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan


virus dengue yang termasuk kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses)
yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviridae, dan
mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu; DEN-1, DEN2, DEN-3, DEN-4. Infeksi salah
satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan,

3
4

sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang,


sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe
lain tersebut.6

2.1.4 Patogenesis

Patogenesis infeksi virus dengue berhubungan dengan: 1. Faktor virus


yaitu serotipe, jumlah, virulensi. 2. Faktor pejamu, genetik, usia, status gizi,
penyakit komorbid dan interaksi antara virus dengan pejamu. 3. Faktor
lingkungan, musim, curah hujan, suhu udara, kepadatan penduduk,
morbilitas penduduk, dan kesehatan lingkungan.5

A. Imunopatogenesis

Secara umum patogenesis infeksi virus dengue diakibatkan oleh


interaksi berbagai komponen dari respons imun atau reaksi inflamasi
yang terjadi secara terintegrasi. Sel imun yang paling penting dalam
berinteraksi dengan virus dengue yaitu sel dendrit, monosit/makrofag,
sel endotel dan sel trombosit. Akibat interaksi tersebut akan dikeluarkan
berbagai mediator antara lain sitokin, peningkatan aktivasi sistem
komplemen, serta terjadi aktivasi limfosit T. Apabila aktivasi sel imun
tersebut berlebihan, akan diproduksi sitokin, kemokin dan mediator
inflamasi lain.5

B. Respons Imun Humoral

Respons imun humoral diperankan oleh limfosit B dengan


menghasilkan antibodi spesifik terhadap virus dengue. Antibodi spesifik
untuk virus dengue terhadap satu serotipe tertentu juga dapat
menimbulkan reaksi silang dengan soretipe tertentu juga dapat
menimbulkan reaksi silang dengan serotipe lain selama enam bulan.
5

Antibodi yang dihasilkan dapat menguntungkan dalam arti melindungi


dari terjadinya penyakit namun sebaliknya dapat pula menjadi pemicu
terjadinya infeksi yang berat melalui mekanisme antibody-dependent
enhancement (ADE). Antibodi anti dengue yang dibentuk umumnya
berupa imunoglobulin G (IgG) dengan aktivitas yang berbeda.5

C. Respons Imun Selular


Respons imun selular yang berperan yaitu limfosit T (sel T). Sama
dengan respons imun humoral, respons sel T terhadap infeksi virus
dengue dapat menguntungkan sehingga tidak menimbulkan penyakit
atau hanya berupa infeksi ringan, namun juga sebaliknya dapat terjadi
hal yang merugikan bagi pejamu. Sel T spesifik untuk virus degue dapat
mengenali sel yang terinfeksi virus dengue dan menimbulkan respons
beragam berupa proligerasi sel T, menghancurkan sel infeksi dengue,
serta memproduksi berbagai sitokin.5

D. Sistem Komplemen
Terbentuknya kompleks virus antibody dalam sirkulasi akan
mengaktivasi sistem komplemen. Aktivitas ini menghasilkan C3a, dan C5a
yang mempunyai kemampuan menstimulasi sel mast untuk melepaskan
histamin dan merupakan mediator kuat untuk menimbulkan peningkatan
permeabilitas kapiler, pengurangan volume plasma, dan syok
hipovolemik. Komplemen juga bereaksi dengan epitop virus pada sel
endotel, permukaan trombosit dan limfosit T, yang mengakibatkan
waktu paruh trombosit memendek, kebocoran plasma, syok dan
perdarahan. Disamping itu komplemen juga merangsang monosit untuk
memproduksi sitokin seperti tumor necrosis factor (TNF), interferon
gamma, interleukin (IL-1 dan IL-6 dan IL-8) dan meningkatkan ekspresi
molekul adhesi baik pada neutrofil maupun sel endotel, sehingga peran
C5a dalam peningkatan permeabilitas vaskular sangat besar.5
6

Gambar 1. Skema Perjalanan Penyakit Infeksi Dengue (WHO, 2009)

2.1.5 Manifestasi Klinis

1. Demam
Demam mendadak tinggi selama 2-7 hari disertai dengan gejala yang
tidak spesifik seperti, anoreksia, lemah, nyeri pada punggung, tulang sendi,
kepala.

