Anda di halaman 1dari 44

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DIAGNOSA MEDIS


DSS (DENGUE SHOCK SYNDROME) PADA AN. D

Disusun oleh:
Kelompok E (3 B)

1. Fatimah Nurulliah (20029)


2. Hakikur Rohmah (20037)
3. Haniyah Safitri (20039)
4. Putri Sulistyawati (20069)
5. Renaldi Hariski. J (20073)
6. Shafa Putri Rahmadina (20085)
7. Yulia Citra Fitri Yani (20103)

Dosen Pembimbing:
Ns. Casman, M.Kep., Sp. Kep. An

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FATMAWATI


JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-nya hingga kami dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Anak Dengan Diagnosa
Medis DSS (DENGUE SYOK SYNDROME) Pada An. D” Dalam menyusun makalah
ini, kami menghadapi banyak hambatan. Namun dengan usaha dan adanya dukungan
serta bantuan, baik berupa moril, maupun materi. Akhirnya kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Untuk itu kami mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ns. DWS Suarse Dewi, M.Kep, Sp.Kep.MB. Selaku Direktur STIKES Fatmawati
Jakarta.
2. Ns. Hinin Wasilah, M.S selaku Wali Kelas Angkatan 23 STIKES Fatmawati
Program Studi Diploma III Keperawatan.
3. Ns. Ayuda Nia Agustina, M.Kep. Sp. Kep. An selaku Penanggung Jawab Mata
Kuliah Keperawatan Anak II
4. Ns. Hemma Siti R, M. Kep Selaku Dosen Pengajar Mata Kuliah Keperawatan
Keperawatan Anak
5. Ns. Casman M, Kep., Sp. Kep. An Selaku Dosen Pembimbing Praktek Klinik
Keperawatan Anak
6. Orang tua yang mendukung kami baik secara moril maupun materil
Kami menyadari makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini selanjutnya tentu sangat diperlukan.
Semoga makalah ini, dapat menjadi manfaat bagi semua pihak.

Jakarta, 2022

Kelompok E
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR1
DAFTAR ISI1
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar belakang1
B. Tujuan penulisan2
C. Metode penulisan2
D. Sistematika penulisan3
BAB II TINJAUAN TEORI
A. KONSEP PENYAKIT
1. Pengertian DSS4
2. Etiologi DSS4
3. Patofisiologi DSS5
4. Manifestasi Klinik DSS7
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DSS
1. Pengkajian4
2. Diagnosa Keperwatan
3. Intervensi Keperawatan
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan

BAB III TINJAUAN KASUS


Tinjauan Kasus Pasien Anak Dengan DSS14
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan41
B. Saran42
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengue Syok Syndrom (DSS) merupakan keadaan darurat medik dengan angka
kematian cukup tinggi, DSS merupakan komplikasi dari penyakit Demam Berdarah
Dengue (DBD) yang kemudian mengalami syok. DBD adalah infeksi arboviral yang
disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti (Salsabila, Shodikin, Rachmawati, 2017).

Kasus DBD ditegakkan dengan diagnosa yang terdiri dari gejala klinis dan hasil
laboratorium yang megindikasikan penurunan trombosit < 100.000/mm3 dan adanya
kebocoran plasma yang ditandai dengan peningkatan hematokrit > 20%. Kasus DBD
yang dilaporkan pada tahun 2020 tercatat sebanyak 108.303 kasus. Jumlah ini
menurun dibandingkan tahun 2019 yang sebesar 138.127 kasus. Sejalan dengan
jumlah kasus, kematian karena DBD pada tahun 2020 juga mengalami penurunan
dibandingkan tahun 2019, dari 919 menjadi 747 kematian. Kesakitan dan kematian
dapat digambarkan dengan menggunakan indikator incidence rate (IR) per 100.000
penduduk dan case fatality rate (CFR) dalam bentuk persentase. Jumlah kabupaten
kota terjangkit DBD pada tahun 2020 sebanyak 477 atau sebesar 92,8% dari seluruh
kabupaten/kota yang ada di Indonesia. Jumlah kabupaten/kota terjangkit DBD
menujukkan kecenderungan peningkatan sejak tahun 2010 sampai dengan 2019
(Riskesdas, 2020)

Kewaspadaan terhadap DSS ini perlu diperhatikan karena angka kematian pada DSS
sepuluh kali lebih tinggi dibandingkan DBD tanpa syok. Pasien DSS akan
menghadapi resiko kematian apabila tidak ditangani secara dini dan secara cepat.
Faktor risiko terjadinya DSS adalah perdarahan, infeksi dengue sekunder dan
hemokonsentrasi yang lebih dari 22%, kadar hematocrit dan kadar trombosit
memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian DSS pada pasien DBD
(Podung, Tatura, Mantik, 2021).
Berdasarkan kasus untuk kelompok E didapatkan data di ruang PICU/NICU RSUD
DR. SUYOTO. Dari hasil pengkajian didapatkan data umum Ibu pasien mengatakan
An. D masuk ke IGD tanggal 24 Oktober 2022 dengan keluhan demam dan diare.
Pasien mengatakan mual dan mengatakan nyeri pada perutnya, keluhan utama yang
dirasakan anaknya adalah demam, mual, muntah, nyeri di ulu hati, lemas dan batuk,
yang terjadi berangsur-angsur selama 6 hari ini sejak tanggal 21 Oktober 2022. Ibu
pasein mengatakan tidak tahu anaknya mengalami penyakit apa, upaya awal yang
dilakukan ibu pasien yaitu membawanya langsung ke RS di dekat rumah, tetapi
dikarenan RS tersebut keterbatasan dalam menangani kasus An. D maka, An. D di
rujuk ke IGD Rs. dr. Suyoto.

Dari uraian diatas, kelompok tertarik untuk membahas lebih dalam mengenai DSS
pada anak.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Adapun dalam penulisan makalah ini diharapkan mahasiswa mampu memahami
tentang Asuhan Keperawatan Anak Dengan Diagnosa Medis DSS.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penulisan makalah ini adalah mahasiswa mampu:
a. Menjelaskan definisi DSS
b. Menjelaskan etiologi DSS
c. Menjelaskan patofisiologi DSS
d. Menjelaskan manifestasi klinis DSS
e. Menjelaskan komplikasi DSS
f. Memaparkan pengkajian keperawatan pasien DSS
g. Merumuskan diagnosis keperawatan pasien DSS
h. Menyusun perencanaan keperawatan pasien DSS
i. Melakukan implementasi keperawatan pasien DSS
j. Melakukan evaluasi keperawatan pasien DSS

C. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah studi kepustakann
yaitu dengan mempelajari dan mengumpulkan bacaan tentang DSS pada anak dari
berbagai macam sumber. Seperti jurnal, makalah, artikel, buku, dan media informasi
yang diperlukan dalam pembuatan makalah ini.

D. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari empat bab yang disusun dengan sistematika penulisan yaitu :
BAB I : Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode
penulisan, dan sistematika penulisan. BAB II: Tinjauan Teori yang meliputi
Konsep Penyakit, Konsep Asuhan Keperawatan BAB III: Tinjauan Kasus yang
terdiri dari Asuhan Keperawatan Anak Dengan Diagnosa Medis DSS. BAB IV:
Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran. DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Penyakit
1. Pengertian DSS
Dengue Shock Syndrome (DSS) merupakan fase ketiga dan keempat dari
perkembangan penyakit Demam Berdarah Dengue, dimana sudah terjadi syok
pada penderita demam berdarah. Demam Berdarah Dengue adalah salah satu
penyakit yang disebabkan oleh infeksi salah satu atau beberapa serotipe dari 4
jenis virus dengue, yaitu: Den-1, Den-2, Den-3, dan Den-4 yang ditularkan
melalui gigitan nyamuk Aedes sp. yaitu Aedes aegypti atau Aedes albopictus
yang sudah terdapat virus di dalam tubuhnya (Prasetya, dkk 2017).

