Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PNEMONIA


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Anak
Dosen Pembimbing: Ibu Hj. Sri Kusmiati SKp. MKes

Disusun oleh :

Kelompok 1 Tingkat 2A

1. Aolia Nur Padilah 9. Nabila Saskia Putri

2. Dafin Fauzan 10. Nawra Qurratulain

3. Farah Hafizhah 11. Raisya Salsabila

4. Haidar Humam Aprildan 12. Rosa Salsabila

5. Hasna Hanipah 13. Sefhira Agisni Sya’ban

6. Lisda Syifa Nurhaliza 14. Siti Lailatul

7. Mita Aprianti 15. Syalom Anaku Renindia

8. Mochamad Pikri
PROGRAM STUDI DIII JURUSAN KEPERAWATAN BANDUNG

POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

2023

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan tugas ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Keperawatan Anak dengan Pnemonia”. Makalah ini
disusun guna memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak.

Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca maupun bagi penulis. Penulis sampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada,
Ibu Hj. Sri kusmiati SKp. MKes selaku dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Anak,
yang senantiasa memberi arahan dan masukan dalam penyelesaian makalah ini.
Tidak lupa penulis sampaikan terima kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam proses penyusunan makalah ini. Penulis menyadari makalah yang penulis susun ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan
penulis terima demi kesempurnaan penyusunan makalah lain kedepannya.

Bandung, 28 Juli 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................... i

DAFTAR ISI....................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................................... 2

1.3 Tujuan penulisan........................................................................................................................... 2

BAB II KAJIAN TEORI.....................................................................................................................3

2.1 Konsep anak…………………. ....................................................................................................3

2.2 Perkembangan Anak Usia Toddler...........................................................................................10

2.3 Pneumonia………………………………………………………..................................................10

BAB III PEMBAHASAN ...................................................................................................................13

3.1 Asuhan pada anak dengan Pnemonia dalam pemenuhan kebutuhan oksigen…………….……..13

BAB IV PENUTUP ............................................................................................................................36

4.1 Kesimpulan ...................................................................................................................................36

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................38

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pneumonia adalah penyakit menular yang menyebabkan kematian terbesar pada anak-
anak di seluruh dunia. Pneumonia merupakan salah satu gangguan system pernapasan
yang dapat menyerang berbagai usia termasuk anak-anak. Di Indonesia penyakit
pneumonia menjadi penyebab kematian anak urutan kedua setelah diare (Riskesdas
2013).
Pneumonia adalah infeksi saluran pernapasan akut yang menyerang bagian jaringan paru-
paru yang di sebut dengan alveoli. Pada balita di tandai dengan adanya gejala seperti
batuk dan bisa juga di sertai dengan kesulitan bernafas seperti nafas cepat, tarikan dinding
dada bagian bawah atau melalui gambaran foto thorax/dada yang menunjukkan tanda
infiltrat paru akut (Dirjen PP dan PL 2011).
Anak dengan kasus pneumonia akan mengalami gangguan pernapasan yang
disebabkan karena adanya inflamasi dialveoli paru-paru. Infeksi ini akan menimbulkan
masalah pada pemenuhan kebutuhan oksigenasi. Anak mempunyai kebutuhan oksigenasi
lebih tinggi dari orang dewasa. Pemenuhan kebutuhan oksigen sangat di tentukan oleh
keadekuatan system pernapasan dan system kardiovaskuler. Kebutuhan oksigenasi
merupakan kebutuhan fisiologis dasar bagi semua manusia untuk kelangsungan hidup sel
dan jaringan serta metabolisme tubuh (Poston 2009).
Oleh karena itu pada anak dengan gangguan pemenuhan oksigenasi, perawat perlu
membantu anak supaya kebutuhan oksigenasi anak terpenuhi agar tubuh mampu
melanjutkan fungsi sehingga anak kuat dan mampu melawan ketidakmampuan.
Berdasarkan teori ini peran perawat adalah mempertahankan konservasi dan integritas
pada semua situasi. Intervensi ditunjukkan untuk meningkatkan kemampuan adaptasi
untuk mempertahankan kesehatan secara menyeluruh (Alligood 2010).
Berdasarkan uraian tersebut maka makalah ini disusun untuk memberikan gambaran
dan melakukan asuhan keperawatan pada anak usia todler dengan pneumonia dalam
pemenuhan kebutuhaan oksigenisasi.

1
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik mengambil studi kasus dengan
rumusan masalah Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Diagnosa
Medis Pneumonia Dalam Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi

1.3 Tujuan

Untuk menggambarkan asuhan keperawatan pada pasien anak usia todler dengan
diagnosa Pneumonia khususnya dalam pemenuhan kebutuhan oksigen.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Toddler


1. Definisi Toddler

Toddler dalam kamus Bahasa Inggris Indonesia berarti anak kecil yang baru belajar
berjalan. Anak usia toddler merupakan masa antara rentang usia 12 sampai dengan 36
bulan. Masa ini merupakan masa eskplorasi lingkungan yang intensif karena anak
berusaha mencari tahu bagaimana semua terjadi dan bagaimana mengontrol perilaku
orang lain melalui perilaku negativisme dan keras kepala (Hidayatul, 2015).

2. Perkembangan Anak Usia Toddler


Perkembangan Anak Usia Toddler Menurut Hartanto (2006) dalam penelitian Dian
(2015), Anak usia toddler (1-3 tahun) merujuk konsep periode kritis dan plastisitas yang
tinggi dalam proses tumbuh kembang maka usia satu sampai tiga tahun sering sebagai
golden period ( kesempatan emas) untuk meningkatkan kemampuan setingi-tingginya dan
plastisitas yang tinggi adalah pertumbuhan sel otak cepat dalam kurun waktu singkat,
peka terhadap stimulasi dan pengalaman fleksibel mengambil alih fungsi sel sekitarnya
dengan membentuk sinap-sinap serta sangat mempengaruhi periode tumbuh kembang
selanjutnya.
Anak pada masa tersebut bersifat egosentris yaitu mempunyai sifat kemauan yang
kuat sehingga segala sesuatu itu dianggap sebagai miiliknya. Ciri- ciri anak toddler (1-3
tahun) berada dalam tahap pertumbuhan jasmani yang pesat oleh karena itu mereka
sangat lincah. Sediakanlah ruangan cukup luas dan banyak kegiatan sebagai penyalur
tenaga. Anak usia tersebut secara mental mempunyai jangka perhatian yang singkat, suka
meniru oleh karena itu jika ada kesempatan perhatikan mereka dengan sebaik-baiknya.
Segi emosional anak usia ini mudah merasa gembira dan mudah merasa tersinggung.
Kadang –kadang mereka suka melawan dan sulit diiatur. Segi sosial anak toddler (1-3
tahun) sedikit antisosial. Wajar bagi mereka untuk merasakan senang bermain sendiri dari
pasa bermain secara kelompok. Berilah kesempatan untuk bermain sendiri tetapi juga
ditawarkan kegiatan yang mendorongnya untuk berpartisipasi dengan anak –anak lain.
Anak usia toddler (1-3 tahun) mengalami tiga fase :