2. Perdarahan
Perdarahan ini terjadi di semua organ. Bentuk perdarahan dapat hanya
berupa uji tourniquet (Rumplee Leede) positif.
7

3. Hepatomegali

Hati pada umumnya dapat diraba pada permulaan demam, kadang-


kadang juga ditemukan nyeri, tetapi biasanya tanpa disertai ikterus.

4. Shock

Biasanya terjadi pada saat demam menurun yaitu hari ketiga dan ketujuh
sakit. Shock yang terjadi pada periode demam biasanya memiliki prognosa
yang buruk.

5. Trombositopenia

Berkurangnya jumlah trombosit, apabila dibawah 100.000/mm3 darah.


Biasanya ditemukan pada hari ketiga sampai ketujuh saat sakit.

6. Kenaikan nilai hematokrit (Hemokonsentrasi)

Meningkatnya nilai hematokrit merupakan indikator yang peka terhadap


terjadinya pembesaran plasma (syok) sehingga diperlukan pemeriksaan
secara periodik.

7. Gejala klinik lainnya

Epigastrium, muntah-muntah, diare, dan kejang.

2.1.6 Klasifikasi

Demam berdarah dengue dibagi menjadi 4 stadium, stadium I, II, III,


IV. Stadium I dan II termasuk dalam DBD tanpa syok, sedangkan stadium
III dan IV merupakan DBD dengan syok.7

a. Stadium I : Adanya demam tinggi terus menerus selama 2-7 hari,


nyeri otot, nyeri di belakang mata, nyeri sendi, disertai uji tourniquet
positif.
8

b. Stadium II : Jika disertai perdarahan spontan (mimisan, perdarahan


gusi, menorrhagia pada anak perempuan).
c. Stadium III : Jika disertai kegagalan sirkulasi (syok).
d. Stadium IV : Jika terjadi syok berat (profound shock).

2.1.7 Diagnosis

A. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis

 Demam: awitan akut, tinggi dan bersifat kontinu, berlangsung


selama dua hingga tujuh hari pada kebanyakan kasus.
 Adanya tanda-tanda perdarahan, termasuk uji turniket positif,
ptekie, purpura (pada lokasi pungsi vena), ekimosis, epistaksis,
perdarahan gusi, dan hematemesis/melena).
 Temuan hepatomegali, sering ditemukan pada 90-98% kasus
anak.
 Tanda-tanda syok: takikardia, perfusi perifer buruk dengan
nadi lemah dna tekanna nadi (pulse pressure; selisih sistolik
dan diastolik) < 20 mmHg, atau hipotensi dengan akral dingin,
pucat, dan tampak lemas.8

B. Pemeriksaan Laboratorium

 Trombositopenia (≤ 100.000/mm3)
 Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit ≥20% dari nilai
awal atau rata-rata populasi seusia.
9

2.1.8 Pemeriksaan Laboratorium


Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk menapis pasien tersangka
demam dengue adalah melalui pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit,
jumlah trombosit dan hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosis
relative disertai gambaran limfosit plasma biru.
Ada 4 jenis pemeriksaan laboratorium yang digunakan yaitu :
 Uji serologi: deteksi antibodi IgG dan IgM, uji HI
 Isolasi virus
 Deteksi RNA/DNA dengan tehnik Polymerase Chain Reaction (PCR).
 Deteksi antigen (pemeriksaan NS-I) Lebih Spesifisitas 100% dan
Sensitivitas 92.3%
Pemeriksaan Dengue NSl Antigen adalah pemeriksaan baru terhadap antigen
non struktural-I dengue (NSl) yang dapat mendeteksi infeksi virus dengue
dengan lebih awal bahkan pada hari pertama onset demam.
- Pemeriksaan NS-I perlu dilakukan pada pasien yang megalami gejala
Demam/klinis lain < 3 hari, dikarenakan Early detection sangatlah penting
untuk menentukan pengobatan (terapi supportif) yang tepat (cegah
Resistensi antibiotik), serta pemantauan pasien dengan segera.
- Tanpa meninggalkan pemeriksaan Dengue serologi karena pemeriksaaan
NS1 bersifat komplementer (saling menunjang), terkhusus apabila
didapatkan hasil Ns1 (-) dan gejala infeksi tetap muncul.
- Penggunaan Dengue IgG / IgM juga diperlukan bagi dokter penganut paham
"infeksi sekunder dapat menyebabkan infeksi yang lebih berat dan
memerlukan penanganan yang berbeda dengan infeksi primer"
- Dengan adanya Spesifisitas 100% dan sensitivitas 92.3%. Dengan demikian
pomakaian pemeriksaan ini akan dapat meningkatkan sensitivitas dan
spesifisitas untuk diagnosis infeksi dengue.
10

