Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KASUS

HERNIA INGUNALIS LATERALIS INKASERATA DEXTRA

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dalam Menjalani


Program Internsip Dokter Indonesia

oleh
dr. Putra Fhonna

Pembimbing :
dr. Shandy Dwi Mahardika

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUNAN KALIJAGA
DEMAK
2021
BAB I
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG
Hernia adalah penonjolan sebagian isi organ atau jaringan melalui
lubang yang abnormal.1 Hernia terdiri dari cincin, kantong, dan isi hernia. Semua
hernia terjadi melalui celah lemah kelemahan yang potensial pada dinding
abdomen yang dicetuskan oleh peningkatan tekanan intraabdomen yang berulang
atau berkelanjutakn.
Hernia ingunalis merupakan kasus bedah di gestif terbanyak setelah
apapendisitis. Sampai saat ini masih merupakan tantangan dalam peningkatan
status kesehatan masyarakat karena besarnya biaya yang diperoleh dalam
penangannya dan hilangnya tenaga kerja akibat lambatnya pemulihan dan angka
rekurensi. Dari keseluruhan opersi di perancis tidakan bedah hernia terbanyak
17,2% dan 24,1% di Amerika Serikat.
Di negara maju,orang yang Berusia lebih dari 85 tahun yang terdiri dari 2%
populasi umum pada tahun 2050 diperkirakan akan meningkat dua kali lipat
mengalami penyakit hernia inguinalis. Ini berarti bahwa tingkat presentasi ke
rumah sakit pada penderita hernia inguinalis juga akan meningkat.7 Tindakan
bedah dalam penyembuhan hernia inguinalis adalah salah satu prosedur yang
paling sering dilakukan dan kekambuhan hernia inguinalis jarang terjadi. Risiko
kekambuhan hernia bisa mencapai hingga 15% tergantung pada berbagai faktor
termasuk keahlian dokter bedah.8 RisikoPertambahan hernia inguinalis yang
sebanyak 1.7% dari Populasi umum dapat meningkat Sekitar 4% Setelah usia 45
tahun. Insiden hernia inguinalis pada populasi yang berusia antara 16 sampai 24
tahun adalah11/10.000 orang tiap tahun. Jumlah ini akan meningkat sampai di atas
200/10.000 orang tiap tahun pada populasi yang berusia diatas 72 tahun. Elektif
hernia inguinalis umumnya dikaitkan dengan tingkat kematian yang diperkirakan di
bawah 0,01%.9 Hernia inguinalis dapat terjadi disebelah kanan 60%, sebelah kiri
20-25%, dan bilateral 15%. Sekitar 75% dari semua hernia yang berada di
dinding perut terlihat di selangkangan.10

Data Kementerian Kesehatan Indonesia menyebutkan bahwa


berdasarkan distribusi penyakit sistem cerna pasien rawat inap menurut
golongan sebab sakit di Indonesia tahun 2004, hernia menempati urutan ke-8
dengan jumlah 18.145 kasus, 273 diantaranya meninggal dunia. Dari total
tersebut, 15.051 kasus diantaranya terjadi pada pria dan 3.094 kasus terjadi
pada wanita.11
Hampir 75% dari hernia abdomen merupakan hernia ingunalis. Untuk
memahami lebih jauh tentang hernia diperlukan pengetahuan kanalis ingunalis.
Hernia inguinalis dibagi menjadi hernia lateralis dan hernia inguinalis medialis
dimana hernia inguinalis lateralis lebih banyak dua pertiga dari hernia inguinalis.
Sepertiga sisanya adalah hernia inguinalis medialis. Hernia lebih dikarenakan
kelemahan dinding belakang kanalis inguinalis
.
II. TUJUAN LAPORAN
Sebagai sarana diskusi dan tinjauan ulangmengenai aplikasi definisi, tatacara
diagnosis, dan tatalaksana kasus Hernia inguinalis lateralis praktik klinis dokter
umum sehari-hari.

III. MANFAAT
Laporan kasus ini diharapkan dapat membantu penulis dan pembaca dalam
upaya pengembangan ilmu kedokteran berkelanjutan terutama mengenai
manajemen kasus klinis Hernia Inguinalis lateralis.
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 IDENTITAS PASIEN


Nama : Tn. M
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur : Purwosari 3/3, Sayung
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : Petani
Status : Menikah
Nomor MR : 01xxxxxx
Tanggal Masuk : 18 Desember 2020
Tanggal Pemeriksaan : 18 Desember 2020

