DISUSUN OLEH
TAHUN 2021/2022
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa senantiasa penulis ucapkan.
Atas rahmat dan karunia-Nya yang yang berupa iman dan kesehatan akhirnya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “ Dengue Hamoragi Fever
(DHF)” dibuat untuk melengkapi tugas mata kuliah kmb I.
Penulis
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
.
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan..............................................................................................22
3.2. Saran........................................................................................................22
3
BAB I
PENDAHULUAN
Incident Rate (IR) 59,02 per 100.000 penduduk dengan Case Fatality
Rate (CFR) 0,86%. Sedangkan di tahun 2009 jumlah Incident Rate (IR)
68,22 per 100.000 penduduk dengan Case Fatality Rate (CFR) 0,89%. Dan
pada tahun 2010 jumlah Incident Rate (IR) 65,70 per 100.000 penduduk
dengan Case Fatality Rate (CFR) 0,87% (Kemenkes RI, 2011).
Faktor kepadatan penduduk memicu tingginya kasus Dengue Hemorhagic
Fever, karena tempat hidup nyamuk hamper seluruhnya adalah buatan manusia
mulai dari kaleng bekas, ban bekas hingga bak mandi. Karena itu, 10 kota dengan
tingkat DBD paling tinggi. Seluruhnya merupakan ibukota provinsi yang padat
penduduknya. Data kementrian kesehatan ( Kemenkes ) Republik Indonesia
mencatat jumlah kasus Dengan Berdarah Dengue (DBD) pada tahun 2009
4
mencapai sekitar 150 ribu. Angka ini cendrung stabil pada tahun 2010, sehingga
kasus Demam Berdarah Dengue di Indonesia belum bisa dikatakan berkurang.
Demikian juga dengan tingkat kematiannya, tidak banyak berubah dari 0,89%.
Pada tahun 2009 menjadi 0,87% pada tahun 2010. Berarti ada sekitar 1.420
korban tewas akibat Demam Berdarah Dengue pada 2009 dan sekitar 1.317
korban tewas pada tahun 2010. ( pramudiarja, 2011 ).
Dinas Kesehatan Sumatra Barat melaporkan bahwa kota Padang merupaka
kota tertinggi angka kejadian demam berdarah dengue di Sumatra Barat,
dilaporkan pada tahun 2014 angka kejadian DBD yaitu 666 kasus dan meningkat
pada tahun 2015 yaitu 830 kasus DBD (Dinkes Sumbar, 2016) Berdasarkan data
dari Dinas Kesehatan Kota Padang penduduk Kota Padang tahun 2016 dengan
jumlah penduduk 1.001.396 jiwa, ditemukan penderita
Demam Berdarah Dengue (DBD) sebanyak 930 kasus pada tahun 2016.
Dari 11 kecamatan dikota padang ditemukan daerah tertinggi kejadian demam
berdarah dengue (DBD) adalah kecamatan Kuranji dengan 168 ditahun 2015 dan
201 di tahun 2016 kasus dan kejadian terendah adalah kecamatan Bungus dengan
11 kasus ditahun 2015 dan 20 kasus ditahun 2016 (Dinas Kesehatan Kota Padang,
2016). Jika ditinjau dari data ke- 3 puskesmas yang ada di kecamatan Kuranji
puskesmas belimbing mengalami angka kejadian tertinggi penyakit DBD yaitu
tahun 2016 sebanyak 104 kasus, dimana tahun sebelumnya 2015 yaitu 59 kasus,
meningkat ditahun 2016. Dan puskesmas terendah terdapat di puskesmas Bungus
Selatan tahun 2016 yaitu 20 kasus, dimana sebelumnya tahun 2015 yaitu 42 kasus,
tahun 2015 adalah angka tertinggi kejadian DBD di puskesmas bungus,
kecamatan Bungus. Komplikasi dari DHF adalah ensafalopatif, perdarahan
intracranial, pneumonia, syok, perdarahan otak,hidrasi berlebihan, hernia batang
otak, dan sepsis.
5
Anak RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2017 jumlah kasus Dengue
Hemorhagic Fever ( DHF ) sebanyak 17 kasus, pada tahun 2018 terdapat kasus
sebanyak 18 kasus dan pada tahun 2019 dari januari sampai april terdapat kasus
sebanyak 8 kasus.
yang lebih lanjut. Banyak sekali efek buruk yang terjadi pada penyakit DHF, oleh
karena itu penting sekali perawat dalam memberikan informasi tentang DHF.
Selain itu peran perawat adalah sebagai advokat pasien memberikan pelayanan
sesuai standar yang harus di berikan kepada pasien. Dan juga sebagai
sebagai fasilitator, peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim
kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain berupaya
sehingga penulis tertarik membuat karya tulis ilmiah dengan judul “ Asuhan
6
3. Bagaimana pemeriksaan penunjang DHF?
4. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien DHF?
