Anda di halaman 1dari 52

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN

INFEKSI SALURAN KEMIH

Makalah Ini diajukan sebagai salah satu


Syarat untuk tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak I

Disusun oleh :

1. Farli 5. Julita Wulandari


2. Rita Susanti 6. Lisa Rosalina
3. Rima Sagitariza 7. Risky Astria
4. Pangestu Chaesar S 8. Herizal Saputra

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
TANJUNGPINANG

2014
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN
INFEKSI SALURAN KEMIH

Makalah Ini diajukan sebagai salah satu


Syarat untuk tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak I

Disusun oleh :

1. Farli 5. Julita Wulandari


2. Rita Susanti 6. Lisa Rosalina
3. Rima Sagitariza 7. Risky Astria
4. Pangestu Chaesar S 8. Herizal Saputra

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
TANJUNGPINANG

2014
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumwarahmatullahiwabarakatuh

Alhamdullillah berkat rahmat dan hidayah Allah SWT., akhirnya penulis

dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

DENGAN INFEKSI SALURAN KEMIH” untuk para pembaca. Makalah ini disusun

dalam rangka untuk memenuhi syarat tugas kelompok matakuliah Keperawatan

Anak I kelas II. B Keperawatan.

Peningkatan kualitas yang maksimal ini dengan menyampaikan hasil yang

lebih efektif telah penulis lakukan melalui perantara buku, media cetak, dan media

elektronik. Makalah ini juga memuat hal – hal baru.

Dalam membuat makalah ini, penulis lebih banyak mendapatkan bimbingan

informasi dan saran dari berbagai pihak sehingga makalah ini dapat diselesaikan,

maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang

sebesar – besarnya kepada :

1. Sasmo Meanys S.kep, Ners selaku dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan

Anak I yang telah memberikan materi dengan baik sehingga pelaksanaan makalah

ini berjalan dengan baik.

2. dan segenap kawan – kawan kelas 2B Keperawatan, yang telah dapat berdiskusi

dan bertukar pikiran dalam makalah ini.


Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka

dari itu penulis mengharapakan adanya krititk dan saran yang bersifat membangun

untuk kesempurnaan makalah selanjutnya. Akhirnya penulis berharap makalah ini

dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, dan bagi pembaca umumnya.

Pemikiran usaha yang penulis lakukan untuk memberikan yang terbaik

kepada pengguna makalah ini, semoga makalah ini dapat memuaskan pengguna, baik

teman – teman, saudara – saudara, maupun pihak lain.

Semoga Allah SWT yang maha segalanya mebalas budi baik semua pihak

yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini, akhir kata dan

melindungi setiap langkah kita menuju kebenaran.

Tanjungpinang, April 2014

Tim Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infeksi saluran kencing pada 0,1 % bayi baru lahir. Dan infeksi ini berbeda dari

infeksi pada anak yang berumur lebih dari 1 tahun, dalam hal infeksi lebih sering

terjadi pada laki – laki daripada wanita, manifestasiklinisnya kabur dan tidak spesifik,

dan infeksi pada kelompok umur ini cenderung lebih parah. Factor – factor yang

meberi kecenderungan terhadap infeksi adalah status secretor kelompok darah P,

refluks vesi – kouretral, uropati obstruktif, berat badan lahir rendah, miolo –

meningokele, katerisasi kandung kemih, dan untuk laki – laki, tidak disirkumsisi.

Resiko infeksi saluran kencing pada laki – laki yang tidak disirkumsisi pada umur

tahun pertama adalah 0,041 dan kemungkinan ini menurun hingga 0,002 pada yang

telah disirkumsisi saat neonates.

75% infeksi disebabkan oleh escherechia colli. Enterobakter dan kokus gram- positif

lain tidak lazim menimbulkan infeksi. Retu infeksi pada kebanyakan kasus bersifat

asenden dan jarang secara hematogen.Disamping parut ginjal, infeksi bayi baru lahir

dapat menyebabkan retardasi pertumbuhan ginjal, walaupun tidak ada

refluks.Reterdasi pertumbuhan ginjal ini dapat reversibel setelah pubertas pada anak

tanpa refluks. (Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15. 2000)


Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan suatu infeksi yang disebabkan oleh

pertumbuhan mikroorganisme di dalam saluran kemih manusia.Saluran kemih

manusia merupakan organ-organ yang bekerja untuk mengumpul dan menyimpan

urin serta organ yang mengeluarkan urin dari tubuh, yaitu ginjal, ureter, kandung

kemih dan uretra. Menurut National Kidney and Urologic Diseases Information

Clearinghouse (NKUDIC), ISK merupakan penyakit infeksi kedua tersering setelah

infeksi saluran pernafasan dan sebanyak 8,3 juta kasus dilaporkan per tahun. ISK

dapat menyerang pasien dari segala usia mulai bayi baru lahir hingga orang tua. Pada

umumnya wanita lebih sering mengalami episode ISK daripada pria. Namun, pada

masa neonatus ISK lebih banyak terjadi pada bayi laki (2,7%) yang tidak menjalani

sirkumsisi daripada bayi perempuan (0,7%). Dengan bertambahnya usia, insiden ISK

terbalik yaitu pada masa sekolah ISK pada anak perempuan 3%, sedangkan anak laki-

laki 1,1%. Insiden ISK ini pada remaja anak perempuan meningkat 3,3 sampai 5,8%.

Di Indonesia, insidensi bakteriuria pada wanita hamil sebanyak 9,18%. Pada penelitian

yang telah dilakukan di Bagian Obstetri dan Ginekologi FKUI-RSCM Jakarta, ditemukan

ISK asimptomatik pada wanita hamil sebanyak 20% Di Banjarmasin (1994) didapatkan

sebanyak 25,81% dari wanita hamil menderita dengan ISK. apabila bakteriuria

asimptomatik ini tidak diobati, sekitar 25% pasien kemudian akan mengalami infeksi

simptomatik akut selama kehamilan tersebut.

(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31308/5/Chapter%20I.pdf.. Diakses

Kamis 10 April 2014)


Pada beberapa penelitian, bakteriuria dilaporkan menyebabkan sejumlah efek merugikan

pada kehamilan.Asimptomatik bakteriuria dalam kehamilan sering dilupakan sebagai

salah satu penyebab komplikasi kehamilan pada ibu dan janin seperti abortus,

prematuritas, dismaturitas, kematian janin dalam kandungan dan

sebagainya.(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31308/5/Chapter%20I.pd

f.. Diakses Kamis 10 April 2014)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis merumuskan masalah dalam

Keperawatan tentang “Asuhan Keperawatan pada anak dengan Infeksi Saluran

Kemih”.

1.3Tujuan Penulisan

1.3.1Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari makalah ini adalah untuk memberikan Asuhan

Keperawatan pada Anak dengan Infeksi Saluran Kemih.