2.1.9 Diagnosa Banding


a. Pada awal perjalanan penyakit, diagnosis banding mencakup infeksi
bakteri, virus atau infeksi parasit seperti demam tifoid, morbili, influenza,
demam chikungunya dan malaria. Adanya trombositopenia yang jelas
disertai hemokonsentrasi dapat membedakan antara DBD dengan
penyakit lain.5
b. Demam berdarah dengue harus dibedakan dengan demam chikungunya.
Pada DC seluruh anggota keluarga dapat terserang dan penularannya
mirip influenza. Bila dibandingkan DBD, DC memperlihatkan serangan
demam mendadak, masa demam lebih pendek, suhu lebih tinggi, hampir
selalu disertai ruam makulopapular, injeksi konungtiva dan lebih sering
dijumpai nyeri sendi. Proporsi uji tourniquet positif, ptekie dan epistaksis
hampir sama dengan DBD. Akan tetapi pada DC tidak ditemukan
perdarahan gastrointestinal dan syok.5

Manifestasions Dengue (%) Chikungunya(%)


Fever-duration 2-4 days 23,6 62,5
5-7 days 59,0 31,2
7 days 17,4 6,3
Haemorrhagic
manifestasions
Positive tourniquet test 83,9 77,4
Petechie scattered 46,5 31,3
Petechial rash (confl) 10,1 0,0
Epistaxis 18,9 12,5
Gum bleeding 1,5 0,0
Melena/hematemesis 11,8 0,0
Hepatomegaly 90,0 75,0

Shock 35,2 0,0


11

Tabel 1. Manifestasi utama sebagai kriteria DBD dan DC5


c. Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP) sulit dibedakan dengan DBD
grade II, oleh karena didapatkan demam disertai perdarahan dibawah
kulit. Pada hari-hari pertama diagnosis sulit dibedakan, tetapi pada ITP
demam cepat menghilang dan tidak ditemukan hemokonsentrasi.

2.1.10 Komplikasi

1. Ensefalopati dengue : edema otak dan alkalosis. Dapat terjadi baik


pada syok maupun tanpa syok.

2. Kelainan ginjal; akibat syok berkepanjangan.

3. Edema paru : akibat pemberian cairan berlebihan.

2.1.11 Tatalaksana

Pada dasarnya pengobatan DBD bersifat suportif, yaitu mengatasi


kehilangan cairan plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas
kapiler dan sebagai akibat perdarahan. Pasien DBD dirawat diruangan
perawatan biasa, tetapi pada kasus DBD dengan komplikasi diperlukan
perawatan intensif. Pasien yang pada waktu masuk keadaan umumnya
tampak baik, dalam waktu singkat dapat memburuk dan tidak tertolong.
Kunci keberhasilan tatalaksana Demam Berdarah Dengue terletak pada
keterampilan para dokter untuk dapat mengatasi masa peralihan dari fase
demam ke fase penurunan suhu (fase kritis, fase syok) dengan baik.5

Tersangka DBD
12

Demam tinggi mendadak terus menerus


<7 hari tidak disertai infeksi saluran
nafas bagian atas, badan lemah dan lesu

Ada kedaruratan Tidak ada kedaruratan


Periksa
Tanda syok
Uji torniquet
Muntah terus
menerus

Kejang

Kesadaran Uji tourniquet (+) Uji tourniquet (-)


menurun

Muntah darah
Rawat jalan
Berak hitam,
Jumlah trombosit Jumlah trombosit Parasetamol
100.000/ul >100.000/ul
Kontrol tiap hari
sampai demam

Rawat inap Rawat jalan


Minum banyak 1,5-2 Nilai tanda klinis, periksa
liter/hari, kontrol tiap hari trombosit dan Ht bila
sampai demam turun. demam menetap setelah hari
Periksa Hb,Ht,trombosit sakit ke-3
tiap kali

Perhatian untuk orang tua


Pesan bila timbul tanda syok, yaitu
gelisah, lemah, kaki/tangan dingin,
sakit perut dan berak hitam