1.3 Tujuan
7
BAB II
PEMBAHASAN
Demam Dengue Fever ( DHF ) atauu DBD adalah pnyakit infeksi yang
dsebabkan olehvirus dngue mnifestasi klinisdemam, nyeriotot tau nyeri sendi
yang disertai leukpenia, ruam,limfadenopati, trombosit opnia dandiathesis
hmoragic. Pada DBD trjadi prembesan lasma yang ditandai dngan hmokonsentrasi
(peningkatan hematocrit) atau penumpukan cairann dirongga tubuh. Sindrom
renjatan dengue (dengue syoksyndrome) adalah demam berdarah yng ditandai leh
rinjatan/syokk (Sudowo et al, 2009).
DBD dalah suatuu penyakit yang disebabkan leh virus dengue (arbovirus)
yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegepty (suriadi & rita
yuliani, 2010). Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit demam kuat
yang
ditandai dngan empat gejala klnis utama yaitu demam tinggi, perdarahan,
hepatomegali, dan tanda kegagalan sirkulasi sampai timbul rejatan (sndrom
rejatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran plsma yang dapat menyebabkan
kematian (Padila, 2013).
2.2 Patofisiologi
8
mengakibatkan seseorang mengalami kegagalan sirkulasi. Adanya kebcoran
plasma ini jika tidak segera di tangani dapat menyebabkan hipokisia jaringan,
asidosis metabolik yang pada akhirnya dapat berakibat fatal yaitu kematian.
Virmia juga menimbulkan agresi trombosit dalam darah sehingga menyebabkan
trombositopeni yang berpengaruh pada proses pembekuan 15 darah.
Purubahan fungsioner pembuluh darah akibat kebocoran plasma yng berakhir
pada perdarahan, baik pada jaringan kulit maupun saluran cerna biasanya
menimbulkan tanda seprti munculnya pura-pura, ptekie, hematemesis, atapun
melena.
9
Cukupi cairan tubuh dengan banyak minum untuk menghindari dehidrasi.
Penuhi kebutuhan nutrisi dengan makanan yang sehat untuk mendukung
proses penyembuhan.
Istirahat yang cukup.
Konsumsi paracetamol untuk meredakan demam. Namun, hindari
penggunaan aspirin atau obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), terutama
pada anak-anak, karena dapat memperparah perdarahan atau memicu
sindrom Reye.
Hindari gigitan nyamuk untuk mengurangi risiko penularan lebih lanjut.
Gunakan obat nyamuk losion atau kelambu di kamar.
1. Identitas Pasien
2. Keluhan Utama
10
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil
antara hari ke-3 sampai ke-7, dan anak semakin lemah. Kadang-kadang
nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya
Penyakit apa saja yang pernah diderita pada DHF, anak bisa mengalami
6. Riwayat imunisasi
anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila
kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang
11
mencukupi, maka anak akan mengalami penurunan berat badan sehingga
8. Kondisi lingkungan
kamar).
9. Pola kebiasaan
c. Eliminasi urine (buang air kecil) perlu dikaji apakah sering kencing,
hematuria.
12
f. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk
menjaga kesehatan.
kulit.
2) Tanda-tanda vital (TTV) Tekanan nadi lemah dan kecil (gradeIII), nadi
13
5) Hidung : Hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada
gradeII,III, IV.
6) Telinga tidak ada perdarahan pada telinga, simetris, bersih tidak ada
7) Mulut
pharing.
pembesaran
9) Dada / thorak
Per : Bunyi redup karena terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru
10) Abdomen
14
11) Sistem integument
antara sistolik dan diastolic pada alat ukur yang dipasang pada tangan.
13) Ekstremitas
Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi serta tulang. Pada kuku
sianosis/tida
rendah.
15
• SGOT / SGPT mungkin meningkat.
B. Diagnosa Keperawatan
16
C. INTERVENSI ( RENCANA KEPERAWATAN )
Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
1. Hipovolemia berhubungan dengan Setelah dilakukan Manajemen hipovolemia Observasi
kehilangan cairan aktif ditandai tindakan keperawatan 1 x 24 :
dengan mukosa bibir kering jam diharapkan hipovolemia Periksa tanda dan gejala
terpenuhi. Kriteria Hasil : hipovolemik ( tekanan darah
Status Cairan menurun, membrane mukosa
• Turgor kulit kering, hematocrit meningkat )
• Perasaan lemah - Monitor intake dan output cairan
• Keluhan haus Terapeutik :
• Tekanan darah - Hitung kebutuhan cairan
• Intake cairan membaik - Berikan posisi modified
• Suhu tubuh trendelenburg
- Berikan asupan cairan oral
Edukasi :
- Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
- Anjurkan menghindari perubahan
posisi mendadak Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian cairan IV
17
isotonis ( misalnya : NaCl, RL )
- Kolaborasi pemberian cairan IV
hipotonis ( missal : glukosa 2,5%,
NaCl 0,4% )
- Kolaborasi pemberian cairan koloid (
miosal : albumin,
plasmanate )
- Kolaborasi pemberian
produk darah
Pemantauan cairan Observasi :
- Monitor status hidrasi ( mis.
