Anda di halaman 1dari 20

Laporan Kasus Internship:

HIPERTENSI

Oleh :

dr. Karina Syawalia

Pendamping :

dr. Darmawanti , M.K.M

DINAS KESEHATAN KABUPATEN BIREUN

PUSKESMAS KUTA BLANG

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis
dapat menyelesaikan penulisan laporan kasus yang berjudul “Hipertensi”.
Shalawat dan salam ke junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah membawa
perubahan besar di seluruh aspek kehidupan manusia salah satunya ilmu
pengetahuan. Penyusunan laporan kasus ini disusun sebagai salah satu tugas
dalam menjalani Program Dokter Internship Indonesia di Puskesmas Kuta Blang

Ucapan terima kasih dan penghormatan penulis sampaikan kepada dokter


Pendamping Puskesmas Kuta Blang, dr. Darmawanti, M.K.M yang telah
memberikan masukan dan arahan dalam penyelesaian laporan kasus ini.

Akhir kata penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat menjadi
sumbangan pemikiran dan memberikan manfaat bagi semua pihak khususnya
bidang kedokteran dan berguna bagi para pembaca dalam mempelajari dan
mengembangkan ilmu. Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kita semua, Aamiin..

Kuta Blang, 6 Februari 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI …………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
BAB II LAPORAN KASUS..............................................................................3
2.1 Identitas .................................................................................................3
2.2 Anamnesis..............................................................................................3
2.3 Pemeriksaan Fisik...................................................................................3
2.4 Pemeriksaan Penunjang .........................................................................4
2.5 Diagnosis................................................................................................5
2.6 Tatalaksana.............................................................................................5

BAB III TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................6


3.1 Hipertensi ...............................................................................................6
3.2 Krisis Hipertensi....................................................................................11

BAB IV PEMBAHASAN................................................................................14
BAB V KESIMPULAN...................................................................................15
BAB VI DAFTAR PUSTAKA........................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN

Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang paling umum ditemukan


dalam praktik kedokteran primer. Menurut data dari NHLBI (National Heart,
Lung, and blood Institute), 1 dari 3 pasien menderita hipertensi. Hipertensi juga
merupakan faktor resiko terjadinya infark miokard, stroke, gagal jantung akut, dan
juga kematian. Menurut WHO (world health organization) pada tahun 2011 satu
milyar orang orang di dunia menderita hipertensi, dua per tiga diantaranya berada
di negara berkembang yang berpenghasilan rendah-sedang1. Diprediksi pada
tahun 2025 sekitar 29% orang dewasa di seluruh dunia menderita hipertensi.
Hipertensi telah mengakibatkan keamatian sekitar 8 juta orang setiap tahun, 1,5
juta terjadi di Asia Tenggara.1,2

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2013 menilai prevalensi


hipertensi dinilai dengan cara mengukur tekanan darah berdasarkan tingkatan
usia. Usia ≥18 tahun didapatkan hasil 25,8 %. Prevalensi hipertensi yang
terdiagnosis oleh tenaga kesehatan 9,4%. Masyarakat yang memiliki tekanan
darah normal namun sedang mengkonsumsi obat-obat hipertensi adalah 0,7 %.
Secara keseluruhan angka kejadian hipertensi di Indonesia adalah sebesar 26,5%,
dari total tersebut Bangka Belitung merupakan provinsi yang memiliki persentase
hipertensi tertinggi sebanyak 30,9 % di ikuti oleh Kalimantan Selatan 30,8%,
Kalimantan Timur 29,6% dan Jawa Barat 29,4%. Sementara itu di Aceh sendiri
sebanyak 21,5 % masyarakatnya mengalami hipertensi.2

Hipertensi sering disebut sebagai the silent disease karena sering tanpa
keluhan, sehingga penderita tidak mengetahui bahwa dirinya sedang mengidap
hipertensi. Berdasarkan riskedas 2007 tidak lebih dari seperempat penderita
hipertensi yang berobat teratur. Hal ini dapat disebabkan oleh karena kurangnya
pemahaman penderita akan komplikasi dari hipertensi yang mungkin terjadi
seperti gagal jantung kongestif, stroke dan gangguan ginjal kronik yang dapat

