Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN KASUS SEMINAR

TENTANG
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK A DENGAN DHF
(DENGEU HEMORRHAGIC FEVER)
DI RUANG ANAK RSUD PROF. DR. MA. HANAFIAH BATUSANGKAR

OLEH
1. REGINA DAULIA PUTRI, S.Kep
2. RILA KAMALIA PUTRI, S.Kep
3. FERA YASONTA, S.Kep
4. AULIA MAHESTA, S.Kep
5. BETA PRISKA, S.Kep
6. YUDDA WAHYU SISKA, S.Kep

PEMBIMBING AKADEMIK PEMBIMBING KLINIK

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PERINTIS BUKITTINGGI
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul asuhan keperawatan dengan
DHF di ruangan anak RSUD Prof. Dr. MA. Batusangkar.
Penulisan makalah adalah merupakan salah satu tugas untuk menyelesaikan stase
keperawatan anak. Isi dari makalah ini terdapat uraian dan penjelasan tentang defenisi,
penyebab, serta penatalaksanaan dari DHF yang akan kami uraikan dalam bentuk tulisan
yang ringkas dan jelas.
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
fasilitator Keperawatan Anak dan CI Ruangan anak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini, serta kepada teman-teman yang telah bekerja sama.
Akhirnya penulis berharap semoga allah memberikan imbalan yang setimpal pada ibu
yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah,
amin.

Bukittinggi, 17 Maret 2017

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Belakang


Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit menular
yang dapat menimbulkan kejadian luar biasa/wabah. Nyamuk penularnya (Aedes
Aegypti) yang tersebar luas sehingga penularannya dapat terjadi di semua tempat.
Karena banyaknya kasus demam berdarah yang terjadi negara Indonesia, maka
Indonesia berencana meluncurkan hari demam berdarah se-ASEAN (ASEAN Dengue
Day) yang disepakati setiap tanggal 15 Juni. Tujuan dari peluncuran ASEAN Dengue
Day ini adalah meningkatkan komitmen nasional dan antar negara anggota ASEAN
pada upaya pengendalian demam berdarah, baik pencegahan, penanggulangan, hingga
tata laksana sehingga angka kejadian dan kematian akibat DBD bisa ditekan.
Kasus DBD di Kaltim, tahun 2007 mencapai 5.244 kasus meninggal dunia 102
orang. Tahun 2008 sebanyak 5.777 kasus meninggal 105 orang dan tahun 2009
sebanyak 5.244 kasus meninggal sebanyak 68 orang. Terbanyak penderitanya adalah
di Samarinda, Balik papan dan Kukar dengan angka kematian sebesar 1,9 persen.
Berdasarkan dana Dinkes Samarinda tahun 2009 terdapat 1.138 kasus dengan angka
kejadian 26/10.000 penduduk. Sedangkan di Indonesia, Dengan jumlah kematian
sekitar 1.317 orang tahun 2010, Indonesia menduduki urutan tertinggi kasus demam
berdarah dengue di ASEAN. Untuk itu, Indonesia bekerja sama dengan negara-negara
anggota ASEAN dalam membasmi penyakit DBD. Berdasarkan data P2B2, jumlah
kasus DBD di Indonesia tahun 2010 ada 150.000 kasus.
Dinas kesehatan sumatera barat mencatat terdapat 3.047 kasus DHF sejak
Januari hingga November 2015 di 19 kabupaten/kota di provinsi tersebut.
Berdasarkan data dari Dinkes Sumbar merinci kasus DHF yang terjadi di Sumbar itu
adalah 944 kasus di padang, 345 kasus di tanah datar, 265 kasus di agam , 172 kasus
di kabupaten solok, 157 kasus di limapuluh kota, 151 kasus di pesisir selatan. Lalu
141 kasus di padang pariaman, 128 kasus di sawahlunto, 99 kasus di bukittinggi, 96
kasus dipasaman, 91 kasus di sijunjung, 83 kasus di kota solok selatan, 29 kasus di
padang panjang, 24 di kepulauan mentawai dan 23 kasus di payakumbuh. Dari total
3.074 kasus tercatat tersebut diketahui tren angka kesakitan sebesar 62,87 per 100.000
penduduk dengan angka kematian sebesar 0, 62 % atau 19 kematian.
Virus ini mempunyai empat serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2,
DEN-3 dan DEN-4. Selama ini secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang
berbeda, tergantung dari serotipe virus Dengue. Morbiditas penyakit DBD menyebar
di negara-negara Tropis dan Subtropis. Disetiap negara penyakit DBD mempunyai
manifestasi klinik yang berbeda. Di Indonesia Penyakit DBD pertama kali ditemukan
pada tahun 1968 di Surabaya dan sekarang menyebar keseluruh propinsi di Indonesia.
Dokter dan tenaga kesehatan lainnya seringkali salah dalam penegakkan diagnosa,
karena kecenderungan gejala awal yang menyerupai penyakit lain seperti flu dan tipes
(typhoid).
Bila pada kasus anak dengan DHF ini lambat penanganannya, maka akan
dapat terjadi komplikasi seperti efusi pleura karena adanya kebocoran lambung akibat
meningkatnya permeabilitas membran, perdarahan pada lambung karena anak
mengalami mual dan muntah serta kurangnya nafsu makan, terjadi pembesaran pada
hati, limpa dan kelenjar getah bening karena bocornya plasma yang mengandung
cairan, dan dapat terjadi syok hipovolemik karena adanya peningkatan nilai
hematokrit.
Berdasarkan dari jumlah kasus yang terdapat di ruangan anak RSUD Hanafiah
Batusangkar didapatkan DHF merupakan kasus yang paling sering di temukan.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah mengikuti seminar ini, diharapkan mahasiswa dapat memberikan
asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit DHF (dengue hemorrhagic fever)
di RSUD Hanafiah Batusangkar tahun 2017
2. Tujuan khusus
Diharapkan mahasiswa dapat melakukan asuhan keperawatan pada anak
dengan DHF di ruangan anak di RSUD Hanafiah Batusangkar tahun 2017 dengan
membahas :
a. Mampu menyusun dan menerapkan dasar teori pada asuhan keperawatan anak
dengan DHF di ruangan anak di RSUD Hanafiah Batusangkar tahun 2017.
b. Mampu melaksanakan pengkajian asuhan keperawatan pada anak dengan
DHF di ruangan anak di RSUD Hanafiah Batusangkar tahun 2017.
c. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan dalam asuhan keperawatan pada
anak dengan DHF di ruangan anak di RSUD Hanafiah Batusangkar tahun
2017.
d. Mampu melaksanakan perencanaan asuhan keperawatan pada anak dengan
DHF di ruangan anak di RSUD Hanafiah Batusangkar tahun 2017.
e. Mampu melaksanakan implementasi asuhan keperawatan pada anak dengan
DHF di ruangan anak di RSUD Hanafiah Batusangkar tahun 2017.
f. Mampu melaksanakan evaluasi asuhan keperawatan pada anak dengan DHF
di ruangan anak di RSUD Hanafiah Batusangkar tahun 2017.
g. Mampu mendokumntasikan asuhan keperawatan pada anak dengan DHF di
ruangan anak di RSUD Hanafiah Batusangkar tahun 2017.
h. Mampu membandingkan asuhan keperawatan teori dengan laporan kasus pada
asuhan keperawatan pada anak dengan DHF di ruangan anak di RSUD
Hanafiah Batusangkar tahun 2017.
BAB II
KONSEP DASAR

