oleh
dr. Putra Fhonna
Pembimbing :
dr. Shandy Dwi Mahardika
I. LATAR BELAKANG
Hernia adalah penonjolan sebagian isi organ atau jaringan melalui
lubang yang abnormal.1 Hernia terdiri dari cincin, kantong, dan isi hernia. Semua
hernia terjadi melalui celah lemah kelemahan yang potensial pada dinding
abdomen yang dicetuskan oleh peningkatan tekanan intraabdomen yang berulang
atau berkelanjutakn.
Hernia ingunalis merupakan kasus bedah di gestif terbanyak setelah
apapendisitis. Sampai saat ini masih merupakan tantangan dalam peningkatan
status kesehatan masyarakat karena besarnya biaya yang diperoleh dalam
penangannya dan hilangnya tenaga kerja akibat lambatnya pemulihan dan angka
rekurensi. Dari keseluruhan opersi di perancis tidakan bedah hernia terbanyak
17,2% dan 24,1% di Amerika Serikat.
Di negara maju,orang yang Berusia lebih dari 85 tahun yang terdiri dari 2%
populasi umum pada tahun 2050 diperkirakan akan meningkat dua kali lipat
mengalami penyakit hernia inguinalis. Ini berarti bahwa tingkat presentasi ke
rumah sakit pada penderita hernia inguinalis juga akan meningkat.7 Tindakan
bedah dalam penyembuhan hernia inguinalis adalah salah satu prosedur yang
paling sering dilakukan dan kekambuhan hernia inguinalis jarang terjadi. Risiko
kekambuhan hernia bisa mencapai hingga 15% tergantung pada berbagai faktor
termasuk keahlian dokter bedah.8 RisikoPertambahan hernia inguinalis yang
sebanyak 1.7% dari Populasi umum dapat meningkat Sekitar 4% Setelah usia 45
tahun. Insiden hernia inguinalis pada populasi yang berusia antara 16 sampai 24
tahun adalah11/10.000 orang tiap tahun. Jumlah ini akan meningkat sampai di atas
200/10.000 orang tiap tahun pada populasi yang berusia diatas 72 tahun. Elektif
hernia inguinalis umumnya dikaitkan dengan tingkat kematian yang diperkirakan di
bawah 0,01%.9 Hernia inguinalis dapat terjadi disebelah kanan 60%, sebelah kiri
20-25%, dan bilateral 15%. Sekitar 75% dari semua hernia yang berada di
dinding perut terlihat di selangkangan.10
III. MANFAAT
Laporan kasus ini diharapkan dapat membantu penulis dan pembaca dalam
upaya pengembangan ilmu kedokteran berkelanjutan terutama mengenai
manajemen kasus klinis Hernia Inguinalis lateralis.
BAB II
LAPORAN KASUS
2.2 ANAMNESIS
A. Keluhan Utama :
Keluhan ini sudah dialami sejak 2 tahun yang lalu sebelum masuk rumah
sakit. Awalnya timbul benjolan kecil di lipat paha sampai scrotum
sebelah kanan, Benjolan timbul terutama saat pasien berdiri, mengedan,
atau mengangkat beban berat saat pasien mengangkat barang berat.
pasien tidak mengeluh nyeri saat benjolan muncul, benjolan dapat
masuk dengan sendirinya saat pasien beristirahat atau berbaring.
Sejak pagi ini benjolan tersebut mulai turun sampai ke area kemaluan
dan bertambah besar, sebesar bola kasti, benjolan tidak bisa di masuk
lagi dan tidak nyeri. pasien juga mengeluh mual (+) muntah (+) frekuensi
>10 x volume ½ aqua gelas berisi makan yang di makan sejak pagi ini.
pasien juga mengeluh nafsu makan berkurang (+). pasien mengatakan
perutnya pernah di urut-urut 1 kali 3 hari yang lalu, demam disangkal.
BAB (+), BAK (+), Kentut (+). Pasien rujukan dari Puskesmas Bonang.
