Anda di halaman 1dari 24

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TROPIS

DEMAM BERDARAH DENGUE

Oleh :
KELOMPOK I

1. I Made Pasek Dwi Angga Swabawa Putra - 20282066


2. Toetio Aswatamti - 20282057
3. Aprilia Maisuroh - 20282112
4. Laela Nurhidayati - 20282122
5. Taufiqurrahman - 20282069

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN DAN KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS PENDIDIKAN MANDALIKA
MATARAM
2021
KATA PENGANTAR

“Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh”

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan

karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang

berjudul “Demam Berdarah Dengue” pada mata kuliah Epidemiologi Penyakit

Tropis di Universitas Pendidikan Mandalika ini tepat pada waktunya.

Makalah ini telah kami susun berkat dukungan dari berbagai pihak seperti

dosen, dan orang tua sehingga dapat terselesaikan. Untuk itu dalam kesempatan

ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu selama penyusunan makalah ini.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan karena

keterbatasan kemampuan penyusun, sehingga masih jauh dari kata sempurna.

Oleh karena itu, kami membutuhkan kritik dan saran dari semua pihak yang

membaca, sehingga dapat menyempurnakan makalah ini untuk memperbaiki

kekurangan-kekurangan agar bisa lebih baik lagi.

“Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh”

Mataram, 14 November 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................3

C. Tujuan Tulisan................................................................................................4

D. Manfaat Tulisan..............................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................5

A. Konsep Pemberdayaan...................................................................................5

B. Strategi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir....................................6

C. Bentuk-Bentuk Manajemen Pengelolaan Sumberdaya Pesisir.......................7

BAB III PENUTUP...............................................................................................12

A. Simpulan.......................................................................................................12

B. Saran.............................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13

LAMPIRAN

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhaege Fever

(DHF) merupakan penyakit yang disebabkan oleh verius dengu dan disebarkan

oleh nyamuk Aedes Aegypti yang disertai manifestasi perdarahan dan cenderung

menimbulkan shock dan kematian. Variadi DBD sangat luas, mulai dari tanpa

menimbulkan gejala, demam ringan yang tidak spesifik, demam dengue, demam

berdarah dengue hingga paling berat yaitu DSS atau dengu shock syndrome

(Misnadiarly, 2009). Sedangkan menurut Frida (2019), demam berdarah dengue

merupakan salah satu dari jenis arbovirus. Arbovirus artinya virus yang ditularkan

melalui gigitan artropoda, seperti nyamuk. Jika nyamuk ini menghisap darah

manusia yang sedang dalam viremi, virus akan berkembang biak dalam tubuh

nyamuk sampai masa inkubasi. Kemudian nyamuk akan menularkan ke manusia

melalui gigitannya. Penyakit ini merupakan penyakit yang berbahaya karena

infeksinya dapat berakibat fatal yaitu merenggut nyawa dalam waktu singkat.

Kejadian demam berdarah dengue di dunia sellau terjadi setiap tahun.

Menurut Pan American Health Organization (2019) tahun 2016 total angka

kejadian kasus DBD sebesar 224,98% dengan angka kematian sebesar 0,042%,

sedangkan tahun 2017 angka kejadiannya sebesar 59,85% dengan angka kematian

sebesar 0.055%. Sementara tahun 2018 kejadian demam berdarah dengue

sebanyak 57,34% dengan angka kematian 0,060%. Berdasarkan data tersebut

terlihat bahwa kejadian DBD di dunia masih terus terjadi. Tidak hanya jumlah

1
kasus yang meningkat seiring penyebaran penyakit ke wilayah baru termasuk

Asia, tetapi wabah eksplosif juga terjadi. Ancaman kemungkinan wabah demam

berdarah sekarang ada di Asia. Wilayah Amerika melaporkan 3,1 juta kasus,

dengan lebih dari 25.000 diklasifikasikan sebagai parah.. Jumlah kasus DBD

tersebut merupakan masalah yang dilaporkan secara global terjadi pada tahun

2019 (WHO, 2019)