2.2 ANAMNESIS
A. Keluhan Utama :

Benjolan di scrotum sebelah kanan


B. Riwayat Penyakit Sekarang :

Keluhan ini sudah dialami sejak 2 tahun yang lalu sebelum masuk rumah
sakit. Awalnya timbul benjolan kecil di lipat paha sampai scrotum
sebelah kanan, Benjolan timbul terutama saat pasien berdiri, mengedan,
atau mengangkat beban berat saat pasien mengangkat barang berat.
pasien tidak mengeluh nyeri saat benjolan muncul, benjolan dapat
masuk dengan sendirinya saat pasien beristirahat atau berbaring.
Sejak pagi ini benjolan tersebut mulai turun sampai ke area kemaluan
dan bertambah besar, sebesar bola kasti, benjolan tidak bisa di masuk
lagi dan tidak nyeri. pasien juga mengeluh mual (+) muntah (+) frekuensi
>10 x volume ½ aqua gelas berisi makan yang di makan sejak pagi ini.
pasien juga mengeluh nafsu makan berkurang (+). pasien mengatakan
perutnya pernah di urut-urut 1 kali 3 hari yang lalu, demam disangkal.
BAB (+), BAK (+), Kentut (+). Pasien rujukan dari Puskesmas Bonang.

C. Riwayat Penyakit Sebelumnya


Riwayat keluhan serupa : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat diabetes mellitus : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
D. Riwayat Keluarga

Riwayat keluhan serupa : disangkal


Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal
Riwayat DM : disangkal
E. Riwayat Pengobatan : - IVFD RL 20 tpm
- Ranitidin
- ketorolac

2.3 PEMERIKSAAN FISIK


a. Pemeriksaan Umum
Sensorium : compos mentis
Tekanan Darah : 160/100 mmHg
Heart Rate : 84x/m
Respiratory Rate : 20x/m
Suhu : 37,0ºC

b. Pemeriksaan Fisik
Kepala : normocepal
Mata : konjungtiva anemis -/- , ikterik -/-
Mulut : sianosis (-)
Leher : pembesaran KGB (-)
Thoraks :
 Inspeksi : simetris kanan kiri
 Palpasi : stem fremitus kanan=kiri
 Perkusi : sonor seluruh lapangan paru
 Auskultasi : vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)

Jantung :
 Inspeksi : dalambatas normal
 Palpasi : iktus cordis teraba (+)
 Perkusi : batas jantung kanan : linea sternalis dextra. Batas
jantung kiri: 1 jari lateral linea midclavicula sinistra
 Auskultasi : S1 dan S2 reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen :
 Inspeksi : perut tampak datar, scar (-)
 Auskultasi : bising usus Nyeri tekan epigastrium (+) (+) normal
 Palpasi : soepel,
 Perkusi : timpani, shifting dullnes (-)

Ekstremitas : pitting edema (-/-), akral hangat, CRT <2 detik


Genitalia : skrotum kanan tampak membesar, nyeri tekan (-)
Rectal Touche : sphinter ani ketat, mukosa rectum licin, nyeri tekan (-),
tidak teraba massa, handscoon feses (-), darah (-).

2.4 PEMERIKSAAN FISIK LOKAL

Regio ingunalis –scrotalis dextra


Inspeksi : terlihat benjolan sebesar bola kasti di daerah skrotum dextra,
warna sama dengan kulit sekitarnya
Palpasi : teraba benjolan, sebesar bola kasti, konsistensi kenyal, permukaan
rata, nyeri tekan (-), benjolan tidak dapat di dorong masuk
kerongga abdomen.
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Foto Klinis

Foto Rontgen

2.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan Laboratorium Darah Rutin,
Komponen Hasil Nilai normal

Hemoglobin 15.0 L: 12-17 P: 10-16 g/dl


Leukosit 20.000 5.000-10.000 /mm
Hematokrit 51 L: 40-54 P : 37-45 vol%
Trombosit 246.000 150.000-450.000 Vol%
Eritrosit 5,2 L: 4,5-5,5 P:4-5 jt /mm
MCV 83 80-96 Fl
MCH 29 26-33 Pg
MCHC 33 33-36 gr/dl
MPV 10,1 8-12 fL
PT 14,7 12-19 detik
APTT 31,4 27-42 detik
GDS 123 <200
Anti HIV Non Reaktif
HBSAg Non Reaktif

Kesan : leukositosis
Anjuran : pemeriksaan elektrolit darah

2.6 DIAGNOSIS
Hernia Ingunalis Lateralis Inkaserata Dextra

2.7 PENATALAKSANAAN
 Dekompresi (DC + NGT)
 IVFD RL 20 gtt/i
 Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam
 Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
 Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam
 Rencana operasi