b. Pemeriksaan Fisik
Kepala : normocepal
Mata : konjungtiva anemis -/- , ikterik -/-
Mulut : sianosis (-)
Leher : pembesaran KGB (-)
Thoraks :
Inspeksi : simetris kanan kiri
Palpasi : stem fremitus kanan=kiri
Perkusi : sonor seluruh lapangan paru
Auskultasi : vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung :
Inspeksi : dalambatas normal
Palpasi : iktus cordis teraba (+)
Perkusi : batas jantung kanan : linea sternalis dextra. Batas
jantung kiri: 1 jari lateral linea midclavicula sinistra
Auskultasi : S1 dan S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen :
Inspeksi : perut tampak datar, scar (-)
Auskultasi : bising usus Nyeri tekan epigastrium (+) (+) normal
Palpasi : soepel,
Perkusi : timpani, shifting dullnes (-)
Foto Rontgen
Kesan : leukositosis
Anjuran : pemeriksaan elektrolit darah
2.6 DIAGNOSIS
Hernia Ingunalis Lateralis Inkaserata Dextra
2.7 PENATALAKSANAAN
Dekompresi (DC + NGT)
IVFD RL 20 gtt/i
Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam
Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam
Rencana operasi
FOLLOW UP PASIEN
22 Desember 2020
S:-
O : sens : CM
TD :124/74 mmHg
HR :80 x/i
RR : 20 x/i
T :36,5 C
- Abdomen soepel, datar, palpasi tidak ditemukan massa, nyeri tekan (-),
perkusi timpani, bising usus (+)
- Skrotum tidak bengkak, tidak ada hematoma
Luka operasi : tidak terlihat adanya rembes, tidak terlihat adanya
hematoma edema
A : Post hernioraphy H.4 ec HIL inkaserata (D)
P: - Pasien boleh berobat jalan, control ke poli bedah 3 hari lagi
- GV
- Terapi ganti Oral
- Ciprofloxacin 500 mg 2x1 tab
- Ranitidin 150 mg 2x1 tab
- Asam Mefenamat 500 mg 2x1 tab
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan pada hernia abdomen, isi
perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari bagian muskulo-aponeurotik
dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong dan isi hernia. Semua hernia
terjadi melalui celah lemah atau kelemahan yang potensial pada dinding abdomen
yang dicetuskan oleh peningkatan tekanan intraabdomen yang berulang atau
berkelanjutan.(15)
3.2 EPIDEMILOGI
tujuh puluh lima persen dari semua kasus hernia di dinding abdomen
mincul didaerah lipat paha. Hernia indirect lebih banyak daripada hernia direct
yaitu 2:1 dimana hernia femoralis lebih mengambil porsi yang lebih sedikit.
Hernia sisi kanan lebih sering terjadi daripada sisi kiri. Perbandingan
pria:wanita pada hernia indirect adalah 7:1. Ada kira-kira 750.000 herniorrphy
dilakukan tiap tahuan si Amerika Serikat, Dibanding dengan 250.000 untuk hernia
femoralis, 166.000 hernnia umbilicalis, 97.000hernia post insisi dan 76.000 untuk
hernia abdomen lainnya.
Hernia femoralis kejadiaanya kurang dari 10% dari semua hernia tetapi
40% dari itu muncul sebagai kasus emergency dengan inkaserata atau stragulata.
Hernia femoralis lebih sering terjadi pada lansia dan laki-laki yang pernah
menjalani operasi hernia inguinalis.
3.3 ANATOMI
a. Kanalis Inguinalis
Kanalis inguinalis harus dipahami dalam konteks anatomi tiga dimensi.
Kanalis inginalis berjalan dari lateral ke medial, dalam ke luar dan cepal ke caudal.
Kanalis inguinalis dibangun oleh aponeurosis obliquus ekternus dibagian
superficial, dinding inferior dibangun oleh ligamentum inguinal dan ligamentum
lacunar. Dinding posterior (dasar) kanalis inguinalis dibentuk oleh fascia
transfersalis dan aponeurosis transverses abdominis. Dasar kanalis inguinalils
adalah bagian paling penting dari sudut pandang anatomi maupun bedah.(16,17)
Pembuluh darah epigastric inferior menjadi batas superolateral dari
trigonum Hesselbach. Tepi medial dari trigonum dibentuk oleh membrane rectus,
dan ligamentum inguinal menjadi batas inferior. Hernia yang melewati trigonum
Hesselbach disebut sebagai direct hernia, sedangkan hernia yang muncul lateral
dari trigonum adalah hernia indirect.(17)
d. Fascia Transversalis
Fascia transversalis dianggap suatu kelanjutan dari otot transversalis dan
aponeurosisnya. Fascia transversalis digambarkan oleh Cooper memiliki 2 lapisan;
The fascia transversalis dapat dibagi menjadi dua bagian, satu terletak sedikit
sebelum yang lainnya, bagian dalam lebih tipis dari bagian luar; ia keluar dari
tendon otot transversalis pada bagian dalam dari spermatic cord dan berikatan ke
linea semulunaris.(16,17)
e. Ligamentum Cooper
Ligamentum Cooper terletak pada bagian belakang ramus pubis dan
dibentuk oleh ramus pubis dan fascia. Ligamentum cooper adalah titik fiksasi yang
penting dalam metode perbaikan laparoscopic sebagaimana pada teknik McVay.(16)
f. Preperitoneal Space
Preperitoneal space terdiri dari jaringan lemak, lymphatics, pembuluh darah
dan saraf. Saraf preperitoneal yang harus diperhatikan oleh ahli bedah adalah
nervus cutaneous femoral lateral dan nervus genitofemoral. nervus cutaneous
femoral lateral berasal dari serabut L2 dan L3 dan kadang cabang dari nervus
femoralis. Nervus ini berjalan sepanjang permukaan anterior otot iliaca dan
dibawah fascia iliaca dan dibawah atau melelui perlekatan sebelah lateral
ligamentum inguinal pada spina iliaca anterior superior.(17)
3.4 PATOFISIOLOGI
Hernia Inguinalis
Kanalis inguinalis dalam kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke – 8
dari kehamilan, terjadinya desensus vestikulorum melalui kanal tersebut.