Segera bawa ke Rumah sakit


Bagan 1 : Tatalaksana kasus tersangka DBD 9
Keterangan bagan 1
13

Pada awal perjalanan penyakit DBD tanda/gejalanya tidak spesifik, oleh


karena itu masyarakat/orang tua diharapkan untuk waspada jika melihat tanda/gejala
yang mungkin merupakan gejala awal perjalanan penyakit DBD.
Tanda/gejala awal penyakit DBD ialah demam tinggi mendadak tanpa
sebab yang jelas, terus menerus, badan lemah dan anak tampak lesu. Pertama-tama
ditentukan terlebih dahulu adakah tanda kedaruratan yaitu tanda syok ( gelisah, napas
cepat, bibir biru, tangan dan kaki dingin, kulit lembab), muntah terus menerus,
kejang, kesadaran menurun, muntah darah, berak hitam maka pasien perlu dirawat.
Apabila tidak dijumpai tanda kedaruratan, periksa uji tourniquet, apabila
uji tourniquet positif lanjutkan dengan pemeriksaan trombosit, apabila trombosit
100.000/ul pasien dirawat untuk observasi.Apabila uji tourniquet positif dengan
trombosit >100.000/ul atau normal atau uji tourniquet negative, pasien boleh pulang
dengan pesan untuk datang kembali setiap hari sampai suhu turun.Nilai gejala klinis
dan lakukan pemeriksaan Hb, Ht dan trombosit setiap kali selama anak masih
demam. Bila terjadi penurunan kadar Hb dan atau peningkatan kadar Ht, segera
rawat.
Beri nasehat kepada orang tua bahwa anak dianjurkan minum banyak
seperti air teh, susu, sirup, oralit, jus buah serta diberikan obat antipiretik golongan
parasetamol. Bila klinis menunjukkan tanda-tanda syok seperti anak menjadi gelisah,
ujung kaki/tangan dingin, muntah, lemah, dianjurkan dibawa berobat ke dokter atau
puskesmas, dan rumah sakit.9

Fase Demam
Tatalaksana DBD pada fase demam bersifat simtomatik dan suportif yaitu
pemberian cairan oral untuk mencegah dehidrasi.Apabila cairan oral tidak dapat
diberikan oleh karena tidak mau minum, muntah atau nyeri perut yang berlebihan,
maka cairan intravena rumatan perlu diberikan.
14

Pasien perlu diberikan minum 50ml/kgBB dalam 4-6 jam pertama. Setelah
keadaan dehidrasi dapat diatasi anak diberikan cairan rumatan 80-100 ml/kgBB
dalam 24 jam berikutnya.Pasien harus diawasi ketat terhadap kejadian syok yang
mungkin terjadi.Periode kritis adalah waktu transisi, yaitu saat suhu turun pada
umunnya hari ke 3-5 fase demam.9
Pengganti volume plasma
Dasar pengobatan pengantian volume plasma yang hilang.Penggantian cairan
harus diberikan dengan bijaksana dan berhati-hati. Kebutuhan cairan awal dihitung
untuk 2 atau 3 jam pertama, sedangkan pada kasus syok mungkin lebih sering.
Tetesan dalam 24-48 jam berikutnya harus selalu disesuaikan dengan tanda vital,
kadar hematokrit dan jumlah volume urin. Secara umum volume yang dibutuhkan
adalah jumlah cairan rumatan ditambah 5-8 %.
Cairan intravena yang diperlukan yaitu :
a. Anak terus-menerus muntah, tidak mau minum, demam tinggi hingga tidak
mungkin diberikan minum per oral, ditakutkan terjadinya dehidrasi sehingga
mempercepat terjadinya syok.
b. Nilai hematokrit cendrung meningkat pada pemeriksaan berkala. Jumlah
cairan yang diperlukan tergantung dari derajat dehidrasi dan kehilangan
elektrolit, dianjurkan cairan glukosa 5% di dalam 1/3 larutan NaCl 0,9%.
Apabila terdapat kenaikan hematokrit 20% atau lebih, maka komposisi jenis
cairan yang diberikan harus sama dengan plasma.9
Berat waktu masuk (kg) Jumlah cairan ml/kg berat badan per hari
<7 220
7-11 165
12-18 132
>18 88

Tabel 2 : Kebutuhan cairan pada dehidrasi sedang (defisit cairan 5-8%).