Berdasarkan data Kemenkes tahun 2020 kasus Demam Berdarah Dengue

(DBD) di Indonesia hingga Juli mencapai 71.700 kasus. Ada 10 provinsi yang

melaporkan jumlah kasus terbanyak yaitu di Jawa Barat 10.772 kasus, Bali 8.930

kasus, Jawa Timur 5.948 kasus, NTT 5.539 kasus,Lampung 5.135 kasus, DKI

Jakarta 4.227 kasus, NTB 3.796 kasus, Jawa Tengah 2.846 kasus, Yogyakarta

2.720 kasus, dan Riau 2.255 kasus sedangkan tahun 2019 jumlah kasus lebih

tinggi berjumlah 112.954. Selain itu jumlah kematian di seluruh Indonesia

mencapai 459. Namun demikian jumlah kasus dan kematian tahun ini masih

rendah jika dibandingkan tahun 2019. Begitupun dengan jumlah kematian, tahun

ini berjumlah 459, sedangkan tahun 2019 sebanyak 751 (Kemenkes, 2020)

Kasus demam berdarah memiliki dampak yang sangat berbahaya jika tidak

segera ditangani. Demam berdarah dengue dapat menyebabkan kegagalan

peredaran darah, perdarahan serta kematian bila tidak segera dibawa ke fasilitas

kesehatan (Irianto, 2013). Beberapa upaya yang dilakukan oleh WHO (2019)

yaitu berupa tindakan pencegahan pribadi seperti mengurangi resiko kontak

manusia dan vektor dapat dilakukan dengan tidur di dalam kelambu dan

mengenakan lengan panjang untuk menutupi ekstremitas. Sementara pemerintah

Indonesia telah membuat gerakan 1 rumah 1 jumantik dan cara pemberantasan

2
sarang nyamuk (3M). Cara yang paling efektif dalam pencegahan demam

berdarah ini dengan melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).

Kurangnya informasi dalam pencegahan demam berdarah menyulitkan tenaga

kesehatan dan kader menanggulangi penyakit demam berdarah. Sehingga

pemberian pendidikan kesehatan yang teratur sangat 4 dibutuhkan masyarakat

agar dapat melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk dengan cara PSN 3M-

Plus. Berdasarkan latar belakang tersebut penulit ingin membuat makalah tentang

Demam Berdarah Dengue (DBD).

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan demam berdarah dengue ?

2. Bagaimana sejarah demam berdarah dengue ?

3. Bagaimana insiden dan prevalensi demam berdarah dengue ?

4. Apa yang dimaksud dengan host, agent dan environment pada penyakit

demam berdarah dengue ?

5. Apa saja gejala demam berdarah dengue ?

6. Apa saja faktor resiko demam berdarah dengue ?

7. Bagaimana riwayat alamiah demam berdarah dengue ?

8. Bagaimana upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit demam berdarah

dengue ?

9. Apa saja komplikasi penyakit demam berdarah dengue ?

C. Tujuan Tulisan

1. Untuk mengetahui pengertian demam berdarah dengue

2. Untuk mengetahui sejarah demam berdarah dengue

3. Untuk mengetahui insiden dan prevalensi demam berdarah dengue

3
4. Untuk mengetahui host, agent dan environment pada penyakit demam

berdarah dengue

5. Untuk mengetahui gejala demam berdarah dengue

6. Untuk mengetahui faktor resiko demam berdarah dengue

7. Untuk mengetahui riwayat alamiah demam berdarah dengue

8. Untuk mengetahui upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit demam

berdarah dengue

9. Untuk mengetahui komplikasi penyakit demam berdarah dengue

D. Manfaat Tulisan

1. Manfaat teoretis

Hasil dari penyusunan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat

kepada semua pihak, untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai

demam berdarah dengue

2. Manfaat praktis

Hasil dari penyusunan makalah ini dapat digunakan acuan untuk

menurunkan angka kejadian demam berdarah dengue

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Demam Berdarah Dengue

Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhaege Fever

(DHF) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengu dan disebarkan

oleh nyamuk Aedes Aegypti yang disertai manifestasi perdarahan dan cenderung

menimbulkan shock dan kematian. Variadi DBD sangat luas, mulai dari tanpa

menimbulkan gejala, demam ringan yang tidak spesifik, demam dengue, demam

berdarah dengue hingga paling berat yaitu DSS atau dengu shock syndrome

(Misnadiarly, 2009). Virus dengue merupakan patogen penyebab penyakit demam

berdarah yang tersebar di sebagian besar daerah di Indonesia. Virus ini ditularkan

oleh serangga vektor yaitu beberapa spesies nyamuk kosmopolitan seperti Aedes

Aegypti, Aedes Albopictus dan beberapa jenis nyamuk lain. Infeksi virus dengue

dapat menunjukkan gejala demam yang disertai syok dan menifestasi yang tidak

biasa seperti ensefalopati, kardiomiopati, dan liannya (Aryati, 2017).