3
1. Fase Otonomi dan ragu-ragu atau malu
Menurut teori erikson (1963) dalam penelitian Dian (2015), dalam tahap ini
berkembangnya kemapuan anak yaitu belajar untuk makan atau berpakaian sendiri.
Apabila orang tua tidak mendukung upaya anak untuk belajar mandiri, makan hal ini
dapat menimbulkan rasa malu atau ragu akan kemampuannya. Misalnya orang tua yang
selalu memanjakan anak dan mencela aktivitas yang telah dilakukan oleh anak. Pada
masa ini anak perlu bimbingan dengan akrab, penuh kasih sayang tetapi juga tegas
sehingga anak tidak mengalami kebingungan.
2. Fase anal
Menurut teori Sigmund (1939) dalam penelitian Dian (2015 ), pada fase ini sudah
waktunya anak untuk dilatih buang air besar atau toil learning (Pelatihan buang air pada
tempatnya). Anak juga menunjukan beberapa bagian tubuhnya menyusun dua kata dan
mengulang kata-kata baru. Anak usia toddler (1-3 tahun berada dalam fase anal yang
ditandai dengan berkembangnya kepuasan dan ketidakpuasan disekitar fungsi eliminasi.
Tugas perkembangan yang penting pada fase anal tepatnya saat anak berumur 2 tahun
adalah latihan buang air (toilet training) agar anak dapat buang air secara benar.
3. Fase Praoperasional
Menurut teori Piaget (1980) dalam penelitian Dian (2015), secara jelas
memperlihatkan pada kita bahwa anak usia dini belajar melalui pengalaman -pengalaman
yang terpadu. Anak lebih sering diberi pelajaran dan dilatih secara berulang –ulang atau
di Drill. Pada fase ini anak perlu dibimbing lebih akrab, penuh kasih sayang tetapi juga
tegas sehingga anak tidak mengalami kebingungan.

A. Konsep Penyakit Pneumonia


1. Definisi Penyakit Pneumonia
Pneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang mengalami peradangan atau
inflamasi disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri. Faktor penyebab penyakit ini yaitu
disebabkan oleh staphylococcus aureus, streptococcus pneumoniae, atau streptococcus
pyogenes. Sedangkan virus yang sering menyerang penyakit ini adalah respiratorik
syncytial virus. Penyebab yang jarang terjadi adalah mycoplasma aspirasi benda asing
dan adanya jamur (Marni, 2014).
Sedangkan menurut (Pudiastuti, 2011) Pneumonia pada anak atau balita merupakan
penyakit infeksi yang menyerang paru-paru ditandai dengan batuk disertai napas sesak.
Pneumonia merupakan penyakit yang berbahaya karena dapat menimbulkan kematian.

4
Jika dalam waktu 3 sampai 10 jam tidak segera ditangani dengan cepat dan tepat, pasien
dapat meninggal. Penyakit ini menyerang tidak memandang usia, umum terjadi pada anak
maupun bayi, bahkan dapat terjadi pada semua usia.
Menurut (Sudarti, 2010) munculnya penyakit ini ditandai dengan batuk, nafas cepat
dan sesak. Untuk ukuran anak yang dianggap mengalami gangguan napas : Untuk anak
balita usia 2 bulan sampai 1 tahun tarikan nafas tiap menitnya mencapai 50 kali atau
lebih, sedangan untuk anak balita usia 1 tahun sampai 5 tahun tarikan napas tiap menit 40
kali atau lebih. Penyakit ini saat berbahaya karena menyangkut organ vital.
2. Etiologi Penyakit Pneumonia
Menurut (Pudiastuti, 2011) Infeksi peneumonia / infeksi pneumokokus merupakan
kelompok penyakit yang faktor penyebabnya adalah bakteri Streptococcus pneumoniae.
Streptococcus pneumoniae adalah bakteri gram positif yang mempunyai lebih dari 90
serotipe, namun tidak seluruhnya ganas. Lapisan terluar bakteri pneumokokus
menentukan serotipe bakteri dan pada akhirnya menentukan kegananasan penyakit.
Bakteri pneumokokus secara normal berada pada tenggorokan dan rongga hidung
(saluran bagian atas) pada anak, sehingga infeksi pneumokokus dapat menyerang
siapapun, dimanapun, kapanpun tanpamemandang status sosial.
Percikan ludah saat berbicara, bersin dan bahkan batuk dapat memindahkan bakteri ke
orang lain melalui udara. Terlebih dari orang yang tinggal serumah, sekolah, atau tempat
bermain sekalipun. Bakteri pneumokokus yang terhirup akan berkembang biak di dalam
saluran pernafasan selanjutnya menyebar kebagian rongga hidung, telinga, dan kemudian
dengan cepat menyebar ke dalam sirkulasi darah. Tidak semuanya langsung sakit, akan
tetapi tergantung pada sistem imun atau daya tahan tubuh yang dimiliki masing-masing
orang (Pudiastuti, 2011).
Bakteri pneumokokus ada yang tidak dapat menyebar ke dalam darah (noninvasif)
ada juga yang bisa menyebar (invasif) ke dalam darah. Bakteri pneumokokus yang tidak
menyebar (non-invasif) dapat berupa infeksi telinga tengah, sinusitis, dan juga bronchitis.
Sedangkan yang dapat menyebar (invasif) melalui darah kemudian ke paru, otak dan ke
bagian organ tubuh lainnya maka disebut dengan Invasive Pneumococcus Disease (IPD).
Bakteri pneumokokus dapat menyebabkan kematian, yang cukup berbahaya adalah
radang paru (pneumonia) dan radang selaput otak (meningitis), semua berbahaya karna
samsama menyerang organ vital. Infeksi pneumokokus dapat juga menyebabkan
kecacatan permanen berupa : Gangguan pendengaran, kelumpuhan, IQ menjadi rendah,
gangguan pada sistem saraf dan kemunduran intelegasi (Sudarti, 2010).