FOLLOW UP PASIEN

18 Desember 2020 19 Desember 2020


S: Benjolan di scrotum dextra S: Nyeri luka opersi
O: sens : CM O: sens : CM
TD :135/90 mmHg TD :128/81 mmHg
HR : 99 x/i HR :85x/i
RR : 20 x/i RR :20 x/i
T :36,9 C T :37,3 c
A: HIL inkaserata Dextra - Abdomen soepel, datar, palpasi tidak
P: - IVFD RL 20 gtt/i ditemukan massa, nyeri tekan (-), perkusi
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam timpani, bising usus (+)
- Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam - Skrotum tidak bengkak, tidak ada hematoma
- Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam Luka operasi : tidak terlihat adanya rembes,
- NGT dan DC terpasang tidak terlihat adanya hematoma edema
- Puasa A : post herniorafy H.1 ec HIL inkaserata (D)
- Operasi cito P: - Tirah baring
- Monitoring TTV dan luka opersi
- IVFD RL 20 gtt/i
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
- Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam
- Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam
- Minum sedikit-sedikit, Puasa makan
- DC terpasang
- NGT terlepas, os menolak di pasang
NGT
-

20 Desember 2020 21 Desember 2020


S : Nyeri luka operasi S: Nyeri luka opersi berkurang
O : sens : CM O: sens : CM
TD :118/82 mmHg TD :135/90 mmHg
HR :86 x/i HR :99 x/i
RR : 20 x/i RR :20 x/i
T :37,0 C T :37,3 c
- Abdomen soepel, datar, palpasi tidak - Abdomen soepel, datar, palpasi tidak
ditemukan massa, nyeri tekan (-), ditemukan massa, nyeri tekan (-), perkusi
perkusi timpani, bising usus (+) timpani, bising usus (+)
- Skrotum tidak bengkak, tidak ada - Skrotum tidak bengkak, tidak ada hematoma
hematoma Luka operasi : tidak terlihat adanya rembes,
Luka operasi : tidak terlihat adanya tidak terlihat adanya hematoma edema
rembes, tidak terlihat adanya hematoma A: post hernioraphy H.3 ec HIL inkaserata
edema (D)
A : post hernioraphy H.2 ec HIL P: - Tirah baring
inkaserata (D) - Monitoring TTV dan luka opersi
P: - Tirah baring - IVFD RL 20 gtt/i
- Monitoring TTV dan luka - Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
opersi - Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam
- IVFD RL 20 gtt/i - Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam - Diet MB
- Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam
- Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam
- Pasien boleh makan , diet Mb
- Aff DC
- NGT terlepas, os menolak di
pasang NGT

22 Desember 2020
S:-
O : sens : CM
TD :124/74 mmHg
HR :80 x/i
RR : 20 x/i
T :36,5 C
- Abdomen soepel, datar, palpasi tidak ditemukan massa, nyeri tekan (-),
perkusi timpani, bising usus (+)
- Skrotum tidak bengkak, tidak ada hematoma
Luka operasi : tidak terlihat adanya rembes, tidak terlihat adanya
hematoma edema
A : Post hernioraphy H.4 ec HIL inkaserata (D)
P: - Pasien boleh berobat jalan, control ke poli bedah 3 hari lagi
- GV
- Terapi ganti Oral
- Ciprofloxacin 500 mg 2x1 tab
- Ranitidin 150 mg 2x1 tab
- Asam Mefenamat 500 mg 2x1 tab

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 DEFINISI HERNIA

Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan pada hernia abdomen, isi
perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari bagian muskulo-aponeurotik
dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong dan isi hernia. Semua hernia
terjadi melalui celah lemah atau kelemahan yang potensial pada dinding abdomen
yang dicetuskan oleh peningkatan tekanan intraabdomen yang berulang atau
berkelanjutan.(15)

3.2 EPIDEMILOGI
tujuh puluh lima persen dari semua kasus hernia di dinding abdomen
mincul didaerah lipat paha. Hernia indirect lebih banyak daripada hernia direct
yaitu 2:1 dimana hernia femoralis lebih mengambil porsi yang lebih sedikit.
Hernia sisi kanan lebih sering terjadi daripada sisi kiri. Perbandingan
pria:wanita pada hernia indirect adalah 7:1. Ada kira-kira 750.000 herniorrphy
dilakukan tiap tahuan si Amerika Serikat, Dibanding dengan 250.000 untuk hernia
femoralis, 166.000 hernnia umbilicalis, 97.000hernia post insisi dan 76.000 untuk
hernia abdomen lainnya.
Hernia femoralis kejadiaanya kurang dari 10% dari semua hernia tetapi
40% dari itu muncul sebagai kasus emergency dengan inkaserata atau stragulata.
Hernia femoralis lebih sering terjadi pada lansia dan laki-laki yang pernah
menjalani operasi hernia inguinalis.

