Anda di halaman 1dari 31

KMB (KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH) 1

MAKALAH DAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGUE HAMORAGI


FEVER (DHF)

DISUSUN OLEH

CINDY NURUL FARADILLA_202001006

PROGRAM STUDI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

WIDYA NUSANTARA PALU

TAHUN 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa senantiasa penulis ucapkan.
Atas rahmat dan karunia-Nya yang yang berupa iman dan kesehatan akhirnya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “ Dengue Hamoragi Fever
(DHF)” dibuat untuk melengkapi tugas mata kuliah kmb I.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen mata kuliah kmb I,


bapak Dr. Tigor H. Situmorang, MH.,M.Kes yang telah membimbing
penyelesaian makalah. Penulis juga berterima kasih kepada pihak yang
mendukung penulisan makalah.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan


dan keterbatasan baik dari segi penulisan maupun isi di dalamnya. Untuk itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya
membangun, sangat diharapkan oleh penulis dalam pembuatan makalah
selanjutnya.

Palu, 17 Oktober 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................i

DAFTAR ISI ......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.........................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah .................................................................................2
1.3 Tujuan Pembahasan.................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Dengue Hamoragi Fever (DHF)……………………………4


2.2 Patofisiologi.............................................................................................5
2.3 Pemeriksaan Penunjang...........................................................................7
2.4 Cara Pengobatan......................................................................................8
2.5 Asuhan Keperawatan…………………………………………………...11

.
BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan..............................................................................................22
3.2. Saran........................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................23

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hak fundamental setiap individu yang ditanyakan secara global dlm


konstitusi WHO merupakan kesehatan, pada decate terakhir telah disepakati
komitmen global Millenium Development Goals ( MDGs ) yang penyatakan
pembangunan kesehatan adalah pangkal kecerdasan, produktivitas dan
kesejahteraan manusia serta Kementrian Kesehatan telah menetapkan visi.

Masyarakat Sehat Yang Mandiri dan Berkeadilan ( Kemenkes, 2011 )

Mufidah (2012), berdasarkan data World Health Organization (WHO),


diperkirakan 500.000 pasien DBD membutuhkan perawatan di rumah skit
dalam setiap tahunnya dan sebagian besar penderitanya adalah anakanak.
Ironisnya, sekitar 2,5% diantara pasien anak tersebut diperkirakan
meninggal dunia. Penyebaran penyakit DBD semakin besar ketika musim
hujan atau pancaroba tiba. Hampir bisa dipastikan terjadi peningkatan jumlah
masyarakat yang terjangkit DBD (Mufidah, 2012). Menurut data
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2008 jumlah

Incident Rate (IR) 59,02 per 100.000 penduduk dengan Case Fatality
Rate (CFR) 0,86%. Sedangkan di tahun 2009 jumlah Incident Rate (IR)
68,22 per 100.000 penduduk dengan Case Fatality Rate (CFR) 0,89%. Dan
pada tahun 2010 jumlah Incident Rate (IR) 65,70 per 100.000 penduduk
dengan Case Fatality Rate (CFR) 0,87% (Kemenkes RI, 2011).
Faktor kepadatan penduduk memicu tingginya kasus Dengue Hemorhagic
Fever, karena tempat hidup nyamuk hamper seluruhnya adalah buatan manusia
mulai dari kaleng bekas, ban bekas hingga bak mandi. Karena itu, 10 kota dengan
tingkat DBD paling tinggi. Seluruhnya merupakan ibukota provinsi yang padat
penduduknya. Data kementrian kesehatan ( Kemenkes ) Republik Indonesia
mencatat jumlah kasus Dengan Berdarah Dengue (DBD) pada tahun 2009

4
mencapai sekitar 150 ribu. Angka ini cendrung stabil pada tahun 2010, sehingga
kasus Demam Berdarah Dengue di Indonesia belum bisa dikatakan berkurang.
Demikian juga dengan tingkat kematiannya, tidak banyak berubah dari 0,89%.
Pada tahun 2009 menjadi 0,87% pada tahun 2010. Berarti ada sekitar 1.420
korban tewas akibat Demam Berdarah Dengue pada 2009 dan sekitar 1.317
korban tewas pada tahun 2010. ( pramudiarja, 2011 ).
Dinas Kesehatan Sumatra Barat melaporkan bahwa kota Padang merupaka
kota tertinggi angka kejadian demam berdarah dengue di Sumatra Barat,
dilaporkan pada tahun 2014 angka kejadian DBD yaitu 666 kasus dan meningkat
pada tahun 2015 yaitu 830 kasus DBD (Dinkes Sumbar, 2016) Berdasarkan data
dari Dinas Kesehatan Kota Padang penduduk Kota Padang tahun 2016 dengan
jumlah penduduk 1.001.396 jiwa, ditemukan penderita