1
berakibat fatal, pada mata dapat terjadi retinopati. Kerusakan oragan-organ
tersebut tergantung pada tingginya tekanan darah pasien dan berapa lama tekanan
darah tinggi tersebut tidak terkontrol dan tidak diobati. Dalam sebuah penelitian
metaanalisis dengan total responden 1 juta pasien, ditemukan bahwa penurunan
rerata tekanan darah sistolik sebesar 2 mmHg dapat menurunkan risiko mortalitas
akibat penyakit jatung iskemik 7% dan menurunkan mortalitas akibat stroke
sebesar 10%. Tercapainya target penurunan tekanan darah sangat penting untuk
menurunkan kejadian kardiovaskular pada pasien hipertensi.2
Klasifikasi hipertensi berdasarkan JNC VII dibagi atas tiga stadium dan
hipertensi krisis yang dikategorikan dalam pembahasan khusus yang memerlukan
tatalaksana lebih agresif. Hipertensi krisis ditandai dengan peningkatan tekanan
darah akut yang membutuhkan penanganan segera. Data di Amerika menunujukan
20 % pasien hipertensi yang datang di UGD adalah pasien dengan krisis
hipertensi. Prevalensinya mencapai 6,7% pada penduduk berusia 20-39 tahun,
menjadi 65% pada penduduk berusia diatas 60 tahun dengan 1%-2% diantaranya
berlanjut menjadi krisis hipertnsi yang disertai dengan kerusakan organ target.2,3

Hipertensi merupakan penyakit yang berkaitan erat dengan pola hidup


seseorang. Untuk mencegah dan mengatasi terjadinya hipertensi dianjurkan untuk
melakukan diet sehat, akitivitas fisik teratur dan menghindari konsumsi alkohol,
mempertahankan berat badan dan lingkar pinggang ideal. Disarankan untuk
memakan makanan dengan kalori berimbang, banyak buah dan sayur, rendah
kolestrol, rendah garam dan gula. Telah dibuktikan di negara-negara maju. Bahwa
peningkatan kesadaran masyarakat terhadap hipertensi dan modifikasi pola hidup
sesuai anjuran berhasil menurunkan kematian akibat hipertensi dan penyakit
kardiovaskular (penyakit jantung, stroke dan penyakit pembuluh darah perifer).3

2
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas
Nama : Ny. M
Umur : 52 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : IRT
Alamat : Pulo Awe
Suku : Aceh
Agama : Islam
Masuk PKM : 14/2/2023

2.2 Anamnesis
a. Keluhan utama : Nyeri kepala

b. Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang ke poliklinik Puskesmas


dengan keluhaan Nyeri kepala sejak tadi pagi. Nyeri kepala disertai
tegang pada otot leher, sesak nafas (-) Mual (-), Muntah (-) pandangan
kabur (-) BAB dan BAK dbn

c. Riwayat penyakit dahulu : - Hipertensi sejak 5 tahun

2.3 Pemeriksaan Fisik


Keadaan umum : sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 170/100 mmHg
Nadi : 110 kali per menit
Frekuensi pernafasan : 20 kali per menit
Temperatur : 36,2 C

3
Pemeriksaan fisik
Kulit : dalam batas normal
Mata : konjungtiva pucat (-/-), ikterus (-/-), RCL (+/+), RCTL (+/+)
T/H/M : dalam batas normal
Leher : pembesaran KGB (-), TVJ : tidak ada peningkatan
Pulmo
Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris, jejas ( - )
Palpasi :suara fremitus taktil kanan sama dengan suara fremitus
taktil kiri
Perkusi : Sonor kedua lapangan paru
Auskultasi : Vesikular (+/+), Ronki (- / -), wheezing (- / -)
Cor
Inspeksi : iktus kordis terlihat
Palpasi : iktus kordis teraba di ICS V linea midclavicular sinistra
Perkusi : atas : ICS II linea parasternal sinistra
Kiri : ICS V linea midclavicula sinistra
kanan : ICS IV linea parasternal dextra
Auskultasi : Bunyi jantung 1 > bunyi jantung 2, bising tidak ada
Abdomen
Inspeksi : simetris (+), distensi ( - )
Palpasi : nyeri tekan ( - ), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : peristaltik usus (+)
Ekstremitas
Superior : akral hangat (+), edema (-)
Inferior : akral hangat (+), edema (-)

