HIPERTENSI
Oleh :
Pendamping :
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis
dapat menyelesaikan penulisan laporan kasus yang berjudul “Hipertensi”.
Shalawat dan salam ke junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah membawa
perubahan besar di seluruh aspek kehidupan manusia salah satunya ilmu
pengetahuan. Penyusunan laporan kasus ini disusun sebagai salah satu tugas
dalam menjalani Program Dokter Internship Indonesia di Puskesmas Kuta Blang
Akhir kata penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat menjadi
sumbangan pemikiran dan memberikan manfaat bagi semua pihak khususnya
bidang kedokteran dan berguna bagi para pembaca dalam mempelajari dan
mengembangkan ilmu. Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kita semua, Aamiin..
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI …………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
BAB II LAPORAN KASUS..............................................................................3
2.1 Identitas .................................................................................................3
2.2 Anamnesis..............................................................................................3
2.3 Pemeriksaan Fisik...................................................................................3
2.4 Pemeriksaan Penunjang .........................................................................4
2.5 Diagnosis................................................................................................5
2.6 Tatalaksana.............................................................................................5
BAB IV PEMBAHASAN................................................................................14
BAB V KESIMPULAN...................................................................................15
BAB VI DAFTAR PUSTAKA........................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
Hipertensi sering disebut sebagai the silent disease karena sering tanpa
keluhan, sehingga penderita tidak mengetahui bahwa dirinya sedang mengidap
hipertensi. Berdasarkan riskedas 2007 tidak lebih dari seperempat penderita
hipertensi yang berobat teratur. Hal ini dapat disebabkan oleh karena kurangnya
pemahaman penderita akan komplikasi dari hipertensi yang mungkin terjadi
seperti gagal jantung kongestif, stroke dan gangguan ginjal kronik yang dapat
1
berakibat fatal, pada mata dapat terjadi retinopati. Kerusakan oragan-organ
tersebut tergantung pada tingginya tekanan darah pasien dan berapa lama tekanan
darah tinggi tersebut tidak terkontrol dan tidak diobati. Dalam sebuah penelitian
metaanalisis dengan total responden 1 juta pasien, ditemukan bahwa penurunan
rerata tekanan darah sistolik sebesar 2 mmHg dapat menurunkan risiko mortalitas
akibat penyakit jatung iskemik 7% dan menurunkan mortalitas akibat stroke
sebesar 10%. Tercapainya target penurunan tekanan darah sangat penting untuk
menurunkan kejadian kardiovaskular pada pasien hipertensi.2
Klasifikasi hipertensi berdasarkan JNC VII dibagi atas tiga stadium dan
hipertensi krisis yang dikategorikan dalam pembahasan khusus yang memerlukan
tatalaksana lebih agresif. Hipertensi krisis ditandai dengan peningkatan tekanan
darah akut yang membutuhkan penanganan segera. Data di Amerika menunujukan
20 % pasien hipertensi yang datang di UGD adalah pasien dengan krisis
hipertensi. Prevalensinya mencapai 6,7% pada penduduk berusia 20-39 tahun,
menjadi 65% pada penduduk berusia diatas 60 tahun dengan 1%-2% diantaranya
berlanjut menjadi krisis hipertnsi yang disertai dengan kerusakan organ target.2,3
2
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas
Nama : Ny. M
Umur : 52 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : IRT
Alamat : Pulo Awe