Demam Berdarah Dengue (DBD) sebanyak 930 kasus pada tahun 2016.
Dari 11 kecamatan dikota padang ditemukan daerah tertinggi kejadian demam
berdarah dengue (DBD) adalah kecamatan Kuranji dengan 168 ditahun 2015 dan
201 di tahun 2016 kasus dan kejadian terendah adalah kecamatan Bungus dengan
11 kasus ditahun 2015 dan 20 kasus ditahun 2016 (Dinas Kesehatan Kota Padang,
2016). Jika ditinjau dari data ke- 3 puskesmas yang ada di kecamatan Kuranji
puskesmas belimbing mengalami angka kejadian tertinggi penyakit DBD yaitu
tahun 2016 sebanyak 104 kasus, dimana tahun sebelumnya 2015 yaitu 59 kasus,
meningkat ditahun 2016. Dan puskesmas terendah terdapat di puskesmas Bungus
Selatan tahun 2016 yaitu 20 kasus, dimana sebelumnya tahun 2015 yaitu 42 kasus,
tahun 2015 adalah angka tertinggi kejadian DBD di puskesmas bungus,
kecamatan Bungus. Komplikasi dari DHF adalah ensafalopatif, perdarahan
intracranial, pneumonia, syok, perdarahan otak,hidrasi berlebihan, hernia batang
otak, dan sepsis.

Berdasarkan dari data yang didapatkan dari pengkajian di ruanngan Inap

5
Anak RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2017 jumlah kasus Dengue

Hemorhagic Fever ( DHF ) sebanyak 17 kasus, pada tahun 2018 terdapat kasus

sebanyak 18 kasus dan pada tahun 2019 dari januari sampai april terdapat kasus

sebanyak 8 kasus.

Peran perawat terhadap penyakit DHF salah satunya adalah pemberi

informasi kepada penderita penyakit DHF, untuk menghindari kemungkinan efek

yang lebih lanjut. Banyak sekali efek buruk yang terjadi pada penyakit DHF, oleh

karena itu penting sekali perawat dalam memberikan informasi tentang DHF.

Selain itu peran perawat adalah sebagai advokat pasien memberikan pelayanan

sesuai standar yang harus di berikan kepada pasien. Dan juga sebagai

sebagai fasilitator, peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim

kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain berupaya

mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau

tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.

Berdasarkan latarbelakang yang telah penulis paparkan diatas dan mengingat

pentingnya pencegahan dan pemberantasan sarang nyamuk dan penyakit DHF,

sehingga penulis tertarik membuat karya tulis ilmiah dengan judul “ Asuhan

Keperawatan Pada An. D dengan DHF (Dengeu HaemorrhagicFever) di ruang

Inap Anak RSUD Achmad Mochtar

Bukittinggi Tahun 20019 ”

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan DHF?


2. Apa yang di maksud dengan patofisiologi DHF?

6
3. Bagaimana pemeriksaan penunjang DHF?
4. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien DHF?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Dapat memahami pengertian DHF


2. Untuk mengetahui patofisiologi DHF
3. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada DHF
4. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien DHF

7
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Dengue Hemoragi Fever (DHF)

Demam Dengue Fever ( DHF ) atauu DBD adalah pnyakit infeksi yang
dsebabkan olehvirus dngue mnifestasi klinisdemam, nyeriotot tau nyeri sendi
yang disertai leukpenia, ruam,limfadenopati, trombosit opnia dandiathesis
hmoragic. Pada DBD trjadi prembesan lasma yang ditandai dngan hmokonsentrasi
(peningkatan hematocrit) atau penumpukan cairann dirongga tubuh. Sindrom
renjatan dengue (dengue syoksyndrome) adalah demam berdarah yng ditandai leh
rinjatan/syokk (Sudowo et al, 2009).
DBD dalah suatuu penyakit yang disebabkan leh virus dengue (arbovirus)
yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegepty (suriadi & rita
yuliani, 2010). Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit demam kuat
yang
ditandai dngan empat gejala klnis utama yaitu demam tinggi, perdarahan,
hepatomegali, dan tanda kegagalan sirkulasi sampai timbul rejatan (sndrom
rejatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran plsma yang dapat menyebabkan
kematian (Padila, 2013).

