Disusun oleh:
Kelompok E (3 B)
Dosen Pembimbing:
Ns. Casman, M.Kep., Sp. Kep. An
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-nya hingga kami dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Anak Dengan Diagnosa
Medis DSS (DENGUE SYOK SYNDROME) Pada An. D” Dalam menyusun makalah
ini, kami menghadapi banyak hambatan. Namun dengan usaha dan adanya dukungan
serta bantuan, baik berupa moril, maupun materi. Akhirnya kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Untuk itu kami mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ns. DWS Suarse Dewi, M.Kep, Sp.Kep.MB. Selaku Direktur STIKES Fatmawati
Jakarta.
2. Ns. Hinin Wasilah, M.S selaku Wali Kelas Angkatan 23 STIKES Fatmawati
Program Studi Diploma III Keperawatan.
3. Ns. Ayuda Nia Agustina, M.Kep. Sp. Kep. An selaku Penanggung Jawab Mata
Kuliah Keperawatan Anak II
4. Ns. Hemma Siti R, M. Kep Selaku Dosen Pengajar Mata Kuliah Keperawatan
Keperawatan Anak
5. Ns. Casman M, Kep., Sp. Kep. An Selaku Dosen Pembimbing Praktek Klinik
Keperawatan Anak
6. Orang tua yang mendukung kami baik secara moril maupun materil
Kami menyadari makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini selanjutnya tentu sangat diperlukan.
Semoga makalah ini, dapat menjadi manfaat bagi semua pihak.
Jakarta, 2022
Kelompok E
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR1
DAFTAR ISI1
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar belakang1
B. Tujuan penulisan2
C. Metode penulisan2
D. Sistematika penulisan3
BAB II TINJAUAN TEORI
A. KONSEP PENYAKIT
1. Pengertian DSS4
2. Etiologi DSS4
3. Patofisiologi DSS5
4. Manifestasi Klinik DSS7
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DSS
1. Pengkajian4
2. Diagnosa Keperwatan
3. Intervensi Keperawatan
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
Kasus DBD ditegakkan dengan diagnosa yang terdiri dari gejala klinis dan hasil
laboratorium yang megindikasikan penurunan trombosit < 100.000/mm3 dan adanya
kebocoran plasma yang ditandai dengan peningkatan hematokrit > 20%. Kasus DBD
yang dilaporkan pada tahun 2020 tercatat sebanyak 108.303 kasus. Jumlah ini
menurun dibandingkan tahun 2019 yang sebesar 138.127 kasus. Sejalan dengan
jumlah kasus, kematian karena DBD pada tahun 2020 juga mengalami penurunan
dibandingkan tahun 2019, dari 919 menjadi 747 kematian. Kesakitan dan kematian
dapat digambarkan dengan menggunakan indikator incidence rate (IR) per 100.000
penduduk dan case fatality rate (CFR) dalam bentuk persentase. Jumlah kabupaten
kota terjangkit DBD pada tahun 2020 sebanyak 477 atau sebesar 92,8% dari seluruh
kabupaten/kota yang ada di Indonesia. Jumlah kabupaten/kota terjangkit DBD
menujukkan kecenderungan peningkatan sejak tahun 2010 sampai dengan 2019
(Riskesdas, 2020)
Kewaspadaan terhadap DSS ini perlu diperhatikan karena angka kematian pada DSS
sepuluh kali lebih tinggi dibandingkan DBD tanpa syok. Pasien DSS akan
menghadapi resiko kematian apabila tidak ditangani secara dini dan secara cepat.
Faktor risiko terjadinya DSS adalah perdarahan, infeksi dengue sekunder dan
hemokonsentrasi yang lebih dari 22%, kadar hematocrit dan kadar trombosit
memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian DSS pada pasien DBD
(Podung, Tatura, Mantik, 2021).
Berdasarkan kasus untuk kelompok E didapatkan data di ruang PICU/NICU RSUD
DR. SUYOTO. Dari hasil pengkajian didapatkan data umum Ibu pasien mengatakan
An. D masuk ke IGD tanggal 24 Oktober 2022 dengan keluhan demam dan diare.
Pasien mengatakan mual dan mengatakan nyeri pada perutnya, keluhan utama yang
dirasakan anaknya adalah demam, mual, muntah, nyeri di ulu hati, lemas dan batuk,
yang terjadi berangsur-angsur selama 6 hari ini sejak tanggal 21 Oktober 2022. Ibu
pasein mengatakan tidak tahu anaknya mengalami penyakit apa, upaya awal yang
dilakukan ibu pasien yaitu membawanya langsung ke RS di dekat rumah, tetapi
dikarenan RS tersebut keterbatasan dalam menangani kasus An. D maka, An. D di
rujuk ke IGD Rs. dr. Suyoto.
Dari uraian diatas, kelompok tertarik untuk membahas lebih dalam mengenai DSS
pada anak.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Adapun dalam penulisan makalah ini diharapkan mahasiswa mampu memahami
tentang Asuhan Keperawatan Anak Dengan Diagnosa Medis DSS.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penulisan makalah ini adalah mahasiswa mampu:
a. Menjelaskan definisi DSS
b. Menjelaskan etiologi DSS
c. Menjelaskan patofisiologi DSS
d. Menjelaskan manifestasi klinis DSS
e. Menjelaskan komplikasi DSS
f. Memaparkan pengkajian keperawatan pasien DSS
g. Merumuskan diagnosis keperawatan pasien DSS
h. Menyusun perencanaan keperawatan pasien DSS
i. Melakukan implementasi keperawatan pasien DSS
j. Melakukan evaluasi keperawatan pasien DSS
C. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah studi kepustakann
yaitu dengan mempelajari dan mengumpulkan bacaan tentang DSS pada anak dari
berbagai macam sumber. Seperti jurnal, makalah, artikel, buku, dan media informasi
yang diperlukan dalam pembuatan makalah ini.
D. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari empat bab yang disusun dengan sistematika penulisan yaitu :
BAB I : Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode
penulisan, dan sistematika penulisan. BAB II: Tinjauan Teori yang meliputi
Konsep Penyakit, Konsep Asuhan Keperawatan BAB III: Tinjauan Kasus yang
terdiri dari Asuhan Keperawatan Anak Dengan Diagnosa Medis DSS. BAB IV:
Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran. DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Penyakit
1. Pengertian DSS
Dengue Shock Syndrome (DSS) merupakan fase ketiga dan keempat dari
perkembangan penyakit Demam Berdarah Dengue, dimana sudah terjadi syok
pada penderita demam berdarah. Demam Berdarah Dengue adalah salah satu
penyakit yang disebabkan oleh infeksi salah satu atau beberapa serotipe dari 4
jenis virus dengue, yaitu: Den-1, Den-2, Den-3, dan Den-4 yang ditularkan
melalui gigitan nyamuk Aedes sp. yaitu Aedes aegypti atau Aedes albopictus
yang sudah terdapat virus di dalam tubuhnya (Prasetya, dkk 2017).
Dengue Syok Sindrom (DSS) adalah kasus deman berdarah dengue disertai
dengan manifestasi kegagalan sirkulasi/ syok/ renjatan. Dengue Shock Syndrome
(DSS) adalah sindroma syok yang terjadi pada penderita Dengue Hemorrhagic
Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue (DBD) menyebar dengan luas dan
tiba-tiba, tetapi juga merupakan permasalahan klinis. Karena 30 – 50% penderita
demam berdarah dengue akan mengalami renjatan dan berakhir dengan suatu
kematian terutama bila tidak ditangani secara dini dan adekuat (Podung, Tatura,
Mantik, 2021).
2. Etiologi DSS
Anak DBD dengan malnutrisi dan gizi lebih mempunyai risiko lebih besar terjadi
syok. Aktivitas sistem imun berkembang dengan baik pada gizi baik, gizi lebih
dan obesitas, sehingga menyebabkan proliferasi virus meningkat dan manifestasi
penyakit yang lebih berat. Obesitas dapat memperberat infeksi dengue karena
peningkatan produksi jaringan adiposa putih yang menyebabkan peningkatan
produksi mediator. Hal ini berakibat kebocoran plasma progresif yang berakhir
pada risiko SSD yang lebih tinggi (Satari, Mardani, Gunardi, 2018).
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin laki-laki, muntah,
nyeri perut, kadar hematokrit 6%, dan kadar trombosit ≤50.000/mm3 adalah
faktor risiko SSD yang bermakna (Edwin, Budiarta, Edward, 2019).
Menurut Prasetya, dkk (2017) faktor risiko DSS yaitu lama mendapatkan
layanan kesehatan, infeksi dengue ulangan, dan jenis serotipe virus, juga terdapat
faktor lingkungan dan sosio demografik yang besar kemungkinan juga menjadi
faktor risiko DSS yaitu akses terhadap pelayanan kesehatan, pengetahuan dan
kesadaran orangtua penderita mengenai DBD. Persepsi individu yang kurang
baik dalam memahami penyakit DBD yang dianggap seperti demam pada
umumnya, sehingga akhirnya ada keterlambatan dibawa ke fasilitas kesehatan
dan dirujuk ke rumah sakit, dan menyebabkan tingkat keparahan penyakit DBD
meningkat dan terjadi syok.
Pasien DSS akan menghadapi resiko kematian apabila tidak ditangani secara dini
dan secara cepat. Faktor risiko terjadinya DSS adalah perdarahan, infeksi dengue
sekunder dan hemokonsentrasi yang lebih dari 22%. Kadar hematocrit dan Kadar
trombosit memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian DSS pada
pasien DBD (Podung, Tatura, Mantik, 2021).
4. Pathway
5. Manifestasi Klinis
Menurut Prasetya, dkk (2017) Secara klinis, faktor yang berhubungan dengan
DSS yaitu mual, muntah, hipotensi, nyeri abdominal, perdarahan pada system
gastrointestinal, hemokonsentrasi, efusi pleura, hipoalbuminemia,
hipoproteinemia, hepatomegali, trompositopenia, tingkat fibrinogen, protrombin
dan tromboplastin time, serta tingkat alanine transaminase. Selain faktor klinis
yang terbukti sebagai faktor risiko DSS, juga terdapat faktor lingkungan dan
sosio demografik yang besar kemungkinan juga menjadi faktor risiko DSS yaitu
akses terhadap pelayanan kesehatan, pengetahuan dan kesadaran orangtua
penderita mengenai DBD. Persepsi individu yang kurang baik dalam memahami
penyakit DBD yang dianggap seperti demam pada umumnya, sehingga akhirnya
ada keterlambatan dibawa ke fasilitas kesehatan dan dirujuk ke rumah sakit, dan
menyebabkan tingkat keparahan penyakit DBD meningkat dan terjadi syok.
Pada tahap ini ada dua evaluasi yang dapat dilaksanakan oleh perawat, yaitu
evaluasi formatif yang bertujuan untuk menilai hasil implementasi secara
bertahap sesuai dengan kegiatan yang dilakukan sesuai kontrak pelaksanaan
dan evaluasi sumatif yang bertujuan menilai secara keseluruhan terhadap
pencapaian diagnosa keperawatan apakah rencana diteruskan, diteruskan
sebagian, diteruskan dengan perubahan intervensi, atau dihentikan (Sukarno,
2014). Apabila dalam penilaian, tujuan tidak tercapai maka perlu dicari
penyebabnya. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor:
a. Tujuan tidak realitas
b. Tindakan keperawatan yang tidak jelas
c. Ada faktor lingkungan yang tidak dapat diatasi.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pasien masuk ke ruang PICU pada tanggal 24 Oktober 2022, dan pengkajian
keperawatan di mulai pada tanggal 25 Oktober 2022, pasein masuk pukul 10.10
WIB dengan nomor register 2201240490 dengan diagnosa medis DSS (Dengue
Shock Syndrome).
A. Pengkajian
1. Data Biografi
a. Biografi Pasien
Pasien dengan inisial An. D laki-laki beragama islam kelahiran Jakarta
tanggal 3 Maret 2013 (9 tahun) bersuku bangsa Jawa bahasa yang sering
digunakan untuk komunikasi adalah bahasa Indonesia, dan pendidikan
pasien saat ini SD kelas 3
b. Biografi Orangtua/Wali
Ibu dari An. D, bernama Ny. D berusia 44 tahun beragama Islam dengan
pendidikan terakhir S-1 pekerjaan saat ini adalah seorang PNS, bahasa
yang sering digunakan untuk berkomunikasi adalah bahasa Indonesia.
Ayah dari An. D bernama Tn. W berusia 44 tahun beragama Islam
dengan pekerjaan saat ini adalah TNI, bahasa yang sering digunakan
untuk berkomunikasi adalah bahasa Indonesia.
2. Resume
Ibu pasien mengatakan An. D masuk ke IGD tanggal 24 Oktober 2022
dengan keluhan demam dan diare. Pasien mengatakan mual dan
mengatakan nyeri pada perutnya, keluhan utama yang dirasakan anaknya
adalah demam, mual, muntah, nyeri di ulu hati, lemas dan batuk, yang
terjadi berangsur-angsur selama 6 hari ini sejak tanggal 21 Oktober 2022.
Ibu pasein mengatakan tidak tahu anaknya mengalami penyakit apa, upaya
awal yang dilakukan ibu pasien yaitu membawanya langsung ke RS di
dekat rumah, tetapi dikarenan RS tersebut keterbatasan dalam menangani
kasus An. D maka, An. D di rujuk ke IGD Rs. dr. Suyoto.
3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
An. D sebelumnya belum pernah mengalami penyakit DBD, pada tanggal
21 Oktober 2022 Ny. D beranggapan bahwa anaknya mengalami demam
biasa, kemudian beliau membawanya ke RS di dekat rumahnya, akan tetapi
dikarenan RS tersebut keterbatasan dalam menangani kasus An. D maka,
An. D di rujuk ke IGD Rs. dr. Suyoto.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Ny. D mengatakan keluarga besarnya tidak memiliki penyakit keturunan,
begitu pula keluarga besar Tn. W
5. Riwayat kesehatan lingkungan
Ny. D mengatakan bahwa rumahnya merupakan komplek perumahan,
alhasil lingkungannya aman dan ramah polusi, baik itu polusi udara
maupun polusi air. Ny. D juga mengatakan rumahnya dibersihkan tiap dua
kali sehari
6. Riwayat kesehatan sekarang
Selama dilakukannya pengkajian An. D tampak lemas, saat dilakukan
pengukuran suhu tubuh, suhu tubuh An. D 36,5℃. An. D mengatakan
dirinya tidak nafsu makan, setelah dibujuk beberapa kali oleh perawat, An.
D mau makan tetapi hanya mau makan 2 suap saja dikarenakn makanannya
terlalu lembek dan dirinya merasa mual. Pada pukul 09.15 An. D
mengatakan pempersnya penuh, saat dilihat konsistensi feses An. D cair
dan berampas, hingga shift pagi berakhir An. D sudah 3 kali mengganti
pempers dan untuk konsistensi feses tetap sama.
An. D juga mengatakan sesak, An. D telah diberikan oksigen nasal kanul
2L/menit tetapi tidak mau dipakai, An. D mengatakan selang dihidungnya
sering lepas dan mengganggu di hidungnya, pada bagian hidung pasien
tampak pernafasan cuping hidung, sesekali An. D juga menggunakan otot
bantu pernafasan untuk mengurangi sesaknya.
2. Data Objektif
a. TTV pasien; suhu 36,5℃, nadi 99x/menit, pernafasan 25-40x/menit,
tekanan darah 115/99 mmHg, tingkat kesadaran pasien CM
b. Mukosa pasien tampak kering, berwarna merah, tidak ada lesi, bibir
tampak kering, gusi dan lidah tampak merah muda, tampak karang gigi
di gigi graham
c. Pasien tampak mengalami obesitas, dan tidak mengalami permasalahan
kulit
d. Suara nafas fesikuler pada kedua lapang paru, pasien tampak batuk dan
tidak mengeluarkan sputum, pasien juga tidak tampak menggunakan
otot bantu napas
e. Turgor kulit normal, CRT <3 detik, akral teraba hangat, tidak ada
edema, sianosis maupun ikterik
f. Tidak tampak distensi pada abdomen, bising usus 12x/menit
g. BAB tampak cair berwarna kuning kecoklatan berbau khas feses, tetapi
agak berbau asam, pasien sudah BAB sebanyak dua kali
h. BAK berwarna kuning jernih dan berbau khas urin, pasien telah Bak
sebanyak 5x
i. Untuk melakukan aktivitas, pasien dibantu total oleh ibunya
j. Konjungtiva pasien tampak anemis
k. Pasien tampak sering terbangun saat tidur, terkadang pasien juga tampak
mengigau
C. Dampak Hospitalisasi
An. D mengalami ketakutan kepada perawat, karena ini kali pertamanya
dirawat di RS, An. D juga mengalami ketakutan ketika dirinya akan di suntik.
Orangtau An. D terutama Ny. D mengalami kecemasan kepada anaknya
karena anaknya masuk ke PICU, Ny. D juga merasa khawatir karena anaknya
kurang tidur dan sering menangis
D. Pemeriksaan penunjang
Hasil pemeriksaan Lab H2TL pertanggal 26 Oktober 2022, hasil lab HB 11,6
g/dl, Leukosit 9,6 x 103 ul, Trombosit 30 x 103/ul, HT 43%
E. Penatalaksanaan
Terapi farmakologis:
1. PCT tab 500mg/8 jam berfungsi menurunkan demam
2. Ondancentron 5mg/8 jam berfungsi mengatasi mual yang dialami An. D
3. Zink sirup 20ml/24 jam berfungsi memenuhi kebutuhan elektrolit tubuh
4. Lacto B 2 sachet /12 jam berfungsi mengatasi diare
PROSES ASUHAN KEPERAWATAN
1. Data Fokus
5555 5555
Kelompok E
2. Analisis Data
DO:
a. Klien tampak letih
b. Klien tampak ada bintik-
bintik merah di tangan klien
c. TTV:
1) TD : 100/70 mmHg
2) RR : 24 x/m
3) N : 64 x/m
4) S : 39,0℃
d. Status cairan
1) Input 1.170 cc
2) Output urine: 1.300 cc
3) IWL : 38 x 10 x 7/2jam :
110,8 cc
4) Balance cairan -240,8 cc
e. Klien tampak lemah
f. Turgor kulit tidak elastis
g. Trombosit klien
19*(10’3/UL)
2. DS: Pola nafas Tidak Hambatan upaya
a. Pasien mengatakan sesak efektif nafas
DO:
1. Pasien terpasang Nasal kanul
2 L/mnt
3. DS:
a. Klien mengatakan lemas Risiko defisit Pasien merasakan
b. Ibu klien mengatakan nafsu nutrisi mual dan muntah
makan klien berkurang
c. Klien mengatakan pusing saat
berdiri dan duduk
d. Ibu klien mengatakan klien
tadi siang muntah
DO:
a. Klien tampak tidak nafsu
makan
b. Klien hanya menghabiskan 2
sendok dari porsi yang
diberikan
c. Mukosa bibir klien tampak
pucat
d. ABCD
Antropometri:
1) BB : 45 kg
2) TB : 130 cm
3) IMT : 17,4
Biokimia:
1) Leukosit 3,44 10^3/uL
2) Neutrofil 22,1 10^3/uL
3) Limfosit 66,9 10^3/uL
4) Monosit 8,4 10^3/uL
5) Platelet 16 10^3/uL
6) Hb 14,6 g/dL
7) Ht 41,2 10^6/uL
8) Trombosit 30 x 103/ul
Clinical:
1) Mukosa bibir pucat
2) Konjungtiva anemis
4) Warna kulit sawo matang
5) Turgor < 3 detik
Diit
Tinggi kalori tinggi protein
Kelompok E
3. Prioritas Diagnosa
5. Implementasi Keperawatan
10.25 1
Memonitor tanda-tanda vital klien
RH/: Klien mengatakan tidak lemas lagi, klien
mengatakan mulai bersemangat. TD 100/80
mmHg, N 79x/menit, RR 18x/menit, S 36,9°C
6. Evaluasi Keperawatan
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada BAB ini kelompok akan membahas tentang adanya kesesuaian maupun kesenjangan antara
teori dan hasil dari proses asuhan keperawatan pada pasien An. D dengan kasus DSS (Dengue
Shock Syndrome) yang dilakukan sejak tanggal 25 Oktober hingga 28 Oktober 2022 di ruang
PICU NICU Rs. dr. Suyoto. Kegiatan yang dilakukan meliputi:
A. Pengkajian
Pasien atas nama An. D di diagnosis DSS (Dengue Shock Syndrome) dikarenakan
mengalami penurunan trombosit secara drastis. Keluhan utama pasien lemas, mual
muntah + 200 cc, tidak nafsu makan, nyeri di ulu hati. Hasil pemeriksaan
labolatorium didapatkan leukosit 3,44 x 10^3/uL, Neutrofil 22,1 x 10^3/uL, Limfosit
66,9 x 10^3/uL, Monosit 8,4 x 10^3/uL, Platelet 16 x 10^3/uL, Hb 14,6 g/dL, Ht 41,2
x 10^6/uL, Trombosit 19 x 10’3/uL.
Pada pasein dengan DSS sesuai dengan teori akan muncul tanda dan gejala seperti
muntah, nyeri perut, kadar hematokrit 6%, dan kadar trombosit ≤50.000/mm 3 (Edwin,
Budiarta, Edward, 2019). Berdasarkan tanda dan gejala antara teori dan temuan di
lapangan terdapat kesamaan data yang mendukung ditegakkannya diagnosa DSS pada
An. D, seperti An. D mengeluh nyeri pada perut, mual, bahkan muntah + 200cc.
Selain itu tanda dan gejala yang paling sama dengan teori yaitu kadar trombosit
pasien yaitu sebesar 19.000uL, angka tersebut berada dibawah standar dari batas
normal.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pertanyaan yang menggambarkan respons manusia
(keadaan sehat atau perubahan pola interaksi aktual/potensial) dari individu atau kelompok.
Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis tentang respons individu, keluarga, atau
komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan actual ataupun potensial
sebagai dasar pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil tempat perawat
bertanggung jawab (Budiono, 2016).
Menurut SDKI (2017), diagnosa keperawatan yang sering muncul pada kasus DHF
dan DSS yaitu:
a. Resiko Syok d.d takikardi, hipotensi, Takipneu, akral teraba dingin dan pasien
gelisah
b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas.
c. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan suhu tubuh
diatas nilai normal
d. Defisit nutrisi berhubungan dengan mual dan muntah
e. Hipovolemia berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler ditandai
dengan kebocoran plasma darah.
C. Intervensi dan Implementasi Keperawatan
Rencana tindakan keperawatan merupakan desain spesifik untuk membantu pasien
dalam mencapai tujuan dan kriteria hasil. Intervensi disusunberdasarkan
permasalahan kesehatan yang dialami oleh pasien (Budiono, 2016). Pada pasein
dengan permasalahan DSS intervensi keperawatan yang dapat diambil yaitu
manajemen syok seperti pemantauan ttv, monitor oksigenisasi pasien, manajemen
jalan nafas seperti lalukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi oksigen,
dan manajemen nutrisi seperti berkolaborasi dengan ahli gizi dalam menentukan diet
yang sesuai dengan pasien.
Ibu pasien memberikan sari kurma atas anjuran dokter dan perawat ruangan PICU,
guna menaikkan trombosit pasien. Hal tersebut sesuai dengan teori menurut Anita
Pasande (2014) dalam jurnal “Pengaruh Pemberian Sari Kurma Terhadap Perubahan
Jumlah Trombosit Pada Pasien Anak Dengan DBD di BRSD Luwuk”.
D. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan yang ditetapkan pada tahap
setelah pengkajian sudah dicapai atau belum. Oleh karena itu, evaluasi dilakukan
sesuai dengan kriteria hasil yang telah di tetapkan sebelumnya, tetapi selama proses
pencapaian terjadi pada klien juga harus selalu dilakukan evaluasi (Budiono, 2016).
Evaluasi bisa dilakukan dengan mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan
respon klien terhadap tindakan keperawatan sehingga perawat dapat mengambil
keputusan yaitu mengakhiri tindakan keperawatan. Jika kriteria hasil pada pasien
sudah tercapai dan masalah teratasi maka intervensi dihentikan dengan pemantauan
yang adekuat.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan kasus kelolaan pasieb yang kami dapat di ruang PICU pada tanggal 24
Oktober 2022, dan pengkajian keperawatan di mulai pada tanggal 25 Oktober 2022,
pasein masuk pukul 10.10 WIB dengan nomor register 2201240490 dengan diagnosa
medis DSS (Dengue Shock Syndrome). An. D, seperti An. D mengeluh nyeri pada
perut, mual, bahkan muntah + 200cc. Selain itu tanda dan gejala yang paling sama
dengan teori yaitu kadar trombosit pasien yaitu sebesar 19.000uL, angka tersebut
berada dibawah standar dari batas normal.
Ibu pasien mengatakan An. D masuk ke IGD tanggal 24 Oktober 2022 dengan
keluhan demam dan diare. Pasien mengatakan mual dan mengatakan nyeri pada
perutnya, keluhan utama yang dirasakan anaknya adalah demam, mual, muntah, nyeri
di ulu hati, lemas dan batuk, yang terjadi berangsur-angsur selama 6 hari ini sejak
tanggal 21 Oktober 2022. Ibu pasein mengatakan tidak tahu anaknya mengalami
penyakit apa, upaya awal yang dilakukan ibu pasien yaitu membawanya langsung ke
RS di dekat rumah, tetapi dikarenan RS tersebut keterbatasan dalam menangani
kasus An. D maka, An. D di rujuk ke IGD Rs. dr. Suyoto.
Diagnosa yang ditegakkan oleh kelompok pada kasus An. D adalah Risiko Syok, pola
nafas tidak efektif, risiko defisit nutrisi berdasarkan analisa data yang ditemukan oleh
kelompok terhadap kasus.
Intervensi yang diambil oleh kelompok diantaranya adalah memonitor TTV pasien,
memonitor pola nafas, memberikan terapi oksigen nasal kanul 2 lpm, pemantauan
cairan dan memonitor asupan makan, memfasilitasi makan pasien.
Implementasi yang dilakukan oleh kelompok sesuai dengan intervensi yang sudah
dibuat. Untuk evaluasi, dilakukan perhari setelah jam dinas selesai.
B. Saran
1. Bagi mahasiswa
Sebaiknya sebelum melakukan asuhan keperawatan terhadap klien, mahasiswa
perlu memahami konsep dasar terkait kasus yang akan ditanganin sehingga
dalam melakukan asuhan keperawatan lebih komprehensif dan sesuai dengan
teori. Mahasiswa dapat mempertahankann dan meningkatkan akan pengetahuan
terkait kode etik keperawatan, supaya kelak menjadi perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan sesuai dengan kode etik keperawatan yang berlaku.
Terkait dengan asuhan keperawatan pada pasien dengan DHF suspek DSS adalah
pasien DHF dengan grade 2 atau diagnosa medis yang muncul adalah DSS, pada
kasus ini perawat perlu melakukan pemantauan terhadap TTV pasien, memonitor
cairan dan perdarahan (jika ada). Pada pasien DSS biasanya terjadi tanda-tanda
seperti takikardi, hipotensi, akral teraba dingin, sesak nafas, nyeri, mual dan
muntah. Maka perlu dilakukan pemantauan TTV guna perbaikan kondisi klinis.
2. Bagi masyarakat
Masyarakat perlu meningkatkan pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya
menjaga kebersihan diri dan lingkungan demi mencegah terkena penyakit DBD.
Hal ini dapat dilakukan bila masyarakat bekerja sama dalam menurunkan angka
kejadian penyakit DBD, dimulai dari diri sendiri, keluarga, dan lingkungan
sekitar.
DAFTAR PUSTAKA
Batari, A, D., Maromon, J, T, S., Tjeng, W, S. (2020). Laporan Kasus Dengue Shock
Syndrome pada Anak dengan Obesitas. Jurnal Kedokteran Mulawarman. Vol. 7
(1). Hlm. 35-42.
Prasetya, D, I., Dkk. (2017). Faktor Karakteristik Klinis Host dan Sosiodemografik yang
Berpengaruh Terhadap Kejadian Dengue Shock Syndrome. Jurnal epidemiologi
kesehatan komunitas. Vol 2. Hlm 99-108.
Satari, H, I., Mardani, R, A., Gunardi, H. (2018). Faktor Prognosis Sindrom Syok
Dengue pada Anak. Vol. 20 (3). Hlm 131-137.