Suku : Aceh
Agama : Islam
Masuk PKM : 14/2/2023
2.2 Anamnesis
a. Keluhan utama : Nyeri kepala
3
Pemeriksaan fisik
Kulit : dalam batas normal
Mata : konjungtiva pucat (-/-), ikterus (-/-), RCL (+/+), RCTL (+/+)
T/H/M : dalam batas normal
Leher : pembesaran KGB (-), TVJ : tidak ada peningkatan
Pulmo
Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris, jejas ( - )
Palpasi :suara fremitus taktil kanan sama dengan suara fremitus
taktil kiri
Perkusi : Sonor kedua lapangan paru
Auskultasi : Vesikular (+/+), Ronki (- / -), wheezing (- / -)
Cor
Inspeksi : iktus kordis terlihat
Palpasi : iktus kordis teraba di ICS V linea midclavicular sinistra
Perkusi : atas : ICS II linea parasternal sinistra
Kiri : ICS V linea midclavicula sinistra
kanan : ICS IV linea parasternal dextra
Auskultasi : Bunyi jantung 1 > bunyi jantung 2, bising tidak ada
Abdomen
Inspeksi : simetris (+), distensi ( - )
Palpasi : nyeri tekan ( - ), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : peristaltik usus (+)
Ekstremitas
Superior : akral hangat (+), edema (-)
Inferior : akral hangat (+), edema (-)
4
2.4 Diagnosis
Diagnosa kerja :
1. Hipetensi Stage II
2.5 Tatalaksana
Amlodipin 1x10 mg
Ibuprofen 3x400 mg
Vit B com 2x1 tab
5
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Hipertensi
A. Defenisi Hipertensi
Hipertensi adalah keadaan dimana seseorang memiliki tekanan darah
sistolik ≥140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg pada
pemeriksaan yang berulang. Tekanan darah sistolik merupakan pengukuran utama
yang menjadi dasar penentuan diagnosis hipertensi. 2,3
B. Klasifikasi Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang 90% penyababnya tidak
diketahui
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang penyebabnya dapat ditentukan
antara lain akibat kelainan pembuluh ginjal, gangguan kelenjar tiroid,
penyakit kelenjar adrenal dan lain-lain.
6
C. Faktor Risiko
Faktor risiko hipertensi dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor risiko yang
dapat diubah dan yang tidak dapat diubah.5
1. Faktor risiko yang tidak dapat diubah
a. Umur
Umur dapat mempengaruhi terjadinya hipertensi. Dengan bertambah
nya umur risiko terkena menjadi lebih besar. Kejadian ini dapat
disebabkan oleh perubahan struktur pada pembuluh darah
b. Jenis kelamin
Jenis kelamin berpengaruh pada terjadinya hipertensi. Pria
mempunyai risiko 2,3 kali lebih banyak mengalami peningkatan
tekanan darah sistolik dibandingkan perempuan, karena pria di duga
memiliki gaya hidup yang cenderung meningkatkan tekanan darah.
Namun pada saat memasuki monopouse prevalensi hipertensi pada
perempuan meningkat. Bahkan setelah 65 tahun hipertensi pada
wanita lebih tinggi dibandingkan pria.
c. Keturunan (genetik)
Riwayat keluarga dekat dengan hipertensi juga meningkatkan risiko
hipertensi. Faktor genetik berkaitan dengan metabolisme pengaturan
garam dan renin membran sel.
7
proses aterosklerosis pada seluruh pembuluh darah. Merokok juga
meningkatkan denyut jantung, sehingga kebutuhan okigen otot-otot
jantung bertambah.
c. Kurang aktivitas fisik
Olahraga yang teratur dapat membantu menurunkan tekanan darah
dan bermanfaat bagi penderita hipertensi ringan. Dengan melakukan
olahraga aerobik yang teratur tekanan darah dapat turun.
d. Konsumsi garam berlebihan
Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena
menarik cairan diluar sel agar tidak dikeluarkan, sehingga akan
meningkatkan volume dan tekanan darah.
e. Dislipidemia
Kelainan metabolisme lipid ditandai dengan peningkatan kadar
kolestrol total. Trigliserida, kolesterol LDL dan/atau penurunan
kadar kolestrol HDL dalam darah
f. Konsumsi alkohol berlebih
Pengaruh alkohol terhadap tekanan darah terhadap kenaikan tekanan
darah telah dibuktikan, namun mekanismenya masih belum jelas.