2.2 Patofisiologi

Menurut Huda dan Kusuma 2015 Virus dengue masuk ke dalaam


tubuh manuusia akan menyebabkan klien mengalami viremia. Beberapa tanda
dan gejala yang muncul seperti demam, sakit kepla, mual nyeri, otot, pegal
seluruh tubuh, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin terjadi pada sistem
vaskuler. Pada penderita DBD, terdapat kerusakan yang umum pada sistem
vaskuler yang mengakibatkan terjadinya penngkatan permeabilitas dinding
pembuluh darah. Plsma dapat menembus dinding vaskuler selama proses
perjalanan penyakit, dari mulai demam hingga klieen mengalami renjatan
berat. Volume plasma dapat meniurun hingga 30%. Hal ini lah yang dapat

8
mengakibatkan seseorang mengalami kegagalan sirkulasi. Adanya kebcoran
plasma ini jika tidak segera di tangani dapat menyebabkan hipokisia jaringan,
asidosis metabolik yang pada akhirnya dapat berakibat fatal yaitu kematian.
Virmia juga menimbulkan agresi trombosit dalam darah sehingga menyebabkan
trombositopeni yang berpengaruh pada proses pembekuan 15 darah.
Purubahan fungsioner pembuluh darah akibat kebocoran plasma yng berakhir
pada perdarahan, baik pada jaringan kulit maupun saluran cerna biasanya
menimbulkan tanda seprti munculnya pura-pura, ptekie, hematemesis, atapun
melena.

2.3 Pemeriksaan penunjang


a) Darah
 Trombosit menurun
 Hb Meningkat lebih 20 %
 Ht Meningkat Lebih 20 %
 Leukosit menurun pada hari ke “ 2 dan ke 3 ”
 Protein darah rendah
 Ureum PH bias meningkat
 Na dan Cl rendah
b) Rontgen thorax
c) Uji tourniket ( Positif )

2.4 Cara pengobatan

Berdasarkan tingkat keparahan demam berdarah, pengobatan yang diberikan


kepada pasien dapat dibagi menjadi 2, yakni:Pengobatan demam dengue Tidak
ada metode khusus untuk menangani demam dengue. Pengobatan yang dilakukan
adalah untuk meredakan gejala dan mencegah infeksi virus semakin memburuk.

Dokter akan menganjurkan pasien untuk melakukan beberapa hal berikut:

9
 Cukupi cairan tubuh dengan banyak minum untuk menghindari dehidrasi.
 Penuhi kebutuhan nutrisi dengan makanan yang sehat untuk mendukung
proses penyembuhan.
 Istirahat yang cukup.
 Konsumsi paracetamol untuk meredakan demam. Namun, hindari
penggunaan aspirin atau obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), terutama
pada anak-anak, karena dapat memperparah perdarahan atau memicu
sindrom Reye.
 Hindari gigitan nyamuk untuk mengurangi risiko penularan lebih lanjut.
 Gunakan obat nyamuk losion atau kelambu di kamar.

Pengobatan demam berdarah dengue

Apabila demam dengue berkembang menjadi demam berdarah dengue,


pasien perlu dirujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan intensif.
Dokter akan memberikan cairan infus dan memantau pasien dengan ketat, mulai
dari denyut nadi, tekanan darah, hingga jumlah urin yang dikeluarkan oleh pasien.

2.5 Asuhan keperawatan


A. Pengkajian Keperawatan

1. Identitas Pasien

Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan

usia kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama

orang tua, pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.

2. Keluhan Utama

Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke rumah

sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.

3. Riwayat Penyakit Sekarang

10
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil

dan saat demam kesadaran composmentis. Turunnya panas terjadi

antara hari ke-3 sampai ke-7, dan anak semakin lemah. Kadang-kadang

disertai dengan keluhan batuk, pilek, nyeri telan, mual, muntah,

anoreksia, diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian,

nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya

manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade

III, IV), melena atau hematesis.