A. Anatomi dan fisiologi


Darah merupakan salah satu komponen penting yang ada di dalam tubuh
manusia. Darah berfungsi untuk mengalirkan zat – zat atau nutrisi yang di butuhkan
tubuh, kemudian mengalirkan karbondioksida hasil metabolisme untuk di buang. Ada
empat fungsi utama darah, yaitu memberikan suplai oksigen keseluruh jaringan tubuh,
membawa nutrisi, membersihkan sisa-sisa metabolisme dan membawa zat antibodi.
Darah kita mengandung beberapa jenis sel yang yang tersangkut di dalam cairan
kuning yang disebut plasma darah. Plasma darah tersusun atas 90% air yang
mengandung sari makanan, protein, hormon, dan endapan kotoran selain sel-sel darah.
Ada 3 jenis sel darah yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih
(leukosit) dan keping darah (trombosit). Sel darah merah dan sel darah putih di sebut
juga korpuskel.
1. Sel darah merah
Sel darah merah berbentuk piringan pipih yang menyerupai donat. 45%
darah tersusun atas sel darah merah yang di hasilkan di sumsum tulang. Dalam
setiap 1 cm3 darah terdapat 5,5 juta sel. Jumlah sel darah merah yang diproduksi
setiap hari mencapai 200.000 miliar, rata-rata umurnya hanya 120 hari. Semakin
tua semakin rapuh, kehilangan bentuk dan ukurannya menyusut menjadi sepertiga
ukuran semula. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang kaya akan zat
besi. Warnanya yang merah cerah disebabkan oleh oksigen yang di serap dari
paru-paru. Pada saat darah mengalir ke seluruh tubuh, hemoglobin melepaskan
oksigen ke sel dan mengikat karbondioksida. Sel darah merah yang tua akhirnya
akan pecah menjadi partikel-partikel kecil di dalam hati dan limpa. Sebagian besar
sel yang tua dihancurkan oleh limpa dan yang lolos dihancurkan oleh hati. Hati
mentimpan kandungan zat besi dari hemoglobin yang kemudian di angkut oleh
darah ke sumsum tulang untuk membentuk sel darah merah yang baru. Persediaan
sel darah merah di dalam tubuh diperbarui setiap empat bulan sekali.
2. Sel darah putih
Sel darah putih jauh lebih besar dari pada sel darah merah jumlahnya,
dalam setiap 13 sel darah adalah 4000-10.000 sel. Tidak seperti sel darah merah,
sel darah putih memiliki inti (nucleus). Sebagian sel darah putih bisa bergerak di
dalam aliran darah, membuatnya dapat melaksanakan tugas sebagai system
kekebalan tubuh. Sel darah putih adalah bagian dari sistem kekebalan tubuh yang
penting. Sel darah putih yang terbanyak adalah neutrofi (60%) yang berfungsi
untuk memerangi bakteri pembawa penyakit yang memasuki tubuh. Mula-mula
bakteri dikepung, lalu butir-butir didalam sel segera melepaskan zat kimia untuk
menghancurkan dan mencegah bakteri berkembanbiak. Sel darah putih
mengandung +5% eosinofil. Fungsinya adalah memerangi bakteri, mengatur
pelepasan zat kimia saat pertempuran, dan membuang sisa-sisa sel yang rusak.
Basofil yang menyusun 1% sel darah putih, melepaskan zat untuk mencegah
terjadinya penggumpalan darah di dalam pembuluhnya. 20 – 30% kadungan sel
darah putih adalah trombosit. Tugasnya adalah menghasilkan antibody, suatu
protein yang membantu tubuh memerangi penyakit. Monosit bertugas mengepung
bakteri. Kira-kira ada 5 sampai 10% di dalam sel darah putih. Tubuh mengatur
banyak sel darah putih yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan. Jika kita
kehilangan darah, tubuh akan segera membentuk sel-sel darah untuk
menggantinya. Jika kita mengalami infeksi, maka tubuh akan membentuk lebih
banyak sel darah putih untuk memeranginya.
3. Pembekuan darah
Proses yang mencegah kehilangan darah dari badan melalui luka disebut
hemostasis dan proses ini terdiri dari tiga stadium yang bekerja bersama-sama,
yaitu :
a. Spasme vaskuler, penyempitan lumen pembuluh darah yang putus untuk
mengurangi aliran darah yang hilang.
b. Pembentukan sumbat trombosit : untuk menghentikan kebocoran darah.
c. Pembekuan fibrin disekitar sumbat trombosit dan reaksi fibrin untuk merekat
pembuluh yang putus dan menarik sisi pinggirnya supaya merapat.
4. Fungsi darah
Fungsi darah dalam metabolisme tubuh kita antara lain sebagai alat
pengangkut (pengedar), pengatur suhu tubuh dan pertahanan tubuh. Peredaran
oksigen pada tubuh :
a. Oksigen diedarkan ke seluruh tubuh oleh sel darah merah.
b. Darah yang di pompa dari atrium kanan jantung menuju ventrikel kanan
melalui katup trikuspidalis kemudain masuk ke paru-paru melepaskan CO2
dan mengambil O2 dibawa menuju atrium kiri.
c. O2 dari atrium kiri disalurkan ke ventrikel kiri melalui katup bikuspidalis.
d. Dari ventrikel kiri O2 dibawa keseluruh tubuh oleh sel darah merah untuk
pembakaran (oksidasi).
e. Peredaran darah besar (aorta) yaitu peredaran darah yang berasal dari jantung
membawa oksigen dan sari makanan ke seluruh tubuh dan kembali ke jantung
membawa karbondioksida.