Frekuensi nadi, kekuatan nadi, akral,
pengisian kapiler, kelembaban
mukosa, turgor kulit,
tekanan darah )
- Monitor berat badan
- Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium ( mis. MAP, CVP,
PAP, PCWP jika tersedia )
Terapeutik :
- Catat intake-output dan hitung balans
cairan 24 jam
- Berikan asupan cairan,
sesuai
kebutuhan
- Berikan cairan intravena,
jika perlu
Kolaborasi :
18
- Kolaborasi pemberian
diuretik,
jika perlu
2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan Setelah dilakuan Manajemen nutrisi Observasi
psikologis (keengganan untuk tindakan keperawatan 1 x 24 :
makan) makanan ditandai dengan jam diharapkan ketidakseimbangan - Identifikasi status nutrisi
berat badan menurun nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh - Identifikasi alergi dan intoleransi
terpenuhi. Kriteria Hasil : makanan
Status Nutrisi - Identifikasi makanan yang disukai
• Porsi makanan yang dihabiskan - Identifikasi kebutuhan kalori dan
sedang jenis nutrient
• Frekuensi makan - Identifikasi perlunya penggunaan
• Nafsu makan cukup membaik selang nasogastric
• Mermban mukosa sedang - Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan
- Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium Terapeutik :
- Lakukan oral hygiene, jika perlu
- Fasilitasi menentukan pedoman
dier ( mis. Piramida makanan )
19
- Sajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
- Berikan makanan tinggi serat untuk
menjegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
- Berikan suplemen makanan, jika perlu
- Hentikan pemberian makan melalui
selang nasogatrik jika asupan oral
dapat ditoleransi
- Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi Edukasi :
- Anjurkan posisi duduk jika mampu
- Anjurkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan ( mis. Pereda
nyeri, antiemetic ), jika perlu
- kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan
20
Pemantauan nutrisi
Observasi :
- Identifikasi factor yang
mempengaruhi asupan gizi ( mis.
Pengetahuan, ketersediaan
makanan, agama/kepercayaan,
budaya, mengunyah tidak adekuat,
gangguan menelan, penggunaan
obat-obatan atau pascaoperasi )
- Identikasi perubahan berat badan
- Identifikasi kelainan pada kulit
- Identintifikasi kelainan eliminas
( mis. Kering, tipis, kasar, dan
mudah patah )
- Identifikasi pola makan ( mis.
Kesukaan/ketidaksukaan makanan,
konsumsi makanan cepat saji,
makan terburu-buru )
- Identifikasi kelainan pada kuku
( mis. Diare, darah, lender, dan
eliminasi yang tidak teratur )
- Identifikasi kemampuan menelan
( mis. Fungsi motoric wajah, reflex
menelan, dan reflex gag )
21
- Identifikasi kelainan rongga mulut
( mis. Peradangan, gusi berdarah, bibir
kering dan retak, luka )
- Identifikasi kelainan eliminasi ( mis.
Diare, darah, lender. Dan eliminasi
yang tidak teratur )
- Monitor mual dan muntah
- Monitor asupan oral
- Monitor warna konjungtiva
- Monitor hasil laboratorium ( mis.
Kadar kolestrol, albumin serum,
transferrin, kreatinin, hemoglobin,
hematocrit, dan elektrolit darah )
Terapeutik :
- Timbang berat badan
- Ukur antropometrik komposisi tubuh
( mis. Indeks massa tubuh, pengukuran
pinggang, dan ukuran
lipatan kulit )
- Hitung perubahan berat badan
- Atur interval waktu pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien - Dokumentasi
hasil pemantauan Edukasi :
22
3. Defisit Pengetahuan berhubungan Setelah dilakukan Edukasi Kesehatan
dengan gangguan fungsi kognitif tindakan keperawatan 1 x 24 Observasi :
ditandai dengan kurang informasi jam diharapkan deficit pengetahuan - Identifikasi kesiapan dan
meningkat. kemampuan menerima informasi
Kriteria Hasil : - Identifikasi faktor-faktor yang
Tingkat Pengetahuan dapay meningkatkan dan
• Kemampuan menjelaskan menurunkan motivasi
pengetahuan tentang suatu perilaku hidup bersih dan
topik meningkat sehat Terapeutik :
• Pertanyaan tentang masal;ah - Sediakan materi dan media
yang dihadapi meningkat pendidikan kesehatan
- Jadwalkan pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
- Berikan kesempatan untuk
bertanya Edukasi :
- Jelaskan factor risiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
- Ajarkan perilaku hidup bersih dan
sehat
23
4. Resiko Perdarahan berhubungan Setelah dilakukan Pencegahan Perdarahan
dengan gangguaan koagulasi tindakan keperawatan 1 x 24 Observasi :
(penurunan trombosit) ditandai jam diharapkan tingkat perdarahan - Monitor tanda dan
dengan trombositopenia menurun . gejala perdarahan
Kriteria Hasil : - Monitor nilai hematocrit /
Tingkat Perdarahan hemoglobin sebelum dan sesudah
• Kelembapan membran kehilangan darah
mukosa - Monitor tanda dan gejala ortostatik
• Suhu tubuh meningkat - Monitor koagulasi (
• Hematokrit membaik mis.