4. Riwayat penyakit dahulu

Penyakit apa saja yang pernah diderita pada DHF, anak bisa mengalami

serangan ulangan DHF dengan tipe virus yang lain.

5. Riwayat penyakit keluarga

Penyakit apa saja yang pernah di derita sama keluarga klien

6. Riwayat imunisasi

Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan

timbulnya komplikasi dapat dihindari

7. Riwayat gizi Status gizi anak menderita DHF dapat bervariasi.Semua

anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila

terdapat faktor predisposisinya.Anak yang menderita DHF sering

mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu makan menurun. Apabila

kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang

11
mencukupi, maka anak akan mengalami penurunan berat badan sehingga

status gizinya menjadi kurang.

8. Kondisi lingkungan

Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang

kurang bersih (seperti air yang mengenang dan gantungan baju di

kamar).

9. Pola kebiasaan

a. Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pentangan, nafsu makan

berkurang, dan nafsu makan menurun.

b. Eliminasi alvi (buang air besar). Kadang-kadang anak mengalami

diar/konstipasi. Sementara DHF pada Grade III-IV bisa terjadi melena.

c. Eliminasi urine (buang air kecil) perlu dikaji apakah sering kencing,

sedikit/banyak, sakit/tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi

hematuria.

d. Tidur dan istirahat. Anak sering mrngalami kurang tidur karena

mengalami sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kualitas dan

kuantitas tidur maupun istirahat kurang.

e. Kebersihan upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan

lingkungan cenderung terutama untuk membersihkan tempat sarang

nyamuk aedes aegypti.

12
f. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk

menjaga kesehatan.

10. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari

ujung rambut sampai jung kaki. Pemeriksaan fisik secara umum:

1) Grade I : kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda

vital dan nadi lemah.

Grade II : kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, ada

perdarahan spontan petekia, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi

lemah, kecil, dan tidak teratur.

Grade III : Kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi

lemah, kecil dan tidak teratur, serta tensi menurun. Grade IV :

Kesadaran koma, tanda-tanda vital nadi tidak teraba, tensi tidak

terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat, dan

kulit.

2) Tanda-tanda vital (TTV) Tekanan nadi lemah dan kecil (gradeIII), nadi

tidak teraba (grade IV), tekanan darah menurun ( sistolik menurun

sampai 80mmHg atau kurang), suhu tinggi (diatas 37,5oC)

3) Kepala : kepala bersih, ada pembengkakan atau tidak, Kepala terasa

nyeri, muka tampak kemerahan karena demam.

4) Mata Konjungtiva anemis

13
5) Hidung : Hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada

gradeII,III, IV.

6) Telinga tidak ada perdarahan pada telinga, simetris, bersih tidak ada

serumen, tidak ada gangguan pendengaran.

7) Mulut

Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi

perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokkan hyperemia

pharing.

8) Leher : Kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid tidak mengalami

pembesaran

9) Dada / thorak

I : Bentuk simetris, kadang-kadang tampak sesak.

Pal : Biasanya fremitus kiri dan kanan tidak sama

Per : Bunyi redup karena terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru

A : Adanya bunyi ronchi yang biasanya terdapat pada grade

III, dan IV.

10) Abdomen

I : Abdomen tampak simetris dan adanya asites.

Pal :Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali)

Per : Terdengar redup

A : Adanya penurunan bising usus

14
11) Sistem integument

Adanya petekia pada kulit spontan dan dengan melakukan uji

tourniquet. Turgor kuit menurun, dan muncul keringat dingin, dan

lembab. Pemeriksaan uji tourniket dilakukan dengan terlebih dahulu

menetapkan tekanan darah anak. Selanjutnya. diberikan 24 tekanan

antara sistolik dan diastolic pada alat ukur yang dipasang pada tangan.

Setelah dilakukan tekanan selama 5 menit, perhatikan timbulnya

petekie di bagian volarlenga bawah (Soedarmo,2008).

12) Genitalia Biasanya tidak ada masalah

13) Ekstremitas

Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi serta tulang. Pada kuku

sianosis/tida

14) Pemeriksaan Laboratorium

Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :

• Hb dan PCV meningkat (> dari 20 %).

• Trobositopenia (< dari 100.000/ml).