Pemilihan jenis dan volume cairan yang diperlukan tergantung dari umur dan
berat badan pasien serta derajat kehilangan plasma sesuai dengan derajat
15

hemokonsentrasi yang terjadi. Pada anak gemuk, kebutuhan cairan disesuaikan


dengan berat badan ideal untuk anak umur yang sama.
Berat badan (kg) Jumlah cairan (ml)
10 100 per kg BB
10-20 1000 + 50 x kg (di atas 10 kg)
>20 1500 + 50 x kg (diatas 20 kg)

Tabel 3. Kebutuhan cairan rumatan.

Jenis cairan yang direkomendasikan WHO yaitu :


1. Kristaloid
- Larutan ringer laktat (RL)
- Larutan ringer asetyat (RA)
- Larutan garam faal (GF)
- Dektrosa 5% dalam larutan ringer laktat (D5/RL)
- Dekstrosa 5% dalam larutan ringer asetat (D5/RA)
- Dekstrosa 5% dalam larutan ½ larutan garam faali (D5/1/2LGF)
2. Koloid
- Dekstran
- Plasma
- Albumin

DBD derajat I atau derajat II tanpa peningkatan hematokrit


Gejala Klinis demam 2-7 hari
16

Uji tourniquet positif atau perdarahan


spontan.
Lab : Hematokrit tidak meningkat,
trombositopeni (ringan)
Uji tourniquet (+)
Pasien masih dapat minum Pasien tidak dapat minum
Beri minum banyak 1-2 liter/hari atau 1 sd Pasien muntah terus-menerus
makan tiap 5 menit.
Jenis minuman : air putih, teh manis, sirup,
jus buah, susu, oralit.
Bila suhu >38,5oC beri paracetamol Pasang infus NaCl 0,9% :
Bila kejang beri anti konvulsif Dextrose 5% (1:3), tetesan
rumatan sesuai berat badan.
Periksa Hb, Ht, Trombosit tiap 6-
12 jam.
Monitor gejala klinis dan laboratorium
Perhatikan tanda syok
Palpasi hati setiap hari Ht naik dan atau trombosit turun
Ukur diuresis setiap hari
Awasi perdarahan
Periksa Hb, Ht, trimbosit tiap 6-12 jam

Infus ganti ringer laktat (tetesan


Perbaikan klinis dan laboratoris
disesuaikan)

Pulang
Bagan 2 : (Tatalaksana kasus DBD derajat I dan II)
Keterangan bagan 2
Pasien dengan keluhan demam 2-7 hari, disertai uji tourniquet positif (DBD
derajat I) atau disertai perdarahan spontan tanpa peningkatan hematokrit (DBDderajat
17

II) dapat dikelola seperti tertera pada bagan 1.Apabila pasien masih dapat minum,
berikan minum banyak 1-2 liter/hari atau 1 sendok makan setiap 5 menit. Jenis
minuman yang dapat diberikan adalah air putih, teh manis, sirup, jus buah, susu atau
oralit. Obat antipiretik (paracetamol) diberikan bila suhu >38,5oC.Pada anak dengan
riwayat kejang dapat diberikan obat antikonvulsif. Apabila pasien tidak dapat minum
atau muntah terus menerus, sebaiknya diberikan infus NaCl 0,9% : Dextrosa 5% (1:3)
dipasang dengan tetesan rumatan sesuai berat badan. Disamping itu, perlu dilakukan
pemeriksaan Hb, Ht, dan trombosit setiap 6-12 jam. Pada tindak lanjut, perhatikan
tanda syok, raba hati setiap hari untuk mengetahui pembesarannya oleh karena
pembesaran hati yang disertai nyeri tekan berhubungan dengan perdarahan saluran
cerna. Diuresis diukur tiap 24 jam dan awasi perdarahan yang terjadi. kadar Hb, Ht,
dan trombosit diperiksa tiap 6-12 jam. Apabila pada tindak lanjut telah terjadi
perbaikan klinis dan laboratoris, anak dapat dipulangkan; tetapi bila kadar Hb, Ht
cenderung naik dan trombosit menurun, maka infus cairan ditukar dengan ringer
laktat dan tetesan disesuaikan pada bagan 2.9

DBD derajat II dengan peningkatan Hemokonsentrasi ≥ 20%


Cairan awal
18

RL/Nacl 0,9% atau RLD5/NaCl 0,9%


+D5, 6-7 ml/kgBB/jam*
Monitor tanda vital/nilai Ht dan trombosit tiap 6 jam

Perbaikan Tidak ada perbaikan


Tidak gelisah Gelisah
Nadi kuat Distres pernafasan
Tekanan darah stabil Frekuensi nadi naik
Diuresis cukup (1 ml/kgBB/jam Ht tetap tinggi/naik
Ht turun (2 kali pemeriksaan) Diuresis kurang/tidak ada