B. Definisi DHF
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)
adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Famili Flaviviridae,dengan
genusnya adalah flavivirus dengan gejala demam tinggi mendadak disertai
manifestasi perdarahan dan bertendensi menimbulkan syock, nyeri otot dan sendi
serta kematian.
Demam berdarah dengue (dengue hamorragic fever/DHF) ialah penyakit yang
terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi,
yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama. Uji tourniquet akan positif
dengan/tanpa ruam disertai beberapa atau semua gejala perdarahan seperti petekie
(bintik merah) spontan yang timbul serentak, ekimosis (tampak memar dibwah kulit),
epitaksis (perdarahan dari hidung), hematemesis (muntah darah), melena (feses yang
berwarna hitam disebabkan oleh adanya perdarahan saluran cerna bagian atas),
trombositopenia (rendahnya kadar trombosit dalam darah, dimana fungsi trombosit
sebagai pembeku darah), masa perdarahan dan masa protrombin memanjang,
hematokrit (digunakan untuk mengukur sel darah merah) meningkat.

C. Etiologi
Penyebab penyakit dengue haemoragic fever adalah virus dengue yang sampai
sekarang dikenal dengan 4 tipe (I, II, III, 1V) termasuk grup B atrotipe borne viruses,
keempat virus ini dapat ditemukan di indonesia panyakit ini ditularkan melalui
gigitan nyamuk aedes albovitas antara lain:
1. Aedes agypti
a. Paling sering ditemukan
b. Nyamuk yang hidup didaerah tropis terutama yang hidup dan berkembang
biak di dalam rumah yaitu di tempat penampungan air jernih atau ditempat
penampungan air disekitar rumah.
c. Nyamuk ini tampak seperti bintik-bintik putih
d. Biasanya menggit pada siang hari.
e. Jarak terbang 100 m.
2. Aedes Albovitas
a. Tempat habitatnya ditampat air yang jernih biasanya disekitar rumah atau
pohon-pohon dimana tertampung air hujan yang bersih, misalnya pohon
pisang, kaleng bekas dll.
b. Menggit pada siang hari
c. Jarak terbang 50 m.

D. Patofisiologi
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypty.
Pertama-tama yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami
demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik –
bintik merah pada kulit (petekie), hyperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin
terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (Hepatomegali) dan
pembesaran limpa (Splenomegali). Kemudian virus akan bereaksi dengan antibody
dan terbentuklah kompleks virus-antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system
komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang
berdaya untuk melepaskan histamine zat anafilaktosin dan serotonin serta aktivitas
system kalikreain yang berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler, dan merupakan
mediator kuat sebagai factor meningkatnya permeabilitas dinding kapiler pembuluh
darah yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstra seluler. Hal
ini berakibat berkurangnya volume plama, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi,
hipoproteinemia, efusi dan renjatan. Peningkatan permeabilitas kapiler terjadi.
Perembesan plasma ke ruang ekstra seluler mengakibatkan berkurangnya volume
plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia serta efusi dan
renjatan (syok). Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20 %) menunjukkan
atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai
hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena.Terjadinya
trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi
(protombin dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat,
terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF. Adanya kebocoran plasma ke
daerah ekstra vaskuler dibuktikan dengan ditemukannya cairan yang tertimbun dalam
rongga serosa yaitu rongga peritoneum, pleura, dan pericard yang pada otopsi ternyata
melebihi cairan yang diberikan melalui infus. Setelah pemberian cairan intravena,
peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi, sehingga
pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk
mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung, sebaliknya jika tidak
mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang
dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan. Jika
renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan, metabolik
asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik. Sebab lain kematian
pada DHF adalah perdarahan hebat. Perdarahan umumnya dihubungkan dengan
trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan fungsi trombosit. Fungsi
agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses imunologis terbukti dengan
terdapatnya kompleks imun dalam peredaran darah. Kelainan system koagulasi
disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati yang fungsinya memang tebukti
terganggu oleh aktifasi system koagulasi. Masalah terjadi tidaknya DIC pada DHF
terutama pada pasien dengan perdarahan hebat.Gangguan hemostasis pada DHF
menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan vaskuler, trombositopenia dan gangguan
koagulasi. Pada otopsi penderita DHF, ditemukan tanda-tanda perdarahan hampir di
seluruh tubuh, seperti di kulit, paru, saluran pencernaan dan jaringan adrenal.