• Leucopenia (mungkin normal atau lekositosis).

• Ig. D. dengue positif.

• Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan :

hipoproteinemia, hipokloremia, dan hiponatremia.

• Urium dan pH darah mungkin meningkat.

• Asidosis metabolik : pCO2< 35 – 40 mmHg dan HCO3

rendah.

15
• SGOT / SGPT mungkin meningkat.

B. Diagnosa Keperawatan

a. Kekurangan volume cairan ( Hipovolemia ) berhubungan dengan

peningkatan permeabilitas kapiler ditandai dengan mukosa bibir kering

b. Defisit Nutrisi berhubungan dengan psikologis (keengganan untuk

makan) makanan ditandai dengan berat badan menurun.

c. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif

ditandai dengan kurang informasi

d. Resiko Perdarahan berhubungan dengan gangguaan koagulasi

(penurunan trombosit) ditandai dengan trombositopenia

e. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue ditandai

dengan suhu tubuh diatas nilai normal

f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai

dengan mengeluh lelah.

16
C. INTERVENSI ( RENCANA KEPERAWATAN )
Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
1. Hipovolemia berhubungan dengan Setelah dilakukan  Manajemen hipovolemia Observasi
kehilangan cairan aktif ditandai tindakan keperawatan 1 x 24 :
dengan mukosa bibir kering jam diharapkan hipovolemia Periksa tanda dan gejala
terpenuhi. Kriteria Hasil : hipovolemik ( tekanan darah
Status Cairan menurun, membrane mukosa
• Turgor kulit kering, hematocrit meningkat )
• Perasaan lemah - Monitor intake dan output cairan
• Keluhan haus Terapeutik :
• Tekanan darah - Hitung kebutuhan cairan
• Intake cairan membaik - Berikan posisi modified
• Suhu tubuh trendelenburg
- Berikan asupan cairan oral

Edukasi :
- Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
- Anjurkan menghindari perubahan
posisi mendadak Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian cairan IV

17
isotonis ( misalnya : NaCl, RL )
- Kolaborasi pemberian cairan IV
hipotonis ( missal : glukosa 2,5%,
NaCl 0,4% )
- Kolaborasi pemberian cairan koloid (
miosal : albumin,
plasmanate )
- Kolaborasi pemberian
produk darah
 Pemantauan cairan Observasi :
- Monitor status hidrasi ( mis.
Frekuensi nadi, kekuatan nadi, akral,
pengisian kapiler, kelembaban
mukosa, turgor kulit,
tekanan darah )
- Monitor berat badan
- Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium ( mis. MAP, CVP,
PAP, PCWP jika tersedia )
Terapeutik :
- Catat intake-output dan hitung balans
cairan 24 jam
- Berikan asupan cairan,
sesuai
kebutuhan
- Berikan cairan intravena,
jika perlu
Kolaborasi :
18
- Kolaborasi pemberian
diuretik,
jika perlu
2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan Setelah dilakuan  Manajemen nutrisi Observasi
psikologis (keengganan untuk tindakan keperawatan 1 x 24 :
makan) makanan ditandai dengan jam diharapkan ketidakseimbangan - Identifikasi status nutrisi
berat badan menurun nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh - Identifikasi alergi dan intoleransi
terpenuhi. Kriteria Hasil : makanan
Status Nutrisi - Identifikasi makanan yang disukai
• Porsi makanan yang dihabiskan - Identifikasi kebutuhan kalori dan
sedang jenis nutrient
• Frekuensi makan - Identifikasi perlunya penggunaan
• Nafsu makan cukup membaik selang nasogastric
• Mermban mukosa sedang - Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan
- Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium Terapeutik :
- Lakukan oral hygiene, jika perlu
- Fasilitasi menentukan pedoman
dier ( mis. Piramida makanan )

19
- Sajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
- Berikan makanan tinggi serat untuk
menjegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
- Berikan suplemen makanan, jika perlu
- Hentikan pemberian makan melalui
selang nasogatrik jika asupan oral
dapat ditoleransi
- Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi Edukasi :
- Anjurkan posisi duduk jika mampu
- Anjurkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan ( mis. Pereda
nyeri, antiemetic ), jika perlu
- kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan

20
 Pemantauan nutrisi
Observasi :
- Identifikasi factor yang
mempengaruhi asupan gizi ( mis.
Pengetahuan, ketersediaan
makanan, agama/kepercayaan,
budaya, mengunyah tidak adekuat,
gangguan menelan, penggunaan
obat-obatan atau pascaoperasi )
- Identikasi perubahan berat badan
- Identifikasi kelainan pada kulit
- Identintifikasi kelainan eliminas
( mis. Kering, tipis, kasar, dan
mudah patah )
- Identifikasi pola makan ( mis.
Kesukaan/ketidaksukaan makanan,
konsumsi makanan cepat saji,
makan terburu-buru )
- Identifikasi kelainan pada kuku
( mis. Diare, darah, lender, dan
eliminasi yang tidak teratur )
- Identifikasi kemampuan menelan
( mis. Fungsi motoric wajah, reflex
menelan, dan reflex gag )

21
- Identifikasi kelainan rongga mulut
( mis. Peradangan, gusi berdarah, bibir
kering dan retak, luka )
- Identifikasi kelainan eliminasi ( mis.
Diare, darah, lender. Dan eliminasi
yang tidak teratur )
- Monitor mual dan muntah
- Monitor asupan oral
- Monitor warna konjungtiva
- Monitor hasil laboratorium ( mis.
Kadar kolestrol, albumin serum,
transferrin, kreatinin, hemoglobin,
hematocrit, dan elektrolit darah )
Terapeutik :
- Timbang berat badan
- Ukur antropometrik komposisi tubuh
( mis. Indeks massa tubuh, pengukuran
pinggang, dan ukuran
lipatan kulit )
- Hitung perubahan berat badan
- Atur interval waktu pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien - Dokumentasi
hasil pemantauan Edukasi :

- Jelaskan tujuan prosedur


pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu

22
3. Defisit Pengetahuan berhubungan Setelah dilakukan  Edukasi Kesehatan
dengan gangguan fungsi kognitif tindakan keperawatan 1 x 24 Observasi :
ditandai dengan kurang informasi jam diharapkan deficit pengetahuan - Identifikasi kesiapan dan
meningkat. kemampuan menerima informasi
Kriteria Hasil : - Identifikasi faktor-faktor yang
Tingkat Pengetahuan dapay meningkatkan dan
• Kemampuan menjelaskan menurunkan motivasi
pengetahuan tentang suatu perilaku hidup bersih dan
topik meningkat sehat Terapeutik :
• Pertanyaan tentang masal;ah - Sediakan materi dan media
yang dihadapi meningkat pendidikan kesehatan
- Jadwalkan pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
- Berikan kesempatan untuk
bertanya Edukasi :
- Jelaskan factor risiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
- Ajarkan perilaku hidup bersih dan
sehat

- Ajarkan strategi yang dapat


digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat

23
4. Resiko Perdarahan berhubungan Setelah dilakukan  Pencegahan Perdarahan
dengan gangguaan koagulasi tindakan keperawatan 1 x 24 Observasi :
(penurunan trombosit) ditandai jam diharapkan tingkat perdarahan - Monitor tanda dan
dengan trombositopenia menurun . gejala perdarahan
Kriteria Hasil : - Monitor nilai hematocrit /
Tingkat Perdarahan hemoglobin sebelum dan sesudah
• Kelembapan membran kehilangan darah
mukosa - Monitor tanda dan gejala ortostatik
• Suhu tubuh meningkat - Monitor koagulasi (
• Hematokrit membaik mis.
Prothrombin time (PT), Partial
thromboplastin time (PTT),
fibrinogen, deradasi fibrin
dan/atau platelet ) Terapeutik
:
- Pertahankan bedrest
selama perdarahan
- Batasi tindakan invasive, jika perlu
- Gunakan kasur pencegah
decubitus
- Hindari pengukuran suhu rektal

24
Edukasi :
- Jelaskan tanda dan
gejala perdarahan
- Anjurkan menggunakan kaus kaki
saat ambulasi
- Anjurkan meningkatkan asupan
untuk menghindari konstipasi
- Anjurkan menghindari aspirin atau
antikoagulan
- Anjurkan meningkatkan asupan
makanan dan vitamin K
- Anjurkan segera melapor jika
terjadi perdarahan Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian obat
pengontrol perdarahan, jika perlu
- Kolaborasi pemberian
produk
darah, jika perlu
- Kolaborasi pemberian
pelunak
tinja
5. Hipertermi berhubungan dengan Setelah dilakukan  Manajemen Hipertermia
proses infeksi virus dengue tindakan keperawatan 1 x 24 Observasi :
jam diharapkan hipertermi membaik. - Identifikasi penyebab hipertemia
Kriteria Hasil : ( mis. Dehidrasi, terpapar