3.3 ANATOMI

a. Kanalis Inguinalis
Kanalis inguinalis harus dipahami dalam konteks anatomi tiga dimensi.
Kanalis inginalis berjalan dari lateral ke medial, dalam ke luar dan cepal ke caudal.
Kanalis inguinalis dibangun oleh aponeurosis obliquus ekternus dibagian
superficial, dinding inferior dibangun oleh ligamentum inguinal dan ligamentum
lacunar. Dinding posterior (dasar) kanalis inguinalis dibentuk oleh fascia
transfersalis dan aponeurosis transverses abdominis. Dasar kanalis inguinalils
adalah bagian paling penting dari sudut pandang anatomi maupun bedah.(16,17)
Pembuluh darah epigastric inferior menjadi batas superolateral dari
trigonum Hesselbach. Tepi medial dari trigonum dibentuk oleh membrane rectus,
dan ligamentum inguinal menjadi batas inferior. Hernia yang melewati trigonum
Hesselbach disebut sebagai direct hernia, sedangkan hernia yang muncul lateral
dari trigonum adalah hernia indirect.(17)

b. Aponeurosis Obliquus External


Aponeurosis otot obliquus eksternus dibentuk oleh dua lapisan: superficial
dan profunda. Bersama dengan aponeorosis otot obliqus internus dan transversus
abdominis, mereka membentuk sarung rectus dan akhirnya linea alba. External
oblique aponeurosis menjadi batas superficial dari kanalis inguinalis. Ligamentum
inguinal terletak dari spina iliaca anterior superior ke tuberculum pubicum.(16,17)

c. Otot Oblique Internus


Otot oblique abdominis internus menjadi tepi atas dari kanalis inguinalis .
bagian medial dari internal oblique aponeurosis menyatu dengan serat dari
aponeurosis transversus abdominis dekat tuberculum pubicum untuk membentuk
conjoined tendon.(16,17)

d. Fascia Transversalis
Fascia transversalis dianggap suatu kelanjutan dari otot transversalis dan
aponeurosisnya. Fascia transversalis digambarkan oleh Cooper memiliki 2 lapisan;
The fascia transversalis dapat dibagi menjadi dua bagian, satu terletak sedikit
sebelum yang lainnya, bagian dalam lebih tipis dari bagian luar; ia keluar dari
tendon otot transversalis pada bagian dalam dari spermatic cord dan berikatan ke
linea semulunaris.(16,17)

e. Ligamentum Cooper
Ligamentum Cooper terletak pada bagian belakang ramus pubis dan
dibentuk oleh ramus pubis dan fascia. Ligamentum cooper adalah titik fiksasi yang
penting dalam metode perbaikan laparoscopic sebagaimana pada teknik McVay.(16)

f. Preperitoneal Space
Preperitoneal space terdiri dari jaringan lemak, lymphatics, pembuluh darah
dan saraf. Saraf preperitoneal yang harus diperhatikan oleh ahli bedah adalah
nervus cutaneous femoral lateral dan nervus genitofemoral. nervus cutaneous
femoral lateral berasal dari serabut L2 dan L3 dan kadang cabang dari nervus
femoralis. Nervus ini berjalan sepanjang permukaan anterior otot iliaca dan
dibawah fascia iliaca dan dibawah atau melelui perlekatan sebelah lateral
ligamentum inguinal pada spina iliaca anterior superior.(17)

Gambar 2.3 Walls of The Inguinal Canal (8)

Gambar 2.4 Diagram of The Inguinal Canal (8)


Gambar 2.5 Diagram of The Inguinal Hernias (8)

3.4 Etiologi (15,16,17,18)

Penyebab terjadinya hernia :


 Lemahnya dinding rongga perut, baik sejak lahir atau didapat kemudian dalam
hidup
 Akibat dari pembedahan sebelumnya
 Kongenital
a. Hernia congenital sempurna
bayi sudah menderita hernia kerena adanya defek pada tempat – tempat
tertentu
b. Hernia congenital tidak sempurna
Bayi dilahirkan normal (kelainan belum tampak) tapi dia mempunyai defek
pada tempat – tempat tertentu (predisposisi) dan beberapa bulan (0–1 tahun)
setelah lahir akan terjadi hernia melalui defek tersebut karena dipengaruhi
oleh kenaikan tekanan intraabdominal (mengejan, batuk, menangis).
 Aquisial adalah hernia yang buka disebabkan karena adanya defek bawaan tetapi
disebabkan oleh fakor lain yang dialami manusia selama hidupnya, seperti
tekanan intraabdominal yang tinggi (banyak dialami oleh pasien yang sering
mengejan baik saat BAB maupun BAK), distensi dinding abdomen karena
peningkatan tekanan intraabdominal, ataupun penyakit yang melemahkan
dinding perut.

Bagian – Bagian Hernia


Hernia terdiri dari kantong hernia, isi hernia, pintu hernia, leher hernia, dan Locus
Minoris Resistence (LMR).