4
2.4 Diagnosis
Diagnosa kerja :
1. Hipetensi Stage II

2.5 Tatalaksana
Amlodipin 1x10 mg
Ibuprofen 3x400 mg
Vit B com 2x1 tab

5
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Hipertensi

A. Defenisi Hipertensi
Hipertensi adalah keadaan dimana seseorang memiliki tekanan darah
sistolik ≥140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg pada
pemeriksaan yang berulang. Tekanan darah sistolik merupakan pengukuran utama
yang menjadi dasar penentuan diagnosis hipertensi. 2,3

B. Klasifikasi Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang 90% penyababnya tidak
diketahui
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang penyebabnya dapat ditentukan
antara lain akibat kelainan pembuluh ginjal, gangguan kelenjar tiroid,
penyakit kelenjar adrenal dan lain-lain.

Klasifikasi hipertensi menurut JNC-VII adalah, sebagai berikut4

Kategori TDS (mmHg) TDD (mmHg)

Normal <120 <80

Pre-hipertensi 120-139 80-89

Hipertensi tingkat 1 140-159 90-99

Hipertensi tingkat 2 >160 >100

6
C. Faktor Risiko
Faktor risiko hipertensi dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor risiko yang
dapat diubah dan yang tidak dapat diubah.5
1. Faktor risiko yang tidak dapat diubah
a. Umur
Umur dapat mempengaruhi terjadinya hipertensi. Dengan bertambah
nya umur risiko terkena menjadi lebih besar. Kejadian ini dapat
disebabkan oleh perubahan struktur pada pembuluh darah
b. Jenis kelamin
Jenis kelamin berpengaruh pada terjadinya hipertensi. Pria
mempunyai risiko 2,3 kali lebih banyak mengalami peningkatan
tekanan darah sistolik dibandingkan perempuan, karena pria di duga
memiliki gaya hidup yang cenderung meningkatkan tekanan darah.
Namun pada saat memasuki monopouse prevalensi hipertensi pada
perempuan meningkat. Bahkan setelah 65 tahun hipertensi pada
wanita lebih tinggi dibandingkan pria.
c. Keturunan (genetik)
Riwayat keluarga dekat dengan hipertensi juga meningkatkan risiko
hipertensi. Faktor genetik berkaitan dengan metabolisme pengaturan
garam dan renin membran sel.

2. Faktor yang dapat diubah


a. Kegemukan (obesitas)
Kegemukan adalah persentase abnormalitas lemak yang dinyatakan
dalam Indeks Masa Tubuh. Obesitas bukan merupakan obat
hipertensi. Akan tetapi prevalensi hipertensi pada orang-orang
obesitas jauh lebih besar.
b. Merokok
Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang
dihisap melalui rokok akan memasuki sirkulasi darah dan merusak
lapisan endotel pembuluh darah arteri. Zat tersebut mengakibatkan

7
proses aterosklerosis pada seluruh pembuluh darah. Merokok juga
meningkatkan denyut jantung, sehingga kebutuhan okigen otot-otot
jantung bertambah.
c. Kurang aktivitas fisik
Olahraga yang teratur dapat membantu menurunkan tekanan darah
dan bermanfaat bagi penderita hipertensi ringan. Dengan melakukan
olahraga aerobik yang teratur tekanan darah dapat turun.
d. Konsumsi garam berlebihan
Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena
menarik cairan diluar sel agar tidak dikeluarkan, sehingga akan
meningkatkan volume dan tekanan darah.
e. Dislipidemia
Kelainan metabolisme lipid ditandai dengan peningkatan kadar
kolestrol total. Trigliserida, kolesterol LDL dan/atau penurunan
kadar kolestrol HDL dalam darah
f. Konsumsi alkohol berlebih
Pengaruh alkohol terhadap tekanan darah terhadap kenaikan tekanan
darah telah dibuktikan, namun mekanismenya masih belum jelas.
Diduga penigkatan kadar kortisol, peningkatan volume darah merah
dan peningkatan tekanan darah
g. Psikososial dan stress
Stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, marah dll) dapat
merangsang kelenjar adrenal melepaskan hormon adrenalin dan
memacu jantung berdenyut lebih cepat.