Penurunan testis itu akan menarik peritoneum ke daerah scrotum sehingga terjadi
tonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonea. Bila bayi
lahir umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi, sehingga isi rongga perut
tidak dapat melalui kanalis tersebut. Tetapi dalam beberapa hal sering belum
menutup, karena testis yang kiri turun terlebih dahulu dari yang kanan, maka
kanalis inguinalis yang kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal, kanal
yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.(15)
Bila kanal terbuka terus, karena prosesus tidak berobliterasi maka akan
timbul hernia inguinalis lateralis kongenital. Biasanya hernia pada orang dewasa ini
terjadi kerana usia lanjut, karena pada umur tua otot dinding rongga perut
melemah. Sejalan dengan bertambahnya umur, organ dan jaringan tubuh
mengalami proses degenerasi. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup.
Namun karena daerah ini merupakan locus minoris resistance, maka pada keadaan
yang menyebabkan tekanan intraabdominal meningkat seperti batuk – batuk
kronik, bersin yang kuat dan mengangkat barang – barang berat, mengejan. Kanal
yang sudah tertutup dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis
karena terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan keluar melalui defek tersebut.(16,17)
Pria lebih banyak dari wanita, karena adanya perbedaan proses
perkembangan alat reproduksi pria dan wanita semasa janin. Potensial komplikasi
terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi
hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia,
akibat semakin banyaknya usus yang masuk, cincin hernia menjadi sempit dan
menimbulkan gangguan penyaluran isi usus. Timbulnya edema bila terjadi obtruksi
usus yang kemudian menekan pembuluh darah dan kemudian terjadi nekrosis. Bila
terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah,
konstipasi. Bila inkarserata dibiarkan, maka lama kelamaan akan timbul edema
sehingga terjadi penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis.(16,17,18)
Hernia ini merupakan jenis henia yang didapat (akuisita) disebabkan oleh
faktor peninggian tekanan intra abdomen kronik dan kelemahan otot dinding di
trigonum Hesselbach. Jalannya langsung (direct) ke ventral melalui annulus
inguinalis subcutaneous. Hernia ini sama sekali tidak berhubungan dengan
pembungkus tali mani, umumnya terjadi bilateral, khususnya pada laki-laki tua.
Hernia jenis ini jarang, bahkan hampir tidak pernah, mengalami inkarserasi dan
strangulasi.(17,18,19)
Hernia Inguinalis Indirekta (Lateralis)
Hernia ini disebut lateralis karena menonjol dari perut di lateral pembuluh
epigastrika inferior. Dikenal sebagai indirek karena keluar melalui dua pintu dan
saluran, yaitu annulus dan kanalis inguinalis. Pada pemeriksaan hernia lateralis
akan tampak tonjolan berbentuk lonjong. Dapat terjadi secara kongenital atau
akuisita.(18,19)
a. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Hernia reponibel terdapat benjolan dilipat paha yang muncul pada waktu
berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan mneghilang setelah berbaring. Pada
hernia inguinal lateralis muncul benjolan di regio inguinalis yang berjalan dari
lateral ke medial (tonjolan berbentuk lonjong). Sedangkan pada hernia skrotalis,
benjolan yang terlihat sampai skrotum merupakan tonjolan lanjutan dari hernia
inguinalis lateralis.
Palpasi
Titik yang terletak di sebelah lateral tuberkulum pubikum (AIM) ditekan
lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateral titik yang kita tekan
maka dapat diasumsikan sebagai nernia inguinalis lateralis.
Auskultasi
Hiperperistaltis didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia yang
mengalami obstruksi usus (hernia inkarserata).