Gambar 2.6 Bagian – Bagian Hernia

Jenis – Jenis Hernia

Tabel 2.2 Jenis – Jenis Hernia


Menurut Lokasi a. Hernia Inguinalis
b. Hernia Umbilikalis
c. Hernia Femoralis
Menurut Penyebab a. Hernia Kongenital / Bawaan
b. Hernia Traumatik
c. Hernia Insisional
Menurut Keadaan a. Hernia Inkarserata
b. Hernia Strangulata
Menurut Sifat a. Hernia Reponible
b. Hernia Irreponible

3.4 PATOFISIOLOGI

Hernia Inguinalis
Kanalis inguinalis dalam kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke – 8
dari kehamilan, terjadinya desensus vestikulorum melalui kanal tersebut.
Penurunan testis itu akan menarik peritoneum ke daerah scrotum sehingga terjadi
tonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonea. Bila bayi
lahir umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi, sehingga isi rongga perut
tidak dapat melalui kanalis tersebut. Tetapi dalam beberapa hal sering belum
menutup, karena testis yang kiri turun terlebih dahulu dari yang kanan, maka
kanalis inguinalis yang kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal, kanal
yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.(15)
Bila kanal terbuka terus, karena prosesus tidak berobliterasi maka akan
timbul hernia inguinalis lateralis kongenital. Biasanya hernia pada orang dewasa ini
terjadi kerana usia lanjut, karena pada umur tua otot dinding rongga perut
melemah. Sejalan dengan bertambahnya umur, organ dan jaringan tubuh
mengalami proses degenerasi. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup.
Namun karena daerah ini merupakan locus minoris resistance, maka pada keadaan
yang menyebabkan tekanan intraabdominal meningkat seperti batuk – batuk
kronik, bersin yang kuat dan mengangkat barang – barang berat, mengejan. Kanal
yang sudah tertutup dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis
karena terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan keluar melalui defek tersebut.(16,17)
Pria lebih banyak dari wanita, karena adanya perbedaan proses
perkembangan alat reproduksi pria dan wanita semasa janin. Potensial komplikasi
terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi
hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia,
akibat semakin banyaknya usus yang masuk, cincin hernia menjadi sempit dan
menimbulkan gangguan penyaluran isi usus. Timbulnya edema bila terjadi obtruksi
usus yang kemudian menekan pembuluh darah dan kemudian terjadi nekrosis. Bila
terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah,
konstipasi. Bila inkarserata dibiarkan, maka lama kelamaan akan timbul edema
sehingga terjadi penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis.(16,17,18)

 Hernia Inguinalis Direkta (Medialis)

Hernia ini merupakan jenis henia yang didapat (akuisita) disebabkan oleh
faktor peninggian tekanan intra abdomen kronik dan kelemahan otot dinding di
trigonum Hesselbach. Jalannya langsung (direct) ke ventral melalui annulus
inguinalis subcutaneous. Hernia ini sama sekali tidak berhubungan dengan
pembungkus tali mani, umumnya terjadi bilateral, khususnya pada laki-laki tua.
Hernia jenis ini jarang, bahkan hampir tidak pernah, mengalami inkarserasi dan
strangulasi.(17,18,19)
 Hernia Inguinalis Indirekta (Lateralis)

Hernia ini disebut lateralis karena menonjol dari perut di lateral pembuluh
epigastrika inferior. Dikenal sebagai indirek karena keluar melalui dua pintu dan
saluran, yaitu annulus dan kanalis inguinalis. Pada pemeriksaan hernia lateralis
akan tampak tonjolan berbentuk lonjong. Dapat terjadi secara kongenital atau
akuisita.(18,19)

 Hernia Inguinalis Indirekta Congenital


Terjadi bila processus vaginalis peritonei pada waktu bayi dilahirkan sama
sekali tidak menutup. Sehingga kavum peritoneum tetap berhubungan dengan
rongga tunika vaginalis propria testis. Dengan demikian isi perut dengan mudah
masuk ke dalam kantong peritoneum tersebut.(15,16)
 Hernia Inguinalis Indirekta Akuisita
Terjadi bila penutupan processus vaginalis peritonei hanya pada suatu bagian
saja. Sehingga masih ada kantong peritoneum yang berasal dari processus
vaginalis yang tidak menutup pada waktu bayi dilahirkan. Sewaktu-waktu
kentung peritoneum ini dapat terisi dalaman perut, tetapi isi hernia tidak
berhubungan dengan tunika vaginalis propria testis.(15,16)

3.5 Diagnosis (15,17,18,19)

a. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Hernia reponibel terdapat benjolan dilipat paha yang muncul pada waktu
berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan mneghilang setelah berbaring. Pada
hernia inguinal lateralis muncul benjolan di regio inguinalis yang berjalan dari
lateral ke medial (tonjolan berbentuk lonjong). Sedangkan pada hernia skrotalis,
benjolan yang terlihat sampai skrotum merupakan tonjolan lanjutan dari hernia
inguinalis lateralis.
Palpasi
Titik yang terletak di sebelah lateral tuberkulum pubikum (AIM) ditekan
lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateral titik yang kita tekan
maka dapat diasumsikan sebagai nernia inguinalis lateralis.
Auskultasi
Hiperperistaltis didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia yang
mengalami obstruksi usus (hernia inkarserata).