E. Manisfestasi klinis
1. Demam Dengue
Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandaidengan atau dua
atau lebih manifestasi klinis sebagai berikut :
a. Nyeri kepala
b. Nyeri retro-orbital
c. Mialgia / atralgia
d. Ruam kulit
e. Manifestasi perdarahan (petekie )
f. Leucopenia
g. Pemeriksaan serologi dengue positif : atau ditemukan DD/DBD yang sudah
dikonfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama.
2. Demam Berdarah Dengue
Berdasarkan criteria WHO 1997 diagnosis DBD xitegakkan bila semua hal
dibawah ini dipenuhi :
a. Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari,biasanya bersifat bifasik.
b. Manifestasi perdarahan yang biasanya berupa :
1) Uji tourniquet positif
2) Petekie, ekimosis atau purpura
3) Perdarahan mukosa (epitaksis, perdarahan gusi), saluran cerna, tempat
bekas suntikan
4) Hematemesis atau melena
c. Trombositopenia < 100.000/ul
d. Kebocoran plasma yang ditandai dengan
1) Peningkatan nilai hematokrit ≥ 20 % dari nilai baku sesuai umur dan jenis
kelamin.
2) Penurunan nilai hematokrit ≥ 20 % setelah pemberian cairan yang adekuat.
e. Tanda kebocoran plasma .
3. Sindrom Syok Dengue
Seluruh criteria DBD diatas disertai dengan tanda kegagalan sirkulasi yaitu :
a. Penurunan kesadaran, gelisah
b. Nadi cepat, lemah, Hipotensi
c. Tekanan darah turun ≤ 20 mmHg
d. Perfusi perifer menurun dan kulit dingin-lembab
F. Klasifikasi
DD/DBD Derajat Derajat Laboratorium
DD Demam disertai 2 atau  Leukopenia Serolgi
lebih tanda : mialgia, sakit  Trobositopenia, tidak dengue
kepala, nyeri retroorbinal, ditemukan bukti ada positif
artralgia kebocoran plasma
DBD I Gejala diatas di tambah uji Trombositopenia (<100.000/UL)bukti ada
bendung positif kebocoran plasma
DBD II Gejala diatas ditambah
perdarahan spontan
DBD III Gejala diatas ditambah
kegagalan sirkulasi (kulit
dingin dan lembab serta
gelisah)
DBD IV Syok berat disertai dengan
tekanan darah dan nadi
tidak terukur

G. Klasifikasi derajad DBD menurut WHO

Derajad 1 Demam disertai gejala tidak khas dan satu – satunya menifestasi perarahan
adalah uji torniquet positif
Derajad 2 Derajat 2 disertai pendarahan spontan dikulit dan / pendarahan lain
Derajad 3 Ditemukannya tanda kegagalan sirkulasi ,yaitu nadi cepat dan lembut,tekanan
nadi menurun (< 20 mmhg)/hipotensi disertai kulit dingin,lembab, dan pasien
menjadi gelisah
Derajad 4 Syok berat ,nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur

H. Komplikasi
1. DHF mengakibatkan pendarahan pada semua organ tubuh, seperti pendarahan ginjal,
otak, jantung, paru – paru, limpa dan hati. Sehingga tubuh kehabisan darah dan cairan
serta menyebabkan kematian.
2. Gangguan kesadaran yang disertai kejang.
3. Disorientasi, prognosa buruk.
I. Penatalaksanaan medis
1. DHF tanpa Renjatan
a. Beri minum banyak ( 1 ½ – 2 Liter / hari )
b. Obat anti piretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan kompres
c. Jika kejang maka dapat diberi luminal ( antionvulsan ) untuk anak <1th dosis
50 mg Im dan untuk anak >1th 75 mg Im. Jika 15 menit kejang belum teratasi
beri lagi luminal dengan dosis 3mg / kb BB ( anak <1th dan pada anak >1th
diberikan 5 mg/ kg BB.
d. Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat
2. DHF dengan Renjatan
a. Pasang infus RL
b. Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander ( 20 – 30
ml/ kg BB )
c. Tranfusi jika Hb dan Ht turun

J. Penatalaksanaan keperawatan
1. Pengawasan tanda – tanda Vital secara kontinue tiap jam
2. Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam
3. Observasi intake output
4. Pada pasien DHF derajat I, Pasien diistirahatkan, observasi tanda vital tiap 3 jam,
periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam beri minum 1 ½ liter – 2 liter per hari, beri
kompres.
5. Pada pasien DHF derajat II, pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb, Ht,
Thrombosit, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan darah
menurun, anuria dan sakit perut, beri infus.
6. Pada pasien DHF derajat III, Infus guyur, posisi semi fowler, beri O2, pengawasan
tanda – tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, observasi produksi urin tiap jam,
periksa Hb, Ht dan thrombosit.
7. Resiko Perdarahan
a. Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan melena
b. Catat banyak, warna dari perdarahan.
c. Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus Gastro Intestinal
8. Peningkatan suhu tubuh
1. Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodik
2. Beri minum banyak
3. Berikan kompres

K. Pemeriksaan penunjang
1. Trombositopeni (  100.000/mm3) ( Normal : 150.000-400.000/ui )
2. Hb dan PCV meningkat (  20% )
3. Leukopeni ( mungkin normal atau lekositosis )
4. Pada renjatan yang berat, periksa Hb, PCV berulang kali ( setiap jam atau 4-6 jam apabila
sudah menunjukkan tanda perbaikan.
5. Hipoproteinemia
6. Ureum meningkat.
7. Pemeriksaan serologi
8. Uji test tourniket (+).