5
3. Klasifikasi Penyakit Pneumonia
Berdasarkan pedoman MTBS (2008), pneumonia dapat di klasifikasikan secara
sederhana berdasarkan dengan gejala yang ada.Klasifikasi ini bukan diagnosis medis,
melainkan bertujuan untuk membantu petugas kesehatan yang berada di lapangan untuk
menentukan tindakan yang perlu di ambil, sehingga anak tidak terlambat mendapatkan
penanganan. Klarifikasi tersebut adalah :
a. Pneumonia berat atau penyakit sangat berat, apabila terdapat gejala seperti :
1) Ada tanda bahaya umum, seperti anak tidak bisa minum atau menyusu, selalu
memuntahkan semuanya, kejang atau anak letargis/tidak sadar
2) Terdapat tarikan dinding dada kedalam.
3) Terdapat stridor (suara nafas bunyi grok grok saat inspirasi.
b. Pneumonia, apabila terdapat gejala napas cepat, batasan nafas cepat adalah:
1) Anak usia 2-12 bulan apabila frekuensi nafas 50X/menit atau lebih
2) Anak usia 12 bulan sampai dengan 5 tahun apabila frekuensi nafas 40X/menti
atau lebih.
c. Batuk bukan pneumonia, apabila tidak ada tanda-tanda pneumonia atau penyakit
sangat berat.
4. Faktor Risiko Penyakit Pneumonia
Menurut (RITONGA, 2019) ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko penularan
pneumonia antara lain:
a) Usia Balita
Pada anak-anak balita lebih rentan terserang infeksi saluran pernapasan karena
imunitas belum sempurna dalam menjaga daya tahan tubuh serta saluran pernapasan
yang sempit, pada anak yang terlahir dengan kondisi premature juga lebih beresiko
terkena pneumonia, seperti pneumonia aspirasi dikarenakan adanya reflex untuk
menelan, reflex menghisap dan reflex batuk belum sempurna.
b) Status gizi balita
Status gizi yang kurang terpenuhi pada balita membuat meningkatnya resiko infeksi
pada balita, dikarenakan dengan gizi yang kurang akan mengakibatkan penurunan
kapasitas kekebalan pada tubuh, terjadinya gangguan fungsi granulosit serta
gangguan pada fungsi komplemen yang akan berguna untuk merespon terjadinya
infeksiterrutama pada infeksi bronkopneumonia.

6
c) Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
Pada anak yang lahir dengan berat badan lahir rendah bisa mengakibatkan kurang
sempurnanya pembentukan zat antibodi yang beresiko terjadinya infeksi
bronkopneumonia yang akan meningkatkan resiko kematian pada anak dengan berat
badan lahir rendah dibandingkan dengan anak yang terlahir dengan berat badan
normal.
d) Kebiasaan merokok anggota keluarga
Kebiaasan merokok yang dilakukan oleh anggota keluarga akan mengakibatkan
peningkatan terjadinya penyakit pneumonia pada balita jika dibandingkan dengan
balita yang anggota keluarganya tidak merokok.
e) Riwayat imunisasi DPT dan campak
Seorang balita yang telah dilakukan imunisasi campak dapat terhindar dari penyakit
pneumonia karena komplikasi dari campak yang sering terjadi adalah pneumonia,
sedangkan imunisasi DPT bisa mencegah penyakit pneumonia karena komplikasi
dari penyakit pertussis adalah pneumonia. Sehingga seorang balita akan terhindar
dari penyakit pneumonia apabila imunisasi campak dan DPT telah diberikan.
f) Faktor Asi yang tidak memadai
Bayi yang tidak mendapatkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan lebih
beresiko untuk bisa terkena penyakit pneumonia dibandingkan dengan balita yang
mendapatkan ASI secara ekslusif. Pemberian ASI eksklusif akan mengurangi
tingkatan kematian pada bayi yang disebabkan oleh berbagai penyakit yang umum
menyerang bayi dan anak seperti diare dan radang pada paru (Maysyaroh, 2015)

5. Manifestasi Klinis
Pneumonia dimulai setelah infeksi saluran pernapasan atas atau infeksi hidung atau
tenggorokan, dengan gejala terlihat setelah 2-3 hari dari demam atauu sakit tenggorokan.
Hal ini kemudian mepengaruhi paru-paru cairan dan sel darah putih mulai berkumpul di
ruangan udara dan membokir bagian udara sehingga sulit bagi paru-paru untuk bekerja
dengan baik. Gejala pneumonia bervariasi tergantung pada usia anak dan apa yang
menyebabkan pneumonia, tetapi gejala secara umum dapat mencakup :
a) Demam
b) Menggigil
c) Batuk
d) Hidung tersumbat,

7
e) Pernapasan cepat dan dangkal (dalam beberapa kasus ini adalah salah satu gejala)
f) Bernapas dengan mengendus atau mengi.
g) Sulit bernapas; ini dapat mencakup pernapasan dari lubang idung, pernapasan perut,
atau gerakan otot oto antara tulang rusuk.
h) Muntah
i) Nyeri dada
j) Nyeri perut, yang sering terjadi apabila seorang anak batuk dan bekkerja kkeras untuk
bernapas.
k) Kurang aktivitas.
l) Hilang nafsu makan pada anak anak yang lebih tua atau makan yang buruk pada bayi,
yang dapat menyebabkan deidrasi
m) Dalam kasus yang ekstrim, warna kebiruan atau abu-abu dari bibir dan kuku.