Tanda vital memburuk


Ht meningkat
Tetesan dikurangi Tetesan dinaikkan
10-15 ml/kgBB/jam
Perbaikan Tetesan dinaikkan bertahap
5ml/kgBB/jam Evaluasi 15 menit

Perbaikan Tanda vital tidak stabil


Sesuaikan tetesan
Distres pernafasan Hb/Ht turun
Ht naik *
IVFD stop pada 24-48 jam Tek. Nadi ≤ 20 mmHg
Bila tanda vital/Ht stabil Koloid Tranfusi darah segarDiuresis
cukup 20-30 ml/kgBB 10 ml/kgBB
BB  20 kg
Perbaikan
Bagan 2 : (Tatalaksana kasus DBD derajat II dengan peningkatan hemokonsentrasi ≥ 20%)
19

Keterangan bagan 3
Pasien DBD derajat II apabila dijumpai demam tinggi, terus menerus selama ≤
7 hari tanpa sebab yang jelas, disertai tanda perdarahan spontan (paling tersering
perdarahan kulit dan mukosa, yaitu petekie atau mimisan), disertai penurunan jumlah
trombosit ≤ 100.000/ul dan peningkatan kadar hematokrit. Pada saat pasien datang,
berikan cairan kristaloid ringer lactat/NaCl 0,9% atau dextrosa 5% dalam ringer
lactat/NaCl 0,9% 6-7 ml/KgBB/jam. Monitor tanda vital dan kadar hematokrit serta
trombosit tiap 6 jam. Selanjutnya evaluasi tiap 12-24 jam.
1. Apabila selama observasi keadaan umum mebaik, yaitu anak tampak tenang,
tekanan nadi kuat, tekanan darah stabil, diuresis cukup dan kadar Ht
cenderung turun minimal dalam 2 kali pemeriksaan berturut-turut, maka
tetesan dikurangi menjadi 5 ml/kgBB/jam. Apabila dalam observasi
selanjutnya tanda vital tetap stabil, tetesan dikurangi menjadi 3 ml/kgBB/jam
dan akhirnya cairan dihentikan pada 24-48 jam.
Perlu diingat bahwa sepertiga kasus akan jatuh dalam syok. Maka apabila keadaan
klinis pasien tidak ada perbaikan, anak tampak gelisah, nafas cepat (distres
pernafasan), frekuensi nadi meningkat, diuresis kurang, tekanan nadi 20 mmHg
memburuk, serta peningkatan Ht, maka tetesan dinaikkan lagi menjadi 15
ml/kgBb/jam. Kemudian dievaluasi 12 jam lagi. Apabila tampak distres pernafasan
menjadi lebih beratdan Ht naik maka berikan cairan kristaloid 10-20 ml/kgBB/jam,
dengan jumlah maksimal 30 ml/kgBB. Namun bila Ht turun, berikan tranfusi darah
segar 10 ml/kgBB/jam. Bila keadaan klinis membaik, maka cairan disesuaikan.9

Kriteria memulangkan pasien


a. Tidak ada demam selama sedikitnya 24 jam tanpa penggunaan terapi
antidemam(antipiretik)5.
b. Nafsu makan membaik
20

c. Tampak perbaikan secara klinis


d. Hematokrit stabil
e. Tiga hari setelah syok teratasi
f. Tidak ada distres pernapasan (disebabkan oleh efusi pleura atau asidosis)
g. Jumlah trombosit lebih dari 50.000/ ul

2.1.12 Pencegahan
Pemberantasan DBD seperti juga penyakit menular lain, didasarkan
atas memutusan rantai penularan. Dalam hal DBD, komponen penularan
terdiri dari virus aegypti dan manusia.Karna sampai saat ini belum terdapat
vaksin yang efektif terhadap virus itu, maka pemberantasan ditujukan pada
manusia dan terutama pada vektornya.7