L. Pendidikan kesehatan
1. Anjurkan pasien minum yang cukup, dan ukur jumlah cairan yang keluar dan
yang diminum
2. Upayakan untuk makan dan istirahat yang cukup
3. Untuk pencegahan dan perlindungan gunakanlah obat anti nyamuk
4. Cegah perkembangbiakan nyamuk dan kenali tanda-gejalanya
5. Buang sampah pada tempatnya dan perbaiki tempat penyimpanan air untuk
mencegah nyamuk berkembang biak dengan menutup tempat penampungan,
mengosongkan air tergenang dari kaleng bekas, pot bunga dan kuras bak mandi
minimal 1 kali seminggu.
6. Pada pasien DBD tidak boleh diberikan asetosal, aspirin, anti inflamasi nonsteroid
karena potensial mendorong terjadinya perdarahan

M. Konsep dasar asuhan keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas klien: umur, jenis kelamin, tempat tinggal
b. Riwayat Kesehatan Klien
1) Riwayat Kesehatan dahulu
a) Pernah menderita DHF
b) Riwayat kurang gizi
c) Riwayat aktivitas sehari-hari
d) Pola hidup (life style)
2) Riwayat kesehatan sekarang
a) Suhu tubuh meningkat sehingga menggigil yang mengakibatkan sakit
kepala.
b) Anoreksia, mual, muntah sakit saat menelan, lemah
c) Nyeri otot dan persendian
d) Konstipasi dan bisa juga diare
e) Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor
f) Kadang-kadang batuk ringan
g) Mata terasa pegal, sering mengeluarkan air mata (lakrimasi)
h) Ruam pada kulit (kemerahan)
i) Perdarahan pada kulit: pteki, ekimosis, hematoma dan perdarahan lain;
epitakis, hematemsis, hematuri, melena.
3) Riwayat kesehatan keluarga
a) Adanya penderita DHF dalam keluarga
4) pemeriksaan fisik
a) Pengkajian umum
b) Tingkat kesadaran :composmentis, apatis, somnolen, supor, dan koma
c) Keadaan umum: sakait ringan, sedang, barat.
d) Keadaaan gizi: tinggi badan dan berat badan dengan gizi baik,
sedangdan buruk.
e) Tanda-tanda vital: suhu >380 C,tekanan darah pada DF dan DHF dapat
meningkat sedangkan pada DSS dapat menurun, nadi pada DF dan
DHF takikardi sedangkan pada DSS dapat cepat dan lemah serta
bradikardi pada proses penyembuhan. Pernafasan dapat normal dan
meningkat (N=16-24x/menit) pada DSS cepat dan dangkal.
5) Pengkajian sistim tubuh
a) Integumen: ruam, ptekie, ekimosis, purpura, hematom, hiperemia,
sedangkan padaDSS dapat lembab, dingin dan sianosis pada hidung
kuku kaki dan tangan.
b) Kepala dan leher: pembesaran kelenjar limfe (+) dan (-).
c) Mata: konjungtiva hiperemia, lakrimasi,fotophobia.
d) Muka, hidung, rongga mulut: epistaksis hidung, perdarahan pada gusi,
lidah kotor
e) Sistim kardiovaskular: pada DHF dapat hipotensi dan hipertensi,
takikardi dan dapat bradikardi.
f) Abdomen: hepatomegali, splenomegali dan nyeri tekan hepar.
g) Muskuloskeletal: nyeri pada sendi dan otot.
6) Pemeriksaaan penunjang
a) Laboratorium
- Trombositopenia : + 100.000/mm (N: 200.000-300.000)
- Nilai hematokrit meningkat 20%
- Hiponatremia (N:125-135 mEq/ml)
- Hipoproteinemia
- Leukosit bisa normal atau meningkat
- Hb menurun
- Hipokloremi
- SGPT/SGOT, ureum dan pH darah meningkat
- Albuminuria ringan
- LED meningka
2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa yang mungkin timbul pada adalah :

a. Pola nafas tidak efektif b/d penumpukan cairan dirongga pleura


b. Kekurangan volume cairan b/d kegagalan mekanisme regulasi
c. Hipertermia b/d proses infeksi virus
d. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b/d perdarahan
e. Risiko syok hipovolemik b/d kekurangan cairan, kebocoran plasma
f. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik
g. Gangguan pola tidur b/d nyeri kepala dan nyeri otot

f. Intervensi keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil NOC Intervensi NIC
keperawatan
1. Pola nafas tidak NOC : NOC :
efektif b/d 1. Respiratory status : 1. Posisikan pasien untuk
penumpukan cairan ventilation memaksimalkan ventilasi
dirongga pleura 2. Respiratory status : 2. Auskultasi suara nafas,
airway patency catat adanya suara
3. Vital sign status tambahan
Kriteria hasil : 3. Atur intake untuk cairan
4. Menunjukkan jalan mengoptimalkan
nafas yang paten keseimbangan
5. Tidak ada sianosis, 4. Pertahankan jalan nafas
dipsnea, mampu yang paten
mengeluarkan sputum 5. Pertahankan posisi pasien
6. Tanda-tanda vital 6. Monitor TD, nadi, suhu
dalam rentang normal dan RR
(tekanan darah, nadi,
pernafasan).
2. Kekurangan volume NOC : NIC :
1. fluid balance 1. Pertahankan catatan intake
cairan b/d kegagalan
2. Hydration output
mekanisme regulasi 3. Nutritional status : food 2. Pantau warna, jumlah dan
and fluid intake frekuensi kehilangan
Kriteria hasil : cairan
1. Mempertahankan urine 3. Monitor TTV
output sesuai dengan usia 4. Pantau hasil laboratorium
dan BB yang relevan dengan
2. Tekanan darah, nadi, suhu keseimbangan cairan
tubuh dalam batasan 5. Pantau status hidrasi
normal 6. Timbang berat badan
3. Tidak ada tanda-tanda setiap hari dan pantau
dehidrasi, membrane kecenderungannya
mukosa lembab.
7. Dorong masukan oral
8. Kolaborasi pemberian IV
9. Kolaborasi dengan dokter
10. Atur kemungkinan
transfuse
11. Persiapan untuk transfuse
3. Hipertermia b/d NOC : NIC
proses infeksi virus 1. Thermoregulation
Temperature regulation
Kriteria hasil :
1. Monitor suhu minimal
1. Suhu tubuh dalam rentang
normal tiap 2 jam
2. Nadi dan RR dalam
2. Monitor TD, RR dan nadi
rentang normal
3. Monitror warna dan suhu
3. Tidak ada perubahan warna
kulit dan tidak ada pusing kulit

4. Berikan anti piretik

5. Lakukan kompres hangat

6. Tingkatkan sirkulasi udara

7. Tingkatkan intake cairan

dan nutrisi

8. Selimuti pasien untuk

mencegah hilangnya
kehangatan tubuh.