Dengue Syok Sindrom (DSS) adalah kasus deman berdarah dengue disertai
dengan manifestasi kegagalan sirkulasi/ syok/ renjatan. Dengue Shock Syndrome
(DSS) adalah sindroma syok yang terjadi pada penderita Dengue Hemorrhagic
Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue (DBD) menyebar dengan luas dan
tiba-tiba, tetapi juga merupakan permasalahan klinis. Karena 30 – 50% penderita
demam berdarah dengue akan mengalami renjatan dan berakhir dengan suatu
kematian terutama bila tidak ditangani secara dini dan adekuat (Podung, Tatura,
Mantik, 2021).

2. Etiologi DSS
Anak DBD dengan malnutrisi dan gizi lebih mempunyai risiko lebih besar terjadi
syok. Aktivitas sistem imun berkembang dengan baik pada gizi baik, gizi lebih
dan obesitas, sehingga menyebabkan proliferasi virus meningkat dan manifestasi
penyakit yang lebih berat. Obesitas dapat memperberat infeksi dengue karena
peningkatan produksi jaringan adiposa putih yang menyebabkan peningkatan
produksi mediator. Hal ini berakibat kebocoran plasma progresif yang berakhir
pada risiko SSD yang lebih tinggi (Satari, Mardani, Gunardi, 2018).
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin laki-laki, muntah,
nyeri perut, kadar hematokrit 6%, dan kadar trombosit ≤50.000/mm3 adalah
faktor risiko SSD yang bermakna (Edwin, Budiarta, Edward, 2019).

Menurut Prasetya, dkk (2017) faktor risiko DSS yaitu lama mendapatkan
layanan kesehatan, infeksi dengue ulangan, dan jenis serotipe virus, juga terdapat
faktor lingkungan dan sosio demografik yang besar kemungkinan juga menjadi
faktor risiko DSS yaitu akses terhadap pelayanan kesehatan, pengetahuan dan
kesadaran orangtua penderita mengenai DBD. Persepsi individu yang kurang
baik dalam memahami penyakit DBD yang dianggap seperti demam pada
umumnya, sehingga akhirnya ada keterlambatan dibawa ke fasilitas kesehatan
dan dirujuk ke rumah sakit, dan menyebabkan tingkat keparahan penyakit DBD
meningkat dan terjadi syok.

3. Patofisiologi Klinis DSS


Patologis yang utama pada penderita DHF adalah meningkatnya permeabilitas
dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya perembesan atau kebocoran
plasma, peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya
volume plasma yang secara otomatis jumlah trombosit berkurang, terjadinya
hipotensi (tekanan darah rendah) yang dikarenakan kekurangan haemoglobin,
terjadinya hemokonsentrasi (peningkatan hematocrit > 20%) dan renjatan (syok).
Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk ke dalam tubuh penderita adalah
penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal di
seluruh tubuh, ruam atau bitnik-bintik merah pada kulit (petekie), sakit
tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran limpa
(splenomegali) (Herdman, 2012).

Pasien DSS akan menghadapi resiko kematian apabila tidak ditangani secara dini
dan secara cepat. Faktor risiko terjadinya DSS adalah perdarahan, infeksi dengue
sekunder dan hemokonsentrasi yang lebih dari 22%. Kadar hematocrit dan Kadar
trombosit memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian DSS pada
pasien DBD (Podung, Tatura, Mantik, 2021).

4. Pathway

5. Manifestasi Klinis
Menurut Prasetya, dkk (2017) Secara klinis, faktor yang berhubungan dengan
DSS yaitu mual, muntah, hipotensi, nyeri abdominal, perdarahan pada system
gastrointestinal, hemokonsentrasi, efusi pleura, hipoalbuminemia,
hipoproteinemia, hepatomegali, trompositopenia, tingkat fibrinogen, protrombin
dan tromboplastin time, serta tingkat alanine transaminase. Selain faktor klinis
yang terbukti sebagai faktor risiko DSS, juga terdapat faktor lingkungan dan
sosio demografik yang besar kemungkinan juga menjadi faktor risiko DSS yaitu
akses terhadap pelayanan kesehatan, pengetahuan dan kesadaran orangtua
penderita mengenai DBD. Persepsi individu yang kurang baik dalam memahami
penyakit DBD yang dianggap seperti demam pada umumnya, sehingga akhirnya
ada keterlambatan dibawa ke fasilitas kesehatan dan dirujuk ke rumah sakit, dan
menyebabkan tingkat keparahan penyakit DBD meningkat dan terjadi syok.

Obesitas menyebabkan peningkatan produksi mediator inflamasi sehingga


permeabilitas kapiler meningkat dan menyebabkan kebocoran plasma. Reaksi
antigen dan antibodi yang berlebihan menyebabkan infeksi dengue lebih berat.
DSS merupakan kegawatan klinis yang perlu segera ditangani, dengan
pemberian cairan yang adekuat dan tepat DSS akan cepat reversibel dan dapat
mencegah berbagai komplikasi yang mungkin terjadi (Batari, Maromon, Tjeng,
2020).