Pemeriksaan Finger Test


1. Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5
2. Dimasukkan lewat skrortum melalui anulus eksternus ke kanal inguinal
3. Penderita disuruh batuk :
 Bila impuls diujung jari berarti Hernia Inguinalis Lateralis
 Bila impuls disamping jari Hernia Inguinnalis Medialis

 
Gambar 2.7 Finger Test

Pemeriksaan Ziemen Test


1. Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu (biasanya oleh penderita)
2. Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan
3. Penderita disuruh batuk bila rangsangan pada :
 Jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis
 Jari ke 3 : Hernia Ingunalis Medialis
 Jari ke 4 : Hernia Femoralis
 

Gambar 2.8 Ziement Test

Pemeriksaan Thumb Test


 Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh mengejan
 Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis medialis
 Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Lateralis
 
Gambar 2.9 Thumb Test
b. Pemeriksaan Penunjang
 Hasil Laboratorium

 Leukocytosis dengan shift to the left yang menandakan strangulasi.


- Elektrolit, BUN, kadar kreatinine yang tinggi akibat muntah-muntah dan
menjadi dehidrasi.
- Tes Urinalisis untuk menyingkirkan adanya masalah dari traktus
genitourinarius yang menyebabkan nyeri lipat paha.8

 Pemeriksaan Radiologis
- Ultrasonografi dapat digunakan untuk membedakan adanya massa pada
lipat paha atau dinding abdomen dan juga membedakan penyebab
pembengkakan testis.8 Pada pemeriksaan radiologis kadang terdapat suatu
yang tidak biasa terjadi, yaitu adanya suatu gambaran massa. Gambaran ini
dikenal dengan Spontaneous Reduction of Hernia En Masse. Adalah suatu
keadaan dimana berpindahnya secara spontan kantong hernia beserta isinya
ke rongga extraperitoneal. Ada 4 tipe pembagian reduction of hernia en
masse :
o Retropubic
o Intra abdominal
o Pre peritoneal
o Pre peritoneal locule
3.6 PENATALAKSANAAN (20,21,22)

A. Konservatif
Reposisi bimanual  tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong
sedangkan tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan tekanan
lambat dan menetap sampai terjadi reposisi.
B. Operatif

Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari herniotomi dan hernioplasti.


 Herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya,
kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlengketan,
kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit ikat setinggi mungkin
kemudian dipotong.
 Hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus
dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih
penting artinya dalam mencegah terjadinya residif dibandingkan
herniotomi.

Teknik Operasi
 Bassini, dahulu merupakan metode yang sering digunakan, dengan cara conjoint
tendon didekatkan dengan ligamentum Poupart’s dan spermatic cord diposisikan
seanatomis mungkin di bawah aponeurosis muskulus oblikuus eksterna.
Menjahit conjoint tendon dengan ligamentum inguinale.
 Shouldice, seperti bassini ditambah jahitan fascia transversa dengan lig. Cooper.
 Lichtenstein, menggunakan propilene (bahan sintetik) menutup segitiga
Hasselbach dan mempersempit anulus internus.
 Halsted, menempatkan muskulus oblikuus eksterna diantara cord kebalikannya
cara Bassini. seperti Bassini tetapi funikulus spermatikus berada diluar
Apponeurosis M.O.E,
 Mc Vay, dikenal dengan metode ligamentum Cooper, meletakkan conjoint
tendon lebih posterior dan inferior terhadap ligamentum Cooper.
Berdasarkan pendekatan operasi, teknik hernioraphy dapat dikelompokkan
dalam 4 kategori utama :
1. Kelompok 1, Open Anterior Repair
Kelompok 1 operasi hernia (teknik Bassini, McVay dan Shouldice) melibatkan
pembukaan aponeurosis otot obliquus abdominis eksternus dan membebaskan
funnikulus spermatikus. Fascia transversalis kemudian dibuka, dilakukan
inspeksi kanalis spinalis, celah direct dan indirect. Kantung hernia diligasi dan
dasar kanalis spinalis di rekonstruksi.

Teknik Bassini
Komponen utama dari teknik ini adalah :
- Membelah aponeurosis otot obliquus abdominis eksternus dikanalis
inguinalis hingga ke cincin eksternal
- Memisahkan otot kremaster dengan cara reseksi untuk mencari hernia indirect
sekaligus menginspeksi dasar dari kanalis inguinal untuk mencari hernia
direct
- Memisahkan bagian dasar atau dinding posterior kanalis inguinalis (fascia
transversalis)
- Melakukan ligasi kantong hernia seproksimal mungkin
- Rekonstruksi dinding posterior dengan menjahit fascia transversalis, otot
transversalis abdominis dan otot abdominis internus ke ligamentum inguinalis
lateral.
-

Gambar 2.10 Bassini Technique

Teknik kelompok ini berbeda dalam pendekatan mereka dalam


rekonstruksi, tetapi semuanya menggunakan jahitan permanen untuk mengikat
fascia disekitarnya dan memperbaiki dasar dari kanalis inguinalis. Kelemahannya
adalah tegangan yang terjadi akibat jahitan tersebut, selain dapat menimbulkan
nyeri juga dapat terjadi nekrosis otot yang akan menyebabkan jahitan terlepas dan
mengakibatkan kekambuhan.

2. Kelompok 2, Open Posterior Repair


Posterior repair (iliopubic repair dan teknik Nyhus) dilakukan dengan membelah
lapisan dinding abdomen superior hingga ke cincin luar dan masuk ke
properitoneal space. Diseksi kemudian diperdalam kesemua bagian kanalis
inguinalis. Perbedaan utama antara teknik ini dan teknik open anterior adalah
rekonstruksi dilakukan dari bagian dalam. Posterior repair sering digunakan
pada hernia dengan kekambuhan karena menghindari jaringan parut dari operasi
sebelumnya. Operasi ini biasanya dilakukan dengan anastesi regional atau
anastesi umum.
3. Kelompok 3, Tension-free Repair with Mesh
Kelompok 3 operasi hernia (teknik Lichtenstein dan Rutkow) menggunakan
pendekatan awal yang sama dengan teknik open anterior. Akan tetapi tidak
menjahit lapisan fascia untuk memperbaiki defek, tetapi menempatkan sebuah
prostesis, yaitu Mesh yang tidak diserap. Mesh ini dapat memperbaiki defek
hernia tanpa menimbulkan tegangan dan ditempatkan di sekitar fascia. Hasil
yang baik diperoleh dengan teknik ini dan angka kekambuhan dilaporkan kurang
dari 1 persen. Beberapa ahli bedah meragukan keamanan jangka panjang
penggunaan implant prosthesis, khususnya kemungkinan infeksi atau penolakan.
Akan tetapi pengalaman yang luas dengan mesh telah mulai menghilangkan
anggapan ini, dan teknik ini terus populer. Teknik ini dapat dilakukan dengan
anastesi lokal, regional atau general.

Gambar 2.11 Tension-free Repair with Mesh

4. Kelompok 4, Laparoscopic
Operasi hernia laparoscopic makin populer dalam beberapa tahun terakhir, tetapi
juga menimbulkan kontroversi. Pada awal pengembangan teknik ini, hernia
diperbaiki dengan menempatkan potongan mesh yang besar di regio inguinal
diatas peritoneum. Teknik ini ditinggalkan karena potensi obstruksi usus halus
dan pembentukan fistel karena paparan usus terhadap mesh. Saat ini kebanyakan
teknik laparoscopic herniorhappies dilakukan menggunakan salah satu
pendekatan transabdominal preperitoneal (TAPP) atau total extraperitoneal
(TEP). Pendekatan TAPP dilakukan dengan meletakkan trokar laparoskopik
dalam cavum abdomen dan memperbaiki regio inguinal dari dalam. Ini
memungkinkan mesh diletakkan dan kemudian ditutupi dengan peritoneum.
Sedangkan pendekatan TEP adalah prosedur laparoskopik langsung yang
mengharuskan masuk ke cavum peritoneal untuk diseksi. Konsekuensinya, usus
atau pembuluh darah bisa cedera selama operasi.

3.7 PROGNOSIS
Prognosis tergantung pada keadaan umum penderita serta ketepatan
penanganan. Tapi pada umumnya baik karena kekambuhan setelah operasi jarang
terjadi. Kecuali pada hernia berualang atau hernia yang besar yang memerlukan
penggunaan material prostetis. Pada penyakit hernia ini yang pernting adalah
mencegah faktor prediposisnya.
BAB IV
KESIMPULAN