4. Ketidakefektifan NOC : NIC :


1. Circulation status Peripheral sensation
perfusi jaringan
2. Tissue perfusion : cerebral management
perifer b/d Kriteria hasil : 1. Monitor adanya paretese
1. Tekanan sistol dan diastole 2. Monitor kemampuan BAB
perdarahan
dalam rentang yang 3. Kolaborasi pemberian
diharapkan analgetik
2. Tidak ada tanda-tanda 4. Monitor daerah tertentu
peningkatan tekanan yang hanya peka terhadap
intracranial panas/dingin/tajam/tumpul
5. Monitor adanya
tromboplebitis
5. Risiko syok NOC : NIC
hipovolemik b/d 1. Syok prevention Syok prevention
kekurangan cairan, 2. Syok management 1. Monitor status
kebocoran plasma Kriteria hasil : sirkulasi BP, warna,
1. Nadi dalam batas suhu kulit dan denyut
normal jantung, HR, kapiler
2. Frekuensi nafas dalam refiil
rentang normal 2. Monitor suhu dan
3. Demam tidak pernafasan
ditemukan 3. Monitor input dan
4. Mata cekung tidak output
ditemukan 4. Monitor tanda awal
syok
5. Pantau hasil labor :
Hb, Ht, elektro
6. Berikan cairan IV atau
oral yang tepat

6. Intoleransi aktivitas NOC : NIC


b/d kelemahan fisik 1. Energy conservation Activity therapy :
2. Activity tolerance 1. Bantu klien untuk
3. Self care :ADLs mengidentifikasi aktivitas
Kriteria hasil : yang disukai
1. Mampu melakukan 2. Bantu klien untuk
aktivitas sehari-hari/ADLs mengidentifikasi aktivitas
secara mandiri yang mampu dilakukan
2. Tanda-tanda vital normal 3. Sediakan penguatan
3. Sirkulasi status baik positif bagi yang aktif
beraktifitas
4. Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktifikasi
yang mampu dilakukan
5. Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi
diri dan penguatan
6. Monitor respon fisik,
emosi, sosial dan spiritual.
7. Gangguan pola tidur NOC : NIC
b/d nyeri kepala dan 1. Anxiety reduction Sleep enhancement:
nyeri otot 2. Comfort level 1. Ciptakan lingkungan yang
3. Pain level nyaman
Kriteria hasil : 2. Monitor/catat kebutuhan
1. Jumlah jam tidur dalam tidur pasien setiap hari
batas normal 6-8 jam/hari dan jam
2. Pola tidur, kualitas dalam 3. Monitor waktu makan dan
batas normal minum dengan waktu
3. Perasaan segar sesudah tidur
tidur atau istirahat 4. Anjurkan pasien untuk
4. Mampu mengidentifikasi istirahat
hal-hal yang meningkatkan
tidur.
BAB III
LAPORAN KASUS

1. Pengkajian
a. Identitas
Nama anak : An. P
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Piliang
Tanggal lahir/ Usia : 13 Agustus 2004/ 12 tahun
Tanggal masuk RS :
No. MR :
Tanggal pengkajian : 12 Maret 2017
Diagnosa medis : DHF
Identitas penanggung jawab
Nama : Tn. A
Jenis kelamin : laki-laki
Pekerjaan : wiraswasta
Pendidikan ayah : SMA
Pendidikan ibu : SMA
Hubungan dengan klien : Ayah
Alamat : piliang

b. Keluhan utama
Pasien masuk ke RS dengan keluhan demam yang turun naik, nafsu
makan kurang, dan pasien tampak mukosa bibirnya kering.
c. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan badan letih dan lemah, pada saat dilakukan
pengkajian ekstremitas atas dan bawah banyak muncul petekie tanpa
dilakukan uji tourniquet, dan suhu tubuh pasien mulai berkurang T : 370C,
dan pasien sudah berada pada hari ke-5, nafsu makan klien mulai bertambah,
mukosa bibir masih tampak kemerahan dan kering.
d. Riwayat penyakit terdahulu
Ibu pasien mengatakan anaknya belum pernah menderita penyakit
yang sama sebelumnya, dan anaknya juga tidak ada menderita penyakit lain
sebelumnya dan anaknya juga tidak ada mengkonsumsi obat rutin.
e. Riwayat penyakit keluarga
Ibu pasien mengatakan dikeluarganya tidak ada yang menderita
penyakit yang sama dengan pasien.
f. Genogram

Ket. Gambar :
: laki-laki
: perempuan
: garis pernikahan
: garis keturunan
…. : tinggal serumah

g. Pemeriksaan penunjang
HCT / hemootakrit : 93,1 (80,0 – 97,0)
HGB / hemoglobin : 14,0 (11,0 – 16,5)
PLT/ trombosit : 203 (150 – 390)

h. Terapi
1. Oral
- Puyer 3x1
- Imunoos 1x1
- Pct/ paracemtamol 4x III/2
2. Injeksi
- IVFD RL 26 tpm/i habis dalam per 5 jam