B. Konsep Asuhan Keperawatan Dengan Diagnosa Medis DSS


1 Pengkajian
Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan
hal yang penting di lakukan baik saat pasien pertama kali masuk rumah sakit
maupun selama pasien dirawat di rumah sakit (Widyorini, 2017)
a) Identitas pasien Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-
anak dengan usia kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan,
nama orang tua, pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.
b) Keluhan utama Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF
untuk datang kerumah sakit adalah panas tinggi dan anak lemah
c) Riwayat penyakit sekarang Didapatkan adanya keluhan panas mendadak
yang disertai menggigil dan saat demam kesadaran composmetis. Turunnya
panas terjadi antara hari ke-3 dan ke-7 dan anak semakin lemah. Kadang-
kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia,
diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot, dan persendian, nyeri ulu
hati, dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi
perdarahan pada kulit, gusi (grade III. IV), melena atau hematemesis.
d) Riwayat penyakit yang pernah diderita
e) Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF anak biasanya
mengalami serangan ulangan DHF dengan tipe virus lain.
f) Riwayat Imunisasi Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka
kemungkinan akan timbulnya koplikasi dapat dihindarkan.
g) Riwayat Gizi Status gizi anak DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan
status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat factor
predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan
mual, muntah dan tidak nafsu makan. Apabila kondisi berlanjut dan tidak
disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat
mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya berkurang.
h) Kondisi Lingkungan Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan
lingkungan yang kurang bersih (seperti air yang menggenang atau
gantungan baju dikamar)
i) Pola Kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, nafsu makan berkurang dan
menurun.
2) Eliminasi (buang air besar): kadang-kadang anak yang mengalami
diare atau konstipasi. Sementara DHF pada grade IV sering terjadi
hematuria
3) Tidur dan istirahat: anak sering mengalami kurang tidur karena
mengalami sakit atau nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan
kualitas tidur maupun istirahatnya berkurang.
4) Kebersihan: upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat
sarang nyamuk Aedes aegypty.
5) Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk
menjaga kesehatan.
j) Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari
ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan DHF, keadaan
anak adalah sebagai berikut :
1) Grade I yaitu kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, tanda-
tanda vital dan nadi lemah.
2) Grade II yaitu kesadaran composmetis, keadaan umum lemah, ada
perdarahan spontan petechie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi
lemah, kecil, dan tidak teratur.
3) Grade III yaitu kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah,
nadi lemah, kecil dan tidak teratur, serta takanan darah menurun.
4) Grade IV yaitu kesadaran coma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba,
tekanan darah tidak teratur, pernafasan tidak teratur, ekstremitas
dingin, berkeringat, dan kulit tampak biru.
k) Sistem Integumen
1) Adanya ptechiae pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat
dingin, dan lembab
2) Kuku sianosis atau tidak
3) Kepala dan leher: kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena
demam, mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan atau
epitaksis pada grade II,III,IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa
mulut kering, terjadi perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara
tenggorokan mengalami hyperemia pharing dan terjadi perdarahan
ditelinga (pada grade II,III, IV).
4) Dada: bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada poto
thorak terdapat cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi
pleura), rales +, ronchi +, yang biasanya terdapat pada grade III dan
IV.
5) Abdomen mengalami nyeri tekan, pembesaran hati atau hepatomegaly
dan asites
6) Ekstremitas: dingin serta terjadi nyeri otot sendi dan tulang.
l) Pemeriksaan laboratorium Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan
dijumpai :
1) HB dan PVC meningkat (≥ 20%)
2) Trombositopenia (≤ 100.000/ ml)
3) Leukopenia ( mungkin normal atau lekositosis)
4) Ig. D dengue positif 29
5) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia,
hipokloremia, dan hiponatremia
6) Ureum dan pH darah mungkin meningkat
7) Asidosis metabolic : pCO2
2 Diagnosa Keperawatan
Menurut SDKI (2017), diagnosa keperawatan yang sering muncul pada kasus
DHF Dan DSS yaitu:
a. Resiko Syok d.d takikardi, hipotensi, Takipneu, akral teraba dingin dan
pasien gelisah
b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas.
c. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan suhu
tubuh diatas nilai normal
d. Defisit nutrisi berhubungan dengan mual dan muntah
e. Hipovolemia berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler
ditandai dengan kebocoran plasma darah
3 Intervensi Keperawatan
Menurut SIKI (2018), intervensi yang tepat untuk diagnosa DHF/DSS yaitu:
a. Resiko Syok ditandai dengan takikardi, hipotensi, akral teraba dingin, dan
pasien gelisah
observasi
1) Monitor Status TTV
2) Monitor status oksigenasi
3) Monitor status cairan
Terapeutik
4) Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi
5) Jelaskan tanda dan gejala awal syok
Edukasi
6) Anjurkan memperbanyak cairan oral
Kolaborasi
7) Kolaborasi pemberian IV

b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas


Observasi
1) Monitor pola napas (frekuensi, usaha napas), bunyi napas tambahan
(gurgling, mengi, wheezing, ronkhi basah)
Terapeutik
2) Posisikan semi fowler atau fowler
Edukasi
3) Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi
Kolaborasi
4) Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu
c. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
observasi
1) Identifikasi penyebab hipertermia (Dehidrasi, terpapar lingkungan
panas, penggunaan incubator)
2) Monitor suhu tubuh
Terapeutik
3) Berikan kompres hangat
Edukasi
4) Anjurkan memakai pakaian tipis
Kolaborasi
5) Kolaborasi pemberian obat antipiretik
d. Resiko defisit nutrisi ditandai dengan mual dan muntah
Observasi
1) Identifikasi status nutrisi, alergi, dan intoleransi makanan
2) Monitor asupan makan
Terapeutik
3) Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
4) Atur posisi makan menjadi fowler
Edukasi
5) Anjurkan makan dalam keadaan hangat
Kolaborasi
6) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan
d. Hipovolemia berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler
ditandai dengan kebocoran plasma darah
Observasi
1) Identifikasi tanda dan gejala hipovolemia (mis, frekuensi nadi
meningkat, nadi terasa lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi
menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa kering, volume
urin menurun, hematokrit meningkat, haus lemah)
2) Monitor intake dan output cairan
Terapeutik
3) Berikan asupan cairan oral
Edukasi
4) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
Kolaborasi
5) Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis, NaCl, RL) f)
6) Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis, glukosa 2,5%, NaCl
0,4%)
4 Implementasi Keperawatan
Menurut Sukarno (2014) tindakan keperawatan mencakup tindakan
independent (mandiri), dan kolaborasi.
a. Tindakan mandiri adalah aktifitas keperawatan yang didasarkan pada
kesimpulan atau keputusan sendiri dan bukan merupakan petunjuk atau
perintah dari petugas kesehatan lain.
b. Tindakan kolaborasi adalah tindakan yang didasarkan hasil keputusan
bersama seperti dokter dan petugas kesehatan lain.
5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil
implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat
(Sukarno, 2014), evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP yang
operasional dengan pengertian:
a. S: Ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara obyektif oleh
keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.
b. O: Keadaan subyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat
menggunakan pengamat yang objektif setelah implemnatsi keperawatan.
c. A: Merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan
masalah keluarga yang dibandingkan dengan krietria dan standar yang
telah ditentukan mengacu pada tujuan rencana keperawatan keluarga.
d. P: Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis pada
tahap ini ada 2 evaluasi yang dapat dilaksanakan oleh perawat.

Pada tahap ini ada dua evaluasi yang dapat dilaksanakan oleh perawat, yaitu
evaluasi formatif yang bertujuan untuk menilai hasil implementasi secara
bertahap sesuai dengan kegiatan yang dilakukan sesuai kontrak pelaksanaan
dan evaluasi sumatif yang bertujuan menilai secara keseluruhan terhadap
pencapaian diagnosa keperawatan apakah rencana diteruskan, diteruskan
sebagian, diteruskan dengan perubahan intervensi, atau dihentikan (Sukarno,
2014). Apabila dalam penilaian, tujuan tidak tercapai maka perlu dicari
penyebabnya. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor:
a. Tujuan tidak realitas
b. Tindakan keperawatan yang tidak jelas
c. Ada faktor lingkungan yang tidak dapat diatasi.
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

Pasien masuk ke ruang PICU pada tanggal 24 Oktober 2022, dan pengkajian
keperawatan di mulai pada tanggal 25 Oktober 2022, pasein masuk pukul 10.10
WIB dengan nomor register 2201240490 dengan diagnosa medis DSS (Dengue
Shock Syndrome).