D. Diagnosis
Dalam menentukan diagnosis hipertensi dapat dilakukan beberapa tahapan
pemeriksaan yang harus dilakukan sebelum menetukan tatalaksana yang
akan diambil, yaitu dengan melakukan anamnesis dan pemeriksaan tekanan
darah.4.5

8
E. Tatalaksana Hipertensi
1. Non farmakologis
Penatalaksanaan farmakologis dapat dilakukan dengan menjalani pola
hidup sehat, hal ini telah terbukti dapat menurunkan tekanan darah dan
menurunkan risiko permasalahan kardiovaskular. Beberapa cara pola
hidup sehat yang dianjurkan oleh banyak guidelines yaitu:
 Penurunan berat badan. Mengganti makanan tidak sehat dengan
memperbanyak asupan sayuran dan buah-buahan.
 Mengurangi asupan garam. Diet rendah garam juga dapat
bermanfaat untuk mengurangi dosis hipertensi derajat >2.
Dianjurkan untuk asupan garam tidak melebihi 2 gr/hari
 Olah raga. Olahrga yang dianjurkan adalah sebnayak 30-6- menit/
hari, minimal 3 hari/minggu

9
 Mengurangi konsumsi alkohol. Konsumsi alkohol lebih dari 2
gelas per hari pada pria atau 1 gelas per hari pada wanita dapat
meningkatkan tekanan darah
 Berhenti merokok. Walaupn belum ada penelitian yang
mengatakan bahwa nmerokok dapat meningkatkan tekanan darah,
namun merokok merupakan salah satu faktor risisko utama
penyakit kardiovaskukar.6
2. Terapi farmakologis
Secara umum terapai farmakologi pada hipertensi dimulai bila pada
pasien derajat 1 yang tidak mengalami penurunan tekanan darah setelah 6
bulan menjalani pola hidup sehat dan pada pasein hipertensi derajat >2.
Prinsip terapi hipertensi yang perlu diperhatikan
 Bila memungkinkan berikan obat tunggal
 Berikan obat generic bila sesuai dan dapat mengurangi biaya
 Berikan obat pada pasien usia lanjut dengan memeperhatikan
faktor komorbid
 Jangan mengkonsumsi angiotensin converting enzyme inhibitor
(ACE-E) dengan angiotensin II receptor blocers
 Berikan edukasi yang menyeluruh kepada pasien mengeani terapi
farmakologi
 Lakukan pemantauan efek samping obat secara teratur

10
Berikut adalah algoritma penatalaksanan hipertensi

3.2 Krisis Hipertensi

A. Defnisi Krisis Hipertensi

Krisis hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang sangat tinggi,


tekanan darah diastolik >120-130 mmHg. Krisis hipertensi terdiri atas hipertensi
emergensi dan hipertensi urgensi. 6

B. Klasifikasi Krisis Hipertensi

1. Hipertensi Emergensi
Hipertensi emergensi adalah keadaan dimana terdapat tanda-tanda
kerusakan organ target, yang memerlukan penurunan tekanan darah
seegera mungkin untuk membatasi atau menghindari kerusakan organ
target lanjut. Keadaan-keadaan yang dapat timbul pada hipertensi
emergensi.

11
 Hipertensi ensefalopati
 Kejadian intrakranial akut
 Gagal jantung kiri akut
 Sindroma koroner akut
 Diseksi aorta akut
 Krisis feokromositoma
 Eklamsia

Penenganan hipertensi emergensi seharusnya dilakukan di rumah sakit dan


idealnya diruang rawat intensif dengan memeberikan antihipertensi intravena.
Pengobatan dilakuan dengan tujuan untuk menurunkan tekanan darah samapai
kira-kira 160/100 mmHg dalam 2-6 jam. Pada orang-orang hipertensi yang
disertai dengan Aneurisma dissecans acute atau edema paru akut, penurunan
tekanan darah dapat dilakukan dalam 5-10 menit. 5.6