i. Pemeriksaan fisik
Status kesehatan umum : TD = 100/70 mmHg, N = 84 x/I, S = 370C,
RR = 23 x/I, TB/BB = 148 cm / 32 kg.
1. Kepala
Tidak ada pembengkakan, tidak ada lesi, dan pada saat palpasi tidak ada
teraba pembengkakan
2. Mata
Saat di inspeksi mata tampak kemerhana dan tidak tampak adanya sclera
ikterik, dan konjungtiva tidak anemis.
3. Hidung
Inspeksi : tidak tampak adanya pembengkakan, dan polip dan cairan
hidung
Palpasi : tidak teraba adanya pembengkakan.
4. Mulut
Pada saat di inspeksi tampak bibi kemerahan, pecah-pecah dan kering
5. Leher
Inspeksi : tidak tampak adanya benjolan, tidak ada pembesaran vena
jugularis.
Palpasi : tidak teraba adanya benjolan/pembengkakan.
6. Thorak
Pada saat inspeksi tampak pergerakan dinding dada kiri dan kanan simetris
7. Abdomen
Saat inspeksi tidak terlihat adanya pembengkakan, dan tidak adanya nyeri
tekan pada saat dilakukan palpasi daerah abdomen.
8. Ekstremitas
Tampak adanya petekie di ekstremitas atas dan bawah pasien tanpa
dilakukan uji tourniquet.
j. Analisa data
No Data Etiologi problem

DS : pasien mengatakan Gejala terkait penyakit Gangguan rasa


1.
adanya bercak kemerahan nyaman
yang banyak memenuhi kedua
ekstremitas atas dan bawah.
DO : petekie terlihat di
ekstremitas atas dan bawah,
terlihat menyeluruh di kedua
ekstremitas atas dan bawah,
TD : 100/70 mmHg, S : 370C,
N : 84 x/I, RR : 23 x/i.
2. DS : Pasien mengatakan Kegagalan mekanisme Kekurangan
badan letih dan lemah, regulasi volume cairan
DO : tampak mukosa bibir
masih tampak kemerahan dan
kering
3. DS : Pasien mengatakan Kurang privasi Gangguan pola
kurang tidur sejak di RS dan tidur
pasien mengatakan tidak
nyaman dengan lingkungan di
RS
DO : terlihat mata pasien
sembab dan terdapat
lingkaran hitam disekitar mata
dan pasien tampak letih dan
sedikit pucat

2. Diagnosa keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman b/d Gejala terkait penyakit
b. Kekurangan volume cairan b/d Kegagalan mekanisme regulasi
c. Gangguan pola tidur b/d Kurang privasi
3. Intervensi keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi / NIC
hasil / NOC
1. Gangguan rasa NOC : NIC : anxiety reduction
nyaman b/d 1. Ansiety 1. Gunakan pendekatan yang
Gejala terkait 2. Sleep deprivation menenangkan
penyakit 3. Comfort, readiness 2. Temani pasien untuk
for enchanced memberikan keamanan dan
Criteria hasil : mengurangi takut
1. Mampu mengontrol 3. Dengarkan dengan penuh
kecemasan perhatian
2. Status lingkungan 4. Bantu pasien mengenal situasi
yang nyaman yang menimbulkan kecemasan
3. Mengontrol nyeri 5. Dorong pasien untuk
4. Status kenyamanan mengungkapkan perasaan,
meningkat ketajutan dan persepsi
6. Instruksi pasien menggunakan
teknik relaksasi
7. Berikan obat untuk mengurangi
kecemasan.
2. Kekurangan NOC : NIC :
1. fluid balance 1. Pertahankan catatan intake
volume cairan
2. Hydration output
b/d Kegagalan 3. Nutritional status : 2. Pantau warna, jumlah dan
food and fluid intake frekuensi kehilangan cairan
mekanisme
Kriteria hasil : 3. Monitor TTV
regulasi 1. Mempertahankan 4. Pantau hasil laboratorium yang
urine output sesuai relevan dengan keseimbangan
dengan usia dan BB cairan
2. Tekanan darah, nadi, 5. Pantau status hidrasi
suhu tubuh dalam 6. Timbang berat badan setiap hari
batasan normal dan pantau kecenderungannya
3. Tidak ada tanda- 7. Dorong masukan oral
tanda dehidrasi, 8. Kolaborasi pemberian IV
membrane mukosa 9. Kolaborasi dengan dokter
lembab. 10. Atur kemungkinan transfuse
11. Persiapan untuk transfuse
3. Gangguan pola NOC : NIC : sleep Enhancement
1. Anxiety reduction 1. Determinasi efek-efek medikasi
tidur b/d Kurang
2. Comfort level terhadap pola tidur
privasi 3. Pain level 2. Jelaskan pentingnya tidur yang
Kriteria hasil : adekuat
1. Jumlah jam tidur 3. Ciptakan lingkungan yang
dalam batas normal nyaman
6-8 jam/hari 4. Monitor/catat kebutuhan tidur
2. Pola tidur, kualitas pasien setiap hari dan jam
tidur dalam batas
normal
3. Perasaan segar
setelah tidur atau
istirahat
4. Mampu
mengidentifikasi hal-
hal yang
meningkatkan tidur.
BAB IV
PEMBAHASAN