1.3.2Tujuan Khusus

a. Mahasiswa memahami konsep pada klien dengan Infeksi Saluran

Kemih

b.Mahasiswa melakukan pengkajian pada klien dengan infeksi

Saluran Kemih.

c. Mahasiswa menegakkan diagnosa pada klien dengan Infeksi

Saluran Kemih
d.Mahasiswa menyusun rencana keperawatan pada klien dengan

Infeksi Saluran Kemih

e.Mahasiswa menyusun implementasikeperawatan pada klien

Infeksi Saluran Kemih

f.Mahasiswa melakukan evaluasi keperawatan pada klien Infeksi

Saluran Kemih
BAB II

KONSEP PENYAKIT

2.1 Anatomi Fisiologi

A.Anatomi Kasar Ginjal

1.Tampilan.Ginjal adalah organ berbentuk seperti kacang berwarna merah

tua,panjang nya sekitar 12,5 cm dan tebalnya 2,5 cm.Setiap ginjal memiliki berat

antara 125-175 gr pada laki-laki dan 115-155 gr pada perempuan.

2. Lokasi Ginjal terletak diarea yang tinggi,yaitu pada dinding abdomen posterior

yang berdekatan dengan dua pasang iga terakhir.Organ ini merupakan organ

retroperitoneal dan terletak diantara otot-otot punggung dan peritoneum rongga

abdomen atas.Tiap-tiap ginjal memiliki sebuah kelenjar adrenal diatas nya.Ginjal

kanan terletak agak dibawah dibandingkan ginjal kiri karena ada hati pada sisi kanan.

B.Struktur internal ginjal

1.Hilus adalah tingkat kecekungan tepi medial ginjal.

2.Sinus ginjal adalah rongga berisi lemak yang membuka pada hilus.Sinus ini

membentuk perlekatan untuk jalan masuk dan keluar ureter vena dan ateri

renalis,saraf dan limfatik.


3.Pelvis ginjal adalah perluasan ujung proksimal.Ujung ini berlanjut menjadi dua

sampai tiga kaliks mayor,yaitu rongga yang mencapai glandular,bagian penghasil urin

pada ginjal.setiap kaliks mayor bercabang menjadi beberapa (8-18) kaliks minor.

4.Parenkim ginjal adalah jaringan ginjal yang menyelubungi struktur sinus

ginjal.Jaringan ini terbagi menjadi medulla dalam dan korteks luar.

a.Medulla terdiri dari masa-masa triangular yang disebut piramida ginjal.Ujung yang

sempit dari setiap piramida,papilla,masuk dengan pas dalam kaliks minor dan

ditembus mulut duktus pengumpulan urin.

b.Korteks tersusun dari tubulus dan pembuluh darah nefron yang merupakan unit

structural dan fungsional ginjal.Korteks terletak didalam diantara piramida-piramida

medulla yang bersebelahan untuk membentuk kolumna ginjal yang terdiri dari

tubulus-tubulus pengumpul yang mengalir kedalam duktus pengumpul.

5.Ginjal terbagi-bagi lagi menjadi lobus ginjal.Setiap lobus terdiri dari satu piramida

ginjal.Kolumna yang saling berdekatan,dan jaringan korteks yang melapisi nya.

C. Struktur nefron
satu ginjal mengandung 1-4 juta nefron yang merupakan unit pembentuk

urin.setiapa nefron memiliki satu komponen vascular (kapilar) dan satu komponen

tubular.

a.Gloumelurus adalah gulungan kapiler yang dikelilingi kapsul epitel berdinding

ganda disebut kapsul baumen.Gloumelurus dan kapsul baumen bersama-sama

membentuk sebuah korpuskell ginjal.

1. Lapisan visceral kapsul baumen adalah lapisan internal ipitellium.sel-sel lapisan

visceral dimodifikasi menjadi podosit (“Sel seperti kaki”). Yaitu sel-sel epitel khusu

disekitar kapiler gloumelural.

2. setiap sel kodosit melekat pada permukaan liar kapilar gloumerular melalui

beberapa prosesus primer panjang yang mengandung prosesus skunder yang disebut

prosesus kaki atau pedikel(“ kaki kecil”).

3. pedikel berinterdigitasi ( saling mengunci) dengan prosesus yang sama dari podosit

tetangga. Ruang sempit antar pedikel-pedikel yang berinterdigitasi dengan filtration

slits(poro-pori dari cela) yang lebarnya sekitar 25 mm. setiap pori dilapisi

selapis membrane tipis yang memungkinkan aliran beberapa molekul dan

menahan aliran molekul lainnya.

4. barierfiltrasi gloumerular adalah barrier jaringan yang memisahkan darah dalam

kapilar gloumerular dari duang dalam kapsul bowman. Barrier ini terdiri dari

endoterium kapilar. Membrane dasar(laminabasalis) kapilar. Dan filtration slits.


b. lapisan parietal kapsul bowman membentuk tepi terluar korpuskel ginjal.

1. pada kutub vaskuler korpuskel ginjal, arteriola averen masuk kegloumerulus

masuk ke arterio arfen keluar dari gloumerulus.

2. pada kutub urinarius korpuskel ginjal, gloumerulus memfiltrasi aliran yang masuk

ke tubulus kontortusproximal. tubuluskontortus proximal, panjangnya mencapai 15

mm dan sangat berliku. Pada permukaan yang menghadap lumen tubulus ini terdapat

sel-sel epithelial kuboid yang kaya akan mikrovilus (brushborder) dan memperluas

area permukaan lumen. hansahenle. Tubuluskontortus proximal mengarah ketungkai

desenden ansahenle yang masuk kedala medulla, membentuk lengkungan jepit yang

tajam (lekukan), dan membalik keatas membentuk tungkai asenden ansahenle.

3. nefron korteks terletak dibagian terluar korteks. Nefron ini memiliki lekukan

pendek yang memanjang kesepertiga bagian atas medulla.

4. nefronjukstamedula terletak didekat medulla. Nefron ini memliki lekukan panjang

yang menjulur kedalam piramida medulla.

5. tubuluskontortus distal juga sangat berliku, panjangnya sekitar 5 mm dan

membentuk segmen terakhir nefron.

a. disepanjang jalurnya, tubulus ini bersentuhan dengan dinding alterior averens.

Bagian tubulus yang bersentuhan dengan arteriol yang mengandung sel-sel


termodifikasi yang disebut maculadensa.Maculadensa berfungsi sebagai suatu

kemoresptor dan distimulasi oleh penurunan ion natrium.

b. dinding arterio aferen yang bersebelahan dengan macula densa yang mengandung

sel – sel otot polos termodifikasi yang disebut dengan sel jukstaglomerula. Sel ini

distimulasi melalui penururnan tekana darah untuk memproduksi renin.

c. macula densa, sel yang jukstaglomerula, dan sel mesangium saling bekerja sama

untuk membentuk apparatus, jugstaglomerular yang penting dalam pengaturan

tekanan darah.

6. tubulus dan duktus pengumpul. Karena setiap tubule berkumpul berdesenden di

korteks, maka tubulus tersebut akan mengalir ke sejumlah tubulus kontortus distal.

Tubulus pengumpul membentuk duktus pengumpul besar yang lurus.Duktus

pengumpul membentuk tuba yang lebih besar yang mengalirkan urin dalam kalisk

minor.Kalisk minor bermuara kedalam pelvis ginjal ke kalisk mayor.Dari pelvis

ginjal urin di alirkan ke ureter yang mengarah ke kandung kemih.

