Infeksi saluran kemih (ISK) adalah keadaan adanya infeksi yang ditandai dengan
pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri dalam saluran kemih, meliputi infeksi parenkim
ginjal sampai kandung kemih dengan jumlah bakteriuria yang bermakna (Soegijanto, 2005).
Escherichia Coli
Saluran kemih
Kandung kemih
Sistitis
Inflamasi
Retensi urine
Menurut Wong (2008), jenis-jenis pemeriksaan diagnostic pada infeksi saluran kemih (ISK)
yaitu :
a. Biopsi ginjal : Pengambilan jaringan ginjal dengan teknik terbuka atau perkutan untuk
pemeriksaan dengan menggunakan pemeriksaan mikroskop cahaya, electron, atau
imunofluresen.
b. Pemeriksaan USG ginjal atau kandung kemih : Transmisi gelombang ultrasonic melalui
parenkim ginjal, di sepanjang saluran ureter dan di daerah kandung kemih.
c. Pemeriksaan USG (skrotum) : Transmisi gelombang ultrasonic melewati si skrotum dan
testis.
d. Computed tomography (CT) : Pemeriksaan dengan sinar-X pancaran sempit dan analisis
computer akan menghasilkan rekonstruksi area yang tepat.
e. Pemerikaan kultur dan sensitivitas urine : Pengumpulan specimen steril Pemeriksaan
urinalisasi dapat di temukan protenuria, leukosituria, (Leukosit >5/LPB), Hematuria
(eritrosit >5/LPB).
Konsep eliminasi urine
1. Definisi eliminasi urine
Eliminasi urin merupakan salah satu dari proses metabolik tubuh yang bertujuan untuk
mengeluarkan bahan sisa dari tubuh. Eliminasi urin ini sangat tergantung kepada fungsi
ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Ginjal menyaring produk limbah dari darahuntuk
membentuk urin. Ureter bertugas mentranspot urin dari ginjal ke kandung kemih. Kandung
kemih berguna untuk menyimpan urin sampai timbul keinginan untuk berkemih. Kandung
kemih dalam kondisi normal dapat menampung urin sebanyak 600 ml. Akan tetapi,
keinginan untuk berkemih dapat dirasakan pada saat kandung kemih terisi urin dalam jumlah
yang lebih kecil (150-200 ml pada orang dewasa).
Terjadinya peningkatan volume urin, dinding kandung kemih akan meregang dan
mengirim impuls-impuls sensorik ke pusat mikturisi di medulla spinalis pars sakralis. Impuls
saraf parasimpatis dari pusat mikturisi menstimulus otot detrusor untuk berkontraksi secara
teratur. Sfingter uretra interna juga akan berelaksasi sehingga urin dapat masuk ke dalam
uretra. Kandung kemih akan berkontraksi, impuls saraf naik ke medulla spinalis sampai ke
pons dan korteks serebral. Individu akan menyadari keinginanya untuk berkemih, urin akan
keluar dari tubuh melalui uretra (Smeltzer, 20013).
Banyak faktor yang mempengaruhi volume serta kualitas urin serta kemampuan klien
untuk berkemih, yaitu diet dan asupan makanan, respon keinginan awal untuk berkemih,
gaya hidup, stress psikologis, tingkat aktivitas, tingkat perkembangan serta kondisi penyakit.
Hal ini juga dapat menyebabkan beberapa perubahan tersebut dapat terjadi bersifat akut dan
kembali pulih/reversible ataupun dapat pula terjadi perubahan yang bersifat kronis serta tidak
dapat sembuh kembali/ireversibel (Smeltzer, 2013).
2. Batasan karakteristik
a. Anyang-anyangan adalah kesulitan membuang air kemih sehingga urine yang di
keluarkan tidak lancar dan sedikit demi sedikit atau menetes saja. Sering di sertai dengan
rasa sakit dan panas seakan akan terbakar.
b. Disuria (nyeri saat berkemih).
c. Dorongan berkemih merupakan keadaan diman seseorang mengalami pengeluaran urin
tanpa sadar.
d. Inkontinensia adalah kondisi dimana klien tidak dapat mengontrol buang air kecil.
e. Inkontinensia urine merupkan ketidak mapoan otot sphinter eksternal sementara atau
menetap untuk mengotrol eksresi urine.
f. Nokturia yaitu keluhan saat berkemih pada malam hari atau terbnagun pada malm hari
untuk berkemih lebih dari 1 kali dalam 1 malam.
g. Retensi urine yaitu penumpukan urine dalam kandung kemih akibat ketidak mampuan
kandung kemih untuk mengosongkan kandung kemih.
h. Sering berkemih.
3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Gangguan Eliminasi Urine Faktor-faktor yang
berhubungan dengan gangguan eliminasi urine menurut nanda yaitu:
a. Gangguan sensori motoric.
b. Infeksi saluran kemih.
c. Obstruksi anatomic.
d. Penyebab multiple.
II. Konsep asuhan keperawatan dengan masalah gangguan eliminasi urine
1. Pengkajian.
Pengkajian adalah merupakan tahap yang sistematis dalam mengumpulkan data tentang
individu, keluarga, dan kelompok ( Carpenito & Moyet, 2009).
a. Identitas klien.
Pada klien penderita Infeksi saluran kemih dapat terjadi baik di pria maupun wanita dari
semua umur, dan dari kedua jenis kelamin ternyata wanita lebih sering menderita dari
pada pria (Sudoyo Aru,dkk,2009).
b. Keluhan utama penyakit infeksi saluran kemih.
Keluhan utama yang sering terjadi pada pasien infeksi saluran kemih ,nyeri saat
berkemih, sering bolak balik kamar mandi tetapi kemih yang di keluarkan hanya sedikit.
c. Riwayat penyakit sekarang.
Riwayat kesehatan saat ini berupa uraian mengenai penyakit yang di derita oleh klien
dan mulai timbulnya keluhan yang di rasakan sampai klien di bawa ke Rumah Sakit, dan
apakah pernah memeriksakan diri ke tempat lain sekalin Rumah Sakit umum serta
pengobatan apa yang pernah di berikan dan bagaimana perubahan data yang didapatkan
saat periksa.
d. Riwayat penyakit dahulu.
Adanya penyakit infeksi saluran kemih.
e. Riwayat penyakit keluarga.
Perlu ditanyakan pada keluarga apakah salah satu anggota keluraga ada yang pernah
mengalami sakit yang sama dengan pasien atau penyakit yang lain yang ada di dalam
keluarga.
f. Riwayat psikososial.
Meliputi informasi mengenai perilku, perassan dan emosi yang dialami penderita
sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.
g. Pola fungsi kesehatan.
1) Pola persepsi
Pola persepsi menggambarkan persepsi klien terhadap penyakitnya tentang
pengetahuan dan penatalaksanaan infeksi saluran kemih dengan gangguan eliminasi
urine.
2) Pola nutrisi
Kemampuan pasien dalam mengkonsumsi makanan mengalami penurunan akibat
nafsu makan yang kurang karena mual, muntah saat makan hanya sedikit bahkan
tidak makan sama sekali.
3) Pola eliminasi
Eliminasi alvi klien tidak dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah baring lama.
Sedangkan eliminasi urine mengalami gangguan karena ada organisme yang masuk
sehingga urine tidak lancar.
4) Pola aktivitas/istirahat
Penderita sering mengalami susah tidur, letih, lemah, karena nyeri yang di alami.
5) Nilai dan keyakinan
Gambaran tentang penyakit infeksi saluran kemih dengan penyakit yang dideritanya
menurut agama dan kepercayaan, kecemasan akan kesembuhan, tujuan dan harapan
akan sakitnya.
2. Pemeriksaan fisik persistem
a. Keadaan umum
Di dapatkan klien tampak lemah.
b. Kesadaran
Normal GCS E4-V5-M6.
1) Secara Kualitatif
a) Composmentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat
menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
b) Apatis, yaitu keadaan yang segan untuk berhubungan dengan sekiranya, sikapnya
acuh tag acuh.
c) Delerium, yaitu gelisah, disorentasi (orang, tempat waktu), memberontak,
berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
d) Somnolen (obtundasi, letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang
lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah
dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.
e) Stupor yaitu kesadaran seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri.
f) Coma yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun
(tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin tidak ada respon pupil
terhadap cahaya.
2) Secara Kuantitatif dengan GCS (Glasgow Coma Scale)
Tabel Glasgow Coma Scale (GCS) (Junaidi, 2011).
No. Komponen Nilai Hasil
1. Eye (Reflek membuka 1 Tidak berespon
mata) 2 Rangsangan nyeri
3 Dengan perintah
4 Spontan
2. Verbal 1 Tidak berespon
2 Suara tidak dapat di mengerti
3 Bicara kacau/berkata-kata tidak tepat
4 Bicara membingungkan
5 Orientasi baik
3. Motorik 1 Tidak berespon
2 Ekstensi abnormal
3 Flexi abnormal
4 Menarik area nyeri
5 Melokalisasi nyeri
6 Dengan perintah
3) Sistem Pernafasan
Pernafasan normal yaitu 16-20x/menit.
4) Sistem Kardiovaskuler
Terjadi penurunan tekanan darah.
5) Sistem Neurologi
Terjadi penurunan sensori, parathesia, anastesia, mengantuk, reflek lambat, kacau
mental, disorentasi.
6) Sistem Perkemihan
Inspeksi : Pada pasien ISK , Lakukan inspeksi pada daerah meatus (pembukaan yang
dilalui urine untuk meninggalkan tubuh) apakah terjadi adanya oliguria,
dan disuria.
Palpasi : pada palpasi biasanya terjadi nyeri hebat dan distensi.
Perkusi : pada perkusi terdapat nyeri tekan pada abdomen bagian bawah abdomen
dan nyeri saat berkemih
7) Sistem Pencernaan.
Terdapat polifagia, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dihedrasi, perubahan
berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
8) Sistem Integument
Turgor kulit menurun, kulit kering.
c. Pemeriksaan fisik head toe to
1) Kepala dan rambut : Tidak ada kelainan
2) Wajah : Ekspresi wajah meringis
3) Mata : Bila terjadi hematuria, kemungkinan konjungtiva anemis
4) Telinga : Tidak ada kelainan
5) Hidung : Tidak ada kelainan
6) Mulut & gigi : Bibir kering dan lidah kotor
7) Leher : Tidak ada kelainan
8) Perut
Inspeksi : frekuensi napas meningkat
Palpasi : distensi abdomen & nyeri tekan suprapubik.
9) Ekstremitas atas danb awah: Terpasang infus dan Kateter
10) Kulit Inspeksi : Kulit kerin
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Penunjang Menurut Sumber Buku Saku Keperawatan Pediatri,(2009) :
a. Diagnosis pasti dikatakan dengan kulturorganisme melalui urine Dipakaites stick untuk
mengetahui adanya proteinuria, hematuria, glukosuriadan PH.
b. Pemeriksaan secara mikro skopik dikatakan positif bila terdapat piuria (> 2000
leukosit/ml) pada pasien dengan gejala ISK.
c. Pemeriksaan urinalisis:
1) Keruh
2) Bakteri
3) Pituria
4) Sel darah putih
5) Sel darah merah mungkin ada.
4. Diagnosa keperawatan
Diagnosa Keperawatan Menurut Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC adapun masalah
keperawatan yang muncul pada Infeksi Saluran Kemih yaitu:
a. Nyeri akut berhubungan dengan infeksi traktus urinarius.
b. Hipertermia berhubungan dengan Proses penyakit
c. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung kemih
ataupun struktur traktus urinarius lain.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan port de entry kuman.
e. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai dengan
mual, muntah.
5. Intervensi
Tabel intervensi Keperawatan Gangguan Eliminasi Urine (Heardman,2015).
No. Diagnosa Noc Nic
1. Nyeri akut Tujuan : 1. Lakukan pengkajian
berhubungan infeksi Nyeri berkurang nyeri secara
traktus urinarius. Kriteria hasil : komprehensif termasuk
1. Mampu mengontrol lokasi, karakteristik,
nyeri (tahu penyebab, durasi, frekuensi,
mampu menggunakan kualitas, dan factor
tehnik non presipitasi.
farmakologi untuk
mengurangi nyeri, 2. Observasi reaksi
mencari bantuan) nonverbal dari ketidak
2. Melaporkan bahwa nyamanan.
nyeri berkurang 3. Gunakan tehnik relaksasi
dengan menggunakan : nafas dalam.
manajemen nyeri 4. Berikan analgesik dan
3. Mampu mengenali antibiotic.
nyeri (skala, intensitas, 5. Ciptakan lingkungan
frekuensi, dan tanda yang aman dan nyaman
nyeri) (batasi pengunjung,
ciptakan suasana yang
tidak berisik).
6. Evaluasi pengalaman
nyeri masa lampau.
7. Gunakan teknik
komunikasi terapeutik
untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien.
8. Kurangi factor presipitasi
nyeri.
9. Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk menentukan
intervensi.
10. Tingkatkan istirahat.
11. Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeritidak
berhasil.
12. Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi
nyeri seperti suhu
ruangan,pencahayaan dan
kebisingan.
13. Lakukan pengkajian
Tanda-tanda infeksi,
Calor (panas), Dolor (rasa
sakit/nyeri), Rubor
(Kemerahan), Tumor
(pembengkakan),
Functiolaesa (danya
perubahan fungsi).
14. Lakukan perawatan
kateter.
15. Anjurkan ibu atau
keluarga klien untuk
melakukan hand hygine.
16. Anjurkan klien sering
untuk mengganti celana
dalam.
2 Hipertermi Tujuan : 1. Monitor suhu sesering
berhubungan dengan Suhu tubuh dalam batas mungkin.
Proses penyakit. normal. 2. Monitor watna dan suhu
Kriteria hasil : kulit.
1. Suhu dalam rentang 3. Monitor tekanan darah,
normal (36- 37) nadi dan RR.
2. Nadi dan RR dalam 4. Monitor Wbc, Hb, dan
rentang normal (nadi Hct
60-100) (RR 16-24). 5. Monitor intake dan output
3. Tidak ada perubahan 6. Berikan kompre hangat.
warna kulit dan tidak 7. Berikn anti piretik
ada pusing. 8. Kolaborasi pemberian
cairan intravena.
9. Tingkatkan sirkulasi
udara
10. Monitor minimal tiap 2
jam
11. Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
12. Selimuti pasien.
13. Lakukan tapid sponge.
3 Gangguan eliminasi Tujuan : 1. Lakukan penilaian kemih
urine berhubungan Masalah disfungsi pada yang komprehensif
dengan obstruksi eliminasi urine teratasi. berfokus pada
mekanik pada kandung Kriteria hasil : inkontinensia (misalnya
kemih ataupun struktur 1. Kandung kemih output urine, pola
traktus urinarius lain kosong secara penuh berkemih, fungsi kognitif,
Bebas dari ISK. dan masalah kencing
2. Tidak ada spasme persisten)
bladder 2. Memntau penggunaan
obat dengan sifat
antikolinergik
3. Meransang reflek
kandung kemih dengan
menerapkan dingin untuk
perut
4. Instruksikan cara-cara
untuk menghindari
konstipasi
5. Masukan kateter kemih,
sesuai
6. Anjurkan pasien atau
keluarga untuk merekam
output urin, sesuai
7. Memantau asupan dan
keluaran
8. Membantu dengan toilet
secara berkala, sesuai
9. Memenrtau tingkat
distensi kandung kemih
dengan palpasi dan
perkusi
4 Kekurangan volume Setelah dilakukan 1. Monitor tekanan
cairan berhubungan tindakan 1x24 jam darah,suhu,nadi,dan
dengan kehilangan diharapkan klien masalah tekanan darah
cairan aktif ditandai kebutuhan ciaran adekuat 2. Kolaborasikan dalam
dengan mual, muntah. dengan Kriteria Hasil: pemberian cairan IV
1. Tidak ada tanda-tanda 3. Monitor status dehidrasi
dehidrasi (kelembaban mukosa
2. Tekanan bibir, nadi adekuat, nadi)
darah,nadi,suhu tubuh jika di perlukan.
dalam batas normal 4. Monitor masukan
makanan / cairan dan
hitung intake kalori
harian.
5. Dorong keluarga untuk
mementau makan.
6. Monitor status nutrisi.
7. Dorong masukan oral
8. Kolaborasikan dengan
dokter dalam pemberian
terapi
9. Memantau tingkat Hb
dan hematocrit
10. Monitor berat badan.
11. Memonitor balance
cairan.
5 Resiko infeksi b/d Setelah dilakukan 1. Monitor tanda-tanda
dengan port de entry tindakan 1x24 jam infeksi
kuman. diharapkan klien Infeksi 2. Jelaskan untuk tidak
tidak terjadi dengan menahan keinginan
Kriteria Hasil: berkemih, kosongkan
1. Klien bebas dari tanda kandung kemih secara
gejala infeksi sempurna setiap kali
2. Mendeskripsikan berkemih.
proses penularan 3. Ajarkan perawatan
penyakit, factor yang perineal yang benar
mempengaruhi terutama setelah
penularan. berkemih dan defekasi,
3. Menunjukkan bersihkan dari depan ke
kemampuan untuk belakang
mencegah timbulnya 4. Mencegah perpindahan
infeksi mikroorganisme yang ada
4. Jumlah leukosit dalam di anus agar kebersihan
batas normal perineal agar tetap kering
5. Menunjukkan dan bersih keringkan
perilaku hidup sehat. depan sampai ke belakang
5. Jelaskan pentingnya
mengkonsumsi antibiotik
sesuai dengan resep atau
sampai habis.
6. Cuci tangan sebelum dan
sesudah tindakan
keperawatan.
7. Monitor terhadap
kerentanan terhadap
Infeksi
8. Batasi pengunjung.
9. Dorong masukan nutrisi
yang cukup
10. Instruksikan pasien untuk
minum anti boitik sesuai
resep
11. Ajarkan pasein dan
kelurga tanda dan gejala
infeksi
12. Laporkan kecurigaan
infeksi
13. Laporkan kultur positif
6. Implementasi
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan asuhan keperawatan ke dalam
bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Kemampuan yang harus dimiliki perawat pada tahap implementasi adalah
kemampuan komunikasi yang efektif,kemampuan untuk menciptakan hubungan saling
percaya dan saling bantu, kemampuan melakukan teknik psikomotor, kemampuan
melakukan observasi sistematis,kemampuan memberikan pendidikan kesehatan,
kemampuan advokasi,dan kemampuan evaluasi (Asmadi, 2008).
Intervensi keperawatan berlangsung dalam tiga tahap. Fase pertama merupakan fase
persiapan yang mencakup pegetahuan tentang validasi rencana, implementasi rencana,
persiapan klien dan keluarga. Fase kedua merupakan puncak implementasi keperawatan
yang berorientasi pada tujuan. Pada fase ini, perawat menyimpulkan data yang
dihubungkan dengan reaksi klien. Fase ketiga merupakan terminasi perawat-klien setelah
implementasi keperawatan selesai dilakukan (Asmadi, 2008).
7. Evaluasi
Menurut sumber Asmadi, (2008) Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang
merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati
dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan
secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Jika hasil
evaluasi menunjukan tercapainya tujuan dan kriteria hasil, klien bisa keluar dari siklus
proses keperawatan. Jika sebaliknya, klien akan masuk kembali ke dalam siklus tersebut
mulai dari pengkajian ulang (reassessment).
Evaluasi terbagi atas dua jenis, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi
formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil tindakan keperawatan.
Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah perawat mengimplementasikan rencana
keperawatan guna menilai keefektifan tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
Perumusan evaluasi formatifini meliputi empat komponen yang dikenal dengan istilah
SOAP, yakni subjektif (data berupa keluhan klien), objektif (data hasil pemeriksaan),
analisis data (pembandingan data dengan teori), dan perencanaan (Asmadi, 2008).