Jika pneumonia berada di bagian bawah paru-paru dekat perut, anak mungkin
mengalami demam dan sakit perut atau muntah tapi tidak ada masalah pernapasan. Anak
dengan pneumonia yang di sebabkan oleh bakteri biasanya menjadi sakit cukup cepat, di
mulai dengan demam yang mendadak tinggi dan pernapasan biasa cepat. Bebrapa gejala
memberikan petunjuk penting tentang yang kuman menyebabkan pneumonia. Misalnya
pada anak-anak usia sekolah dan remaja, pneumonia di sebabkan oleh Mycoplasma
(pneumonia berjalan). Gejala ni sangat mudah di kenali karena mengakibatkan sakit
tenggorokan., sakit kepala, dan ruam di samping gejala pneumonia pada umumnya.

6. Patofisiologi Penyakit Pneumonia


Menurut (Ulfa , 2019) patofisiologis penyakit pneumonia adalah Kuman yang masuk
kedalam jaringan paru melalui saluran pernapasan bagian atas menuju ke bronkhiolus
serta alveolus. Setelah kuman masuk kemundian dapat menimbulkan reaksi peradangan
dan dapat menghasilkan cairan edema yang kaya akan protein.
Kuman pnemokokus dapat menyebar dari alveoli ke seluruh segmen dan lobus. Leukosit
dan eritrosit juga mengalami peningkatan, sehingga alveoli menjadi penuh dengan cairan
edema yang berisi eritrosit, leokosit dan fibrin sehingga menyebabkan kapiler alveoli
melebar, paru menjadi tidak berisi udara. Pada tingkatan yang lebih lanjut, aliran darah
mengalami penurunan sehingga mengakibatkan alveoli penuh dengan leukosit dan
eritrosit menjadi lebih sedikit. Setelah itu paru tampak berubah warna menjadi abu
kekuningan. Perlahan sel darah merah yang masuk ke alveoli mengalami kematian dan

8
banyak terdapat eksudat pada bagian alveolus yang kemudian mengakibatkan membran
dari alveolus akan mengalami nekrosis yang dapat menyebabkan gangguan proses difusi
osmosis oksigen dan dapat berdampak pada menurunnya jumlah oksigen yang bawa oleh
darah. Secara klinis penderita mengalami pucat dan sianosis, terjadinya penumpukan
cairan purulent pada alveolus yang mengakibatkan peningkatan tekanan pada bagian paru
dan dapat mengalami penurunan kemampuan mengambil oksigen dari luar dan
menyebabkan berkurangnya kapasitas paru. Sehingga penderita akan bernapas
menggunakan otot bantu pernapasan yang dapat menimbulkan retraksi dinding dada
(Ulfa, 2019).
Secara hematogen atau lewat penyebaran sel, mikroorganisme yang ada pada bagian paru
akan menyebar ke bronkus sehingga terjadilah fase peradangan pada lumen bronkus. Hal
ini menyebabkan pada terjadinya peningkatan produksi mukosa dan peningkatan gerakan
silia sehingga dapat menimbulkan reflek batuk (Ulfa , 2019).
7. Pathway

9
2.2 Konsep dan Fungsi Oksigenasi

Oksigen adalah salah satu kebutuban yang paling vital bagi tubuh. Kekurangan oksigen
kurang dari lima menit akan menyebabkan kerusakan sel-sel otak. Selain itu oksigen
digunakan oleh sel tubuh untuk mempertahankan kelangsungan metabolisme sel. Oksigen
akan digunakan dalam metabolisme sel membentuk ATP (Adenosin Trifosfat) yang
merupakan sumber energi bagi sel tubuh agar berfungsi secara optimal.Oksigenasi adalah
memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh dengan cara melancarkan saluran masuknya
oksigen atau memberikan aliran gas oksigen (O2) sehingga konsentrasi oksigen meningkat
dalam tubuh. Prosedur pemenuhan kebutuhan oksigen dapat dilakukan dengan pemberian
oksigen dengan menggunakan kanula dan masker, fisioterapi dada, dan cara penghisapan
lender (suction)

10
Tujuan :
1. untuk mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan
2. untuk menurunkan kerja paru-paru
3. untuk menurunkan kerja jantung

Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh system respirasi, kardiovaskuler,


dan keadaan hematologi.

1. Sistem respirasi/pernapasan
Sistem pernapasan terdiri atas organ pertukaran gas yaitu paru-paru dan sebuah pompa
ventilasi yang terdiri atas dinding dada, otot-otot pernapasan, diafragma, isi abdomen,
dinding abdomen, dan pusat pernapasan di otak. Pada keadaan istirahat frekuensi pernapasan
antara 12-15 kali per menit.
Ada tiga langkah dalam proses oksigenasi yaitu ventilasi, perfusi paru, dan difusi.
a. Ventilasi
Ventilasi adalah proses keluar masuknya udara dari dan ke paru-paru, jumlahnya sekitar
500 ml. Udara yang masuk dan keluar terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara
intrapleural lebih negative (752 mmHg) daripada tekanan atmofer (760 mmHg) sehingga
udara akan masuk ke alveoli.
 Kebersihan jalan napas, adanya sumbatan atau obstruksi jalan napas akan menghalangi
masuk dan keluarnya udara dari dan ke paru-paru.
 Adekuatnya system saraf pusat dan pusat pernapasan.
 Adekuatnya pengembangan dan pengempisan paru-paru.
 Kemampuan otot-otot pernapasan seperti diafragma, eksternal interkosta, internal
interkosta, otot abdominal.
b. Perfusi paru
Perfusi paru adalah gerakan darah yang melewati sirkulasi paru untuk dioksigenasi, di
mana pada sirkulasi paru adalah darah dioksigenasi yang mengalir dalam arteri pulmonaris
dri ventrikel kanan jantung. Darah ini memperfusi paru bagian respirasi dan ikut serta dalam
proses pertukaran oksigen dan karbon dioksida di kapiler dan alveolus. Sirkulasi paru
merupakan 8-9% dari curah jantung. Sirkulasi paru bersifat fleksibel dan dapat mengakodasi
variasi volume darah yang besar sehingga dapat dipergunakan jika sewaktu- waktu terjadi
penurunan volume atau tekanan darah sistemik.
c. Difusi

11
Oksigen terus- menerus berdifusi dari udara dalam alveoli ke dalam aliran darah dan
karbon dioksida (CO2) terus berdifusi dari darah ke dalam alveoli. Difusi adalah pergerakan
molekul dari area dengan konsentrasi tinggi ke area konsentrasi rendah. Difusi udara respirasi
terjadi antara alveolus dengan membrane kapiler. Perbedaan tekanan pada area membrane
respirasi akan memengaruhi proses difusi. Misalnya pasa tekanan parsial (P) O2 di alveoli
sekitar 100 mmHg sedangkan tekanan parsial pada kapiler pulmonal 60 mmHg sehingga
oksigen akan berdifusi masuk dalam darah. Berbeda halnya dengan CO2 dengan PCO2 akan
dalam kapiler 45 mmHg sedangkan pada alveoli 40 mmHg maka CO2 dengan maka CO2
akan berdifusi keluar alveoli.
2. Sistem kardiovaskuler
Kemampuan oksigenasi pada jaringan sangat dipengaruhi oleh fungsi jantung
untuk memompa darah sebagai transport oksigen. Darah masuk ke atrium kiri dari
vena pulmonaris. Aliran darah keluar dari ventrikel kiri menuju aorta melalui katup
aorta. Kemudian dari aorta darah disalurkan ke seluruh sirkulasi sistemik melalui
arteri, arteriol, dan kapiler serta menyatu kembali membentuk vena yang kemudian
dialirkan ke jantung melalui atrium kanan. Darah dari atrium kanan masuk dalam
ventrikel kanan melalui katup pulmonalis untuk kemudian dialirkan ke paru-paru
kanan dan kiri untuk berdifusi. Darah mengalir di dalam vena pulmonalis kembali ke
atrium kiri dan bersikulasi secara sistemik berdampak pada kemampuan transport gas
oksigen dan karbon dioksida.
3. Hematologi
Oksigen membutuhkan transport dari paru-paru ke jaringan dan karbon
dioksia dari jaringan ke paru-paru. Sekitar 97% oksigen dalam darah dibawa eritrosit
yang telah berikatan dengan hemoglobin (Hb) dan 3 % oksigen larut dalam plasma.
Setiap sel darah merah mengandung 280 juta molekul Hb dan setiap molekul dari
keempat molekul besi dalam hemoglobin berikatan dengan satu molekul oksigenasi
membentuk oksihemoglobin (HbO2). Afinitas atau ikatan Hb dengan O2 dipengaruhi
oleh suhu, ph, konsentrasi 2,3 difosfogliserat dalam darah merah. Dengan demikian
besarnya Hb dan jumlah eritrosit akan memengaruhi transport gas.

12
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Asuhan pada anak dengan Pnemonia dalam pemenuhan kebutuhan oksigen
1. Pengkajian
Wawancara atau anamnesa dalam pengkajian keperawatan terhadap sistem
pernapasan merupakan hal utama yang dilaksanakan perawat karena kemungkinan
80% diagnose klien dapat ditegakkan dari wawancara atau anamnesa. Sebagian
masalah pernapasan dapat tergali melalui anamnesa yang baik dan teratur sehingga
perawat perlu meluangkan waktu yang cukup dalam melakukan setiap pengkajian
keperawatan.
1. Pneumonia sering terjadi pada bayi dan anak, tetapi terbanyak pada anak umur
dibawah tiga tahun dan bayi kurang dari dua bulan.
2. Keluhan utama adalah sesak napas.
3. Riwayat penyakit
a. Pneumonia virus
Ditandai oleh gejala infeksi saluran napas termasuk rhinitis dan batuk,
suhu badan lebih rendah daripada pneumonia bakteri. Pneumonia virus
tidak bisa dibedakkan dengan pneumonia bakteri dan mukuplas.
b. Pneumonia stafilokokus (bakteri)
Ditandai oleh infeksi saluran pernapasan bagian atas atau bawah dalam
waktu beberapa hari sampai satu minggu, kondisi suhu tubuh tinggi, batuk
dan kesulitan pernafasan.
4. Riwayat kesehatan dahulu
a. Anak sering menderita penyakit saluran pernapasan bagian atas.
b. Riwayat penyakit campak/fertusis (pada bronco pneumonia).
5. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Diperhatikan adanya tachipnea, dyspnea, cyanosis, sirkumoral, pernapasan
cuping hidung, distensi abdomen, batuk semula non-produktif menjadi
produktif, dan nyeri dada saat menarik napas. Berdasarkan MTBS (2008)
batasan tachipneu pada anak usia 2-12 bulan adalah 50x/menit atau lebih,
usia 12 bulan-5 tahun adalah 40x/menit atau lebih. Perlu diperhatikan daya
tarikan dinding dada kedalam saat inspirasi. Pada pneumonia berat tarikan
dinding dada kedalam akan tampak jelas.
b. Palpasi
Suara terdengar redup pada sisi yang sakit, hati kemungkinan membesar,
fremitus raba kemungkinan meningkat pada sisi yang sakit. Nadi
kemungkinan mengalami peningkatan.
c. Perkusi

13
Suara redup pada sisi yang sakit.
d. Auskultasi
Dapat dilakukan dengan cara mendekatkan telinga ke hidung/mulut bayi.
Pada anak yang pneumonia akan terdengar stridor. Apabila menggunakan
stetoskop akan terdengar suara napas berkurang, ronkhi halus pada sisi
yang sakit, ronkhi basah pada masa resolusi, pernapasan bronchial,
egotomi, bronkoforni dan kadang terdengar bising gesek pleura.
6. Penegakkan diagnosis
a. Pemeriksaan laboratorium yaitu leukosit 18.000-40.000/mm3
b. Hitung jenis yang didapatkan dari geseran ke kiri.
c. LED meningkat.
d. Sinar X dada dan akan terdapat bercak infiltrate tersebar (bronco
pneumonia) atau meliputi satu/sebagian besar lobus/lobuler.
2. Masalah yang lazim muncul
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d obstruksi jalan napas (mucus
berlebihan).
b. Ketidakefektifan pola napas b.d keletihan otot pernapasan.
c. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membrane alveolar-kapiler.
3. Intervensi
a. Ketidakbersihan jalan napas b.d obstruksi jalan napas : mucus berlebihan.
NOC : status pernapasan : kepatenan jalan napas
Defenisi : saluran trakeobronkial yang terbuka dan lancar untuk pertukaran udara.
NIC
1. Manajemen jalan nafas
Defenisi : Fasilitasi kepatenan jalan nafas.
a) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
b) Lakukan fisioterapi dada, sebagaimana mestinya
c) Buang secret dengan memotivasi pasien untuk melakukan batuk atau
menyedot lendir
d) Gunakan tehnik yang menyenangkan untuk memotivasi berdafas dalam
kepada anak-anak .
e) Auskultasi suara nafas, catat area yang ventilasinya menurun atau tidak
ada dan adanya suara tambahan.
f) Kelola nebulizer ultrasonic, sebagaimana mestinya
g) Kelola udara atau oksigen yang dilembabkan, sebagaimana mestinya
h) Posisikan untuk meringankan sesak nafas
i) Monitor status pernapasan danoksigenasi, sebagaimana mestinya.
2. Monitor pernapasan
Defenisi : sekumpulan data dan analisis keadaan pasien untuk memastikan
kepatenan jalan nafas dan kecukupan pertukaran gas

14
a) Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan bernafas.
b) Catat pergerakan dada, catat kesimetrisan, penggunaan otot-otot bantu
nafas dan retraksi pada otot supraclaviculas dan interkosta.
c) Monitor suara nafas tambahan atau mengi.
d) Monitor pola nafas.
e) Monitor saturasi oksigen pada pasien tersedasi sesuai dengan protocol
yang ada .
f) Auskultasi suara nafas, catat area dimana terjadi penurunan atau tidak
adanya ventilasi dan kebberadaan suara nafas tambahan.
g) Catat perubahan saturasi perubahan O2.
h) Catat onset, karakteristik dan lamanya batuk.
i) Monitor sekresi pernapasan pasien
j) Monitor keluhan sesak nafas pasien, termasuk kegiatan yang
meningkatkan atau memperburuk sesak nafas tersebut.
k) Monitor hasil foto thorax
l) Berikan bantuan terapi nafas jika di perlukan (nebulizer).

3. Terapi oksigen
Defenisi : Pemberian oksigen dan pemantauan mengenai efektivitasnya.
a. Pertahankan kepatenan jalan nafas
b. Siapkan peralatan oksigen dan berikan melalui system humidifier
c. Monitor aliran oksigen d. Monitor posisi perangkat pemberian oksigen
e. Periksa perangkat pemberian oksigen secara berkala untuk memastikan
bahwa konsentrasi yang telah di tentukan sedang diberikan.
f. Monitor peralatan oksigen untuk memastikan bahwa alat tersebut tidak
mengganggu upaya pasien untuk bernafas.
g. Konsultasikan dengan tenaga kesehatan lain mengenai penggunaan
oksigen tambahan selama kegaiatan dan/atau tidur.

4. Implementasi
Dilakukan sesuai dengan intervensi keperawatan yang telah dibuat. Hal ini sesuai
dengan diagnosa keperawatan yang diangkat yaitu ketidakefektifan pola napas.
5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan setelah memberikan intervensi dan implementasi keperawatan
selama 3 hari untuk menilai apakah tujuan dan criteria hasil yang telah di tentukan
telah berhasil atau tidak.

15
Asuhan keperawatan pada anak dengan pneumonia dalam pemenuhan
kebutuhan oksigenasi di ruang Mawar RSUD Kota Kendari.
Nomor Rekam Medis : 15 – 86 - 86
Tanggal Masuk Rumah Sakit : 03 April 2019
Tanggal Pengkajian : 08 April 2019
Tanggal Pelaksanaan Studi Kasus : 09 – 11 April 2019
Sumber Informasi : Pasien (Observasi), Keluarga
(Wawancara) dan Rekam Medis.
1. Pengkajian
a. Identitas Anak
Nama pasien yaitu Anak Ay. Berusia 1 tahun 1 bulan. Anak Ay lahir di
Kendari 17 Februari 2018 berjenis kelamin laki-laki dan beralamatkan
di Desa Langgara Zaya, pasien anak tunggal dan tinggal serumah
dengan orang tuanya yakni Tn.Y dan Ny. F, Ayah pasien bekerja
sebagai PNS dan Ibu juga PNS. Pasien saat ini didiagnosa Pneumonia
oleh Dokter.
b. Keluhan Utama atau Alasan Masuk Rumah Sakit
Ibu klien mengatakan anaknya sesak nafas sejak pagi hari tanggal 08 April 2019,
riwayat batuk dan berdahak, pasien sesak dan tidak membaik padahal telah
dilakukan tindakan Nebulizer di rumah.
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien 2 hari sebelum dibawa ke rumah sakit sudah batuk dan sering
sesak, dan sampai sekarang ibunya mengatakan anak Ay. Masih
sesak dan masih terpasang 02, diagnosa dokter yaitu pneumonia dan
timbulnya penyakit ibu pasien mengatakan sering. Awal munculnya
penyakitnya yaitu dengan batuk terlebih dahulu dan tiba tiba sesak
tapi sudah di rawat berapa hari di rumah sakit dan saat ini keadaan
An.Ay sudah mulai membaik kata ibunya. Usaha yang dilakukan
untuk mengurangi sesak yaitu dengan pasien sering di bangunkan
dan duduk di atas tempat tidurnya serta dengan pengobatan

16
nebulizer dan terapi oksigen.
2) Riwayat Kesehatan yang Lalu
Ibu klien mengatakan riwayat kesehatan An.Ay yaitu dengan pulang
balik rumah sakit dengan penyakit yang sama, sudah 4 kali dirawat
di rumah sakit dan terakhir masuk pada bulan Juli 2018 dengan
penyakit yang sama, untuk penyebabnya ibunya sendiri mengatakan
kemungkinan karena faktor suhu dan juga debu.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu klien mengatakan saat ini sehat dan juga ayahnya sehat dan tidak
merokok, tidak ada penyakit yang dapat menularkan anak. Kakek
An.Ay saat ini menderita penyakit jantung tapi sudah melakukan
pengobatan.
4) Riwayat Imunisasi
Pada riwayat imuniasi Ibu Pasien mengatakan anaknya tidak
lengkap imunisasinya, umurnya sudah setahun 1 bulan tapi belum
lengkap juga, dikarenakan sibuk dan anaknya pulang balik rumah
sakit jadi belum sempat imuniasi lengkap.
5) Genogram

17
6) Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Berat badan sejak lahir sampai saat ini / pertahapan usia :
Ibu klien mengatakan berat badan An.Ay saat lahir yaitu 2500kg
dengan panjang tubuh 49cm dan tidak memantau berat badan
anaknya tiap bulan. Yang ibunya ketahui anaknya pada saat ini berat
badanya 19 kg.
Tinggi badan :
Ibu klien mengatakan pertumbuhan tinggi badan anaknya sama
dengan anak-anak lainnya dan saat ini tingginya 75 cm.
Waktu tumbuh dan tunggalnya gigi antara umur 8-9 bulan
7) Riwayat Nutrisi
Pemberian ASI :
Ibu klien menyatakan Asi mulai dia lahir sampai umur 4Bulan,
karna ibunya sibuk dan harus bekerja.
Pemberian susu formula :
Alasan Pemberian : karena orang tua sibuk dan harus bekerja jadi di
umur 4 bulan sudah di berikan susu formula, Jumlah pemberian :
ibu An.Ay mengatakan jumlahnya tidak menentu.
Cara memberikan : melalui Dot
Pembagian makanan tambahan :
Pertama kali dibagikan pada saat usia : 6 bulan, jenisnya bubur.
Pada perubahan nutrisi tiap tahapan usia sampai nutrisi saat ini

18
8) Riwayat Psikososial
Ibu klien mengatakan An.Ay tinggal bersama dengannya
dirumah pribadi bersama orang tuanya, an.Ay biasa bermain hanya
dengan tantenya dan neneknya, lingkungan yang berada dikampung
dan dekat dengan jalan yang belum aspal, tempat bermainnya di
dalam rumah dan kadang ke rumah neneknya, dan biasa bermalam
di rumah neneknya. Tetangganya tidak ada yang membahayakan
dan an.Ay tidak memilih ruang bermain ribadi, bermain hanya
dihalaman rumahnya dan kadang didalam rumah. Kehidupan
perkawianan orang tua anak
Ibu klien mengatakan kehidupan perkawinannya, layaknya
kehidupan perkawinan yang lain, biasa baik dan terkadang
bertengkar bila ada masalah tapi di selesaikan dengan baik-baik.
Hubungan antar anggota keluarga :
Ibu klien mengatakan hubungannya dengan keluarga baik.
Siapa yang mengasuh anak ?
Ibunya sendiri yang mengasuh anaknya, terkadang tante dan juga
kakek neneknya ketika ibunya sedang bekerja.
Penerapan disiplin :
Ibu mengatakan anaknya tiap malam harus tidur tepat di jamnya dan
begitupun dengan siang.
Pola bermain :Ibu klien mengatakan anaknya sangat senang bermain
dan sangat aktif, tidak takut dengan orang-orang yang baru ia temui.
9) Riwayat Spiritual
Ketaatan anaknya beribadah dan menjalankan kepercayaannya yaitu
Ibu klien mengatakan selalu mengajarkan anaknya beribadah seperti
berdoa sebelum makan.
Ritual yang biasa dijalankan oleh klien dan keluarganya yaitu Ibu
klien mengatakan tidak ada ritual yang biasa dijalankan

19
10) Riwayat Hospitalisasi
Mengapa ibunya membawa anaknya kerumah sakit :
Karna anaknya telah sangat sesak dan batuk berdahak. Dokter
menentukan tentang kondisi anak mencerikannya bahwa anaknya
harus sering kontrol dan saat ini menderita pneumonia dan
ditakutkan lebih parah. perasaan orang tua saat ini
sangat khawatir melihat kondisi anaknya saat ini yang masih umur
1 tahun sudah sakit. Ibu kien mengatakan akan selalu berkunjung ke
rumah sakit demi kesehatan anaknya. Pemahaman anak tentang sakitnya yaitu anak
Ay terlihat tetap aktif, masih terpasang oksigen tapi sangat aktif dan selalu ingin
bergerak.
11) Pemeriksan Fisik
Keadaan Umum Klien
Tanda-tanda vital :
nadi : 135 X/Menit
Suhu : 37,0 °C
Pernapasan : 40X/Menit
Antropometri
Tinggi badan : 75 Cm
Berat badan : 19 Kg
Lingkar Kepala : 47 Cm
Lingkar Dada : 49 Cm
Lingkar Perut : 48 Cm
Lingkar Lengan : 16 Cm
Sistem Pernapasan
Hidung : Simetris antara kanan dan kiri, pernapasan
menggunakan hidung, adanya secret, dan terpasang oksigen
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar.
Dada : Bentuk dada simetris dan normal, ukuran anteriorposterior tranversal 2 : 1,
simetris antara kanan dan kiri, terdapat
suara nafas tambahan.

20
Sistem Kardiovaskuler
Tidak ada masalah pada sistem kardiovaskuler
Sistem Pencernaan
Pada sistem pencernaan tidak ada masalah, keadaan bibir
lembab,dan tidak ada masalah pada bagian mulut, gaster abdomen
dan anus.
Sistem Indra
Mata : Kelopak mata baik, bulu mata bersih, alis baik
Hidung : Tidak terdapat bekas operasi, simetris antara kanan dan
kiri dan ada sekret yang menghalangi penciuman
Telinga
Klien cepat merespon jika dipanggil, tidak pernah operasi telinga.
Sistim Syaraf
1) Fungsi Serebral
Status mental An.Ay adalah orientasi kesehatan berbeda dengan
anak lainya, pergaulannya dibatasi karna kondisinya yang sering
sakit, sangat aktif dan tidak takut dengan orang yang pertama
kali ia temui.
Kesadaran : cemposimentris
Bicara :saat ini An.Ay belum mampu berbicara.
Fungsi crinial ( syarat cronial 1 s/d x11 )
a) Olfaktorius : saraf penciuman (baik)
b) Oftikus : saraf penglihatan (baik)
c) Okulomotorius: mengatur pergerakan bola mata,
kontraksi pudil dan memfokuskan lensa (baik)
d) Kekleatis : mengatur pergerakan bola mata kebawah
(baik)
e) Trigeminus: motorik dan sensorik (baik)
f) Atdusen : mengatur pergerakan kelateral baik
g) Fasialis : saraf mengatur pengecapan, salivasi,