D. Ureter, kandung kemih, dan Uretra.

Ureter adalah perpanjangan tubular berpasangan dan berotot dari pelvis ginjal

yang merentang sampai kandung kemih.

1.Setiap ureter panjang nya antara 25 cm – 30 cm dan diameter 4 mm – 6 mm.

saluran ini menyempit di tiga tempat: di titik asal ureter pada pelvis ginjal, di
titik saat melewati pinggiran pelvis, dan di titik pertemuan nya dengan kandung

kemih. Batu ginjal dapat tersangkut dalam ureter di ketiga tempat ini,

mengakibatkan nyeri dan disebut kolik ginjal.

2.Dinding ureter terdiri dari tiga lapisan jaringan: lapisan terluar adalah lapisan

fibrosa, ditengak adalah muskularis longitudinal kearah dalam dan otot polos sirkular

kearah luar, dan lapisan kedalam adalah epitelium mukosa yang mengsekresi selaput

mucus pelindung.

3.Lapisan otot memiliki aktivitas peristaltik intrinsik.gelombang peristalsis

mengalirkan urin dari kandung kemih keluar tubuh.

Kandung kemih adalah organ muscular berongga yang berfungsi sebagai container

penyimpanan urin.

1.Lokasi.

Pada laki-laki kandung kemih terletak dibelakang symphisis pubis dan didepan

rektum.Pada perempuan,organ ini terletak agak dibawah uterus didepan

vagina.ukuran organ ini sebesar kacang kenari dan terletak di pelvis saat

kosong;organ terbentuk seperti buah pir dan dapat mencapai umbilicus dalam

rongga abdominopelvis juga penuh berisi urin.

2. Struktur
Kandung kemih ditopang dalam rongga pelvis dengan lipatan-lipatan peritoneum dan

kondensasi fasia.

a.Dinding kandung kemih terdiri dari 4 lapisan:

1.Serosa adalah lapisan terluar.lapisan ini merupakan perpanjangan lapisan

peritoneal rongga abdominopelvis dan hanya ada dibagian atas pelvis.

2.Otot detrusor adalah lapisan tengah.lapisan ini tersususn dari berkas-berk otot polos

yang satu sama lain saling membentuk sudut.ini untuk memastikan bahwa

selama urunasi,kandung kemih akan berkontraksi dengan serempak ke segala

arah.

3.Sub mukosa adalah lapisan jaringan ikat yang terletak dibawah mukosa.Dan

menghubungkan nya dengan muskularis.

4.Mukosa adalah lapisan terdalam.lapisan ini merupakan lapisan epitel yang tersusun

dari epilelium transisional.pada kandung kemih yang rileks,mukosa membentuk ruga

(lipatan-lipatan yang akan memipih dan mengembang saat urin berakumulasi dalam

kandung kemih.

b.Trigonum adalah area halus triangular,dan relative tidak dapat berkembang yang

terletak secara internal dibagian dasar kandung kemih.sudut-sudut nya terbentuk dari

tiga lubang.disudut atas trigonum,dua ureter bermuara ke kandung kemih.uretra

keluar dari kandung kemih dibagian apex trigonum.


Uretra mengalirkan urin dari kandung kemih kebagian eksterior tubuh

1.Pada laki-laki uretra membawa cairan semen dan urin,tetapi tidak pada waktu yang

bersamaan.uretra laki-laki panjang nya mencapai 20 cm dan melalui kelenjar prostat

dan penis.

a.Uretra prostatic dikelilingi oleh kelenjar prostat.uretra ini menerima dua duktus

ejakulator yang masing-masing terbentuk dari penyatuan duktus deferen dan

duktus kelenjar vesikel seminal,serta menjadi tempat bermuaranya sejumlah

duktus dari kelenjar prostat.

b.Uretra membranosa adalah bagian yang terpendek (1 cm – 2 cm) bagian ini

berdinding tipis dan dikelilingi otot ronga sfingter uretra eksternal.

c.Uretra kavernous (penile,bersepons) merupakan bagian yang terpanjang.bagian

ini menerima duktus kelenjar bulbouretra dan merentang sampai orivisium uretra

eksternal pada ujung penis.tepat sebelum mulut penis uretra membesar untuk

membentuk suatu dilatasi kecil,fosanavicularis.uretra kavernus dikelilingi korpus

spongiosum.yaitu suatu kerangka ruang vena yang besar.

2.Uretra pada perempuan.berukuran pendek (3,75 cm).saluran ini membuka keluar

tubuh melalui orifisium uretra eksternal yang terletak dalam vestibulum antara

klitoris dan mulut vagina.kelenjar uretra yang humolog dengan kelenjar prostat pada

laki-laki,bermuara kedalam uretra.


3.Panjang nya uretra laki-laki cenderung menghambat infasi bakteri kekandung

kemih (sistitis) yang lebih sering terjadi pada perempuan.

E.Fungsi Ginjal.

1.Pengeluaran zat sisa organic.ginjal mengeksresi urea,asam urat,kreatinin,dan

produk penguraian hemoglobin dan hormone.

2.pengaturan konsentrasi ion-ion penting.ginjal mengeksresi ion

natrium,kalium,kalsium,magnesium,sulfat,dan fosfat.ekresi ion-ion ini seimbang

dengan asupan dan ekresi nya melalui rute.lain,seperti pada saluran gastrointestinal

atau kulit.

3.Pengaturan keseimbangan asam basa tubuh.ginjal mengendalikan ekspresi ion

hydrogen (H+),bikarbonat (HCO3), dan ammonium (NH4+) serata memproduksi urine

asam atau basa,bergantung pada kebutuhan tubuh.

4.Pengaturan produksi sel darah merah.ginjal melepas eritropoietin,yang mengatur

produksi sel darah merah dal sum-sum tulang.

5.Pengaturan tekanan darah.ginjal mengatur volume cairan yang esensial bagi

pengaturan tekanan darah,dan juga memproduksi enzim renin.renin adalah komponen

penting dalam mekanisme renin-angiotensin-aldosteron,yang meningkatkan tekakan

darah dan retensi air.


6.Pengendalian terbatas tehadap konsentrasi glukosa darah dan asam amino

darah.ginjal,melalui ekresi glukosa dan asam amino berlebih bertanggung jawab atas

konsentrasi nutrient dalam darah.

7.Pengeluaran zat beracun.ginjal mengeluarkan polutan,zat tambahan makanan,obat-

obatan atau zat kimia asing lain dari tubuh. ( Anatomi Fisiologi untuk pemula. 1991)

2.2 Konsep Penyakit

2.2.1 Pengertian

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi akibat berkembang biaknya

mikroorganisme di dalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal air kemih tidak

mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme lain. (NANDA NIC – NOC).

Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang berakibat pada ginjal.Infeksi pada saluran

kemih atau yang biasa disebut ISK pada umumnya disebabkan oleh golongan

enterobacteriaceae yang berasal dari daerah perineum atau traktus intestinal. E. Coli

merupakan penyebab 70 – 80 ISK yang biasan (simpleks). Kuman lain yang juga

sering ditemukan : klebsiella, proteus, enterobaceter, pseudomonas, streptokokus dan

golongan estaphystapilokokus. (Perawatan anak sakit. 1997)

2.2.2 Etiologi
1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain :

a.escherichia coli: 90% penyebab ISK uncomplicated (simple)

b. pseudomonas, proteus, klebsiella : penyebab ISK complicated

c. enterobacter, staphylococcus epidemedis,enterococci,dan lain-lain.

2. prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain,

a.sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung

kemih yang kurang efektif

b. mobilitas menurun

c. nutrisi yang sering kurang baik

d. system imunitas menurun, baik seluler maupun homoral

e.adanya hambatan pada aliran urine

f. hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostad (NANDA NICNOC 2013)

3. faktor lainnya yaitu terutama yang menghambat aliran kemih yaitu adanya benda

asing, daurkateter, neprolitiasis, dan mungkin juga konstipasi akan tetapi sebagian

besar infeksi saluran kemih tidak ada hubungannya dengan abnormalitas fungsional

atau structural primer.

2.2.3Manifestasi klinis
1. anyangan atau rasa ingin buang air kecil lagi, meski sudah dicoba untuk

berkemih namun tidak ada air kemih yang keluar.

2. sering kencing dan kesakitan saat kencing, air kencingnya bias bewarna putih,

coklat atau kemerahan dan baunya sangat menyengat.

3. warna air seni kental, pekat seperti air the,kadang kemerahan bila ada darah.

4. nyeri pada pinggang

5. demam atau menggigil, yang dapat menandakan infeksi telah mencapai

ginjal(diiringi rasa nyeri disisi bawah belakang rusuk, mual atau muntah)

6. peradangan kronis pada kandung kemih yang berlanjut dan tidak sembuh-sembuh

dapat menjadi pemicu terjadinya kanker kandung kemih.

7. pada neonatus usia dua bulan,gejalanya dapat menyerupai infeksi atau sepsis

berupa demam, apatis, berat badan tidak naik, muntah, mencret, anoreksia, problem

minum dan sianosi(kebiruan).

8. pada bayi gejalanya berupa demam,berat badan sukar naik atau anoreksia.

9. pada anak besar gejalanya lebih khas seperti sakit waktu kencing, frekuensi

kencing meningkat, nyeri perut atau pinggang, mengompol, anyang-

anyangan(polakisuria) dan bau kencing yang menyengat.(NANDA NICNOC 2013)


10. pada bayi, biasanya terjadi demam, berat badan menurun, tidak dapat sembuh

dengan baik, nausea, muntah, diare, dan ikterus.

11. kelak pada masa kanak-kanak sering berkemih, sakit selama berkemih,

inkontinensia urin yang berkaitan dengan urgensi, mengompol pada anak yang

semula sudah tidak lagi, sakit perut, dan urine berbau busuk merupakan gejala yang

sering terjadi.

12. kadang-kadang tampak hematuria sebagai tanda sistitis hemoragika yang

disebabkan oleh E.coli.

13. ginjal dapat membesar, anak-anak dengan piyelonefritis kronis sering kali tidak

bergejala.(ilmu kesehatan anak edisi 15.nelson 2000).


2.2.4 Patofisiologi

Akumulasi etiologi dan factor


Makanan kontaminasi Jaringan parut  total
resiko (infeksi mikroorganisme
mikroorganisdme masuk lewat tersumbat.
penggunaan steroid dalam
mulut.
jangka panjang, usia lanjut,
anomaly saluran kemih, cidera
Obstruksi saluran kemih yang
uretra, riwayat isk ) HGL (lambung) bermuara ke vesika urinarius.

hidup Tidak hidup

Usus terutama fleg player


Resiko infeksi Peningkatan tekanan VU
Kuman mengeluarkan
endotoksin
Penebalan dinding VU

Bacteremia sekunder.
Kontraksi otot VU

Tidak difagosit. difagosit Kesulitan berkemih

Bakteria sekunder mati Retensi urin

ureter hipotalamus Reihtraksi abdominal

Iritasi ureteral Menekan termoguler obstruksi

oliguria hipertermi Mual, muntah

Gangguan eliminasi urin Cepat lelah Kekurangan volume cairan

Peradangan Intoleransi aktivitas Pembuluh darah kapiler

Peningkatan frekuensi Deprei saraf perifer Procesia pada kulit


/dorongan kontraksi uretral

nyeri Tidak hipertermi


Difesiensi pengetahuan
SUMBER : NANDA NIC NOC 2014
2.2.5 Discharge Planning dan Penatalaksanaan Medis.

1. Perbanyak minum air putih (8/10 gelas/hari).

2. Mengkonsumsi vitamin c secara teratur karena dapat mengurangi

jumlah bakteri dalam urin.

3. Hindari konsumsi minuman berakohol,makanan yang berempah,dan

kopi,karena semua makanan ini dapat mengiritasi kandung kemih.

4. Berikan kompres hangat bantal elektrik khusus atau botol berisi air

panas pada bagan abdomen untuk mengurangi rasa tegang pada

kandung kemih.

5. Segera bual air kecil jika keinginan itu timbul.

6. Cuci alat kelamin sebelum dan sesudah hubungan kelamin.

7. Jalani hidup bersih dengan menjalani bagian anus dan genetalia

sekurang-kurang nya sekali sehari.

8. Untuk wanita

- Basuh bagian kemaluan dari arah depan kebelakang (anus) agar

bakteri tidak bermigrasi dari anus ke vagina atau uretra.

- Ganti pembalut atau tampon.

- Hindari pemakaian celana ketat.


- Hindari penggunaan parfum, deodorant, atau produk

kebersihan wanita lain nya pada bagian kelamin karena dapat

berpotensi mengiritasi uretra. (NANDA NIC NOC. 2013)


BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

a.Identitas Klien

1.Nama : berisikan nama klien

2. Umur : berisikan Umur klien

3. Jenis kelamin : laki-laki/perempuan

4. Suku bangsa : jawa, padang, melayu, sunda, batak/indonesia

5. Pekerjaan : riwayat pekerjaan kilen sekarang

6. Pendidikan : status pendidikan terakhir klien

7. Alamat : tempat tinggal klien sekarang

8. Tanggal MRS : dokmentasi waktu klien MRS

9. Diagnosa medis : ISK

b.Riwayat Kesehatan

1. Keluhan utama :Disuria, Polakisria, Nyeri, Terdesak kencing yang

berwarna terjadi bersamaan.

2. Riwayat penyakit sekarang

Penyebab dari disuria disebabkan karena masuknya organisme eschericea

coli kedalam kolon.


3.Riwayat penyakit dahulu

Apakah sebelumnya pernah sakit ISK.

4. Riwayat penyakit keluarga

Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama.

5. Riwayat psikososial dan spiritual

Biasanya klien cemas, bagaimana koping mekanisme yang digunakan

gangguan dalam beribadat karena klien lemah.

c.Pola-pola fungsi kesehatan

1. Pola nutrisi dan metabolisme

Klien mengalami penurunan nafsu makan karena mual, muntah saat makan

sehingga makan hanya sedikit bahkan tidak makan sama sekali.

2. Pola eliminasi

Eliminasi alvi klien tidak dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah

baring lama.Sedangkan eliminasi urine mengalami gangguan karena ada

organisme yang masuk sehingga urine tidak lancar.