Prinsip yang tepat dalam pencegahan DBD ialah sebagai berikut:2


1. Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh ilmiah
dengan melaksanakan pemberantasan vektor pada saat sedikit terdapatnya
kasus DHF/DSS
2. Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor
pada tingkat sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita viremia
sembuh secara spontan.
3. Mengusahaakan pemberantasan vektor dipusat daerah penyebaran,
yaitu disekolah dan rumah sakit termasuk pula daerah penyenggara
disekitarnya.
4. Mengusahakan pemberantasan vektor disemua daerah berpotensi
penularan tinggi.5
2.1.13 Prognosa
Kematian telah terjadi pada 40-50% penderita dengan syok, tetapi
dengan perawatan yang intensif yang cukup kematian akan kurang dari
2%.10
21

Bila tidak disertai renjatan, dalam 24-36 jam biasanya prognosis akan
menjadi baik. Kalau lebih dari 36 jam belum ada tanda-tanda perbaikan,
kemungkinan sembuh kecil dan prognosis menjadi buruk.9
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Demam berdarah dengue (DBD) adalah suatu penyakit demam berat
yang sering mematikan, disebabkan oleh infeksi arbovirus (arthropod-borne
virus) akut, ditularkan oleh nyamuk spesies Aedes ditandai oleh permeabilitas
kapiler, kelainan hemostasis dan pada kasus berat, sindrom syok kehilangan
protein.
Demam Berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang
masih menimbulkan masalah kesehatan di Negara yang sedang berkembang,
khususnya Indonesia.Hal ini disebabkan oleh masih tingginya angka
morbiditas dan mortalitas.

Morbiditas dan mortalitas DBD yang dilaporkan berbagai Negara


bervariasi disebabkan beberapa eroty, antara lain status umur penduduk,
kepadatan eroty, tingkat penyebaran virus dengue, prevalensi erotype virus
dengue dan kondisi meteorologis.

WHO (1975) membagi derajat penyakit DHF dalam 4 derajat,yaitu


sebagai berikutderajat Iyaituemam disertai gejala tidak khas dan satu- satunya
manifestasi perdarahan ialah uji tourniquet positif,derajat II yaitu derajat I
disertai perdarahan spontan dikulit dan atau perdarahan lain,derajat
IIIyaituitemukannya kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lembut, tekanan
nadi menurun (kurang dari 20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit yang
dingin, lembab dan penderita menjadi gelisahdan derajat IV berupa renjatan
berat dengan nadi yang tidak dapat diraba dan tekanan darah yang tidak dapat
diukur.

22
Pada dasarnya pengobatan DBD bersifat suportif, yaitu mengatasi
kehilangan cairan plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas kapiler
dan sebagai akibat perdarahan.

STATUS ANAK SAKIT

I. Anamnesa Pribadi Pasien


Nama : An. I
No RM :-
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 12 tahun 2 bulan
BB : 45 kg
Temp : 36,7◦c
Tanggal Lahir : 09 Oktober 2008
II. Anamnesa OS
Keluhan utama : Penurunan kesadaran
Telaah : Anak perempuan masuk ke unit infeksi pada tanggal
12 Juni 2020, pukul 02.30 WIB, usia 12 tahun 2 bulan, BB 45 kg, TB 150
cm dengan keluhan utama yaitu penurunan kesadaran yang dialami ± 3 hari
yang lalu dimana anak terlihat mengantuk dan malas bicara, demam (+)
dialami 5 hari yang lalu, demam tinggi (+), dan demam turun dengan obat
penurun panas, kejang (-), menggigil (-), riwayat gusi berdarah (+), dialami
3 hari yang lalu, BAK berwarna kemerahan dialami 3 hari yang lalu,
muntah (-), mual (-), sesak napas (-), BAB (+) kesan normal.
III. Riwayat pemakaian obat-obatan : Parasetamol (>>>)
IV. Riwayat penyakit terdahulu : os rujukan RS PT dengan diagnose suspek

23
reye syndrome + encephalopati.
V. Riwayat pengobatan terdahulu : IVFD RL 9 fls
VI. Riwayat Habbits : -
VII. Riwayat sosial ekonomi : -

VIII. Pemeriksaan Fisik


a. Keadaan umum
Kesan sakit : sakit sedang
Kesadaran : apatis (E3V5M5)
b. Tanda-tanda vital
Laju nadi : 96x/menit, teratur (N : 60-100x/menit)
Frekuensi napas : 20x/menit, teratur (N: 12-16x/menit)
TD : 130/mmHg
Suhu : 36, 7 C
c. Status generalis
Kepala : Mata
: Refleks cahaya (RC)+/+, pupil isokor, anemis
(-), ikterik (-), conjungtiva palpebra inferior
pucat (-/-)T/H/M : dalam batas normal)
Dypsnoe (-), sianosis (-), oedem (-).
Leher : pembesaran KGB (-)
Dada : simetris fusiformis, retraksi (-), suara
pernafasan kanan bawah melemah
Perut : soepel, peristaltik (+) N, H/L : tidak teraba
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 3, t/v cukup
d. Status gizi : IMT/u : -2 SD s/d +1 SD : normal
TB/u : -1 SD s/d < 2 SD : normal
Kesan : status gizi baik
e. Status neurologi

24
Refleks fisiologis APR/KPR : +N/+N
Refleks patologi babinski (-), chadock (-)
Rangsangan meningeal : kernig sign (-), brudzinksy (-)

IX. Pemeriksaan Penunjang


a. Laboratorium

No. Pemeriksaan Lab Hasil Nilai Normal

1. Hemoglobin 11,18% 12-15 g/ Dl (P)

2. Hematokrit 3,83% 36-47%

3. Leukosit 19520 u/L 4,5-13/ul

4. Trombosit 50.000 u/L 150-400/u/L

Eosinofil 0,6 % 0-3,0 %

6. Basofil 1,6% 0,0-1,0 %

7. Netrofil 51% 50-70%

8. Limfosit 29,4% 25-45%

9. Monosit 17,4% 3,0-8,0%

10. Natrium 135 mEq/L 135-145 mmol/L

11. Kalium 4,0 mEq/L 3,5-5,0 mmol/L

12. Clorida 106 mEq/L 94-111 mmol/L

13. AST/SGOT 1893 < 21 U/L

14. Procalcitonin 2,42 ng/ml <0,5 ng/mL

25
b. Pemeriksaan foto thorax ( )

 Trakea : intak media/normal


 Cor : besar, bentuk dan letak jantung normal
 Pulmo : perselubungan paru kanan
 Costophrenicus : sudut costrophrenicus kanan tumpul
 Diafragma licin/normal
 Kesan : efusi pleura kanan

X. Differential Diagnosa
1. DBD dengan Ensefalopati Dengue
2. Chikungunya Haemorraghic Fever
3. Idiopathic Thrombocytopenic Purpura
4. Demam Tifoid
5. Malaria

26
XI. Diagnosis Kerja
Demam Berdarah Dengue dengan Ensefalopati Dengue

XII. Rencana Tindakan


1. IVFD RL 26 tpm makro
2. Paracetamol 3 x 500 mg/kg BB tab jika demam
3. Antibiotik injeksi ceftriakson 1 gr/ 12 jam (untuk leukositosis)
4. Oksigen 1 lt/i dengan kanul nasal
5. Diet lunak
6. Edukasi keluarga mengenai penyakit, rencana tatalaksana,
kebutuhan cairan, dan status nutrisi

XIII. Prognosa
Qua Ad Functionam : Dubia ad bonam
Qua Ad Sanationam : Dubia ad bonam
Qua Ad Vitam : Dubia ad bonam

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Kolondam, B. P., Nelwan, J. E. & Kandou, G. D. Gambaran Perilaku


Masyarakat tentang Upaya Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue.
Public Heal. Community Med. 1, 1–5 (2020).

2. Candra, A. Dengue Hemorrhagic Fever Epidemiology, Pathogenesis, and Its


Transmission Risk Factors. Aspirator J. Vector Borne Dis. Stud. 2, 110–119
(2010).

3. Hidayati, L., Hadi, U. K. & Soviana, S. Kejadian Demam Berdarah Dengue di


Kota Sukabumi Berdasarkan Kondisi Iklim. Acta Vet. Indones. 5, 22–28
(2017).

4. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Linkungan. Jakarta:


Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Tata laksana demam berdarah
dengue di Indones. p 1-6 (2006).

5. Depkes RI. Tata Laksana Demam Berdarah Dengue Di Indonesia. Tata


Laksana Demam Berdarah Dengue Di Indonesia vol. edisi keti 1–62 (2004).

6. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Tatalaksana DBD.

7. Marcdante, dkk. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial. (Elsevier - Local,


2018).

8. Arifputera A, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. (Media Aesculapius., 2014).

28
9. Poorwo sumarmo, dkk. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis Edisi 2. (FK UI,
2008).

10. Hassan Rusepno, dkk. Ilmu Kesehatan Anak Jilid 2. (: FK UI, 1985).

29

Anda mungkin juga menyukai