A. Pengkajian
1. Data Biografi
a. Biografi Pasien
Pasien dengan inisial An. D laki-laki beragama islam kelahiran Jakarta
tanggal 3 Maret 2013 (9 tahun) bersuku bangsa Jawa bahasa yang sering
digunakan untuk komunikasi adalah bahasa Indonesia, dan pendidikan
pasien saat ini SD kelas 3
b. Biografi Orangtua/Wali
Ibu dari An. D, bernama Ny. D berusia 44 tahun beragama Islam dengan
pendidikan terakhir S-1 pekerjaan saat ini adalah seorang PNS, bahasa
yang sering digunakan untuk berkomunikasi adalah bahasa Indonesia.
Ayah dari An. D bernama Tn. W berusia 44 tahun beragama Islam
dengan pekerjaan saat ini adalah TNI, bahasa yang sering digunakan
untuk berkomunikasi adalah bahasa Indonesia.
2. Resume
Ibu pasien mengatakan An. D masuk ke IGD tanggal 24 Oktober 2022
dengan keluhan demam dan diare. Pasien mengatakan mual dan
mengatakan nyeri pada perutnya, keluhan utama yang dirasakan anaknya
adalah demam, mual, muntah, nyeri di ulu hati, lemas dan batuk, yang
terjadi berangsur-angsur selama 6 hari ini sejak tanggal 21 Oktober 2022.
Ibu pasein mengatakan tidak tahu anaknya mengalami penyakit apa, upaya
awal yang dilakukan ibu pasien yaitu membawanya langsung ke RS di
dekat rumah, tetapi dikarenan RS tersebut keterbatasan dalam menangani
kasus An. D maka, An. D di rujuk ke IGD Rs. dr. Suyoto.
3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
An. D sebelumnya belum pernah mengalami penyakit DBD, pada tanggal
21 Oktober 2022 Ny. D beranggapan bahwa anaknya mengalami demam
biasa, kemudian beliau membawanya ke RS di dekat rumahnya, akan tetapi
dikarenan RS tersebut keterbatasan dalam menangani kasus An. D maka,
An. D di rujuk ke IGD Rs. dr. Suyoto.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Ny. D mengatakan keluarga besarnya tidak memiliki penyakit keturunan,
begitu pula keluarga besar Tn. W
5. Riwayat kesehatan lingkungan
Ny. D mengatakan bahwa rumahnya merupakan komplek perumahan,
alhasil lingkungannya aman dan ramah polusi, baik itu polusi udara
maupun polusi air. Ny. D juga mengatakan rumahnya dibersihkan tiap dua
kali sehari
6. Riwayat kesehatan sekarang
Selama dilakukannya pengkajian An. D tampak lemas, saat dilakukan
pengukuran suhu tubuh, suhu tubuh An. D 36,5℃. An. D mengatakan
dirinya tidak nafsu makan, setelah dibujuk beberapa kali oleh perawat, An.
D mau makan tetapi hanya mau makan 2 suap saja dikarenakn makanannya
terlalu lembek dan dirinya merasa mual. Pada pukul 09.15 An. D
mengatakan pempersnya penuh, saat dilihat konsistensi feses An. D cair
dan berampas, hingga shift pagi berakhir An. D sudah 3 kali mengganti
pempers dan untuk konsistensi feses tetap sama.
An. D juga mengatakan sesak, An. D telah diberikan oksigen nasal kanul
2L/menit tetapi tidak mau dipakai, An. D mengatakan selang dihidungnya
sering lepas dan mengganggu di hidungnya, pada bagian hidung pasien
tampak pernafasan cuping hidung, sesekali An. D juga menggunakan otot
bantu pernafasan untuk mengurangi sesaknya.

B. Pengkajian Secara Fungsional


1. Data Subjektif
a. Pengetahuan orangtua terhadap penyakit, Ny. D mengatakan anaknya
merasa mual, kemudian nyeri di ulu hati, kemudian anaknya mengalami
demam dan badannya terasa lemas
b. Ny. D mengatakan anaknya mulai tidak nafsu makan, kemudian muntah
+ 200 cc, agar anaknya mudah menelan makanan Ny. D memberikan
makanan lunak kepada anaknya
c. Ny. D mengatakan anaknya mengalami sesak
d. Ny. D mengatakan anaknya tidak merasa kembung, tetapi merasa sakit
ketika di tekan bagian perutnya
e. Ny. D mengatakan anaknya mengalami diare dengan konsistensi cair
berwarna kuning kecoklatan berbau khas feses, tetapi agak berbau asam,
Ny. D mengatakan anaknya sudah BAB sebanyak dua kali
f. Ny. D mengatakan anaknya sudah BAK sebanyak lima kali, urin
berwarna kuning jernih, dan berbau khas urin.
g. An. D mengatakan tubuhnya terasa lemas, untuk melakukan kegiatan
An. D mengatakan dibantu oleh ibunya
h. Untuk permasalahan sensori persepsi An. D tidak merasa ada
perubahan, semuanya dalam keadaan normal
i. An. D mengatakan tidak bisa tidur, ketika tidur sebentar An. D
mengatakan tiba-tiba terbangun

2. Data Objektif
a. TTV pasien; suhu 36,5℃, nadi 99x/menit, pernafasan 25-40x/menit,
tekanan darah 115/99 mmHg, tingkat kesadaran pasien CM
b. Mukosa pasien tampak kering, berwarna merah, tidak ada lesi, bibir
tampak kering, gusi dan lidah tampak merah muda, tampak karang gigi
di gigi graham
c. Pasien tampak mengalami obesitas, dan tidak mengalami permasalahan
kulit
d. Suara nafas fesikuler pada kedua lapang paru, pasien tampak batuk dan
tidak mengeluarkan sputum, pasien juga tidak tampak menggunakan
otot bantu napas
e. Turgor kulit normal, CRT <3 detik, akral teraba hangat, tidak ada
edema, sianosis maupun ikterik
f. Tidak tampak distensi pada abdomen, bising usus 12x/menit
g. BAB tampak cair berwarna kuning kecoklatan berbau khas feses, tetapi
agak berbau asam, pasien sudah BAB sebanyak dua kali
h. BAK berwarna kuning jernih dan berbau khas urin, pasien telah Bak
sebanyak 5x
i. Untuk melakukan aktivitas, pasien dibantu total oleh ibunya
j. Konjungtiva pasien tampak anemis
k. Pasien tampak sering terbangun saat tidur, terkadang pasien juga tampak
mengigau
C. Dampak Hospitalisasi
An. D mengalami ketakutan kepada perawat, karena ini kali pertamanya
dirawat di RS, An. D juga mengalami ketakutan ketika dirinya akan di suntik.
Orangtau An. D terutama Ny. D mengalami kecemasan kepada anaknya
karena anaknya masuk ke PICU, Ny. D juga merasa khawatir karena anaknya
kurang tidur dan sering menangis

D. Pemeriksaan penunjang
Hasil pemeriksaan Lab H2TL pertanggal 26 Oktober 2022, hasil lab HB 11,6
g/dl, Leukosit 9,6 x 103 ul, Trombosit 30 x 103/ul, HT 43%
E. Penatalaksanaan
Terapi farmakologis:
1. PCT tab 500mg/8 jam berfungsi menurunkan demam
2. Ondancentron 5mg/8 jam berfungsi mengatasi mual yang dialami An. D
3. Zink sirup 20ml/24 jam berfungsi memenuhi kebutuhan elektrolit tubuh
4. Lacto B 2 sachet /12 jam berfungsi mengatasi diare
PROSES ASUHAN KEPERAWATAN