3. Pola aktifitas dan latihan

Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total agar tidak

terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien dibantu.

4. Pola tidur dan istirahat

Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan dengan imobilisasi yang

lama.
5. Pola persepsi dan konsepsi diri

Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan penyakitnya dan ketakutan

merupakan dampak psikologi klien.

6. Pola hubungan dan peran

Hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan dengan klien dirawat di

rumah sakit dan klien harus bedrest total.

7. Pola penanggulangan stress

Biasanya klien sering melamun dan merasa sedih karena keadaan sakitnya.

8. Pola tata nilai dan kepercayaan

Dalam hal beribadah biasanya terganggu karena bedrest total dan tidak

boleh melakukan aktivitasi karena penyakitnya.

c. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum

Didapatkan klien tampak lemah, nadi +100x/menit, T += 119/60

2. Tingkat Kesadaran

Normal GCS = 4-5-6 = 15

3. Sistem Respirasi

Kaji Pernafasan normal yaitu 20x/menit Keadaan umumpasien : Keadaan

umum pasien adalah kondisi yang tampak ketika perawat melihat pasien seperti

pucat, pasien tampak Tanda-tanda vital (TTV) : TTV me

mah, dsb.liputi tekanan darah (hipertensi, normal, hipotensi), denyut nadi, respirasi

rate, dan suhu badan


- Palpasi ekspansi paru:

- Berdiri di depan klien dan taruh kedua telapak tangan pemeriksa di dada dibawah

papilla, anjurkan pasien menarik nafas dalam, rasakkan apakah sama paru ki.ka.

- Berdiri deblakang pasien, taruh telapak tangan pada garis bawah scapula/setinggi

costa ke-10, ibu jari ka.ki di dekatkan jangan samapai menempel, dan jari-jari di

regangkan lebih kurang 5 cm dari ibu jari. Suruh pasien kembali menarik nafas dalam

dan amati gerkkan ibu jari ka.ki sama atau tidak.

Palpasi Taktil vremitus posterior dan anterior:

- Meletakkan telapak tangan kanan di belakang dada tepat pada apex paru/stinggi

supra scapula (posisi posterior) .

- Menginstrusikkan pasien untuk mengucapkkan kata “Sembilan-sembilan” (nada

rendah)

- Minta klien untuk mengulangi mengucapkkan kata tersebut, sambil pemeriksa

mengerakkan ke posisi ka.ki kemudian kebawah sampai pada basal paru atau setinggi

vertebra thoraxkal ke-12.

- Bandingkan vremitus pada kedua sisi paru

- Bila fremitus redup minta pasien bicara lebih rendah

- Ulangi/lakukkan pada dada anterior


- Perkusi

- Atur pasien dengan posisi supinasi

- Untuk perkusi anterior dimulai batas clavikula lalu kebawah sampai intercosta 5

tentukkan batas paru ka.ki (bunyi paru normal : sonor seluruh lapang paru, batas paru

hepar dan jantung: redup)

- Jika ada edema paru dan efusi plura suara meredup.

- auskultasi

- Gunakkan diafragma stetoskop untuk dewasa dan bell pada anak

- Letakkan stetoskop pada interkostalis, menginstruksikkan pasien untuk nafas

pelan kemudian dalam dan dengarkkan bunyi nafas: vesikuler/wheezing/creckels

4. Sistem Kardiovaskuler

Inspeksi : Amati denyut apek jantung pada area midsternu lebih kurang 2 cm

disamping bawah xifoideus.

- Perkusi

- Merasakan adanya pulsasi

- Palpasi spasium interkostalis ke-2 kanan untuk menentukkan area aorta dan

spasium interkosta ke-2 kiri letak pulmonal kiri.

- Palpasi spasium interkostalis ke-5 kiri untuk mengetahui area

trikuspidalis/ventikuler amati adanya pulsasi

- Dari interkosta ke-5 pindah tangan secara lateral 5-7 cm ke garis midklavicula kiri

dimana akan ditemukkan daerah apical jantung atau PMI ( point of maximal impuls)

temukkan pulsasi kuat pada area ini.


- Untuk mengetahui pulsasi aorta palpasi pada area epigastika atau dibawah

sternum.

- Perkusi

- Perkusi dari arah lateral ke medial untuk menentukkan batas jantung bagian kiri,

- Lakukan perkusi dari sebelah kanan ke kiri untuk mengetahui batas jantung kanan.

- Lakukan dari atas ke bawah untuk mengetahui batas atas dan bawah jantung

- Bunyi redup menunjukkan organ jantung ada pada daerah perkusi.

- Auskultasi

- Menganjurkkan pasien bernafas normal dan menahanya saat ekspirasi selesai

- Dengarkkan suara jantung dengan meletakkan stetoskop pada interkostalis ke-5

sambil menekan arteri carotis

Bunyi S1: dengarkan suara “LUB” yaitu bunyi dari menutupnya katub mitral

(bikuspidalis) dan tikuspidalis pada waktu sistolik.

Bunyi S2: dengarkan suara “DUB” yaitu bunyi meutupnya katub semilunaris (aorta

dan pulmonalis) pada saat diastolic.

Adapun bunyi : S3: gagal jantung “LUB-DUB-CEE…” S4: pada pasien hipertensi

“DEE..-LUB-DUB”.

(http://anikindriono.blogspot.com/2011/04/pemeriksaan-fisik.html, diakses tanggal

16 April 2014)
5. Sistem Integumen

- Inspeksi

Warna / adanya perubahan pigmentasiWarna kulit di setiap bagian seharusnya

sama, kecuali jika ada peningkatan vaskularisasi. Variasi normal warna kulit antara

lain:Variasi normal Deskripsi

1.Tahi lalat Kecoklatan – coklat tua, bisa datar atau sedikit menonjol

2. Stretch mark (striae) Keputihan atau pink, dapat disebabkan karena berat yang

berlebih atau kehamilan.

3. Freckles (bintik-bintik di tubuh) Datar dimanapun bagian tubuh.

4. Vitiligo Area kulit tak terpigmentasi, prevalensi lebih pada orang kulit gelap.

5. Tanda lahir Umumnya datar, warnanya bisa kecoklatan, merah, atau coklat.

Warna kulit yang abnormal yaitu kekuningan atau jaudis. Hal ini dapat

mengindikasikan terjadinya kelainan fungsi hati atau hemolisis sel darah merah. Pada

orang berkulit gelap, jaundis terlihat sebagai warna kuning-hijau pada sklera, telapak

tangan, dna kaki. Pada orang berkulit cerah, jaundis terlihat berwarna kuning pada

kulit, sklera, bibir, palatum, dan dibawah lidah.Warna kulit abnormal lainnya yaitu

eritema. Eritema dimanifestasikan sebagai kemerahan pada orang berkulit cerah dan

coklat atau ungu pada orang berkulit gelap. Hal ini mengindikasikan peningkatan

temperatur kulit karena inflamasi (proses vaskularisasi jaringan).]


- Palpasi

1.Tekstur palpasi kelembutan permukaan kulit. Kulit kasar terjadi pada pasien

hipitiroidisme.

2. KelembabanDideskripsikan dengan kering, berminyak, berkeringat, atau lembab.

Kulit berminyak dengan jerawat dan dengan peningkatan aktivitas kelenjar minyak

dna pada penyakit parkinson. Diaforesis sebagai respon meningkatnya suhu atau

melabolisme tubuh. Hiperhidrosis istilah terhadap perspirasi berlebihan.

3. Temperatur

4.Mobilitas dan turgorKetika mengkaji secara terpusat, diatas klavikula, kulit

seharusnya mudah untuk dicubit, dan cepat kembali ke posisi awal. Mobilitas kulit

menurun pada scleroderma atau pada pasien dengan peningkatan edema. Turgor kulit

menurun pada pasien dehidrasi.

5. Edema nonpitting atau pitting edemaNonpitting edema, tidak terdepresi dengan

palpasi, terlihat pada pasien dengan respon inflamasi lokal dan disebabkan oleh

kerusakan endotel kapiler. Kulit terlihat merah, keras, dan hangat.

Pitting edema biasanya pada kulit ekstremitas dan dapat menimbulakan depresi ketika

dilakukan palpasi.
Skala (1+ to 4+) Pengukuran Deskripsi Waktu kembali

1/4 2 mm Nyaris dapat terdeteksi Segera

2/4 4 mm Pitting Lebih dalam Beberapa detik

3/4 6 mm Pitting dalam 10-20 detik4+/4 10

4+/4 10 mm Sangat dalam >20 detik (http://andinedihyuuga.blogspot.com/ diakses

tanggal 16 April 2014)

6. Sistem Muskuloskeletal.

Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.Pada klien

dengan CRF biasanya ditemukan kelemahan otot, kejang otot, nyeri pada tulang dan

fraktur patologis. (http://acenkfik.blogspot.com/2011/03/format-pengkajian-pada-

sistem.html , diakses tanggal 15 April 2014)

7. Sistem Pencernaan

Inspeksi keadaan umum abdomen : ukuran, kontur, warna kulit dan pola

pembuluh vena (venous pattern). Auskultasi abdomen untuk mendengarkan bising

usus. Palpasi abdomen untuk menentukan : lemah, keras atau distensi, adanya nyeri

tekan, adanya massa atau asites. Kaji adanya nausea dan vomitus.Kaji tipe diet,

jumlah, pembatasan diet dan toleransi terhadap diet.Kaji adanya perubahan selera

makan, dan kemampuan klien untuk menelan.Kaji adanya perubahan berat badan.

Kaji pola eliminasi : BAB dan adanya flatus. Inspeksi adanya ileostomy atau

kolostomi, yang nantinya dikaitkan dengan fungsi (permanen atau temporal), kondisi
stoma dan kulit disekitarnya, dan kesediaan alat.Kaji kembali obat dan pengkajian

diagnostik yang pasien miliki terkait sistem GI.

(http://najmulmuttaqin14.blogspot.com/2013/08/pengkajian-sistem-pencernaan.html,

diakases 15 April 2014)

8. Sistem Perkemihan

- Inspeksi

Inspeksi penggunaan condom catheter, folleys catheter, silikon kateter atau

urostomy atau supra pubik kateter, kesimetrisan : untuk mengetahui adanya asites.

normalnya tidak ada penonjolan vena.Kaji kebiasaan pola BAK, output/jumlah urine

24 jam, warna, kekeruhan dan ada/tidaknya sedimenUntuk daerah AbdomenPasien

posisi terlentang, catat ukuran, kesimetrisan, adanya massa atau pembengkakan,

kembung, Kulit dan membran mukosa yang pucat, indikasi gangguan ginjal yang

menyebabkan anemia. Tampak ekskoriasi, memar, tekstur kulit kasar atau

kering.Penurunan turgor kulit merupakan indikasi dehidrasi.Edema, indikasi retensi

dan penumpukkan cairan.Stomatitis, napas bau amoniaMoon facePembesaran atau

tidak simetris, indikasi hernia atau adanya massa. Nyeri permukaan indikasi

disfungsirenal. Distensi atau perut yang nyeri menetap, distensi, kulit mengkilap atau

tegang.

a. Meatus urinaryLaki-laki posisi duduk atau berdiri, tekan ujung gland penis dengan

memakai sarung tangan untuk membuka meatus urinary.

Pada wanita : posisi dorsal litotomi, buka labia dengan memakai sarung tangan.

Perhatikan meatus urinary


- Palpasi

a. Ginjal

1. Ginjal kiri jarang dapat teraba, meskipun demikian usahakan untuk

mempalpasiginjal untuk mengetahui ukuran dan sensasi.Jangan lakukan palpasi bila

ragu karena dapat menimbulkan kerusakan jaringan.

2. Posisi pasien supinasi, palpasi dilakukan dari sebelah kanan.

3. Letakkan tangan kiri dibawah abdomen diantara tulang iga dan lengkung iliaka.

Tangan kanan dibagian atas. mengkilap dan tegang, indikasi retensi cairan atau

ascites. Distensi kandung kemih, pembesaran ginjal. Kemerahan, ulserasi, bengkak,

atau adanya cairan, indikasi infeksi. Pada laki-laki biasanya terdapat deviasi meatus

urinary seperti defek kongenital.Jika terjadi pembesaran ginjal, maka dapat mengarah

ke neoplasma atau patologis renal yang serius.

Pembesaran kedua ginjal, indikasi polisistik ginjal.Tenderness/lembut pada palpasi

ginjal maka indikasi infeksi, gagal ginjal kronik.Ketidaksimetrisan ginjal indikasi

hidronefrosis.

4. Anjurkan pasien nafas dalam dan tangan kanan menekan sementara tangan kiri

mendorong ke atas.

5. Lakukan hal yang sama untuk ginjal kanan

b. Kandung kemih

Secara normal, kandung kemih tidak dapat dipalpasi, kecuali terjadi distensi urin

maka palpasi dilakukan di daerah simphysis pubis dan umbilicus.


- Perkusi

a. Ginjal

1. Atur posisi klien duduk membelakangi pemeriksa.

2. Letakkan telapak tangan tidak dominan diatas sudut kostovertebral (CVA), lakukan

perkusi atau tumbukan di atas telapak tangan dengan menggunakan kepalan tangan

dominan.

3. Ulangi prosedur untuk ginjal kananJika kandung kemih penuh maka akan teraba

lembut, bulat, tegas, dan sensitif. Tenderness dan nyeri pada perkusi CVA merupakan

indikasi glomerulonefritis atau glomerulonefrosis.

b. Kandung kemih

1. Secara normal, kandung kemih tidak dapat diperkusi, kecuali volume urin di atas

150 ml. Jika terjadi distensi, maka kandung kemih dapat diperkusi sampai setinggi

umbilicus.

2. Sebelum melakukan perkusi kandung kemih, lakukan palpasi untuk mengetahui

fundus kandung kemih. Setelah itu lakukan perkusi di atas region suprapubic.Jika

kandung kemih penuh atau sedikitnya volume urin 500 ml, maka akan terdengar

bunyi dullness (redup) di atas simphysis pubis.

- Auskultasi

Gunakan diafragma stetoskop untuk mengauskultasi bagian atas sudut kostovertebral

dan kuadran atasabdomen. Jika terdengar bunyi bruit (bising) pada aorta abdomen

dan arteri renalis, maka indikasi adanya gangguan aliran darah ke ginjal (stenosis

arteri ginjal).
(http://nefrologyners.wordpress.com/2010/11/03/pengkajian-keperawatan-sistem-

perkemihan/ diakses 14 April 2014)

d. Pengkajian psikologi pasien

Bagaimana perasaan pasien terhadap hasil tindakan dan pengobatan yang telah

dilakukan? Adakah perasaan malu atau takut kekambuhan terhadap

penyakitnya.

1. Aktivitas / istirahat

Gejala : pekerjaan mononton, pekerjaan dimana pasien terpajan pada

lingkungan bersuhu tinggi. keterbatasan aktivitas atau imobilisasi

sehubungan dengan kondisi sebelumnya.

2. Sirkulasi

Tanda : peningkatan tekanan darah, nadi (nyeri, ansietas, gagal ginjal). kulit

hangat dan kemerahan, pucat.

3. Eliminasi

Gejala : adanya riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya (kalkulus).

penurunan keluaran urine, kandung kemih penuh. rasa terbakar, dorongan

berkemih, diare.

Tanda : poliguria, hematuria, piuria. perubahan pola berkemih.

4. Makanan / Cairan

Gejala : mual dan muntah, nyeri tekan abdomen diet tinggi purin, kalsium

oksalat, dan fosfat ketidakcukupan pemasukan cairan, tidak minum air

dengan cukup
Tanda : distensi abdominal,penurunan/ tak adanya bising usus muntah

5. Nyeri / kenyamanan

Gejala : episode akut, nyeri akut, nyeri kolik. lokasi tergantung pada lokasi

batu, contoh pada panggul di regio sudut kostavertebra, dapat menyebar ke

punggung abdomen, (lipat paha atau genetelia) ngeri dangkal konstan

menunjukkan kalkulus ada di pelvis atau kalkulus ginjal. nyeri dapat di

gambarkan sebagai akut, hebat, tidak hilang dengan posisi.

Tanda : melindungi, perilaku distraksi nyeri tekan pada area ginjal pada `

palpasi

6. Keamanan

Gejala : penggunaan alkohol demam, menggigil.

(http://ocnikkinco.blogspot.com/2012/12/pathway-dan-askep-isk.html/

diakses 11 April 2013)


3.2. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan inflmasi dan infeksi uretra, kandung kemih dan

struktur traktus urinarius lain.

2. Gangguan eliminasi urin berhubungan obstruksi mekanik pada kandung

kemih ataupun struktur traktus urinarius lain.

3. Defisiensi pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi

4. Resiko infeksi

5. Retensi urin.
3.3. Intervensi Keperawatan

Nyeri b.d inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih dan struktur
traktus urinarius lain.

Tujuan : Nyeri akan berkurang dan kerusakan jaringan tidak digambarkan


secara potensial dalam hal kerusakan

Kriteria evaluasi :
 Mampu mengontrol nyeri ( tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan
teknik non-farmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan )
 Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen
nyeri
 Mampu mengenali nyeri ( skala intensitas, frekuensi dan tanda nyeri )
 Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

Intervensi Rasional

 Lakukan pengkajian nyeri secara dapat mengindikasikan rasa sakit akut


komprehensif termasuk lokasi, dan ketidaknyamanan.sebagian pasien
karakteristik , durasi, frekuensi , mungkin mengalami sedikit penurunan
dan factor presipitasi tekanan darah, yang akan kembali ke
dalam jangkauan normal setelah rasa
sakit berhasil dihilangkan.

Mengetahuidaerah nyeri,kualitas,kapan
 Observasi reaksi non verbal dari nyeri dirasakan,faktor pencetus,berat
ketidaknyamanan ringannya nyeri yang dirasakan.

Mengetahui seberapa jauh rasa nyeri


dan mengkaji lebih dalam pengalaman
nyeri sehingga klien merasa nyaman
 Gunakan teknik komunikasi dalam pengkajian.
terapeutik untuk mengetahui
Berguna dalam merencanakan
pengalaman nyeri pasien
intervensi selanjutnya dan Membantu
dalam kebutuhan diagnose dan terapi.
 Kaji kultur yang mempengaruhi klien yang merasa bahwa ia harus
respon nyeri meyakinkan pemberi perawatan yang
ragu-ragu tentang keseriusan nyerinya
mengalami peningkatan ansietas, yang
 Evaluasi pengalaman nyeri masa dapat meningkatkan nyeri.
lampau

Untuk mengurangi rasa nyeri.

Mengetahuidaerah nyeri,kualitas,kapan
 Pilih dan lakukan penanganan
nyeri dirasakan,faktor pencetus,berat
nyeri ( farmakologi, non
ringannya nyeri yang dirasakan.
farmakologi, dan interpersonal )

Menurunkan nyeri pada pemberian


 Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
pada pemberian obat farmakologi dan
menentukan intervensi
mungkin menimbulkan efek sinergistik
dengan zat-zat farmakologi.

 Berikan analgetik untuk


mengurangi nyeri
Gangguan eliminasi urin b/d okstruksi mekanik pada kandung kemih
ataupun struktur straktus urinarius lain.

Tujuan : Pemenuhan nutrisi urin terpenuhi dan proses perkemihan berlajut


secara normal.

Kriteria evaluasi :
 Kandung kemih kosong secara penuh.
 Tidak ada residu urin > 100-200 cc.
 Intake cairan dalam rentang normal.
 Bebas dari ISK.
 Tidak ada spasme bleder.
 Balance cairan seimbang.

Intervensi Rasional

 Lakukan penilaian kemih yang Memonitor keseimbangan cairan


komperhensif berfokus pada intake dan output
inkontinensia (Mis. Output
urin,pola berkemih,fungsi
kognitif,dan masalah kencing per
eksisten.
 Memonitor efek dari obat-obatan Mengetahui penggunaan obat sesuai
yang diresepkan,seperti calcium penyakit dan indikasi
chanel bloker dan anti kolinergik
 Gunakan kekuataan sugesti
dengan menjalankan air atau Mengetahui kemnadirian klien untuk
disiram toilet. memenuhi pola BAK
 Sediakan waktu yang cukup
untuk pengosongsn kandung Untuk mecegah nokturia
kemih (10 menit)

 Instruksi cara-cara untuk Supaya klien dapat buang air besar


menghindari konstipasi atau dan kecil secara lancer dan
inpaksi tinja. mengetahui pengetahuan tentang cara
pencegahan konstipasi

 Memantau tingkat distensi Membantu dan memonitor


kandung kemih dengan palpasi pengeluaran urin dan rasa sakit di
dan perkusi. perut.

 Membantu dengan toilet secara Merangsang untuk pembuangan urin


berkala. secara normal

 Menerapkan katerisasi Merangsang pengeluaran urin sesui


interminten yang sesuai. indikasi dan terjaganya aktivitas.
Defisiensi pengetahuan tentang kondisi,prognosis,dan kebutuhan
pengobatan b/d kekurangan nya sumber informasi.

Tujuan : Mengetahui proses pengetahuan dari penyakit dan kemampuan


mengetahui status kesehatan.

Kriteria evaluasi :
 Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang
penyakit,kondisi,prognosis,dan program pengobatan.
 Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan
secara benar.
 Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
perawat/tim kesehatan lain nya.

Intervensi Rasional

 Berikan penilaian tentang tingkat Mempermudah dalam memberikan


pengetahuan pasien tentang penjelasan pada klien
proses penyakit yang spesifik.

 Gambarkan tanda dan gejala Meningkatan pengetahuan dan


yang biasa muncul pada penyakit mengurangi cemas.
dengan cara yang tepat.

 Gaambarkan proses penyakit Mengetahui tindakan keperawatan


dengan cara yang tepat. dan meperjelas pengetahua klien
tentang penyakitnya.

 Identifikasi kemungkinan Mempermudah dalam memberikan


penyebab dengan cara yang intervensi dan terapi serta

tepat. pencegahan dari klien.


 Sediakan informasi pada pasien Meyakinkan klien dan kelurga
tentang kondisi,dengan cara yang tentang
tepat. pentingnyamendapatpengetahuan
ruang lingkup penyakit guna
pencegahan serangan ulang
 Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin diperlukan Mencegah keparahan penyakit dan
untuk mencegah komplikasi merubah gaya hidup sehat.
dimasa yang akan datang dan
atau proses pengontrolan
penyakit.
 Instruksikan pasien mengenai
tanda dan gejala untuk Mempermudah dalam intervensi
melaporkan pada pemberian segera apabila serangan komplikasi
perawatan,kesehatan dengan cara ulang.
yang tepat.
Resiko infeksi

Tujuan : mengurangi tingkat keparahan infeksi dan proses penyembuhan


infeksi

Kriteria Hasil :
 Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
 Mendeskripisikan proses penularan penyakit , factor yang mempengaruhi
penularan serta penatalaksanaanya
 Menunjukkan kemampuan nuntuk mencegah timbulnya infeksi
 Jumlah leukosit dalam batas normal
 Menunjukkan perilaku hidup sehat

Intervensi Rasional

 Bersihkan lingkungan setelah


Lingkungan yang kotor dan tidak
dipakai pasien lain
steril mengakibatkan vertambah
parah penyakit klien.

Teknik isolasi agar terhindar dari


 Pertahankan teknik isolasi
segala serangan infeksi dan intervensi
yang intensif.

 Batasi pengunjung bila perlu Pengunjung dari luar akan


mengakibatkan infeksi dan kuman
kuman akan masuk kedalam penyakit
pasien dan akan bertambah parah.
 Instruksikan pada pengunjung Mencuci tangan menjadi hal pertama
untuk mencuci tangan saat untuk pencegahan infeksi.
berkunjung dan steelah
berkunjung meninggalkan pasien
mikroba mencegah perkembangan
 Gunakan sabun anti mikrobia
mikroorganisme patogen.
untuk mencuci tangan
Adanya mikroorganisme yang ada
 Cuci tangan setiap dan sesudah ditangan membuat infeksi menjadi
tindakan keperawatan bertambah dengan mencuci tangan
adanya pencegahan untuk
berkurangnya resiko infeksi.

antibiotik mencegah perkembangan


 Berikan terapi antibiotic bila
mikroorganisme patogen.
perlu
adanya gejala infeksi karena tubuh
 Monitor tanda dan gejala infeksi berusaha intuk melawan
sistemik dan local mikroorganisme asing yang masuk
maka terjadi peningkatan histamine.
Retensi Urin

Tujuan : Pemenuhan eliminasi dapat terpenuhi dan konsistensi urin secara


normal.

Kriteria evaluasi :
 Kandung kemih kosong secara penuh.
 Tidak ada residu urin >100-200 cc
 Bebas dari ISK.
 Tidak ada spasme bleder.
 Balance cairan seimbang.

Intervensi Rasional
 Monitor intake dan output. Berguna untuk mengevaluasi
obsrtuksi dan pilihan intervensi.
 Monitor penggunaan obat anti Mengetahui penggunaan obat sesuai
kolionergik. penyakit dan indikasi

 Monitor derajat distensi bleder. Retensi urin meningkatkan tekanan


dalam saluran perkemihan atas.

 Instruksikan pada pasien dan Berguna untuk mengevaluasi

keluarga untuk mencatat ouput pemasukan cairan dan pilihan

urin. intervensi serta terapi.

 Sediakan privasi untuk eliminasi. Mengatur kemandirian pasien serta


merangsang aktivitas BAK secara
optimal
Merangsang kenyamanan agar tidak
 Stimulasi reflek bleder dengan
adanya distensi kemih dan proses
kompres dingin pada abdomen.
pengeluaran urin lancer.

 Katerisasi jika perlu. Mengahambat aktivitas yang penuh


dan pengeluaran urin optimal.

 Monitor tanda dan gejala ISK Membantu untuk intervensi lebih


(panas,hematuria,perubahan baru lanjut dan pemberian terapi secara
dan konsistensi urin). intensif.

NANDA NIC NOC 2013


3.4. Evaluasi Kperawatan

Pada tahap yang perlu dievaluasi pada klien dengan ISK adalah, mengacu pada tujuan

yang hendak dicapai yakni apakah terdapat :

1.Nyeri yang menetap atau bertambah

2.Perubahan warna urine

3.Pola berkemih berubah, berkemih sering dan sedikit-sedikit, perasaan inginkencing,

menetes setelah berkemih.

(Nur Retta Kayat. http://nurkayat.wordpress.com/ratna/infeksi-salurankemih-dan-

askep-isk/. Diakses tanggal 24 Maret 2014)


DAFTAR PUSTAKA

Nurarif Huda Amin. Dkk. 2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis dan NANDA (North American Nursing Diagnosis
Association) NIC NOC Panduan Penyuluhan Asuhan Kperawatan
Profesional.Jakarta : Media Action.

Sloane Ethel. 1991. Anotomi Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta : Penerbit Kedokteran
EGC.

Behrman E. Richard. 1992. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Bagian 3.Jakarta :


Penerbit Kedokteran EGC.

Arvin Kliegman Behrman.2000. Nelson Ilmu kesehatan Anak Edisi 15 Vol 3. Jakarta
: Penerbit Kedokteran EGC.

Arvin Kliegman Arvin.2000. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Vol. 1.Jakarta :
Penerbit Kedokteran EGC.

Nur Retta Kayat. http://nurkayat.wordpress.com/ratna/infeksi-salurankemih-dan-


askep-isk/. Diakses tanggal 24 Maret 2014.

http://ocnikkinco.blogspot.com/2012/12/pathway-dan-askep-isk.html/diakses 11
April 2013

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31308/5/Chapter%20I.pdf.. Diakses

Kamis 10 April 2014.

(http://nefrologyners.wordpress.com/2010/11/03/pengkajian-keperawatan-sistem-

perkemihan/ diakses 14 April 2014)

(http://najmulmuttaqin14.blogspot.com/2013/08/pengkajian-sistem-pencernaan.html,

diakases 15 April 2014)

Anda mungkin juga menyukai