Prothrombin time (PT), Partial
thromboplastin time (PTT),
fibrinogen, deradasi fibrin
dan/atau platelet ) Terapeutik
:
- Pertahankan bedrest
selama perdarahan
- Batasi tindakan invasive, jika perlu
- Gunakan kasur pencegah
decubitus
- Hindari pengukuran suhu rektal
24
Edukasi :
- Jelaskan tanda dan
gejala perdarahan
- Anjurkan menggunakan kaus kaki
saat ambulasi
- Anjurkan meningkatkan asupan
untuk menghindari konstipasi
- Anjurkan menghindari aspirin atau
antikoagulan
- Anjurkan meningkatkan asupan
makanan dan vitamin K
- Anjurkan segera melapor jika
terjadi perdarahan Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian obat
pengontrol perdarahan, jika perlu
- Kolaborasi pemberian
produk
darah, jika perlu
- Kolaborasi pemberian
pelunak
tinja
5. Hipertermi berhubungan dengan Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia
proses infeksi virus dengue tindakan keperawatan 1 x 24 Observasi :
jam diharapkan hipertermi membaik. - Identifikasi penyebab hipertemia
Kriteria Hasil : ( mis. Dehidrasi, terpapar
25
Termoregulasi lingkungan panas, penggunaan
• Menggigil incubator )
• Kulit merah - Monitor suhu tubuh
• Kejang - Monitor kadar elektrolit
• Pucat - Monitor haluan urine
• Suhu tubuh - Monitor komplikasi akibat
hipertermia Terapeutik :
• Tekanan darah
- Sediakan lingkungan yang dingin
- Longgarkan atau lepaskan pakaian
- Basahi dan kipasi permukaan
tubuh
- Berikan cairan oral
- Ganti linen setiap hari atau lebih
sering jika mengalami
hyperhidrosis ( keringat berlebihan
)
- Lakukan pendinginan eksternal
( mis. Seliput hipotermia atau
kompres dingin di dahi, leher,
dada, abdomen, aksila )
- Hindari pemberian antipiretik atau
aspirin
- Berikan oksigen jika perlu
Edukasi :
- Anjurkan tiring baring Kolaborasi
:
- Kolaborasi pemberian
26
cairan
elektrolit intravena, jika perlu
6. Intoleransi aktivitas berhubungan Setelah dilakukan Manajemen energi
dengan kelemahan fisik tindakan keperawatan 1 x 24 Observasi :
jam diharapkan intoleransi aktivitas - Identifikasi gangguan fungsi tubuh
meningkat. yang mengakibatkan kelelahan
Kriteria Hasil - Monitor kelelahan fisik
Toleransi aktivitas dan emosional
• Frekuensi nadi - Monitor pola dan jam tidur
• Kemudahan dalam - Monitor lokasi dan
melakukan aktivitas ketidaknyamanan selama
seharihari melakukan aktivitas Terapeutik
:
- Sediakan lingkungan nyaman dan
rendah stimulus ( mis. Cahaya,
suara, kunjungan )
- Lakukan latihan rentang gerak
pasif atau aktif
- Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
- Fasilitasi duduk di sisi tempay
27
tidur, jika tidak dapat berpindah
atau berjalan Edukasi :
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
- Anjurkan menghubungi perawatb jika
tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
- Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan Kolaborasi :
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan
28
D. Implementasi Keperawatan
oleh perawat maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien dalam
2011).
E. Evaluasi
jenis yaitu :
29
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue (arbovirus) yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes
aegepty (suriadi & rita yuliani, 2010). Yang ditandai dengan empat gejala klinis
sirkulasi sampai timbul rejatan (sindrom rejatan dengue) sebagai akibat dari
30
DAFTAR PUSTAKA
Adriana, D. 2013. Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain pada Anak. Jakarta :
Salemba Medika
Aini. Kasiati. Rahayu. Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Balita Yang dirawat Inap Di
Medika.
31