1. Data Fokus

Data Subjektif Data Objektif


1. Ibu klien mengatakan klien 1. Kes. CM
kurang minum 2. GCS E4M6V5
2. Ibu klien mengatakan klien letih 3. Klien tampak letih
3. Ibu klien mengatakan klien tadi 4. Klien tampak ada bintik-bintik
siang muntah 2x merah di tangan klien
4. Ibu klien mengatakan suhu tubuh 5. Hasil TTV:
klien turun naik a. TD : 100/70 mmHg
5. Klien mengatakan lemas b. RR : 24 x/m
6. Ibu klien mengatakan nafsu c. N : 64 x/m
makan klien berkurang d. S : 39,0℃
7. Klien mengatakan pusing saat 6. Status Cairan
berdiri dan duduk a. Input 1170 cc
8. Ibu klien mengatakan klien tadi b. Output urine 1.300 cc
siang muntah c. IWL : 38 x 10 x 7/2jam:
9. Ibu klien mengatakan klien sudah 110,8 cc
3 hari tidak BAB d. Balance cairan -240,8 cc
10. Ibu klien mengatakan kurang 7. Therapy:
pengetahuan tentang penyakitnya a. Paracetamol 3x500 mg tablet
11. Ibu mengatakan kurang b. Infus RL 30 tpm
informasi tentang penyakit 8. Trombosit klien 30*(10’3/UL)
anaknya 9. Klien tampak lemah
12. klien mengatakan terasa pusing 10. Klien tampak tidak nafsu makan
saat duduk dan berdiri 11. Klien hanya menghabiskan 3
13. klien mengatakan badan terasa sendok dari porsi yang diberikan
letih 12. Mukosa bibir klien tampak pucat
14. Ibu klien mengatakan trombosit 13. Ibu klien tampak bingung
anaknya menurun 14. ABCD
15. Ibu klien mengatakan klien Antropometri:
pernah di rawat pada umur 4 a. BB : 45 kg
tahun di RSUD Achmad Mochtar b. TB : 130 cm
dengan penyakit sama c. IMT : 26,6
16. Ibu klien mengatakan keluarga Biokimia:
klien ada yang sedang a. Leukosit 3,44 10^3/uL
mengalami penyakit yang sama b. Neutrofil 22,1 10^3/uL
yaitu kakak klien c. Limfosit 66,9 10^3/uL
17. ibu klien mengatakan ibu d. Monosit 8,4 10^3/uL
memiliki penyakit vertigo e. Platelet 16 10^3/uL
18. Ibu klien mengatakan saat hamil f. Hb 14,6 g/dL
klien rutin melakukan g. Ht 41,2 10^6/uL
pemeriksaan kehamilan 1 x 1 Clinical:
bulan ke bidan a. Mukosa bibir pucat
19. Ibu klien melahirkan klien secara b. Konjungtiva anemis
normal di RS. Achmad Mochtar, c. Sklera anikterik
usia kehamilan saat lahir 9 bulan d. Warna kulit sawo matang
15 hari e. Turgor kulit jelek
20. Klien mengatakan suka makan Diit
ayam, ikan, nasi goring, manga, Tinggi kalori tinggi protein
pisang, dan makanan yang tidak 15. Ibu klien tampak sering bertanya
disukai klien nenas tentang penyakit anaknya
21. Klien mengatakan tidur siang 16. Rambut klien tampak hitam,
hanya 4 jam semenjak sakit dan rambut klien berminyak dan
tidur malam hanya 6 jam lepek, tidak ada ketombe, tidak ada
22. Klien saat sehat rajin mandi,klien kutu
mandi 2 kali sehari tetapi 17. Mata Bersih, tidak ada kotoran,
semenjak sakit klien tidak ada mata simetris kiri dan kanan, pupil
mandi atau hanya di lap dengan isokor, sclera tidak ikterik,
waslap basah konjungtiva anemis, tidak ada
gangguan penglihatan
18. Mulut dan gigi bersih, mukosa
bibir kering, , gigi rapi, bibir
simetris kiri dan kanan, tidak ada
kelainan
19. Tidak terdapat pembesaran
kelenjar tiroid, tida ada kelainan
pada leher
20. Pergerakan dada simetris kiri dan
kanan, tidak ada menggunakan otot
bantu pernafasan
21. Irama pernafasan vesikuler
22. Inspeksi jantung simetris kiri dan
kanan, Ictus cordis terlihat, tidak
ada palpitasi
23. Suara jantung terdengar S1 S2, lup
dup
24. Perut klien tampak simetris, Tidak
ada bekas operasi, tidak ada lesi
25. Bising usus 12x/menit
26. Genetalia bersih, tidak ada
kelainan
27. CRT < 2 detik, Klien terpasang
infus RL 30 tpm ditangan sebelah
kiri
28. Pasien mampu membaca,
menggambar, dan belajar sendiri
29. Pasien mampu berjalan mundur
dan melangkah, klien mampu
bermain aktif saat sehat dan tidak
ada kendala saat berjalan dan
bermain
30. Pasien mampu menjawab dengan
benar dan berbahasa Indonesia atau
bahasa minang dengan benar.
Klien mampu mengucapkan kata-
kata lebih dari 2 kata atau
mengucapkan dengan baik
31. Kekuatan otot:
5555 5555

5555 5555

Kelompok E

2. Analisis Data

No. Data Masalah Etiologi


1. DS:
a. Ibu klien mengatakan klien Resiko Syok (Faktor Risiko)
kurang minum Ditandai dengan
kekurangan volume
b. Ibu klien mengatakan klien
cairan
tadi siang muntah 2x
c. Ibu klien mengatakan suhu
tubuh klien turun naik

DO:
a. Klien tampak letih
b. Klien tampak ada bintik-
bintik merah di tangan klien
c. TTV:
1) TD : 100/70 mmHg
2) RR : 24 x/m
3) N : 64 x/m
4) S : 39,0℃
d. Status cairan
1) Input 1.170 cc
2) Output urine: 1.300 cc
3) IWL : 38 x 10 x 7/2jam :
110,8 cc
4) Balance cairan -240,8 cc
e. Klien tampak lemah
f. Turgor kulit tidak elastis
g. Trombosit klien
19*(10’3/UL)
2. DS: Pola nafas Tidak Hambatan upaya
a. Pasien mengatakan sesak efektif nafas
DO:
1. Pasien terpasang Nasal kanul
2 L/mnt
3. DS:
a. Klien mengatakan lemas Risiko defisit Pasien merasakan
b. Ibu klien mengatakan nafsu nutrisi mual dan muntah
makan klien berkurang
c. Klien mengatakan pusing saat
berdiri dan duduk
d. Ibu klien mengatakan klien
tadi siang muntah

DO:
a. Klien tampak tidak nafsu
makan
b. Klien hanya menghabiskan 2
sendok dari porsi yang
diberikan
c. Mukosa bibir klien tampak
pucat
d. ABCD
Antropometri:
1) BB : 45 kg
2) TB : 130 cm
3) IMT : 17,4
Biokimia:
1) Leukosit 3,44 10^3/uL
2) Neutrofil 22,1 10^3/uL
3) Limfosit 66,9 10^3/uL
4) Monosit 8,4 10^3/uL
5) Platelet 16 10^3/uL
6) Hb 14,6 g/dL
7) Ht 41,2 10^6/uL
8) Trombosit 30 x 103/ul
Clinical:
1) Mukosa bibir pucat
2) Konjungtiva anemis
4) Warna kulit sawo matang
5) Turgor < 3 detik

Diit
Tinggi kalori tinggi protein

Kelompok E

3. Prioritas Diagnosa

No. Diagnosa Keperawatan Tanggal Tanggal Paraf dan


Ditentukan Teratasi Nama Jelas
1. Resiko Syok d.d akaral 25 Oktober 28 Oktober Kelompok E
teraba dingin, takikardi, 2022
2022
sesak
2. Pola nafas tidak efektif 25 Oktober 28 Oktober Kelompok E
b.d hambatan upaya 2022
2022
nafas
3. Risiko deficit nutrisi d.d 25 Oktober 28 Oktober Kelompok E
pasien merasakan mual 2022
2022
dan muntah
4. Intervensi Keperawatan