Hernia merupakan kasus tersering di bagian bedah abdomen sesudah


appendicitis. Hernia didefinisikan adalah suatu penonjolan abnormal organ atau
jaringan melalui daerah yang lemah (defek) yang diliputi oleh dinding. Meskipun
hernia dapat terjadi di berbagai tempat dari tubuh kebanyakan defek melibatkan
dinding abdomen pada umumnya daerah inguinal. Hernia inguinalis dibagi dua
jenis hernia inguinalis medialis/hernia inguinalis directa/hernia inguinalis
horisontal dan hernia ingunalis lateralis/ hernia indirecta/hernia obliqua. Yang
tersering hernia inguinalis lateralis angka kejadiannya lebih banyak pada laki-laki
dan yang paling sering adalah yang sebelah kanan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Lindseth Glenda. Gangguan Usus Halus. In : Price Slyvia, Wilson
Lorraine,editors. Patofisiologi Konsep Kinis Proses – Proses Penyakit. Ed 6.
Jakarta : EGC ; 2006. p 437-52
2. Sjamsuhidajat R,Dahlan M, Jusi Djang. Gawat Abdomen. Dalam :
Sjamsuhidajat R, Karnadiharja W, Rudiman R, Prasetyono Theddeus, editors.
Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed 3. Jakarta : EGC ; 2012. P 237-45
3. Whang E E, Ashley Stanley, Zinner J Michael. Small Intestine. In : Charles F
Brunicardi. Schwartz’s Manual of Surgery. Ed 8. USA : McGraw-Hill. 2006. P
702-11
4. Riwanto Ign. Hidayat A H, Pieter J, Tjambolang T, Ahmadsyah I. Usus Halus,
Apendiks, Kolon, dan Anorektum. Dalam : Sjamsuhidajat R, Karnadiharja W,
Rudiman R, Prasetyono Theddeus, editors. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed 3.
Jakarta : EGC ; 2012. p 731- 72
5. Ansari Parswa. Intestinal Obstruction. 2012. Available at :
http://www.merckmanuals.com/professional/gastrointestinal_disorders/acute_a
bdomen_and_surgical_gastroenterology/intestinal_obstruction.html#v890928.
Accesed July 23, 2019
6. Sherwood Lauralee. Sistem Pencernaan. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem.
D 2. Jakarta ; EGC ; 2001. p 570-88
7. Hodin Richard, Matthews Jeffrey. Small Intestine. Dalam : Norton Jeffey,
Bolinger Randal, Chang Alfred, Lowry Stephen, et all. Surgery Basic Science
and Clinical Evidence. New Yoek : Springer. 2000. P 617-26
8. Putz, R., Pabst, R. 2006. Sobotta Atlas of Human Anatomy 14th Edition.
Munich: Urban & Fischer
9. Kumar Vinay Kapoor. Small Intestine Anatomy. 2011. Available at :
http://emedicine.medscape.com/article/1948951-overview#showall. Accesed
July 23, 2019
10. Kumar Vinay Kapoor. Large Intestine Anatomy. 2011. Available at :
http://emedicine.medscape.com/article/1948929-overview#showall. Accesed
July 23, 2019
11. Lindseth Glenda. Gangguan Usus Besar. In : Price Slyvia, Wilson
Lorraine,editors. Patofisiologi Konsep Kinis Proses – Proses Penyakit. Ed 6.
Jakarta : EGC ; 2006. p 456-59
12. Nobie Brian. Small Bowel Obstruction. 2011. Available at :
http://emedicine.medscape.com/article/774140-overview#showall. Accesed
July 23, 2019
13. Hopkins Christy. Large Bowel Obstruction. 2011. Available at :
http://emedicine.medscape.com/article/774045-treatment#showall. Accesed
July 23, 2019
14. Schrock TR. Obstruksi Usus. Dalam Ilmu Bedah (Handbook of Surgery). Alih
Bahasa: Adji Dharma, dkk. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1993;
239 – 42
15. R. Sjamsuhidajat & Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 4. 2017.
Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC
16. Dr. P. Bhatia & Dr. S. J. John. Laparoscopic Hernia Repair (a step by step
approach). Edisi I. Penerbit Global Digital Services, Bhatia Global Hospital
& Endosurgery Institute. New Delhi. 2003. (Ebook, Accesed July 23, 2019)
17. H G, Burhitt & O.R.G. Quick. Essential Surgery . Edisi III. 2003. Hal 348-356
18. C. Palanivelu. Operative Manual of Laparoscopic Hernia Surgery. Edisi I.
Penerbit GEM Foundation. 2004. Hal 39-58
19. Brian W. Ellis & Simon P-Brown. Emergecy surgery. Edisi XXIII. Penerbit
Hodder Arnold. 2006
20. Michael M. Henry & Jeremy N. T. Thompson. Clinical Surgery. Edisi II. 2005
21. R. Bendavid, J. Abrahamson, Mauruce E. A, dkk. Abominal Wall Hernias
(Principles and Management). Edisi I. Penerbit Sringer-Varlag. New York.
2001. (Ebook, Accesed July 23, 2019)

22. Michael S. Kavic. Laparoscopic Hernia Repair. Edisi I. Penerbit Harwood


Academic Publishers. Amsterdam (Ebook, Accesed July 23,
20https://reader021.dokumen.tips/reader021/slide/20170809/55cf91c
b550346f57b90ba3f/document-2.png19)

Anda mungkin juga menyukai