Berikut adalah tabel obat-obat yang dapat diberikan

2. Hipertensi Urgensi
Hipertensi urgensi adalah keadaan dimana tidak terdapat tanda-tanda
kerusakan organ target. Penurunan tekanan darah dilakukan bertahap,
dengan terapi oral 24-48 jam. Keadaan yang dapat menyertai hipertensi
urgensi.
 Accelerated and malignant hypertansion
 Hipertensi pasca bedah

12
 Hipertensi yang tidak terkontrol (pada penderita yang
membutuhkan operasi akut)
 Hipertensi yang disertai penyakit jantung koroner
Tabel obat-obat anti hipertensi oral untk penanganan hipertensi
urgensi6

13
BAB IV
PEMBAHASAN

Pasien datang dengan tekanan darah tinggi mencapai 170/100 mmHg.


Pasien mengeluhkan nyeri kepala dan pegal-pegal pada daerah tengkuk. Riwayat
sakit jantung disangkal, riwayat hipertensi sejak 5 tahun yang lalu, riwayat stroke
dan diabetes melitus tipe 2 di sangkal. Pasien saat ini mengkonsusmsi obat-obat
hipertensi. Hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan tanda vital
pasien didiagnosis dengan hipertensi stage II. Diagnosis ditegakkan dari
manifestasi klinis yang didapatkan dari anamnesa dan pemeriksaan fisik
terjadinya peningkatan tekanan darah akut pada pasien >160 mmHg . Pasien
mendapat terapi Amlodipine 1x10mg, ibuprofen 3x400mg, , Vit B com 2x1

Amlodipine termasuk ke dalam golongan calcium channel blocker (CCB),


bekerja dengan memblokir saluran kalsium tipe-L yang bergantung pada
tegangan, sehingga menghambat masuknya awal kalsium. Penurunan kalsium
intraseluler menyebabkan penurunan kontraktilitas otot polos pembuluh darah,
peningkatan relaksasi otot polos, dan vasodilatasi yang dihasilkan. Selain itu,
amlodipine telah terbukti meningkatkan fungsi endotel vaskular pada pasien
hipertensi. Singkatnya, amlodipine menurunkan tekanan darah dengan
menginduksi relaksasi otot polos dan vasodilatasi. Peran amlodipine dalam
meredakan angina stabil adalah karena penurunan afterload sekunder karena sifat
vasodilatasi dan antihipertensinya. Mengurangi afterload menyebabkan penurunan
kebutuhan oksigen miokard pada setiap tingkat aktivitas karena jantung tidak
perlu bekerja keras untuk memompa darah ke dalam sirkulasi sistemik.
Amlodipine juga meredakan angina Prinzmetal atau varian dengan memblokir
kejang koroner dan memulihkan aliran darah di arteri koroner.8

14
BAB V
KESIMPULAN

Hipertensi adalah keadaan dimana seseorang memiliki tekanan darah sistolik


≥140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg pada pemeriksaan yang
berulang. Tekanan darah sistolik merupakan pengukuran utama yang menjadi
dasar penentuan diagnosis hipertensi. Hipertensi sering juga disebut sebagai silent
killer.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization. Hypertension Fact Sheet. Departement Sustain


Dev an Heal Envotonment. 2011;50–69.

2. Joint G, Committee N. ANALISIS JNC 8 : Evidence-based Guideline


Penanganan Pasien Hipertensi Dewasa. 2016;43(1):54–9.

3. Penelitian B, Pengembangan DAN. RISET KESEHATAN DASAR. 2013;


BK2013-328.pdf.

4. Saguner AM, Dour S, Perrig M, Schelmann U, Stuck AE et al. Risk


Factors Promoting Hypertansive Crises. Amj Hypertens. 2010;775–80.

5. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Pedoman


Penatalaksanaan Hipertensi pada Penyakit Kardiovaskular. 2015. 1-7 p.

6. Population G, Ages A, Ages A. JNC 8 Hypertension Guideline Algorithm.


2014;311(5).

7. Concept KP. Supraventricular Part I : Premature Beats and Paroxysmal


Supraventricular. :121–33.

8. Devicaesaria A. Hipertensi Krisis. 2014;27(3):9–17.

16

Anda mungkin juga menyukai