Gambar 2.7 Finger Test
Pemeriksaan Radiologis
- Ultrasonografi dapat digunakan untuk membedakan adanya massa pada
lipat paha atau dinding abdomen dan juga membedakan penyebab
pembengkakan testis.8 Pada pemeriksaan radiologis kadang terdapat suatu
yang tidak biasa terjadi, yaitu adanya suatu gambaran massa. Gambaran ini
dikenal dengan Spontaneous Reduction of Hernia En Masse. Adalah suatu
keadaan dimana berpindahnya secara spontan kantong hernia beserta isinya
ke rongga extraperitoneal. Ada 4 tipe pembagian reduction of hernia en
masse :
o Retropubic
o Intra abdominal
o Pre peritoneal
o Pre peritoneal locule
3.6 PENATALAKSANAAN (20,21,22)
A. Konservatif
Reposisi bimanual tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong
sedangkan tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan tekanan
lambat dan menetap sampai terjadi reposisi.
B. Operatif
Teknik Operasi
Bassini, dahulu merupakan metode yang sering digunakan, dengan cara conjoint
tendon didekatkan dengan ligamentum Poupart’s dan spermatic cord diposisikan
seanatomis mungkin di bawah aponeurosis muskulus oblikuus eksterna.
Menjahit conjoint tendon dengan ligamentum inguinale.
Shouldice, seperti bassini ditambah jahitan fascia transversa dengan lig. Cooper.
Lichtenstein, menggunakan propilene (bahan sintetik) menutup segitiga
Hasselbach dan mempersempit anulus internus.
Halsted, menempatkan muskulus oblikuus eksterna diantara cord kebalikannya
cara Bassini. seperti Bassini tetapi funikulus spermatikus berada diluar
Apponeurosis M.O.E,
Mc Vay, dikenal dengan metode ligamentum Cooper, meletakkan conjoint
tendon lebih posterior dan inferior terhadap ligamentum Cooper.
Berdasarkan pendekatan operasi, teknik hernioraphy dapat dikelompokkan
dalam 4 kategori utama :
1. Kelompok 1, Open Anterior Repair
Kelompok 1 operasi hernia (teknik Bassini, McVay dan Shouldice) melibatkan
pembukaan aponeurosis otot obliquus abdominis eksternus dan membebaskan
funnikulus spermatikus. Fascia transversalis kemudian dibuka, dilakukan
inspeksi kanalis spinalis, celah direct dan indirect. Kantung hernia diligasi dan
dasar kanalis spinalis di rekonstruksi.
Teknik Bassini
Komponen utama dari teknik ini adalah :
- Membelah aponeurosis otot obliquus abdominis eksternus dikanalis
inguinalis hingga ke cincin eksternal
- Memisahkan otot kremaster dengan cara reseksi untuk mencari hernia indirect
sekaligus menginspeksi dasar dari kanalis inguinal untuk mencari hernia
direct
- Memisahkan bagian dasar atau dinding posterior kanalis inguinalis (fascia
transversalis)
- Melakukan ligasi kantong hernia seproksimal mungkin
- Rekonstruksi dinding posterior dengan menjahit fascia transversalis, otot
transversalis abdominis dan otot abdominis internus ke ligamentum inguinalis
lateral.
-
4. Kelompok 4, Laparoscopic
Operasi hernia laparoscopic makin populer dalam beberapa tahun terakhir, tetapi
juga menimbulkan kontroversi. Pada awal pengembangan teknik ini, hernia
diperbaiki dengan menempatkan potongan mesh yang besar di regio inguinal
diatas peritoneum. Teknik ini ditinggalkan karena potensi obstruksi usus halus
dan pembentukan fistel karena paparan usus terhadap mesh. Saat ini kebanyakan
teknik laparoscopic herniorhappies dilakukan menggunakan salah satu
pendekatan transabdominal preperitoneal (TAPP) atau total extraperitoneal
(TEP). Pendekatan TAPP dilakukan dengan meletakkan trokar laparoskopik
dalam cavum abdomen dan memperbaiki regio inguinal dari dalam. Ini
memungkinkan mesh diletakkan dan kemudian ditutupi dengan peritoneum.
Sedangkan pendekatan TEP adalah prosedur laparoskopik langsung yang
mengharuskan masuk ke cavum peritoneal untuk diseksi. Konsekuensinya, usus
atau pembuluh darah bisa cedera selama operasi.
3.7 PROGNOSIS
Prognosis tergantung pada keadaan umum penderita serta ketepatan
penanganan. Tapi pada umumnya baik karena kekambuhan setelah operasi jarang
terjadi. Kecuali pada hernia berualang atau hernia yang besar yang memerlukan
penggunaan material prostetis. Pada penyakit hernia ini yang pernting adalah
mencegah faktor prediposisnya.
BAB IV
KESIMPULAN