25
Termoregulasi lingkungan panas, penggunaan
• Menggigil incubator )
• Kulit merah - Monitor suhu tubuh
• Kejang - Monitor kadar elektrolit
• Pucat - Monitor haluan urine
• Suhu tubuh - Monitor komplikasi akibat
hipertermia Terapeutik :
• Tekanan darah
- Sediakan lingkungan yang dingin
- Longgarkan atau lepaskan pakaian
- Basahi dan kipasi permukaan
tubuh
- Berikan cairan oral
- Ganti linen setiap hari atau lebih
sering jika mengalami
hyperhidrosis ( keringat berlebihan
)
- Lakukan pendinginan eksternal
( mis. Seliput hipotermia atau
kompres dingin di dahi, leher,
dada, abdomen, aksila )
- Hindari pemberian antipiretik atau
aspirin
- Berikan oksigen jika perlu

Edukasi :
- Anjurkan tiring baring Kolaborasi
:
- Kolaborasi pemberian

26
cairan
elektrolit intravena, jika perlu
6. Intoleransi aktivitas berhubungan Setelah dilakukan  Manajemen energi
dengan kelemahan fisik tindakan keperawatan 1 x 24 Observasi :
jam diharapkan intoleransi aktivitas - Identifikasi gangguan fungsi tubuh
meningkat. yang mengakibatkan kelelahan
Kriteria Hasil - Monitor kelelahan fisik
Toleransi aktivitas dan emosional
• Frekuensi nadi - Monitor pola dan jam tidur
• Kemudahan dalam - Monitor lokasi dan
melakukan aktivitas ketidaknyamanan selama
seharihari melakukan aktivitas Terapeutik
:
- Sediakan lingkungan nyaman dan
rendah stimulus ( mis. Cahaya,
suara, kunjungan )
- Lakukan latihan rentang gerak
pasif atau aktif
- Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
- Fasilitasi duduk di sisi tempay

27
tidur, jika tidak dapat berpindah
atau berjalan Edukasi :
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
- Anjurkan menghubungi perawatb jika
tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
- Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan Kolaborasi :
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan

28
D. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan

oleh perawat maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien dalam

proses penyembuhan dan perawatan serta masalah kesehatan yang dihadapi

pasien yang sebelumnya disusun dalam rencana keperawatan (Nursallam,

2011).

E. Evaluasi

Menurut Nursalam, 2011 , evaluasi keperawatan terdiri dari dua

jenis yaitu :

a. Evaluasi formatif. Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana

evaluasi dilakukan sampai dengan tujuan tercapai

b. Evaluasi somatif , merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi

ini menggunakan SOAP.

29
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus

dengue (arbovirus) yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes

aegepty (suriadi & rita yuliani, 2010). Yang ditandai dengan empat gejala klinis

utama yaitu demam tinggi, perdarahan, hepatomegali, dan tanda kegagalan

sirkulasi sampai timbul rejatan (sindrom rejatan dengue) sebagai akibat dari

kebocoran plasma yang dapat menyebabkan kematian.

30
DAFTAR PUSTAKA

Adriana, D. 2013. Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain pada Anak. Jakarta :

Salemba Medika

Aini. Kasiati. Rahayu. Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Balita Yang dirawat Inap Di

Rumah Sakit. Jurnal Pendidikan Kesehatan, Volume , No 2, oktober 2015.


Ambarwati, Fitri Respati dan Nita Nasution. 2012. Buku Pintar Asuhan

Keperawatan Bayi dan Balita. Yogyakarta : Cakrawala Ilmu

Charnidah. A.N. 2012. Deteksi Dini Gangguan Pertumbuhan Dan Perkembangan

Anak. Yogyakarta. https://journal.uny.ac.id

Fadhillah Harif, 2018. SDKI ( Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia ). Jakarta

Hidayat.A.A.A. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba

Medika.

31

Anda mungkin juga menyukai