Selama memberikan asuhan keperawatan pada An. P dengan DHF di ruangan


anak RSUD Prof. Dr. M.A. Hanafiah Batusangkar. Beberapa faktor penghambat dan
terdapat pula faktor pendukung dari kasus yang penulis ambil dan penulis
menemukan beberapa kesenjengan antara konsep teoritis dan kasus yang ditemukan.
Dalam bab ini tim penulis akan membahasnya sesuai dengan asuhan keperawatan
yang sudah diterapkan meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan
evaluasi keperawatan.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal untuk melakukan suatu asuhan keperawatan
yang berguna untuk mengumpulkan data sebagai dasar untuk mengetahui
kebutuhan klien sehingga dapat menentukan asuhan keperawatan yang akan
dilakukan. Dalam pengumpulan data tim penulis serta observasi dengan
menggunakan pemeriksaan fisik dan menggunakan studi dokumentasi pada status
pasien.
Selama melakukan pengkajian tim penulis tidak banyak menemui
kesulitan, hal ini berkaitan dengan kerjasama dan partisipasi dari pasien dan
keluarga dalam memberikan informasi yang diperlukan, berkaitan dengan
penyakit yang di derita pasien. Pada pemeriksaan fisik, tim penulis menemukan
beberapa gejala khas yang sesuai dengan teoritis yaitu : demam, terdapatnya nyeri
otot, petekie, pada hasil laboratorium didapatkan penurunan nilai hemotakrit,
gelisah, nadi cepat dan tekanan darah turun.
2. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan tinjauan pustaka asuhan keperawatan pada kasus DHF tim
penulis mendapatkan hasil diagnosa keperawatan, yaitu :
a. Pola nafas tidak efektif b/d penumpukan cairan dirongga pleura
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d faktor biologis
c. Hipertermia b/d proses infeksi virus
d. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b/d perdarahan
e. Risiko syok hipovolemik b/d kekurangan cairan, kebocoran plasma
f. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik
g. Gangguan pola tidur b/d nyeri kepala dan nyeri otot
Sedangkan diagnosa yang didapatkan pada kasus ada 3, yaitu :
1. Gangguan rasa nyaman b/d Gejala terkait penyakit
2. Kekurangan volume cairan b/d Kegagalan mekanisme regulasi
3. Gangguan pola tidur b/d Kurang privasi

3. Intervensi keperawatan
Dalam menyusun rencana tindakan keperawatan untuk mencapai tujuan
sesuai dengan kriterianya, maka tim penulis membuat rencana berdasarkan acuan
pada tinjauan teoritis yang ada pada tinjauan pustaka, rencana tindakan dibuat
selama 3 hari perawatan dimulai dari hari ke-5 demam. Dari 3 diagnosa ini
intervensi dapat diterapkan pada kasus karena berkat kerjasama yang baik antara
perawat, keluarga, dank lien. Dalam menyusun tindakan yang akan di lakukan ini
disesuaikan dengan diagnosa yang di temukan sehingga mendapatkan tujuan yang
di inginkan.
4. Implementasi keperawatan
Tahap ini adalah tahap untuk melakukan tindakan-tindakan yang telah
direncanakan sebelumnya. Semua tindakan bisa dilakukan, tetapi tim penulis tidak
dapat memberikan perawatan dalam 24 jam karena adanya pergantian dinas yang
telah diatur
5. Evaluasi keperawatan
Selama perawatan yang dilakukan selama 3 hari, dari 3 diagnosa yang
ditegakkan, masalah dapat teratasi sehingga pada hari ke-4 intervensi anak dapat
pulang dan melakukan rawat jalan untuk mengontrol kondisi anak lebih lanjut.
BAB III
PENUTUP

a. Kesimpulan
DHF / DBD adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti yang betina. Demam dengue adalah penyakit yang terdapat
pada anak-anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi,
yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama terinfeksi virus. Penderita
biasanya mengalami demam akut (suhu meningkat tiba-tiba), sering disertai
menggigil. Dengan adanya gejala-gejala klinis yang dapat menimbulkan
terjadinya DHF seperti adanya gejala pendarahan pada kulit (ptekie, ekimosis,
hematom) dan pendarahan lain (epitaksis, hematemesis, hematuri, dan melena)
tingkat keparahan yang ditemui dari hasil pemeriksaan darah lengkap.
Fokus pengobatan pada penderita penyakit DBD adalah mengatasi
perdarahan, mencegah atau mengatasi keadaan syok/presyok, yaitu dengan
mengusahakan agar penderita banyak minum sekitar 1,5 sampai 2 liter air dalam
24 jam. Pencegahan dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk diwaktu pagi
sampai sore, karena nyamuk aedes aktif di siang hari bukan malam hari.

b. Saran
Semoga Makalah yang kami susun ini bermanfaat bagi kita semua
terutama bagi Mahasiswa Kesehatan, sehingga dapat membantu proses
pembelajaran, dan dapat menambah pengetahuan mahasiswa. Selain itu,
diperlukan lebih banyak referensi untuk menunjang proses pembelajaran
selanjutnya.
Daftar Pustaka

Potter, P. A, & Perry A. G. (2006). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses, dan
praktik. Jakarta : EGC

Smeltzer,S.C, & Bare, B. G. (2002). Buku ajar keperawatan medikal-bedah. Jakarta : EGC

Kowalk, jennifer P., Welsh, William, & Mayer, Brenna. (2011). Buku ajarpatofisiologi:
professional Guide to Pathophysiology. Jakarta : EGC
BAB IV

PENUTUP

c. Kesimpulan
Ginjal (renal) adalah organ tubuh yang memiliki fungsi utama untuk
menyaring dan membuang zat-zat sisa metabolisme tubuh dari darah dan menjaga
keseimbangan cairan serta elektrolit (misalnya kalsium, natrium, dan kalium)
dalam darah.
Gagal ginjal adalah suatu kondisi di mana ginjal tidak dapat menjalankan
fungsinya secara normal.
Gagal ginjal kronik (chronic renal failure = CRF), penurunan fungsi ginjal
terjadi secara perlahan-lahan. Proses penurunan fungsi ginjal dapat berlangsung
terus selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun sampai ginjal tidak dapat
berfungsi sama sekali (end stage renal disease).

d. Saran
Dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
kritik dan saran sangat kami harapkan dari pembaca. Dan semoga makalah yang kami
buat dapat bermafaat bagi pembaca.

Daftar Pustaka
Potter, P. A, & Perry A. G. (2006). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses, dan
praktik. Jakarta : EGC
Smeltzer,S.C, & Bare, B. G. (2002). Buku ajar keperawatan medikal-bedah. Jakarta : EGC

Kowalk, jennifer P., Welsh, William, & Mayer, Brenna. (2011). Buku ajarpatofisiologi:
professional Guide to Pathophysiology. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai