Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

LAPORAN PROBLEM BASED LEARNING PADA PASIEN DBD

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Medical Bedah 2

Yang di ampu oleh:

Iin Patimah, S.Kep.,Ners.,M.Kep

Disusun Oleh :

KELOMPOK 8

Sofiatil Qolbi (KHGA21004)

Muhammad Adifrienata (KHGA21017)

Septia Dwi Indarwati (KHGA21038)

Handoko Fauzi Rahman (KHGA21041)

TINGKAT 2A

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

STIKES KARSA HUSADA GARUT

T.A 2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan pembuatan
makalah sebagai tugas dari mata kuliah keperawatan medikal bedah 2 yang diampu oleh dosen
Iin Patimah, S.Kep.,Ners.,M.Kep dengan judul Laporan Problem Based Learning pada Pasien
DBD.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon
maaf yang sebesar-besarnya.

Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi
segala usaha kita. Aamiin.

Garut, 14 September 2022

ii
DAFTAR ISI
BAB 1.........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................................................1
1.2 Pertanyan Masalah..........................................................................................................................3
1.3 Tujuan..............................................................................................................................................3
1.4 Manfaat............................................................................................................................................3
BAB 2.........................................................................................................................................................4
TINJAUAN TEORI...................................................................................................................................4
2.1 Konsep DBD...............................................................................................................................4
2.2 Asuhan Keperawatan..............................................................................................................11
BAB 3.......................................................................................................................................................21
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................21
3.1 Mengapa demam dirasakan terus menerus?jelaskan mekanismenya?.....................................21
3.2 Mengapa timbul bintik merah di dada?jelaskan mekanismenya.............................................22
3.3 Apa saja jenis jenis dari demam?jenis demam apa yang tepat pada scenario ini....................22

iii
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue. Sampai saat ini, infeksi virus Dengue tetap menjadi masalah kesehatan di Indonesia.
Indonesia dimasukkan dalam kategori "A" dalam stratifikasi DBD oleh World Health
Organization (WHO) 2001 yang mengindikasikan tingginya angka perawatan rumah sakit
dan kematian akibat DBD, khususnya pada anak. Berdasarkan data Departemen Kesehatan
RI (2007) menunjukkan jika dibandingkan antara tahun 2006 dan tahun 2005 terdapat
peningkatan jumlah penduduk, provinsi dan kecamatan yang terjangkit penyakit ini, dengan
case fatality rate sebesar 1,01%. (Chen, 2009).

Menurut Achmadi (2010) demam berdarah dengue banyak ditemukan di daerah


tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama
dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968
hingga tahun 2009.World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai
negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara. Di Indonesia DBD telah menjadi
masalah kesehatan masyarakat selama 41 tahun terakhir. Sejak tahun 1968 telah terjadi
peningkatan persebaran jumlah provinsi dan kabupaten/kota yang endemis DBD, dari 2
provinsi dan 2 kota, menjadi 32 (97%) dan 382 (77%) kabupaten/kota pada tahun 2009.

Menurut Wiradharma (2009) Hal-hal yang menyebabkan masalah dalam kasus DBD
adalah angka kematian yang tinggi, penyebaran penyakit yang mudah meluas dan terutama
menyerang anak-anak. Pada DBD yang terlambat ditegakkan diagnosisnya sering berakibat
fatal.Masa kritis dari penyakit ini terjadi pada akhir fase demam yaitu pada Dengue Syok
Syndrome (DSS), karena pada saat itu terjadi penurunan suhu tubuh yang tiba-tiba dan
sering disertai dengan gangguan sirkulasi yang bervariasi dalam berat-ringanya. Pada kasus
dengan gangguan sirkulasi ringan perubahan yang terjadi minimal dan sementara, pada
kasus berat penderita dapat mengalami syok. Syok pada demam berdarah (DSS) merupakan
tanda kegawatan yang harus mendapat perhatian serius. Syok dapat terjadi dalam waktu

1
yang sangat singkat, pasien dapat meninggal dalam waktu 1224 jam atau sembuh cepat
setelah mendapat penggantian cairan yang memadai.

Apabila syok tidak dapat segera diatasi dengan baik, akan terjadi komplikasi yaitu
asidosis metabolik, perdarahan saluran cerna hebat atau perdarahan lain, hal ini pertanda
prognosis yang buruk (Depkes RI, 2004). Menurut Wiradharma (2009) angka kematian
kasus DBD pada penderita yang tidak dirawat dan diobati segera mencapai 50%, tetapi
angka tersebut menurun sampai 5% dengan tindakan yang cepat dan tepat, baik dalam
diagnosis maupun dalam penatalaksanaannya.

Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat, di Indonesia jumlah kasus DBD menunjukkan kecenderungan meningkat baik
dalam jumlah, maupun luas wilayah yang terjangkit dan secara sporadis selalu terjadi
Kejadian Luar Biasa (KLB) setiap tahun. Meningkatnya jumlah kasus serta bertambahnya
wilayah yang terjangkit DBD, disebabkan karena semakin baiknya sarana transportasi
penduduk, adanya pemukiman baru, kurangnya perilaku masyarakat terhadap pembersihan
sarang nyamuk (PSN), terdapatnya vektor nyamuk hampir di seluruh pelosok tanah air serta
adanya empat serotype virus yang bersirkulasi sepanjang tahun (Mujida, 2009). Sedangkan
menurut Khie Chen (2009) berbagai faktor kependudukan berpengaruh pada peningkatan
dan penyebaran kasus DBD, antara lain: Pertumbuhan penduduk yang tinggi, Urbanisasi
yang tidak terencana dan tidak terkendali. Tidak efektifnya kontrol vektor nyamuk yang
efektif di daerah endemis, dan peningkatan sarana transportasi. Upaya pengendalian
terhadap faktor kependudukan tersebut (terutama kontrol vektor nyamuk) harus terus
diupayakan, di samping pemberian terapi yang optimal pada penderita DBD, dengan tujuan
menurunkan jumlah kasus dan kematian akibat penyakit ini. Sampai saat ini, belum ada
terapi yang spesifik untuk DBD, prinsip utama dalam terapi DBD adalah terapi suportif,
yakni pemberian cairan pengganti. Dengan memahami patogenesis, perjalanan penyakit.
gambaran klinis dan pemeriksaan laboratorium, diharapkan penatalaksanaan dapat dilakukan
secara efektif dan efisien (Chen, 2009). Berdasarkan fenomena dan latar belakang diatas,
maka kelompok kami tertarik untuk membahas mengenai asuhan keperawatan pada pasien
demam berdarah.

2
1.2 Pertanyan Masalah
1. Mengapa demam dirasakan terus menerus? Jelaskan mekanismenya
2. Mengapa timbul bitnik merah didada?jelskan mekanismenya
3. Apa saja jenis-jenis dari demam?Jenis demam apa yang tepat pada scenario ini?
4. Buat asuhan keperawatn pada kasus ini sesuai skenario
5. Apa komplikasi dari penyakit ini?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana demam bisa dirasakan terus menerus dan mekanismennya
2. Untuk mengetahui bagaimana timbulnya bintik merah didada dan mekanismenya
3. Untuk mengetahui jenis-jenis dari demam
4. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien DBD
5. Untuk mengetahui komplikasi pada penyakit DBD.

1.4 Manfaat
1. Bagi ilmu pengetahuan Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran dalam
pembuatan asuhan keperawatan dan penanganan kasus DBD
2. Bagi kelompok Diharapkan dapat menambah pengalaman bagi kelompok dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan DBD.

3
BAB 2

TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep DBD
2.1.1 Definisi
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan suatu penyakit epidemi akut yang disebabkan oleh
virus yang di transmisikan oleh Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Penderita yang terinfeksi
akan memiliki gejala berupa demam ringan sampai tinggi, disertai dengan sakit kepala, nyeri
pada mata, otot dan persendian, hingga pendarahan spontan (WHO, 2010).
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus
dengue, yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes,
misalnya Aedes aegypti atau Ades albopictus. Terdapat empat jenis virus dengue berbeda, yang
dapat menyebabkan penyakit demam berdarah Virus dengue merupakan virus dari genus
Flaviviridae, famili flaviviridae. Penyakit demam berdarah ditemukan di daerah tropis dem
subtropiès di berbagai belahan dunia terutama di musim hujan yang lembab.
2.1.2 Etiologi DBD
Demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue dari family Flaviviridae dan genus
Flavivirus. Virus ini mempunyai empat serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3,
dan DEN-4. Keempat serotipe ini menimbulkan gejala yang berbeda-beda jika menyerang
manusia. serotipe yang menyebabkan infeksi paling berat di Indonesia, yaitu DEN-3. Demam
berdarah dengue tidak menular melalui kontak manusia dengan manusia. Virus dengue sebagai
penyebab demam berdarah hanya dapat ditularkan melalui nyamuk. Oleh karena itu, penyakit ini
termasuk dalam kelompok arthropod borne disease (Satari & Meiliasari, 2008: 3).
Virus dengue sebagai penyebab penyakit demam berdarah dengue merupakan mikroorganisme
sangat kecil dan hanya dapat dilihat dengan mikroskop elektron. Virus hanya dapat hidup di
dalam sel hidup. Maka demi kelangsungan hidupnya, virus harus bersaing dengan sel manusia
yang ditempati terutama untuk kebutuhan protein. Apabila daya tahan tubuh seseorang yang
terkena infeksi virus tersebut rendah sebagai akibatnya sel jaringan akan semakin rusak.
Sebaliknya, apabila sel tersebut berkembang banyak, fungsi organ tubuh tersebut baik, maka
akan sembuh dan timbul kekebalan terhadap virus dengue yang pernah masuk ke dalam
tubuhnya (Misnadiarly, 2009).
2.1.3 Faktor Penyakit DBD
Timbulnya suatu penyakit DBD dapat di terangkan dengan konsep segitiga yaitu agent
(agen/vektor), Host (Manusia), Environment (Lingkungan) (Widia Eka,2019) yaitu sebagai
berikut:
Agent (virus dengue)

4
Agent penyebab penyakit DBD berupa virus dengue dari genus
Flavivirus (Arbovirus Grup B) salah satu genus Familia Togaviradae, dikenal
ada empat serotipe virus dengue yaitu Den-1, Den-2, Den-3, Den-4, virus
dengue ini memiliki masa inkubasi yang tidak terlalu lama yaitu antara 3-7
hari, virus akan terdapat di dalam tubuh manusia. Dalam masa tersebut
penderita merupakan sumber penular penyakit DBD
1. Host
Host adalah manusia yang peka terhadap infeksi dengue, beberapa
faktor yang mempengaruhi manusia yaitu :
1) Umur
Umur adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kepekaan
terhadap infeksi virus dengue, semua golongan umur dapat terserang virus
dengue, meskipun baru berumur beberapa hari setelah lahir, saat pertama
kali epidemi dengue di Indonesia kebanyakan anak-anak berumur antara
5-9 tahun dan selama tahun 1968-1973 kurang lebih 95% kasus DBD
menyerang anak-anak di bawah 15 tahun (Widia Eka, 2009).
2) Jenis kelamin
Sejauh ini tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap
serangan DBD dikaitkan dengan perbedaan jenis kelamin (gender) Di
Philipina dilaporkan bahwa rasio antar jenis kelamin adalah 1:1. Di
Tailand tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap serangan DBD
antara laki-laki dan perempuan namun perbedaan angka tersebut tidak
signifikan, Singapura menyatakan bahwa Insiden DBD pada anak laki laki
lebih besar dari pada anak perempuan.
3) Nutrisi
Teori Nutrisi mempengaruhi derajat berat ringan penyakit tidak
ada hubungannya dengan teori imonulogi, bahwa pada gizi yang baik
mempengaruhi peningkatan antibodi yang cukup baik, maka terjadi infeksi
virus dengue yang berat.
4) Populasi

5
Kepadatan penduduk yang tinggi akan mempermudah terjadinya
infeksi virus dengue, karena daerah yang berpenduduk padat akan
meningkatkan jumlah insiden kasus DBD
5) Mobilitas penduduk
Mobilitas penduduk memegang peranan penting pada transmisi
penularan infeksi virus dengue sehingga mempengaruhi penyebaran
epidemik virus dengue.
2. Environment (Lingkungan)
Lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit dengue adalah
1) Letak Geografis
Penyakit akibat infeksi virus dengue ditemukan tersebar luas di
berbagai negara terutama di negara tropik dan subtropik yang terletak
antara 30" lintang utara dan 44" lintang selatan sepeati Asia Tenggara,
Pasifik Barat dan Caribbean dengan tingkat kejadian sekitar 50-100 juta
setiap tahunnya. Infeksi virus dengue di Indonesia telah ada sejak abad
ke-18 seperti yang dilaporkan oleh david Bylon seorang dokter
berkebangsaan Belanda. Pada saat itu virus dengue menimbulkan
penyakit demam lima hari, disertai nyeri otot, nyeri pada sendi Disebut
demikian karena demam yang terjadi menghilang dalam lima hari,
disertai nyeri otot, nyeri nyeri pada sendi dan myeri kepala. Sehingga
sampai saat ini penyakit tersebut masih merupakan problem kesehatan
masyarakat dan dapat muncul secara endemik maupun epidemik yang
menyebar dari suatu daerah ke daerah lain atau dari suatu negara ke
negara lain.
(b) Musim

Negara dengan 4 musim, epidemic DBD berlangsung pada


musim panas, meskipun ditemukan kasus DBD sporadik pada musim
dingin. Di asia tenggara epidemik DBD terjadi pada musim hujan,
seperti di Indonesia, Thailand, Philippine dan Malaysia epidemi DBD
terjadi beberapa minggu setelah musim hujan, periode epidemik yang

6
terutama berlangsung selama musim hujan dan erat kaitannya dengan
kelembaban pada musim hujan. Hal tersebut menyebabkan peningkatan
aktifitas vektor dalam menggigit karena didukung oleh lingkungan yang
baik untuk masa inkubasi (Widia Eka, 2009).

2.1.4 Manifestasi Klinik


Diagnosis DBD ditegaskan berdasarkan kriteria diagnosis Word Health
Organization (WHO) dengan kriteria klinis dan laboratoris, penggunaan kriteria
ini dimaksudkan untuk mengurangi diagnosis yang berlebihan (Overdiagnosis).
Diagnose penyakit DBD dapat dilihat berdasarkan kriteria diagnose klinis dan
laboratorium. Berikut ini tanda dan gejala penyakit DBD yang dapat dilihat dari
penderita kasus DBD dengan diagnose klinis dan laboratoris.
a. Diagnosa Klinis
1. Demam tinggi mendadak 2 sampai 7 hari (38-40°C).
2. Manifestasi pendarahan dengan bentuk: uji torniquet positif, petekie (bintik
merah pada kulit). Purpura (pendarahan kecil di dalam kulit). Ekimosis
pendarahan konjungtiva (pendarahan pada mata). Epistaksis (pendarahan
hidung), pendarahan gusi, Hematenesis (muntah darah), Melena (BAB
darah) dan Hematuri adanya darah dalam urin.
3. Pendarahan pada hidung dan gusi.Rasa sakit pada otot dan persendian,
timbul bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.
4. Pembesaran hati.
5. Rejatan (syok), tekanan nadi menjadi 20 mmHg atau kurang, tekanan
sistolik sampai 80 mmHg atau lebih rendah.
6. Gejala klinik lainnya yang sering menyertai yaitu anoreksia (hilangnya
selera makan). lemah, mual, muntah, sakit perut, diare dan sakit kepala
(Bakhtiar, 2009).
b. Diagnosis Laboratoris
Selanjutnya Tristyanto (2014) juga menyebutkan kriteria Laboratoris
adalah sebagai berikut:
1. Trombositopenia (jumlah trombosit darah <100.000/mmhg)

7
2. Hemokonsentrasi (jumlah hematokrit ≥ 20%)
Dua kriteria klinis pertama, ditambah dengan trombositopenia dan
hemokonsentrasi sudah cukup untuk menegakkan diagnosis klinis DBD.
Efusi pleura (tampak melalui rontgen dada) dan atau hipoalbuminemia
menjadi bukti penunjang adanya kebocoran plasma. Bukti ini sangat
berguna terutama pada pasien yang anemia dan atau mengalami perdarahan
berat. Pada kasus syok, jumlah hematokrit yang tinggi dan trombositopenia
memperkuat diagnosis terjadinya Dengue Shock Syndrom.

2.1.5 Patofisiologi
Fenomena patofisiologi utama DBD adalah meningginya permeabilitas
dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi,
trombositopenia dan diatesis hemoragik. Plasma merembes selama perjalanan
penyakit mulai dari permulaan masa demam dan mencapai puncaknya pada masa
renjatan. Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan menghilangnya plasma
melalui endotel dinding pembuluh darah Meningginya nilai hematokrit menimbulkan
dugaan bahwa renjatan terjadi sebagai akibat kebocoran plasma ke daerah ekstra
vaskuler melalui kapiler yang rusak.
Trombositopenia merupakan kelainan hematologis yang sering ditemukan.
Trombositopenia diduga akibat meningkatnya destruksi trombosit dan depresi fungsi
megakariosit. Trombositopenia dan gangguan fungsi trombosit dianggap sebagai
penyebab utama terjadinya pendarahan pada DBD. Selain trombositopenia, kelainan
sistem koagulasi juga berperan dalam perdarahan penderita DBD Perdarahan kulit
pada penderita DBD umumnya disebabkan oleh faktor kapiler, gangguan fungsi
trombosit dan trombositopenia, sedangkan perdarahan masif terjadi akibat kelainan
mekanisme yang lebih kompleks lagi, yaitu trombositopenia, gangguan faktor
pembekuan dan kemungkinan besar oleh faktor Disseminated Intravascular
Coagulation.

8
Pathway DBD

9
10
2.2 Asuhan Keperawatan
Kasus : Seorang mahasiswi, 21 tahun dirawat dengan diagnose medis demam dengue.
Saat dilakukan pengkajian: pasien mengeluh demam tinggi sejak tiga hari yang lalu,
demam dirasakan pasien terus menerus. Pasien tidak mau makan, hanya mau minum
saja. Hari ini timbul bintik-bintik merah di dada, tangan dan kakinya. Melena (+). TD
120/70 mmHg, Nadi : 60 x/menit, RR 80x/menit, suhu 38.9
2.2.1 Pengkajian
a. Biodata
Identitas klien
Nama : Ny.M
Umur : 21 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : kp Hegar Sari Rt 01 Rw 01, Kadungora
Agama : Islam
Pendidikan : D3 Akuntansi
Tanggal masuk : 15.02.2022
Tanggal pengkajian : 16.02.2022
No reg : R. 2315
Diagnosa medis : Demam Dengue
Penanggung jawab
Nama : Ny. T
Umur : 53 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Alamat : Kp Hegar Sari Rt 01 Rw 01,Kadungora
Pendidikan : S1 Pendidikan Ekonomi
Pekerjaan : Guru
Hub. Dengan klien : Anak
b. Keluhan Utama
Klien mengeluh demam tinggi sejak 3 hari yang lalu.

11
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 16 Februari 2022 klien
mengeluh Demam tinggi sejak 3 hari yang lalu, demam dirasakan terus menerus
dan tidak mau makan hanya mau minum saja.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pada kasus di atas tidak dicantumkan klien memiliki riwayat penyakit
seperti ini ataupun riwayat penyakit lain.

e. Riwayat Kesehatan Keluarga


Pada kasus di atas keluarga klien tidak ada riwayat yang menderita
penyakit DHF ataupun penyakit lainnya.
f. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
Penampilan : Lemah
Kesadaran : Composmentis
GCS : E4V5M5
Tanda-Tanda Vital
S : 38,9°C
TD : 120/70 mmHg
N : 60 kali/menit
RR : 80 kali/menit
TB : 160 cm
BB : 55 kg
Pemeriksaan fisik per sistem
1) Kepala dan Wajah
Inpeksi : warna rambut hitam dan pertumbuhan rambut pada kulit kepala
merata.
Palpasi : Tekstur rambut halus tidak terdapat ketombe,kutu ataupun kotoran
yang lainnya.
Inspeksi wajah : Bentuk wajah oval tidak terdapat edema, maupun sianosis.
2) Mata

12
Inspeksi : Distribusi rambut alis mata merata dan tidak dapat kotoran, dapat
menaikan dan menurunkan alis mata warna konzunciva putih tidak ada lesi
pupil isocor ketajam penglihatan dapat melihat dari jarak 6 meter.
3) Telinga
Inpeksi : Telinga kiri dan kanan simetris tidak terdapat serumen lesi kulit dan
kotoran lainnya.
4) Hidung
Inpeksi : Lubang hidung kanan dan kiri simetris tidak ada kotoran ataupun
cairan pada hidung.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan.
5) Mulut dan Faring
Inpeksi : Bibir atas bawah simetris, warna merah muda dan gigi tampak
bersih, gusi tidak ada pendarahan
Palpasi : Lidah berwarna putih tidak ada stomatitis
6) Leher
Inspeksi : Tidak ada luka, lesi dan leher tampak bersih
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar
7) Toraks
Inspeksi : Bentuk dada barrelchest atau tong dan terdapat bintik-bintik merah
Palpasi : Tidak ada masa atau pergerajkan abnormal tidak ada nyeri tekan
8) Abdomen
Inspeksi : Simetris, kulit sawo matang, tidak terdapat lesi
Aulkultasi : Terdapatnya bising usus
Palpasi : Tidak terdapat cairan asites, tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : Suara yang ditimbulkan abdomen normal yaitu timpani, hati
berbunyi redup/ dullness
9) Integumen
Insepeksi : Terdapat Bintik-bintik merah, tidak ada luka
10) Ekstremitas
Inspeksi : Terdapat bintik merah pada ekstremitas atas dan bawah
g. Pola aktivitas sehari-hari

13
NO DATA ETIOLOGI PROBLEM

1. DS: Gigitan Hipertermi


No Aktivitas sehari-hari Sebelum sakit
nyamuk Saat sakit
- Klien betin yang
1 mengeluh
Pola Nutrisi mengandun
demam tinggi g virus
1) Makan
sejak 3 hari dangue
h. Analisis -Frekuensi
yang lalu dan
Data dirasakan terus
-Jenis makanan 1x/hari
menerus 3x/hari
-Nafsu makan Bubur
Bervariasi
DO: Menurun
-Porsi Baik respon
- Kulit teraba antibodi Sedikit
Sedang
-Alergi
panas Tidak ada
- TTV Tidak ada
Tidak ada
S-Keluhan
: 38,9°C Tidak ada
TD: 120/70
2)
mmHgMinum kompleks
7-8 gelas/hari
antingen
N: 60 8-9 gelas/hari
-Frekuensi
kali/menit Air antibofi
putih, teh, susu,
Air putih
RR: 18 minuman manis
-Jenis minuman
kali/menit
Tidak ada
TB: 150 cm Tidak ada
BB: 55 kg
-Keluhan
Demam

2 Personal Hygine
-Mandi 2x/hari
Jarang/wash lap
-Sikat gigi 3x/ hari
Hipertermi
2x/hari
-Keramas 2x/minggu
Tidak

3 Pola Eliminasi
2.1) BAK DS: Gigitan Risiko Defisit
-Frekuensi 4-8x/hari 4-6x/hari
nymuk Nutrisi
-Warna - Klien Kuning jernih
btina yang Kuning jernih
-Keluhanmengatakan Tidakmengandu
ada Tidak ada
tidak mau ng virus
2) BAB makan dan dangue
-Frekuensihanya mau 1-2x/hari 1x/hari
-Bentuk minum saja Normal Padat
-Keluhan Tidak ada Melena
DO:
4 Pola Istirahat Tidur
- pasien Respon
-Waktu
tidak antibodi Setiap saat
Malam hari
memiliki 14 Kurang dari 7 jam/hari
-Lama 7-8 jam/hari
keinginan Ada
Tidak ada
untuk makan
-Keluhan
2.2.2 Diagnosa Keperawatan (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, 2017)
1. Hipertermi berhubugan dengan proses penyakit ditandai dengan :
DS: Klien mengeluh demam tinggi sejak 3 hari yang lalu dan dirasakan terus
menerus

DO: - Kulit teraba panas

- TTV
S : 38,9°C
TD: 120/70 mmHg
N: 60 kali/menit
RR: 18 kali/menit
TB: 150 cm
BB: 55 kg
2. Risiko Defisit Nutrisi b.d faktor psikologis (keengganan untuk makan) d.d :
DS: - Klien mengatakan tidak mau makan
DO: - pasien tidak memiliki keinginan untuk makan
3. Risiko intestinal Gastrointestinal tidak efektif b.d intoleransi makanan d.d
DS : -
DO : - Pada saat dikaji melena (+)

2.2.3 Intervensi Keperawatan

T
a Diagn
n osa
No g Keper Tujuan Intervensi Rasional
g awata
a n
l

1 Hiperte Setelah Observasii: Observasii:


rmia dilakukan
berhub tindakan - Monitor TTV - Untuk
ugan keperawata - Monitor mengetahui TTV
dengan n 1x24 jam komplikasi klien dalam
proses diharapkan

15
penyak termoagula kibat demam keadaan normal
it si membaik - Untuk
ditanda kriteria Terapeutik mengetahui
i hasil: - Tutupi badan komplikasi apa
dengan dengan saja yang
: - Suhu tubuh disebabkan oeh
membaik pakaian tipis
demam pada
DS: Edukasi pasien
Klien
mengel - Anjurkan
uh tirah baring Terapeutik
demam - Anjurkan
tinggi perbanyak - Agar suhu tubuh
sejak 3 minum klien menurun
hari
Kolaborasi
yang Edukasi
lalu Pemberian
dan anti biotik - Agar suhu tubuh
dirasak jika perlu klien menurun
an karena jika
terus banyak aktivitas
meneru akan
s menyebabkan
kenaikan suhu
DO: - tubuh
Kulit - agar klien tidak
teraba dehidrasi
panas

TTV Kolaborasi
S : - Untuk membantu
38,9°C proses
TD: penyembuhan
120/70
mmHg

N: 60
kali/me
nit

RR: 18

16
kali/me
nit

TB:
150 cm

BB: 55
kg

2. Setelah Observasii:
Risiko dilakukan
Defisit tindakan Observasii: - Untuk
Nutrisi keperawata mengetahui
- Monitor perkembangan
b.d n 1x24 jam asupan dan klien
faktor diharapkan keluarnya
psikolo status makanan dan
gis nutrisi cairan serta Terapeutik
(keeng membaik kebutuhan
ganan dengan - Agar berat badan
kalori
untuk kriteria klien menjadi
makan) hasil: normal
d.d : Terapeutik - Untuk
- Porsi makan : mengetahui
yang bagaimana prilak
dihabiskan - Timbang makan dan
DS: -
meningkat berat badan jumlah aktivitas
Klien
- Nafsu makn secara rutin fisik klien
mengat
meningkat - Diskusikan
akan
prilaku Edukasi
tidak
makan dan
mau - Agar mengetahui
jumlah
makan bagaimana
aktivitas fisik
yang sesuai perasan dan
DO: -
situasi memicu
pasien
makan klien
tidak
Edukasi :
memili Kolaborasi
ki - Anjurkan
keingin membuat - Untuk membantu
an catatan harian proses

17
untuk tentang penyembuhan
makan prasaan dan dan
situasi memaksimalkan
memicu proses perawatan
pengeluaran pada pasien
makanan

Kolaborasi:

Kolaborasi
dengan ahli
gizi

3 Risiko Setelah Observasi: Observasi:


Perkusi dilakukan
Gastroi tindakan - - Untuk
ntestin keperawata identifikasi mengetahui
al tidak n 1x24 jam kebiasaan makan
Kebiasan pada klien
efektif diharapkan makan dn
b.d perkusi - Untuk
perilaku mengetahui
intoler gastrointest mkan yang
ansi inal cairan yang
akan masuk dan keluar
makan meningkat diubah
an d.d dengan gar perawatan
kriteria - Monitor yang diberikn
DS : - hsil: intake dan sesuai dengan
output apa yang
DO : - - Nafsu makan dikeluhkan klien
Pada cairan,nilai
meningkat hemoglobi Terapeutik
saat - Bising usu - Untuk membuat
dikaji n,tekanan
membaik darah,kenai pasien nyaman
melena - Agar dapat
(+) kan berat
badan dan memenuhi
kebiasaan kebutuan gizi
membeli dengan baik
makanan Kolaborasi
Terapeutik - Untuk membantu
- bina proses
hubungan penyembuhan

18
trafetik

-
pertimbang
an factor-
faktor yang
mempenga
ruhi
pemenuhan
kebutuhan
gizi.

Edukasi

- Informasikan
perlunya
modivikasi
diet

Kolaborasi

Rujuk pada
ahli gizi

BAB 3

PEMBAHASAN
3.1 Mengapa demam dirasakan terus menerus?jelaskan mekanismenya?
Demam mengacu pada peningkatan suhu tubuh yang
berhubungan langsung dengan tingkat sitokin pirogen yang diproduksi
19
untuk mengatasi berbagai rangsang (Sherwood, 2001). Sebagai respon
terhadap rangsangan pirogenik, maka monosit, makrofag, dan sel kupfer
mengeluarkan sitokin yang berperan sebagai pirogen endogen (IL-1,
TNF-α, IL-6, dan interferon) yang bekerja pada pusat thermoregulasi
hipotalamus. Sebagai respon terhadap sitokin tersebut maka terjadi
sintesis prostaglandin, terutama prostaglandin E2 melalui metabolisme
asam arakidonat jalur siklooksigenase-2 (COX-2) dan menimbulkan
peningkatan suhu tubuh. Hipotalamus akan mempertahankan suhu sesuai
patokan yang baru dan bukan suhu normal (Ganong, 2002; Nelwa, 2006).
Mekanisme demam dapat juga terjadi melalui jalur non
prostaglandin melalui sinyal afferen nervus vagus yang dimediasi oleh
produk lokal Macrophage Inflammatory Protein-1 (MIP-1), suatu
kemokin yang bekerja langsung terhadap hipotalamus anterior. Berbeda
dengan demam dari jalur prostaglandin, demam melalui MIP-1 ini tidak
dapat dihambat oleh antipiretik (Nelwa, 2006). Menggigil ditimbulkan
agar dengan cepat meningkatkan produksi panas, sementara
vasokonstriksi kulit juga berlangsung untuk dengan cepat mengurangi
pengeluaran panas. Kedua mekanisme tersebut mendorong suhu naik.
Dengan demikian, pembentukan demam sebagai respon terhadap
rangsangan pirogenik adalah sesuatu yang dialami dan bukan disebabkan
oleh kerusakan mekanisme termoregulasi (Sherwood, 2001).

3.2 Mengapa timbul bintik merah di dada?jelaskan mekanismenya


Bintik merah pada pasien demam berdarah timbul akibat kerusakan kapiler
pembuluh darah. Dalam kondisi tersebut, darah merembes keluar dari pembuluh
darah ke kulit sehingga muncul bintik atau ruam merah.Mengutip berbagai sumber,
gejala bintik merah ini akan muncul diawali dengan demam tinggi secara mendadak.
Selain itu, pecahnya pembuluh kapiler ini juga memungkinkan pendarahan ringan
pada membran mukus mulut dan hidung yang bisa menyebabkan mimisan
3.3 Apa saja jenis jenis dari demam?jenis demam apa yang tepat pada scenario ini
Menurut Nurarif (2015) klasifikasi demam adalah sebagai berikut:

20
a. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari
dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan
menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang
normal dinamakan juga demam hektik.
b. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu
badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat
dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
c. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu
hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila
terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.
d. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada
tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
e. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh
beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh
kenaikan suhu seperti semula.Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan
suatu penyakit tertentu misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang
pasien dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu
sebab yang jelas seperti: abses, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria,
tetapi kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab
yang jelas. Dalam praktek 90% dari para pasien dengan demam yang baru saja
dialami, pada dasarnya merupakan suatu penyakit yang self-limiting seperti
influensa atau penyakit virus sejenis lainnya. Namun hal ini tidak berarti kita
tidak harus tetap waspada terhadap infeksi bakterial. (Nurarif, 2015)
3.4 Buat Asuhan Keperawatan pada kasus ini scenario
Kasus : Seorang mahasiswi, 21 tahun dirawat dengan diagnose medis demam
dengue. Saat dilakukan pengkajian: pasien mengeluh demam tinggi sejak tiga

21
hari yang lalu, demam dirasakan pasien terus menerus. Pasien tidak mau makan,
hanya mau minum saja. Hari ini timbul bintik-bintik merah di dada, tangan dan
kakinya. Melena (+). TD 120/70 mmHg, Nadi : 60 x/menit, RR 80x/menit, suhu
38.9

22
2.2.2 Pengkajian
i. Biodata
Identitas klien
Nama : Ny.M
Umur : 21 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : kp Hegar Sari Rt 01 Rw 01, Kadungora
Agama : Islam
Pendidikan : D3 Akuntansi
Tanggal masuk : 15.02.2022
Tanggal pengkajian : 16.02.2022
No reg : R. 2315
Diagnosa medis : Demam Dengue
Penanggung jawab
Nama : Ny. T
Umur : 53 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Alamat : Kp Hegar Sari Rt 01 Rw 01,Kadungora
Pendidikan : S1 Pendidikan Ekonomi
Pekerjaan : Guru
Hub. Dengan klien : Anak
j. Keluhan Utama
Klien mengeluh demam tinggi sejak 3 hari yang lalu.
k. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 16 Februari 2022 klien
mengeluh Demam tinggi sejak 3 hari yang lalu, demam dirasakan terus menerus
dan tidak mau makan hanya mau minum saja.
l. Riwayat Kesehatan Dahulu

23
Pada kasus di atas tidak dicantumkan klien memiliki riwayat penyakit
seperti ini ataupun riwayat penyakit lain.

m. Riwayat Kesehatan Keluarga


Pada kasus di atas keluarga klien tidak ada riwayat yang menderita
penyakit DHF ataupun penyakit lainnya.
n. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
Penampilan : Lemah
Kesadaran : Composmentis
GCS : E4V5M5
Tanda-Tanda Vital
S : 38,9°C
TD : 120/70 mmHg
N : 60 kali/menit
RR : 80 kali/menit
TB : 160 cm
BB : 55 kg
Pemeriksaan fisik per sistem
11) Kepala dan Wajah
Inpeksi : warna rambut hitam dan pertumbuhan rambut pada kulit kepala
merata.
Palpasi : Tekstur rambut halus tidak terdapat ketombe,kutu ataupun kotoran
yang lainnya.
Inspeksi wajah : Bentuk wajah oval tidak terdapat edema, maupun sianosis.
12) Mata
Inspeksi : Distribusi rambut alis mata merata dan tidak dapat kotoran, dapat
menaikan dan menurunkan alis mata warna konzunciva putih tidak ada lesi
pupil isocor ketajam penglihatan dapat melihat dari jarak 6 meter.
13) Telinga

24
Inpeksi : Telinga kiri dan kanan simetris tidak terdapat serumen lesi kulit dan
kotoran lainnya.
14) Hidung
Inpeksi : Lubang hidung kanan dan kiri simetris tidak ada kotoran ataupun
cairan pada hidung.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan.
15) Mulut dan Faring
Inpeksi : Bibir atas bawah simetris, warna merah muda dan gigi tampak
bersih, gusi tidak ada pendarahan
Palpasi : Lidah berwarna putih tidak ada stomatitis
16) Leher
Inspeksi : Tidak ada luka, lesi dan leher tampak bersih
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar
17) Toraks
Inspeksi : Bentuk dada barrelchest atau tong dan terdapat bintik-bintik merah
Palpasi : Tidak ada masa atau pergerajkan abnormal tidak ada nyeri tekan
18) Abdomen
Inspeksi : Simetris, kulit sawo matang, tidak terdapat lesi
Aulkultasi : Terdapatnya bising usus
Palpasi : Tidak terdapat cairan asites, tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : Suara yang ditimbulkan abdomen normal yaitu timpani, hati
berbunyi redup/ dullness
19) Integumen
Insepeksi : Terdapat Bintik-bintik merah, tidak ada luka
20) Ekstremitas
Inspeksi : Terdapat bintik merah pada ekstremitas atas dan bawah

25
o. Pola aktivitas sehari-hari

26
NO DATA ETIOLOGI PROBLEM

5. DS: Gigitan Hipertermi


No Aktivitas sehari-hari Sebelum sakit
nyamuk Saat sakit
- Klien betin yang
1 mengeluh
Pola Nutrisi mengandun
demam tinggi g virus
1) Makan
sejak 3 hari dangue
p. Analisis -Frekuensi
yang lalu dan
Data dirasakan terus
-Jenis makanan 1x/hari
menerus 3x/hari
-Nafsu makan Bubur
Bervariasi
DO: Menurun
-Porsi Baik respon
- Kulit teraba antibodi Sedikit
Sedang
-Alergi
panas Tidak ada
- TTV Tidak ada
Tidak ada
S-Keluhan
: 38,9°C Tidak ada
TD: 120/70
2)
mmHgMinum kompleks
7-8 gelas/hari
antingen
N: 60 8-9 gelas/hari
-Frekuensi
kali/menit Air antibofi
putih, teh, susu,
Air putih
RR: 18 minuman manis
-Jenis minuman
kali/menit
Tidak ada
TB: 150 cm Tidak ada
BB: 55 kg
-Keluhan
Demam

2 Personal Hygine
-Mandi 2x/hari
Jarang/wash lap
-Sikat gigi 3x/ hari
Hipertermi
2x/hari
-Keramas 2x/minggu
Tidak

3 Pola Eliminasi
6.1) BAK DS: Gigitan Risiko Defisit
-Frekuensi 4-8x/hari 4-6x/hari
nymuk Nutrisi
-Warna - Klien Kuning jernih
btina yang Kuning jernih
-Keluhanmengatakan Tidakmengandu
ada Tidak ada
tidak mau ng virus
2) BAB makan dan dangue
-Frekuensihanya mau 1-2x/hari 1x/hari
-Bentuk minum saja Normal Padat
-Keluhan Tidak ada Melena
DO:
4 Pola Istirahat Tidur
- pasien Respon
-Waktu
tidak antibodi Setiap saat
Malam hari
memiliki 27 Kurang dari 7 jam/hari
-Lama 7-8 jam/hari
keinginan Ada
Tidak ada
untuk makan
-Keluhan
2.2.2 Diagnosa Keperawatan (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, 2017)
1. Hipertermi berhubugan dengan proses penyakit ditandai dengan :
DS: Klien mengeluh demam tinggi sejak 3 hari yang lalu dan dirasakan terus
menerus

DO: - Kulit teraba panas

- TTV
S : 38,9°C
TD: 120/70 mmHg
N: 60 kali/menit
RR: 18 kali/menit
TB: 150 cm
BB: 55 kg
2. Risiko Defisit Nutrisi b.d faktor psikologis (keengganan untuk makan) d.d :
DS: - Klien mengatakan tidak mau makan
DO: - pasien tidak memiliki keinginan untuk makan
3. Risiko intestinal Gastrointestinal tidak efektif b.d
DS : -
DO : - Pada saat dikaji melena (+)
2.2.4 Intervensi Keperawatan

T
a Diagn
n osa
No g Keper Tujuan Intervensi Rasional
g awata
a n
l

1 Hiperte Setelah Observasii: Observasii:


rmia dilakukan
berhub tindakan - Monitor TTV - Untuk
ugan keperawata - Monitor mengetahui TTV
dengan n 1x24 jam komplikasi klien dalam
proses diharapkan kibat demam keadaan normal
penyak termoagula - Untuk
Terapeutik mengetahui
it si membaik
ditanda kriteria - Tutupi badan komplikasi apa
i hasil: dengan saja yang
dengan disebabkan oeh

28
: - Suhu tubuh pakaian tipis demam pada
membaik pasien
DS: Edukasi
Klien
mengel - Anjurkan Terapeutik
uh tirah baring
demam - Anjurkan - Agar suhu tubuh
tinggi perbanyak klien menurun
sejak 3 minum
hari Kolaborasi Edukasi
yang
lalu Pemberian - Agar suhu tubuh
dan anti biotik klien menurun
dirasak jika perlu karena jika
an banyak aktivitas
terus akan
meneru menyebabkan
s kenaikan suhu
tubuh
DO: - - agar klien tidak
Kulit dehidrasi
teraba
panas
Kolaborasi
TTV
- Untuk membantu
S : proses
38,9°C penyembuhan
TD:
120/70
mmHg

N: 60
kali/me
nit

RR: 18
kali/me
nit

TB:
150 cm

29
BB: 55
kg

2. Setelah Observasii:
Risiko dilakukan
Defisit tindakan Observasii: - Untuk
Nutrisi keperawata mengetahui
- Monitor perkembangan
b.d n 1x24 jam asupan dan klien
faktor diharapkan keluarnya
psikolo status makanan dan
gis nutrisi cairan serta Terapeutik
(keeng membaik kebutuhan
ganan dengan - Agar berat badan
kalori
untuk kriteria klien menjadi
makan) hasil: normal
d.d : Terapeutik - Untuk
- Porsi makan : mengetahui
yang bagaimana prilak
dihabiskan - Timbang makan dan
DS: -
meningkat berat badan jumlah aktivitas
Klien
- Nafsu makn secara rutin fisik klien
mengat
meningkat - Diskusikan
akan
prilaku Edukasi
tidak
makan dan
mau - Agar mengetahui
jumlah
makan bagaimana
aktivitas fisik
yang sesuai perasan dan
DO: -
situasi memicu
pasien
makan klien
tidak
Edukasi :
memili Kolaborasi
ki - Anjurkan
keingin membuat - Untuk membantu
an catatan harian proses
untuk tentang penyembuhan
makan prasaan dan dan
situasi memaksimalkan
memicu proses perawatan
pengeluaran

30
makanan pada pasien

Kolaborasi:

Kolaborasi
dengan ahli
gizi

3 Risiko Setelah Observasi: Observasi:


Perkusi dilakukan
Gastroi tindakan - - Untuk
ntestin keperawata identifikasi mengetahui
al tidak n 1x24 jam kebiasaan makan
Kebiasan pada klien
efektif diharapkan makan dn
b.d perkusi - Untuk
perilaku mengetahui
intoler gastrointest mkan yang
ansi inal cairan yang
akan masuk dan keluar
makan meningkat diubah
an d.d dengan gar perawatan
kriteria - Monitor yang diberikn
DS : - hsil: intake dan sesuai dengan
output apa yang
DO : - - Nafsu makan dikeluhkan klien
Pada cairan,nilai
meningkat hemoglobi Terapeutik
saat - Bising usu - Untuk membuat
dikaji n,tekanan
membaik darah,kenai pasien nyaman
melena - Agar dapat
(+) kan berat
badan dan memenuhi
kebiasaan kebutuan gizi
membeli dengan baik
makanan Kolaborasi
Terapeutik - Untuk membantu
- bina proses
hubungan penyembuhan
trafetik

-
pertimbang
an factor-
faktor yang

31
mempenga
ruhi
pemenuhan
kebutuhan
gizi.

Edukasi

- Informasikan
perlunya
modivikasi
diet

Kolaborasi

Rujuk pada
ahli gizi

3.5 Apa komplikasi dari penyakit ini?


a. Ensefalopati Dengue
Pada umumnya ensefalopati terjadi sebagai komplikasi syok yang berkepanjangan
dengan pendarahan, tetapi dapat juga terjadi pada DBD yang tidak disertai syok. Gangguan
metabolik seperti hipoksemia, hiponatremia, atau perdarahan, dapat menjadi penyebab
terjadinya ensefalopati. Melihat ensefalopati DBD bersifat sementara, maka kemungkinan
dapat juga disebabkan oleh trombosis pembuluh darahotak, sementara sebagai akibat dari
koagulasi intravaskular yang menyeluruh. Dilaporkan bahwa virus dengue dapat
menembus sawar darah otak. Dikatakan pula bahwa keadaan ensefalopati berhubungan
dengan kegagalan hati akut. Pada ensefalopati cenderung terjadi udem otak danalkalosis,
maka bila syok telah teratasi cairan diganti dengan cairan yang tidak mengandung HC03-
dan jumlah cairan harus segera dikurangi. Larutan laktat ringer dektrosa segera ditukar
dengan larutan NaCl (0,9%) : glukosa (5%) = 1:3. Untuk mengurangi udem otak diberikan
dexametason 0,5 mg/kg BB/kali tiap 8 jam, tetapi bila terdapat perdarahan saluran cerna
sebaiknya kortikosteroid tidak diberikan. Bila terdapat disfungsi hati, maka diberikan
vitamin K intravena 3-10 mg selama 3 hari, kadar gula darah diusahakan > 80 mg.
Mencegah terjadinya peningkatan tekanan intrakranial dengan mengurangi jumlah cairan
(bila perlu diberikan diuretik), koreksi asidosis dan elektrolit.Perawatan jalan nafas dengan
pemberian oksigen yang adekuat. Untuk mengurangi produksi amoniak dapat diberikan

32
neomisin dan laktulosa. Usahakan tidak memberikan obat-obat yang tidak diperlukan
(misalnya antasid, anti muntah) untuk mengurangi beban detoksifikasi obat dalam hati.
Transfusi darah segar atau komponen dapat diberikan atas indikasi yang tepat. Bila perlu
dilakukan tranfusi tukar. Pada masa penyembuhan dapat diberikan asam amino rantai
pendek.
b. Kelainan ginjal
Gagal ginjal akut pada umumnya terjadi pada fase terminal, sebagai akibat dari
syok yang tidak teratasi dengan baik. Dapat dijumpai sindrom uremik hemolitik
walaupun jarang. Untuk mencegah gagal ginjal maka setelah syok diobati dengan
menggantikan volume intravaskular, penting diperhatikan apakah benar syok telah
teratasi dengan baik. Diuresis merupakan parameter yang penting dan mudah dikerjakan
untuk mengetahui apakah syok telah teratasi. Diuresis diusahakan > 1 ml / kg berat
badan/jam. Oleh karena bila syok belum teratasi dengan baik, sedangkan volume cairan
telah dikurangi dapat terjadi syok berulang. Pada keadaan syok berat sering kali dijumpai
akute tubular necrosis, ditandai penurunan jumlah urin dan peningkatan kadar ureum dan
kreatinin.
c. Udema paru
Udem paru adalah komplikasi yang mungkin terjadi sebagai akibat pemberian
cairan yang berlebihan. Pemberian cairan pada hari sakit ketiga sampai kelima sesuai
panduan yang diberikan, biasanya tidak akan menyebabkan udem paru oleh karena
perembesan plasma masih terjadi. Tetapi pada saat terjadi reabsorbsi plasma dari ruang
ekstravaskuler, apabila cairan diberikan berlebih (kesalahan terjadi bila hanya melihat
penurunan hemoglobin dan hematokrit tanpa memperhatikan hari sakit), pasien akan
mengalami distress pernafasan, disertai sembab pada kelopak mata, dan ditunjang dengan
gambaran udem paru pada foto rontgen dada.Komplikasi demam berdarah biasanya
berasosiasi dengan semakin beratnya bentuk demam berdarah yang dialami, pendarahan,
dan shock syndrome. Komplikasi paling serius walaupun jarang terjadi adalah sebagai
berikut:
a. Dehidrasi
b. Pendarahan
c. Jumlah platelet yang rendah

33
d. Hipotensi
e. Bradikardi
f. Kerusakan hati Komplikasi

DAFTAR PUSTAKA

Saferi Andra & Mariza Yessie.2013.KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah ( Keperawatan


Dewasa).Yogyakarta: Nuha Medika.

34
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2016. Standar Diagnia kepermuntan Indonesia
(SDKCI). Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat PANNI.

Nasional Indonesia (PPNI). 2018. Standar luaran keperawatan Indonesia (SLki) Jakarta Selatan
Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2018 Standar Intervensi keperawatan Indonesia
(siki). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Purat PPNL.

35

Anda mungkin juga menyukai