Sedangkan menurut Frida (2019), demam berdarah dengue merupakan

salah satu dari jenis arbovirus. Arbovirus artinya virus yang ditularkan melalui

gigitan artropoda, seperti nyamuk. Jika nyamuk ini menghisap darah manusia

yang sedang dalam viremi, virus akan berkembang biak dalam tubuh nyamuk

sampai masa inkubasi. Kemudian nyamuk akan menularkan ke manusia melalui

gigitannya. Penyakit ini merupakan penyakit yang berbahaya karena infeksinya

dapat berakibat fatal yaitu merenggut nyawa dalam waktu singkat.

5
E. Sejarah Demam Berdarah Dengue

Nyamuk Aedes Aegypti pertama kali ditemukan oleh seorang ahli mesir.

Nyamuk ini semula dijuluki nyamuk mesir. Tetapi Dyas 1912 dan Christophus

tahun 1960 mengatakan nyamuk ini berasal dari Afrika timur yang menyebar ke

arah timur dan barat ke kawasan tropis dan subtropis. Namun tahun 1970 muncul

pendapat berbeda yaitu Faust Russel dan Yung menemukan fakta bahwa spesies

nyamuk Aedes Aegypti banyak terdapat di Madagaskar, Irian (Papua) Australia

Utara, Filipina dan Hawai.

Demam Berdarah Dengue yang mewabah di Asia Tenggara, mula mula

muncul di Filipina pada tahun 1953yang disertai perdarahan dan renjatan

menyerang anak-anak. Pada tahun 1958 penyakit demam berdarah dengue muncul

di Bangkok (Thailand), Hanoi (Vietnam Utara). Selanjutnya malaysia pun

terjangkit penyakit ini tahun 1962 dan 1964. Di Indonesia, demam berdarah

dengue pertama kali muncul di Surabaya tahun 1968. Kemudian penyakit ini

berturut-turut mewabah di Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta. Dari tahun 1968

hingga 1972, demam berdarah dengue menyerang masyarakat yang berada di

Pulau Jawa. Epidemi pertama di luar pulau jawa terjadi di Sumatra Barat dan

Lampung (1972), disusul epidemi di Riau, Bali, dan Sulawesi Utara (1973).

Epidemi demam berdarah dengue berikutnya di NTB dan Kalimantan Selatan

pada tahun 1974. Sementara itu pada tahun 1975 dilaporkan bahwa 20 provinsi di

Indonesia telah terjangkit epidemi demam berdarah dengue. Sampai dengan tahun

1981, demam berdarah telah tersebar di seluruh provinsi yang ada di Indonesia

(Ginanjar, 2008).

6
F. Insiden dan Prevalensi Demam Berdarah Dengue

Insidensi demam dengue semakin meningkat setiap tahunnya. Sebanyak

390 juta kasus infeksi virus dengue yang dilaporkan setiap tahunnya di seluruh

dunia. Sekitar 96 juta kasus demam dengue memiliki gejala yang signifikan.

Kasus dengue pada dua dekade terakhir juga dilaporkan meningkat sebesar 8 kali

lipat. Keadaan epidemi dengue umumnya terjadi pada benua Amerika, Asia,

Afrika, dan Australia. Serotipe virus dengue yang menyebabkan demam dengue

selalu berubah setiap kejadian luar biasa.

Menurut data Kemenkes (2020) insidensi DF di Indonesia meningkat

secara signifikan dalam lima dekade terakhir. Insidensi demam berdarah dengue

(DBD) atau dengue haemorrhagic fever (DHF) di Indonesia per Juli 2020

dilaporkan sebesar 71.633 kasus. Jumlah kasus terbanyak adalah di Jawa Barat

diikuti dengan Bali dan Jawa Timur, yaitu 10.722, 8.930, dan 5.948 kasus. Pada

tahun 2018 dan 2019, insidensi DBD berjumlah 65.602 dan  138.127 kasus.

Dibandingkan dengan tahun 2018, kasus DBD meningkat secara signifikan.