Tgl. No. DX. Tujuan dan Intervensi Paraf dan


Keperawatan Kriteria Hasil Nama
Jelas
25 1 Resiko Syok Setelah dilakukan Observasi: Kel E
Oktober d.d akaral tindakan 1. Monitor
r 2022 teraba dingin, keperawatan status TTV
takikardi, sesak selama 3x24 jam 2. Monitor
diharapkan suhu status
tubuh membaik. oksigenasi
Dengan kriteria 3. Monitor
hasil: status cairan
1. Akral hangat. Terapeutik:
2. TTV dalam 1. Berikan
batas normal
oksigen
3. CRT < 3
detik. untuk
4. Saturasi mempertahan
oksigen
kan saturasi
meningkat
Edukasi:
1. Jelaskan
tanda dan
gejala awal
syok
2. Anjurkan
memperbany
ak cairan oral
Kolaborasi:
1. Kolaborasi
pemberian IV
21 Juni 2 Pola Nafas Setelah dilakukan Observasi: Kel E
2019 Tidak efektif tindakan 1. Monitor pola
b.d hambatan keperawatan 3x24 nafas
upaya nafas jam diharapkan
Terapeutik
pola nafas
1. Posisikan
membaik.
semifowler
Dengan kriteria
atau fowler
hasil:
2. Berikan
1. Keluhan sesak
oksigen nasal
berkurang
kanul
2. Frekuensi
2L/menit
nafas dalam
batas normal Edukasi:
1. Anjurkan
asupan
memperbany
ak cairan oral
21 Juni 3 Risiko deficit Setelah dilakukan Observasi: Kel E
2019 nutrisi d.d tindakan 1. Identifikasi
pasien keperawatan 2x24 status nutrisi
mengalami jam diharapkan 2. Identifikasi
penurunan deficit nutrisi makanan
nafsu makan, tidak terjadi. yang disukai
pasien Ditandai dengan: 3. Monitor
merasakan 1. Tidak ada asupan
mual dan mual dan makanan
muntah muntah
Terapeutik:
2. Habis 1 porsi
1. Fasilitasi
makan
3. Mampu menentukan
menelan dan makanan
mencerna
2. Sajikan
makanan
4. Nafsu makan makanan
meningkat secara
5. Konjungtiva menarik dan
ananemis
6. Membran suhu yang
mukosa sesuai
lembab Edukasi:
1. Ajarkan diet
yang di
programkan
Kolaborasi:
1. Kolaborasi
dengan ahli
gizi dalam
pemberian
diet TKTP

5. Implementasi Keperawatan

Hari, No. Tindakan Keperawatan dan Hasil Paraf dan


Tanggal, Dx Nama Jelas
Waktu
Selasa, 25 1 Memonitor TTV pasien Kelompok E
Oktober RH/ TD; 100/70 mmHg, RR; 25x/menit, N;
2022 115x/menit, S; 37,5℃
15.00
1
15.10 Memonitor saturasi oksigen
RH/ Klien mengatakan sesak, saat di cek SpO2
hasilnya menunjukkan 95%, oleh karena itu
pasien diberikan oksigen melalui nasal canul
sebanyak 2L/menit
2
15.40
Memberikan oksigen melalui nasal canul
2L/menit
RH/ Klien mengatakan sesaknya mulai
berkurang, tetapi enggan menggunakannya lama-
lama, dikarenakan tidak nyaman di bagian
hidung
2
16.15

Memposisikan tidur pasien menjadi semi-fowler


RH/ Klien mengatakan sesaknya berkurang,
3 tetapi jika kelamaan tidur dengan posisi ini
17.20 membuatnya mual

Berkolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian


diet makanan tinggi kalori tinggi protein
RH/: Klien mengatakan sangat suka dengan
makanan yang diberikan namun belum bisa
menghabiskannya. Klien makan hanya 3 sendok
makan
Rabu, 26 3 Mengidentifikasi makanan kesukaan pasien Kelompok E
Oktober R/ Klien mengatakan menyukai makanan cepat
2022 saji, tetapi karena mual nafsu makannya
08.00 berkurang
3
08.05 Memfasilitasi menentukan makanan kesukaan
pasien
RH/ Klien diberikan makanan kesukaannya,
setelah dibujuk beberapa kali oleh perawat dan
ibunya, pasien hanya makan 2 sendok makan,
dikarenakan masih merasa mual
08.35
Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian
obat paracetamol 3x500 mg tab, infus RL 3 tpm
R/ Suhu tubuh klien menurun 37,3⁰C, KU klien
mulai membaik, mual dan pusing mulai membaik
1
09.00
Menganjurkan memperbanyak asupan cairan oral
RH/: Klien mengatakan akan mau banyak minum
air putih, ibu klien mengatakan akan
1 mengingatkan anaknya minum air putih. Klien
09.15 dan keluarga tampak kooperatif

Berkolaborasi dengan dokter pemberian cairan iv


isotonis (rl)
RH/: Klien mengatakan tidak ada alergi dan mau
3
09.30 akan diinfus. Klien diberikan infus RL 1600
cc/24 jam

Memberikan makanan tinggi kalori tinggi protein


RH/: Klien mengatakan lahap dengan lauk yang
diberikan, klien mengatakan nafsu makannya
meningkat dan habis 1 porsi kecil. Klien terlihat
09.45 3 sudah habis 1 porsi makan kecil, kalori dan jenis
nutrien yang diberikan cocok untuk klien

Mengajarkan makan dalam posisi duduk


RH/: Klien mengatakan saat duduk rasa mualnya
berkurang dan mudah untuk menerima makanan.
10.00 3 Klien sedikit lemas saat merubah posisinya, klien
tampak rasa mual dan muntahnya berkurang
bahkan tidak ada

Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian


obat: ondancentron 5 mg via IV
RH/: Klien mengatakan mualnya berkurang dan,
10.15 1 klien mengatakan nafsu makannya mulai
meningkat. Klien terlihat sudah tidak pucat dan
lemas, konjungtiva ananemis

10.25 1
Memonitor tanda-tanda vital klien
RH/: Klien mengatakan tidak lemas lagi, klien
mengatakan mulai bersemangat. TD 100/80
mmHg, N 79x/menit, RR 18x/menit, S 36,9°C

Menganjurkan klien banyak minum air putih


RH/: Klien mengatakan akan memperbanyak
minum air putih. Klien tampak mau minum air
putih

Kamis, 27 1 Memonitor suhu tubuh Kelompok E


Oktober R/ Suhu tubuh klien menurun 36,8⁰C KU klien
2022 mulai membaik, klien sudah tidak merasa sakit
08.00 kepala dan mual klien sudah tidak merasakan
kehausan lagi tugor kulit membaik, leukosit
normal (6,50^3/UL) Trombosit membaik 32^3/
ul
1
08.15
Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian
obat paracetamol 3x500 mg tab, infus RL 3 tpm
R/ Suhu tubuh klien menurun 36,8⁰C, KU klien
1
mulai membaik, mual dan pusing mulai membaik
09.00
Memonitor status cairan pasien
RH/: Klien mengatakan sudah tidak merasa
selalu haus lagi, ibu klien mengatakan anaknya
1 dibantu untuk minum air putih. Status cairan
09.10 klien 763,2 cc

Menganjurkan memperbanyak asupan cairan oral


RH/: Klien mengatakan ketika di rumah mau
melakukan anjuran perawat. Klien dan keluarga
1 klien terlihat sudah paham sekali
09.30

Berkolaborasi dengan dokter pemberian cairan iv


isotonis (rl)
RH/: Klien mengatakan tidak lagi lemas, klien
sudah habis 3 botol infus RL, mukosa bibir klien
lembab, matanya tidak cekung, dan klien sudah
tampak bersemangat Kembali

6. Evaluasi Keperawatan

Hari, Hasil Tindakan (SOAP) Paraf dan


Tanggal Nama Jelas
, Jam
Selasa, Risiko Syok d.d Kekurangan Volume Cairan Kelompok E
25 S: klien mengatakan sesak, dan merasa tidak nyaman
Oktober ketika menggunakan oksigen nasal canul karena sering
2022 copot
14.00
O: TTV pasien dalam batas normal, saat dilakukan
pengecekan saturasi oksigen menunjukkan hasil saturasi
95%, pasien terpasang oksigen nasal kanul 2L/menit

A: Risiko Syok belum teratasi


P: lanjutkan intervensi: monitor saturasi tiap pergantain
shift, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan
isotonis RL 1600 cc/ 24 jam via IV

Pola Napas Tidak Efektif b.d Hambatan Upaya Napas


S: klien mengatakan sesak dan sulit untuk bernapas,
setelah diberikan oksigen nasal kanul 2L/menit klien
mengatakan enggan untuk digunakan karena tidak
nyaman di hidung dan sering copot

O: saat dilakukan pengukuran respirasi RR klien


25x/menit dan saat dilakukan pengukuran saturasi oksigen
menunjukkan hasil saturasi 95%, klien telah diberikan
nasal canul 2L/menit tetapi tidak mau digunakan

A: pola napas tidak efektif belum teratasi

P: lanjutkan intervensi; lapor dokter DPJP terkait klien


yang tidak mau menggunakan oksigen nasal kanul, pantau
saturasi dan respirasi pasien tiap pergantian shift

Risiko deficit nutrisi d.d pasien merasakan mual dan


muntah
S: Klien mengatakan biasanya makan 1 porsi dengan
frekuensi makan 2-3x/hari, Klien mengatakan baru kali
ini nafsu makannya berkurang karena mual

O: Klien makan hanya 2 sendok makan

Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat:


ondancentron 5 mg via IV
RH/: Klien mengatakan setelah diberikan obat, mualnya
sedikit membaik dan muntahnya tidak ada. Klien tidak
ada alergi obat, frekuensi mual dan muntah klien sudah
berkurang, klien sudah mau makan meski belum bisa
menghabiskannya

A: Risiko deficit nutrisi belum teratasi


P: Intervensi dilanjutkan: Berikan makanan klien TKTP,
Anjurkan makan dalam posisi duduk, Kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian Domperidone 5 mg/8jam

Rabu, 26 Risiko Syok d.d Kekurangan Volume Cairan Kelompok 3


Oktober S: Klien mengatakan tidak lemas lagi, klien mengatakan
2022 mulai bersemangat. TD 100/80 mmHg, N 79x/menit, RR
14.10 18x/menit, S 36,9°C, klien mengatakan akan
memperbanyak minum air putih. Klien tampak mau
minum air putih

O: TTV pasien dalam batas normal, TD 100/80 mmHg, N


79x/menit, RR 18x/menit, S 36,9°C

A: Risiko Syok Teratasi

P: lanjutkan intervensi: monitor saturasi tiap pergantain


shift, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan
isotonis RL 1600 cc/ 24 jam via IV

Pola Napas Tidak Efektif b.d Hambatan Upaya Napas


S: klien mengatakan sudah tidak sesak

O: saat dilakukan pengukuran respirasi RR klien 20


x/menit dan saat dilakukan pengukuran saturasi oksigen
menunjukkan hasil saturasi 97%

A: pola napas tidak efektif Teratasi

P: lanjutkan intervensi; pantau saturasi dan respirasi


pasien tiap pergantian shift

Risiko deficit nutrisi d.d pasien merasakan mual dan


muntah
S: Klien mengatakan sudah tidak ada lagi mual dan
muntahnya, klien mengatakan nafsu makannya semakin
meningkat, klien mengatakan saat duduk rasa mualnya
berkurang dan mudah untuk menerima makanan
O: Klien terlihat sudah tidak pucat dan lemas, konjungtiva
ananemis, klien tampak rasa mual dan muntahnya
berkurang bahkan tidak ada, jumlah kalori dan jenis
nutrient yang diberikan cocok untuk klien

A: Defisit nutrisi tidak terjadi

P: Intervensi dilanjutkan: Monitor BB klien, anjurkan


untuk control sesuai anjuran dokter

Kamis, R/ Pasien membaik dan dipindahkan ke ranap anyelir Kelompok E


27
Oktober
2022

BAB IV
PEMBAHASAN
Pada BAB ini kelompok akan membahas tentang adanya kesesuaian maupun kesenjangan antara
teori dan hasil dari proses asuhan keperawatan pada pasien An. D dengan kasus DSS (Dengue
Shock Syndrome) yang dilakukan sejak tanggal 25 Oktober hingga 28 Oktober 2022 di ruang
PICU NICU Rs. dr. Suyoto. Kegiatan yang dilakukan meliputi:

A. Pengkajian
Pasien atas nama An. D di diagnosis DSS (Dengue Shock Syndrome) dikarenakan
mengalami penurunan trombosit secara drastis. Keluhan utama pasien lemas, mual
muntah + 200 cc, tidak nafsu makan, nyeri di ulu hati. Hasil pemeriksaan
labolatorium didapatkan leukosit 3,44 x 10^3/uL, Neutrofil 22,1 x 10^3/uL, Limfosit
66,9 x 10^3/uL, Monosit 8,4 x 10^3/uL, Platelet 16 x 10^3/uL, Hb 14,6 g/dL, Ht 41,2
x 10^6/uL, Trombosit 19 x 10’3/uL.

Pada pasein dengan DSS sesuai dengan teori akan muncul tanda dan gejala seperti
muntah, nyeri perut, kadar hematokrit 6%, dan kadar trombosit ≤50.000/mm 3 (Edwin,
Budiarta, Edward, 2019). Berdasarkan tanda dan gejala antara teori dan temuan di
lapangan terdapat kesamaan data yang mendukung ditegakkannya diagnosa DSS pada
An. D, seperti An. D mengeluh nyeri pada perut, mual, bahkan muntah + 200cc.
Selain itu tanda dan gejala yang paling sama dengan teori yaitu kadar trombosit
pasien yaitu sebesar 19.000uL, angka tersebut berada dibawah standar dari batas
normal.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pertanyaan yang menggambarkan respons manusia
(keadaan sehat atau perubahan pola interaksi aktual/potensial) dari individu atau kelompok.
Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis tentang respons individu, keluarga, atau
komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan actual ataupun potensial
sebagai dasar pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil tempat perawat
bertanggung jawab (Budiono, 2016).

Menurut SDKI (2017), diagnosa keperawatan yang sering muncul pada kasus DHF
dan DSS yaitu:
a. Resiko Syok d.d takikardi, hipotensi, Takipneu, akral teraba dingin dan pasien
gelisah
b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas.
c. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan suhu tubuh
diatas nilai normal
d. Defisit nutrisi berhubungan dengan mual dan muntah
e. Hipovolemia berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler ditandai
dengan kebocoran plasma darah.
C. Intervensi dan Implementasi Keperawatan
Rencana tindakan keperawatan merupakan desain spesifik untuk membantu pasien
dalam mencapai tujuan dan kriteria hasil. Intervensi disusunberdasarkan
permasalahan kesehatan yang dialami oleh pasien (Budiono, 2016). Pada pasein
dengan permasalahan DSS intervensi keperawatan yang dapat diambil yaitu
manajemen syok seperti pemantauan ttv, monitor oksigenisasi pasien, manajemen
jalan nafas seperti lalukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi oksigen,
dan manajemen nutrisi seperti berkolaborasi dengan ahli gizi dalam menentukan diet
yang sesuai dengan pasien.

Berdasarkan teori dan penerapan di lapangan, kelompok memiliki kecocokan data


yang sesuai, kelompok menerapkan teori tersebut yang bersumber dari buku SIKI
(Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dalam menetukan tindakan yang tepat
untuk mengatadi permasalahan An. D dengan diagnosis medis DSS. Pasien diberikan
terapi oksigen nasal canul 2 lpm karena kondisi pasien yang sesak nafas ditandai
dengan nafas cepat, pernafasan cuping hidung, ada retraksi dinding dada, dan ada
penggunaan otot bantu nafas di leher.

Ibu pasien memberikan sari kurma atas anjuran dokter dan perawat ruangan PICU,
guna menaikkan trombosit pasien. Hal tersebut sesuai dengan teori menurut Anita
Pasande (2014) dalam jurnal “Pengaruh Pemberian Sari Kurma Terhadap Perubahan
Jumlah Trombosit Pada Pasien Anak Dengan DBD di BRSD Luwuk”.

Implementasi keperawatan atau realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan


yang telah tetapkan. Kegiatan dalam implementasi juga meliputi pengumpulan data
berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksaan tindakan,
serta menilai data yang baru. Implementasi keperawatan yang dilakukan kelompok
antara lain melakukan pemantauan TTV, menganjurkan pasien memperbangak
mengkonsumsi asupan cairan, berkolaborasi dengan dokter dalam pemeberian terapi
oksigen.

D. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan yang ditetapkan pada tahap
setelah pengkajian sudah dicapai atau belum. Oleh karena itu, evaluasi dilakukan
sesuai dengan kriteria hasil yang telah di tetapkan sebelumnya, tetapi selama proses
pencapaian terjadi pada klien juga harus selalu dilakukan evaluasi (Budiono, 2016).
Evaluasi bisa dilakukan dengan mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan
respon klien terhadap tindakan keperawatan sehingga perawat dapat mengambil
keputusan yaitu mengakhiri tindakan keperawatan. Jika kriteria hasil pada pasien
sudah tercapai dan masalah teratasi maka intervensi dihentikan dengan pemantauan
yang adekuat.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan kasus kelolaan pasieb yang kami dapat di ruang PICU pada tanggal 24
Oktober 2022, dan pengkajian keperawatan di mulai pada tanggal 25 Oktober 2022,
pasein masuk pukul 10.10 WIB dengan nomor register 2201240490 dengan diagnosa
medis DSS (Dengue Shock Syndrome). An. D, seperti An. D mengeluh nyeri pada
perut, mual, bahkan muntah + 200cc. Selain itu tanda dan gejala yang paling sama
dengan teori yaitu kadar trombosit pasien yaitu sebesar 19.000uL, angka tersebut
berada dibawah standar dari batas normal.

Ibu pasien mengatakan An. D masuk ke IGD tanggal 24 Oktober 2022 dengan
keluhan demam dan diare. Pasien mengatakan mual dan mengatakan nyeri pada
perutnya, keluhan utama yang dirasakan anaknya adalah demam, mual, muntah, nyeri
di ulu hati, lemas dan batuk, yang terjadi berangsur-angsur selama 6 hari ini sejak
tanggal 21 Oktober 2022. Ibu pasein mengatakan tidak tahu anaknya mengalami
penyakit apa, upaya awal yang dilakukan ibu pasien yaitu membawanya langsung ke
RS di dekat rumah, tetapi dikarenan RS tersebut keterbatasan dalam menangani
kasus An. D maka, An. D di rujuk ke IGD Rs. dr. Suyoto.

Diagnosa yang ditegakkan oleh kelompok pada kasus An. D adalah Risiko Syok, pola
nafas tidak efektif, risiko defisit nutrisi berdasarkan analisa data yang ditemukan oleh
kelompok terhadap kasus.

Intervensi yang diambil oleh kelompok diantaranya adalah memonitor TTV pasien,
memonitor pola nafas, memberikan terapi oksigen nasal kanul 2 lpm, pemantauan
cairan dan memonitor asupan makan, memfasilitasi makan pasien.
Implementasi yang dilakukan oleh kelompok sesuai dengan intervensi yang sudah
dibuat. Untuk evaluasi, dilakukan perhari setelah jam dinas selesai.

B. Saran
1. Bagi mahasiswa
Sebaiknya sebelum melakukan asuhan keperawatan terhadap klien, mahasiswa
perlu memahami konsep dasar terkait kasus yang akan ditanganin sehingga
dalam melakukan asuhan keperawatan lebih komprehensif dan sesuai dengan
teori. Mahasiswa dapat mempertahankann dan meningkatkan akan pengetahuan
terkait kode etik keperawatan, supaya kelak menjadi perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan sesuai dengan kode etik keperawatan yang berlaku.

Terkait dengan asuhan keperawatan pada pasien dengan DHF suspek DSS adalah
pasien DHF dengan grade 2 atau diagnosa medis yang muncul adalah DSS, pada
kasus ini perawat perlu melakukan pemantauan terhadap TTV pasien, memonitor
cairan dan perdarahan (jika ada). Pada pasien DSS biasanya terjadi tanda-tanda
seperti takikardi, hipotensi, akral teraba dingin, sesak nafas, nyeri, mual dan
muntah. Maka perlu dilakukan pemantauan TTV guna perbaikan kondisi klinis.

2. Bagi masyarakat
Masyarakat perlu meningkatkan pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya
menjaga kebersihan diri dan lingkungan demi mencegah terkena penyakit DBD.
Hal ini dapat dilakukan bila masyarakat bekerja sama dalam menurunkan angka
kejadian penyakit DBD, dimulai dari diri sendiri, keluarga, dan lingkungan
sekitar.
DAFTAR PUSTAKA

Batari, A, D., Maromon, J, T, S., Tjeng, W, S. (2020). Laporan Kasus Dengue Shock
Syndrome pada Anak dengan Obesitas. Jurnal Kedokteran Mulawarman. Vol. 7
(1). Hlm. 35-42.

Podung, G, C, D., Tatura, S, N,N., Mantik, M, F, J. (2021). Faktor Risiko Terjadinya


Sindroma Syok Dengue pada Demam Berdarah Dengue. Jurnal Biomedik (JBM).
Vol 13 (2), Hlm. 161-166. DOI: https://doi.org/10.35790/jbm.13.2.2021.31816

Prasetya, D, I., Dkk. (2017). Faktor Karakteristik Klinis Host dan Sosiodemografik yang
Berpengaruh Terhadap Kejadian Dengue Shock Syndrome. Jurnal epidemiologi
kesehatan komunitas. Vol 2. Hlm 99-108.

Salsabila, O., Shodikin, M, A., Rachmawati, D, A. Analisis Faktor Risiko Terjadinya


Sindrom Syok Dengue pada Anak di RSD Dr. Soebandi Kabupaten Jember.
Journal of Agromedicine and Medical Sciences. Vol 3 (1). Hlm. 56-61.

Satari, H, I., Mardani, R, A., Gunardi, H. (2018). Faktor Prognosis Sindrom Syok
Dengue pada Anak. Vol. 20 (3). Hlm 131-137.

Anda mungkin juga menyukai