Diduga penigkatan kadar kortisol, peningkatan volume darah merah
dan peningkatan tekanan darah
g. Psikososial dan stress
Stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, marah dll) dapat
merangsang kelenjar adrenal melepaskan hormon adrenalin dan
memacu jantung berdenyut lebih cepat.
D. Diagnosis
Dalam menentukan diagnosis hipertensi dapat dilakukan beberapa tahapan
pemeriksaan yang harus dilakukan sebelum menetukan tatalaksana yang
akan diambil, yaitu dengan melakukan anamnesis dan pemeriksaan tekanan
darah.4.5
8
E. Tatalaksana Hipertensi
1. Non farmakologis
Penatalaksanaan farmakologis dapat dilakukan dengan menjalani pola
hidup sehat, hal ini telah terbukti dapat menurunkan tekanan darah dan
menurunkan risiko permasalahan kardiovaskular. Beberapa cara pola
hidup sehat yang dianjurkan oleh banyak guidelines yaitu:
Penurunan berat badan. Mengganti makanan tidak sehat dengan
memperbanyak asupan sayuran dan buah-buahan.
Mengurangi asupan garam. Diet rendah garam juga dapat
bermanfaat untuk mengurangi dosis hipertensi derajat >2.
Dianjurkan untuk asupan garam tidak melebihi 2 gr/hari
Olah raga. Olahrga yang dianjurkan adalah sebnayak 30-6- menit/
hari, minimal 3 hari/minggu
9
Mengurangi konsumsi alkohol. Konsumsi alkohol lebih dari 2
gelas per hari pada pria atau 1 gelas per hari pada wanita dapat
meningkatkan tekanan darah
Berhenti merokok. Walaupn belum ada penelitian yang
mengatakan bahwa nmerokok dapat meningkatkan tekanan darah,
namun merokok merupakan salah satu faktor risisko utama
penyakit kardiovaskukar.6
2. Terapi farmakologis
Secara umum terapai farmakologi pada hipertensi dimulai bila pada
pasien derajat 1 yang tidak mengalami penurunan tekanan darah setelah 6
bulan menjalani pola hidup sehat dan pada pasein hipertensi derajat >2.
Prinsip terapi hipertensi yang perlu diperhatikan
Bila memungkinkan berikan obat tunggal
Berikan obat generic bila sesuai dan dapat mengurangi biaya
Berikan obat pada pasien usia lanjut dengan memeperhatikan
faktor komorbid
Jangan mengkonsumsi angiotensin converting enzyme inhibitor
(ACE-E) dengan angiotensin II receptor blocers
Berikan edukasi yang menyeluruh kepada pasien mengeani terapi
farmakologi
Lakukan pemantauan efek samping obat secara teratur
10
Berikut adalah algoritma penatalaksanan hipertensi
1. Hipertensi Emergensi
Hipertensi emergensi adalah keadaan dimana terdapat tanda-tanda
kerusakan organ target, yang memerlukan penurunan tekanan darah
seegera mungkin untuk membatasi atau menghindari kerusakan organ
target lanjut. Keadaan-keadaan yang dapat timbul pada hipertensi
emergensi.
11
Hipertensi ensefalopati
Kejadian intrakranial akut
Gagal jantung kiri akut
Sindroma koroner akut
Diseksi aorta akut
Krisis feokromositoma
Eklamsia
2. Hipertensi Urgensi
Hipertensi urgensi adalah keadaan dimana tidak terdapat tanda-tanda
kerusakan organ target. Penurunan tekanan darah dilakukan bertahap,
dengan terapi oral 24-48 jam. Keadaan yang dapat menyertai hipertensi
urgensi.
Accelerated and malignant hypertansion
Hipertensi pasca bedah
12
Hipertensi yang tidak terkontrol (pada penderita yang
membutuhkan operasi akut)
Hipertensi yang disertai penyakit jantung koroner
Tabel obat-obat anti hipertensi oral untk penanganan hipertensi
urgensi6
13
BAB IV
PEMBAHASAN
14
BAB V
KESIMPULAN
15
DAFTAR PUSTAKA
16