Seluruh serotipe virus dengue ditemukan di Indonesia. Namun, DENV-3 (46,8%)

dan DENV-1 (26,1%) ditemukan paling banyak tersebar di Indonesia. Berbeda

pada daerah Surabaya, dimana DENV-2 merupakan serotipe paling banyak

ditemukan

Sekitar 960‒4.032 kasus kematian akibat DHF di dunia dilaporkan pada

periode tahun 2000‒ 2015. Mortalitas demam dengue yang tidak diobati adalah

sekitar 10‒20%. Namun apabila diobati, mortalitas dapat menurun sampai <1%.

Case fatality rate (CFR) demam dengue ditemukan semakin menurun setiap

tahunnya. CFR DHF di Indonesia menurun dari tahun 2018 ke 2019, yaitu 0,71%

7
menjadi 0,67%. Pada tahun 2018, dilaporkan 919 kasus kematian akibat DHF di

Indonesia

G. Identifikasi Host, Agent & Environment

Menurut WHO, faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit

DBD, antara lain faktor host, lingkungan (environment), dan faktor virusnya

sendiri. Menurut Iswari (2008), faktor host yaitu kerentanan (susceptibility) dan

respon imun. Faktor lingkungan (environment) yaitu kondisi geografis (ketinggian

dari permukaan air laut, curah hujan, kecepatan angin, kelembaban udara, musim),

kondisi geografis ini juga dipengaruhi oleh kondisi demografis (kepadatan

penduduk, mobilitas penduduk, perilaku, adat istiadat, dan sosial ekonomi

penduduk).

1. Faktor Host (Penjamu)

Host (Penjamu) yang dimaksud adalah penderita penyakit DBD. Faktor

host (penjamu) antara lain umur, ras, sosial ekonomi, cara hidup, status

perkawian, hereditas, nutrisi dan imunitas (Putri, 2009)

a. Beberapa penelitian yang telah dilakuakn menunjukan bahwa kelompok

umur yang paling banyak diserang DBD adalah kelompok <15 tahun,

yang sebagianbesar merupakan usia sekolah.

b. Kondisi sosial ekonomi akan mempengaruhi perilaku manusia dalam

mempercepat penularan penyakit DBD, seperti kurangnya pendingin

ruangan (AC) di daerah tropis membuat masyarakat duduk-duduk diluar

rumah pada pagi dan sore hari. Waktu pagi dan sore tersebut merupakan

saat nyamuk Aedes aegypti mencari mangsanya.

8
c. Tingkat kepadatan penduduk. Penduduk yang padat akan memudahkan

penularan DBD karena berkaitan dengan jarak terbang nyamuk sebagai

vektornya. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian

epidemi DBD banyak terjadi pada daerah yang berpenduduk padat.

d. Imunitas adalah daya tahan tubuh terhadap benda asing atau sistem

kekebalan. Jika sistem kekebalan tubuh rendah atau menurun, maka

dengan mudah tubuh akan terserang penyakit.

e. Status gizi diperoleh dari nutrisi yang diberikan. Secara umum

kekurangan gizi akan berpengaruh terhadap daya tahan dan respons

imunologis terhadap penyakit

2. Faktor Agent (Penyebab)

Agent (penyebab penyakit) yaitu semua unsur atau elemen hidup dan mati

yang kehadiran atau ketidakhadirannya, apabila di ikuti dengan kontak yang

efektif dengan manusia rentan dalam keadaan yang memungkinkan akan menjadi

stimulus untuk mengisi dan memudahkan terjadinya suatu proses penyakit. Dalam

hal ini yang menjadi agent dalam penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue

(DBD) adalah virus Dengue (Fitriyani, 2007).

3. Faktor Environment (Lingkungan)

Faktor lingkungan yang diklasifikasikan atas empat komponen yaitu

lingkungan fisik, lingkungan kimia, lingkungan biologi dan lingkungan sosial.

a. Lingkungan fisik

1) Curah hujan

Curah hujan mempunyai kontribusi dalam tersedianya habitat

vektor. Curah hujan akan menambah genangan air sebagai tempat

9
perindukan nyamuk. Pengaruh curah hujan terhadap vektor bervariasi,

tergantung pada jumlah curah hujan, suhu udara, kelembaban udara,

frekuensi hari hujan, keadaan geografis dan tempat penampunan air yang

merupakan sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk. Pada beberapa

tempat penyakit Dengue datang sebelum tiba musim hujan dan

meningkat saat peralihan musim

2) Kelembaban Udara

Kelembaban udara merupakan faktor yang membatasi bagi

pertumbuhan, penyebaran dan umur nyamuk. Hal ini erat kaitannya

dengan sistem pernafasan trakea, sehingga nyamuk sangat rentan

terhadap kelembaban rendah. Spesies nyamuk yang mempunyai habitat

hutan lebih rentan terhadap perubahan kelembaban dari pada spesies

yang mempunyai habitat iklim kering

3) Temperatur Udara

Temperatur udara merupakan salah satu pembatas antara

penyebaran hewan. Suhu berpengaruh pada daur hidup, kelangsungan

hidup, pertumbuhan dan perkembangannya. Adaptasi suatu spesies

terhadap keadaan suhu udara yang tinggi dan rendah akan mempengaruhi

sebaraan geografis spesies tersebut.

4) Kecepatan Angin

Kecepatan angin secara tidak langsung mempengaruhi suhu udara

dan kelembaban udara. Pengaruh langsung dari kecepatan angin yaitu

kemampuan terbang. Apabila kecepatan angin 11-14 m/detik akan

10
menghambat aktivitas terbang nyamuk. Nyamuk Aedes aegypti

mempunyai jarak terbang paling efektif 50-100 mil atau 81-161 km

5) Sinar Matahari

Pada umumnya sinar matahari berpengaruh terhadap aktivitas

nyamuk dalam mencari makan dan beristirahat. Spesies nyamuk

mempunyai variasi dalam pilihan intensitas cahaya untuk aktivitas

terbang, aktivitas mengigit dan pilihan tempat istirahat (Fitriyani, 2007).

6) Ketinggian Tempat

Nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor penyakit DBD hidup pada

ketinggian 0-500 meter dari permukaan dengan daya hidup yang tinggi,

sedangkan pada ketinggian 1000 meter dari permukaan laut nyamuk

Aedes aegypti idealnya masih bisa bertahan hidup. Ketinggian 1000-

1500 meter dari permukaan laut pada daerah Asia Tenggara merupakan

batas penyebaran nyamuk Aedes aegypti.

b. Lingkungan Kimia

Air adalah materi yang sangat penting dalam kehidupan. Tidak ada

satupun makhluk hidup yang dapat hidup tanpa air. Air merupakan habitat

nyamuk pradewasa. Air berperan penting terhadap perkembangbiakan

nyamuk. Penyakit dapat dipengaruhi oleh perubahan penyediaan air. Salah

satu diantaranya adalah infeksi yang ditularkan oleh serangga yang

bergantung pada air (water related insect vector) seperti Aedes aegypti dapat

berkembangbiak pada air dengan pH normal 6,5-9

c. Lingkungan Biologi

11
Lingkungan biologi berpengaruh terhadap resiko penularan penyakit

menular. Hal yang berpengaruh antara lain jenis parasit, status kekebalan

tubuh penduduk, jenis dan populasi serta potensi vektor dan adanya predator

dan populasi hewan yang ada

d. Lingkungan Sosial Ekonomi

Secara umum faktor berkaitan dengan lingkungan sosial ekonomi adalah

sebagai berikut :

1) Kepadatan penduduk, akan mempengaruhi ketersedian makanan dan

kemudahan dalam penyebaran penyakit.

2) Kehidupan sosial seperti perkumpulan olahraga, fasilitas kesehatan,

fasilitas pendidikan, fasilitas ibadah dan lain sebagainya.

3) Stratifikasi sosial berdasarkan tingkat pendidikan, pekerjaan, etnis

dan sebagainya.

4) Kemiskinan, biasanya berkaitan dengan malnutrisi, fasilitas yang

tidak memadai, secara tidak langsung merupakan faktor penunjang

dalam proses penyebaran penyakit menular.

5) Keberadaan dan ketersediaan fasilitas kesehatan.

H. Gejala Demam Berdarah Dengue

Demam dengue ditandai oleh gejala-gejala klinik berupa demam, nyeri

pada seluruh tubuh, ruam, pendarahan dan renjatan (shock). Gejala-gejala tersebut

dijelaskan sebagai berikut :

1. Demam

Demam yang terjadi pada infeksi virus dengue timbulnya mendadak,

tinggi (dapat mencapai 39-40oC) dan dapat disertai dengan menggigil. Demam

12
hanya berlangsung untuk 5-7 hari. Pada saat demamnya berakhir, sering kali

turunnya suhu badan secara tiba-tiba (lysis), disertai dengan berkeringat banyak,

dimana anak tampak agak loyo. Demam ini dikenal juga dengan istilah demam

biphasik, yaitu demam yang berlangsung selama beberapa hari sempat turun di

tengahnya menjadi normal kemudian naik lagi dan baru turun lagi saat penderita

sembuh

2. Nyeri seluruh tubuh

Dengan timbulnya gejala panas pada penderita infeksi virus dengue, maka

disusul dengan timbulnya keluhan nyeri pada seluruh tubuh. Pada umumnya yang

dikeluhkan berupa nyeri otot, nyeri sendi, nyeri punggung, nyeri ulu hati dan

nyeri pada bola mata yang timbul dalam kalangan masyarakat awam disebut

dengan istilah flu tulang.

3. Ruam

Ruam yang terjadi pada infeksi virus dengue dapat timbul pada saat awal

panas yang berupa (flushing) yaitu berupa kemerahan pada daerah muka, leher

dan dada. Ruam juga dapat timbul pada hari ke-4 sakit berupa bercak-bercak

merah kecil, seperti: bercak pada penyakit campak.

4. Pendarahan

Infeksi virus dengue terutama pada bentuk klinis Demam Berdarah

Dengue selalu disertai dengan tanda pendarahan. Tanda pendarahan tidak selalu

didapat secara spontan oleh penderita, bahkan pada sebagian besar penderita

muncul setelah dilakukan test tournique.

5. Renjatan disebabkan karena perdarahan atau kebocoran plasma kedaerah

ekstra vaskuler melalui kapiler darah yang rusak. Tanda-tanda renjatan yaitu :

13
a. Kulit terasa dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari, dan kaki.

b. Penderita menjadi gelisah

c. Sianosis di sekitar mulut

d. Nadi cepat, lemah, kecil sampai tak teraba

e. Tekanan nadi menurun (menjadi 20 mmHg atau kurang)

f. Tekanan darah menurun (tekanan sistolik menurun hingga 80 mmHg atau

kurang)

I. Faktor Resiko Demam Berdarah Dengue

Beberapa faktor resiko yang mempengaruhi kejadian Demam Berdarah

Dengue (DBD) sebagai berikut :

1. Faktor Lingkungan

a. Ketinggian Tempat

Variasi dari suatu ketinggian berpengaruh terhadap kepadatan nyamuk

Aedes Aegypti. Di Indonesia Aedes Aegypti dapat hidup pada ketinggian

kurang dari 1000 meter di atas permukaan air laut.

b. Curah Hujan

Hujan akan menambah genangan air sebagai tempat perindukan dan

menambah kelembaban udara. Temperatur dan kelembaban selama musim

hujan sangat kondusif untuk kelangsungan hidup nyamuk.

c. Ruang Gelap

Nyamuk Aedes Aegypti bersifat diurnal atau aktif pagi hingga siang

hari, nyamuk biasanya beristirahat pada benda-benda yang menggantung di

dalam rumah seperti gorden, kelambu, dan pakaian diruang yang gelap.

d. Kelembaban Udara

14
Umur nyamuk dipengaruhi oleh kelembaban udara. Kelembaban yang

rendah akan memperpendek umur nyamuk, Secara umum penilaian

kelembaban dalam rumah dengan menggunakan hygrometer. Menurut

indikator pengawasan perumahan, kelembaban udara yang memenuhi syarat

kesehatan dalam rumah adalah 40-70% dan kelembaban udara yang tidak

memenuhi syarat kesehatan adalah 70%.

e. Suhu

Nyamuk Aedes Aegypti dapat bertahan hidup pada suhu rendah, tetapi

metabolismenya menurun atau bahkan terhenti bila suhunya turun sampai

dibawah suhu kritis. Pada suhu yang lebih dari 35oC juga mengalami

perubahan dalam arti lebih lambat terjadinya proses fisiologis. Telur nyamuk

Aedes Aegypti di dalam air dengan suhu 20- 40oC akan menetas menjadi

jentik dalam wkatu 1-2 hari

f. Ventilasi

Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi, salah satunyayaitu

menjaga agar sirkulasi udara didalam rumah tersebut lancar. Kurangnya

ventilasi akan menyebabkan kurangnya O2 didalam rumah dan menyebabkan

kelembaban udara didalam ruangan baik.

g. Tempat Penampungan Air (TPA)

Tempat penampungan air yang menjadi tempat perkembangbiakan

nyamuk Aedes Aegypti dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1) Tempat penampungan air bersih (tempayan, bak mandi, bakWC, drum,

bak penampungan air, ember, dll)

15
2) Tempat penampungan air untuk keperluan tertentu (tempat minum hewan,

barang-barang bekas, vas bunga, dll)

3) Tempat penampungan air alami (lubang pohon, lubang batu, tempurung

kelapa, kulit kerang, potongan bambu)

h. Jarak Antar Rumah

Jarak antar rumah dapat mempengaruhi penyebaran nyamuk dari satu

rumah ke rumah yang lain

i. Kepadatan Hunian

Ketidakseimbangan antara luas rumah dengan jumlah penghuni akan

menyebabkan suhu didalam rumah menjadi tinggi dan hal ini dapat

mempercepat penularan DBD. Tidak padat hunian (memenuhi syarat ) adalah

jika luas >9 m2 per orang dan padat penghuni jika luas < 9 m2 per orang.

j. Ikan Pemakan Jentik

Yang termasuk lingkungan biologi seperti ada atau tidaknya

memelihara ikan pemakan jentik. Hal tersebut berpengaruh terhadap

kepadatan jentik di tempat penampungan air atau kontainer. Memelihara ikan

pemakan jentik misalnya ikan kepala timah, ikan gupi, ikan cupang/tempalo

dan lain-lain)

2. Faktor Prilaku

Perilaku seseorang yang diukur dari pengetahuan, sikap dan praktek dapat

dijelaskan sebagai berikut :

a. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu yang terjadi setelah orang

melakukan penginderaan suatu objek tertentu melalui pasca indera manusia.

16
Perilaku yang didasari oleh pengetahuan lebih langgeng daripada perilaku

yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan seseorang mengenai

praktek 3M yang terdiri dari praktek menguras tempat penampungan air

kurang dari seminggu sekali, praktek menutup tempat penampungan air, dan

praktek membuang atau mengubur barangbarang bekas yang dapat menjadi

tempat penampungan air sehingga dapat mempengaruhi keadaan jentik

nyamuk Aedes Aegypti

b. Sikap

Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup

terhadap sesuatu stimulus atau objek, manifestasi sikap tidak dapat langsung

dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang

tertutup.

c. Praktek

Praktek dipengaruhi oleh kehendak, sedangkan kehendak dipengaruhi

oleh sikap dan norma subjektif. Sikap sendiri dipengaruhi oleh keyakinan

oleh pendapat orang lain serta motifasi untuk menaati pendapat tersebut.

Media masa mempunyai peran sebagai penyampaian pesan layanan kesehatan

(PSN-3M dan penyakit DBD) melalui media masa seperti televisi, koran,

maupun radio diharapkan mampu merubah praktek dalam melakukan

pemberantasan dengue.

J. Riwayat Alamiah Penyakit

K. Upaya pencegahan dan Penanggulangan

L. Komplikasi Demam Berdarah Dengue

17
 

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan tulisan diatas dapat disimpulkan bahwa :

1. Konsep pemberdayaan (empowerment), pada intinya ditujukan guna

membantu klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan

menentukan tindakan yang ia lakukan terkait dengan diri mereka, termasuk

mengurangi efek hambatan pribadi dan social dalam melakukan tindakan.

lingkungannya. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa

percaya diri untuk menggunakan daya yang ia miliki, antara lain melalui

transfer daya dari lingkungannya.

2. Terdapat empat strategi untuk memberdayakan masyarakat pesisir yaitu

strategi fasilitatif, strategi edukatif, strategi persuasif, dan strategi kekuasaan

3. Terdapat tiga bentuk manajemen pengelolaan sumberdaya pesisir yaitu

pengelolaan sumberdaya perikanan berbasis masyarakat (PSPBM),

pengelolaan sumberdaya perikanan oleh pemerintah dan ko-manajemen

(integrasi PSPBM dan pengelolaan sumberdaya perikanan oleh pemerintah).

18
M. Saran

Berdasarkan tulisan makalah diatas penulis menyarankan bagi pelaku

kesehatan masyarakat pesisir khususnya sarjana kesehatan masyarakat lebih

banyak melakukan tindakan nyata yang berdampak pada masyarakat wilayah

pesisir seperti memberikan edukasi secara terus-menerus dan memberdayakan

masyarakat pesisis sehingga dapat berprilaku sehat.

DAFTAR PUSTAKA

Dharmawan Arya, Adiwibowo Soeryo, 2006, Ekologi Manusia, Departemen


Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Bogor. Fakultas Ekologi
Manusia IPB dan Sekolah Pascasarjana IPB.
Gunardi, Agung Sarwititi S, Purnaningsih Ninuk, Lubis Djuara P, 2006,
Pengantar Pengembangan Masyarakat, Departemen Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat. Bogor. Fakultas Ekologi Manusia IPB dan
Sekolah Pascasarjana IPB.
Nikijuluw, Victor PH. (2002). Rezim Pengelolaan Sumberdaya Perikanan.
Kerjasama Pusat Pemberdayaan dan Pembangunan Regional dengan PT
Pustaka Cidesindo. Jakarta.
PKSPL dan LIPI. (1998). Strategi Dasar Pembangunan Kelautan di Indonesia.
Kerjasama PKSPL IPB dan Proyek Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu
Karang Puslitbang Oseanologi LIPI.Jakarta.
Perkins, H.P., S. Radelet, D.R. Snodgrass, M. Gillis dan M. Roemer, 2001.
Economics of Development, Edisi ke-5, New York, W.W. Norton &
Company, Inc.
Sumardjo dan Saharudin, 2006, Tajuk Modul EP-523 : Metode-metode
Partisipatif dalam Pengembangan Masyarakat, Departemen Komunikasi
dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia IPB dan
Sekolah Pascasarjana IPB.
Susilo, S.B. 1999.  Perencanaan Perikanan Nasional dengan Pendekatan Model
dan Simulasi.  J. II. Pert. Indo. Vol. 8(2).
Aryati. (2017). Buku Ajar Demam Berdarah Dengue Tinjauan Laboratoris. Surabaya:
Airlangga University Press.

Collins-Dogrul, J. (2012). Pan American Health Organization. The Wiley-Blackwell


Encyclopedia of Globalization, (345).

19
https://doi.org/10.1002/9780470670590.wbeog449

Depkes RI. (2020). Demam Berdarah Dengue. Buletin Jendela Epidemiologi, 2.

Fitriyani. (2007). Penentuan wilayah rawan demam berdarah dengue di Indonesia dan
analisis pengaruh pola hujan terhadap tingkat serangan (studi kasus:kabupaten
Indramayu). Skripsi IPB Bogor. Retrieved from
https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/44566

Frida. (2019). Mengenal Demam Berdarah Dengue (DBD) (Sulistiono, ed.). Semarang:
Alprin.

Ginanjar, G. (2008). Apa Yang Dokter Anda Tidak Katakan Tentang Demam Berdarah.
Yogyakarta: B-First.

Irianto. (2013). Parasitologi Medis (Medical Parasitology ). Bandung: Alfabeta.

Iswari, L. (2008). Pemanfaatan Sistem Inferensi Fuzzy Dalam Pengolahan Peta Tematik
(Studi Kasus: Sistem Informasi Geografis Daerah Rawan Penyakit Demam
Berdarah). Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi (SNATI), (July), E-77-E-83.

Misnadiarly. (2009). Demam Berdarah Dengue (DBD). Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia.

Putri, B. R. (2009). Penyebaran Penyakit Demam Berdarah Dengue Berdasarkan


Variabilitas di Kota Padang dan Jakarta. Institut Pertanian Bogor. Retrieved from
https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/36838

WHO. (2019). No TitleΕΛΕΝΗ. Αγαη, 8(5), 55.

LAMPIRAN

ANGGOTA KELOMPOK 1

20
N
NAMA LENGKAP NIM KELOMPOK
O
1 AFRIADI 29282056 1
2 M. Awalul Maryadi 20282101 1
3 Baiq Hamidah 20282113 1
4 Putri chahyani 20282134 1
5 Sri Zulfiana 20282116 1
6 Yuni rahmawati 20282020 1
I MADE PASEK DWI ANGGA SWABAWA
1
7 PUTRA 20282066
8 Baiq Dewi Asma susilawati 20282126 1
9 Sri Rahmawati 20282087 1
10 Lili Suriati 20282123 1
11 Ruhyati 20282129 1
12 Toetio aswtamti 20282057 1
13 Leni Herawati 20282121 1
14 Zahrah mayanti 20282042 1
15 JUAINI EFENDI 20282051 1
16 m fiqqih imam 20282073 1
17 Aulia Rahma Sari 20282130 1
18 IDA AYU SWATHI ANTARI 20282023 1
19 Erdiawati 20282125 1
20 Arie Dwi Cahyanto 20282062 1

21

Anda mungkin juga menyukai