21
pergerakan otak wajah (baik)
h) Vestitulasi keklearis : vestibular untuk keseimbangan
(baik )koklearis untuk pendengaran (baik)
i) Glusofaringeus : saraf mengatur penyerapan, sensasi
lain dari lidah salivasi dan menelan (baik)
j) Vagus : saraf mengatur menelan, monitor
O2 dan CO2 tekanan darah, kegiatan organ viseral lain
(baik)
1) Aksoserius:mengatur prediksi secara dilaring,
pergerakan kepala dan bahu, muskule sense (baik)
k) Hipoglesus : Mengunyah muskule sensi (baik )
Sistem Muskuluskeletal
Kepala : bentuk kepala brackeacepalus
Vertebra : bentuk normal ( tegak )
Pelvis : normal
Lutut : ekstermitas atas baik, dan bawah baik
Kaki : jumlah jari lengkap 10 buah/ jari. Rom pada kaki kanan
dan kaki kiri normal.
Sistim Integomen
Penyebaran rambut merata, tekstur berwarna hitam , kulit kepala
bersih, tekstrur kulit baik, kulit lembut dan berwarna sawo matang,
berkeringat normal, warna kuku merah muda dan tidak muda patah
Sistim Endoktrin
1) Kelenjar tyroid baik
2) Percepatan pertumbuhan kurang baik
3) Tidak ada gejala organisme dan creatinisme
4) Eksklusi urine tidak terdapat polidipsi dan polipogi
5) Suhu tubuh seimbang, keringat normal, leher tidak kaku
6) Tidak ada riwayat air seni dikelilingi semut.
Reproduksi : Klien belum mengalami masa puber karena

22
umurnya masih 1 Tahun.
Sistim Imun
Alergi (cuaca, debu, bulu binatang, asap rokok, terlalu dingin, susu sapi )
Imunisasi : belum lengkap
Penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca : batuk dan
sesak Nafas.

BAB IV

3) Poto rontgen
Pada poto rontgen pasien terdiagnosa Pneumonia

e. Terapi Saat Ini

Vicilin 3X 750mg, Gentamicin 1X 20 mg, Paracetamol Infus 90 mg,

Ambroxol 3X1, Paracetamol 3 X ¾, Nebulizer Nacl / 8 Jam, Terapi

Oksigen 2 Liter/Menit.

23
2. Analisa Data

Nama Pasien : An.Ay

Tanggal Lahir : 17 Februari 2018

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Nomor Rekam Medik : 15 – 86 - 86

Diagnosa : Pneumonia

9. Diagnosa Keperawatan

Ketidakefektifan Pola Nafas berhubungan dengan keletihan otot

pernapasan.

Ditandai dengan :

Data Subyektif : Ibu Klien mengatakan Anaknya sesak nafas, batuk dan

berdahak.

24
Data Obyektif :

1) Pola nafas tidak teratur

2) Tanda-tanda Vital : Pernapasan 40X/menit, Nadi 135X/menit,

Suhu 36,8 °C

3) Nampak sesak nafas

4) Anak Ay. Nampak sering batuk berdahak

5) Nampak terpasang oksigen 2 liter per menit (Nasal Kanul)

6) Saturasi Oksigen : 99%

7) Terdapat suara nafas tambahan

8) Pemeriksaan Diagnostik : Pneumonia

10. Intervensi Keperawatan

Nama Pasien : An.Ay

Tanggal Lahir : 17 Februari 2018

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Nomor Rekam Medik : 15 – 86 - 86

Diagnosa : Pneumonia

25
26
11.Implementasi Keperawatan

Nama Pasien : An.Ay

Tanggal Lahir : 17 Februari 2018

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Nomor Rekam Medik : 15 – 86 - 86

Diagnosa : Pneumonia

27
28
29
30
31
32
12. Evaluasi Keperawatan

Nama Pasien : An.Ay

Tanggal Lahir : 17 Februari 2018

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Nomor Rekam Medik : 15 – 86 - 86

Diagnosa : Pneumonia

33
34
35
PENUTUP

KESIMPULAN

Pneumonia adalah penyakit menular yang menyebabkan kematian terbesar pada anak-
anak di seluruh dunia. Pneumonia merupakan salah satu gangguan system pernapasan yang
dapat menyerang berbagai usia termasuk anak-anak. Di Indonesia penyakit pneumonia
menjadi penyebab kematian anak urutan kedua setelah diare (Riskesdas 2013). Anak adalah
keturunan yang kedua yang berarti dari seorang pria dan seorang wanita yang melahirkan
keturunannya, yang dimana keturunan tersebut secara biologis berasal dari sel telur laki-laki
yang berkembangbiak didalam rahim wanita berupa suatu kandungan dan kemudian wanita
tersebut pada waktunya melahirkan keturunanya (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Anak usia
toddler merupakan anak dengan usia 1-3 tahun, dimana pada usia tersebut dapat dilihat
pertumbuhan fisik dan perkembangan motorik berlangsung cepat (Potter & Perry, 2010).
Perkembangan anak usia toddler yaitu perkembangam motoric kasar, perkembangan motoric
halus, perkembangan kognitif.
Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru – paru (alveoli) dan
mempunyai gejala batuk, sesak nafas, ronki dan infiltrat pada foto rontgen. Terjadinya
pneumonia pada anak sering kali bersamaan dengan terjadinya proses infeksi akut pada
bronkhus yang disebut BronkoPneumonia (Direktorat Jenderal P2PL, 2009). Pneumonia pada
balita adalah infeksi saluran pernafasan bawah akut yang sering menyerang balita pada usia
1- 5 tahun yang sangat beresiko menyerang jaringan paru – paru (alveoli). Sebagian besar
pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme (virus/bakteri) dan sebagian kecil disebabkan
oleh hal lain seperti aspirasi dan radiasi. Pneumonia dimulai setelah infeksi saluran
pernapasan atas atau infeksi hidung atau tenggorokan, dengan gejala terlihat setelah 2-3 hari
dari demam atauu sakit tenggorokan. Hal ini kemudian mepengaruhi paru-paru cairan dan sel
darah putih mulai berkumpul di ruangan udara dan membokir bagian udara sehingga sulit
bagi paru-paru untuk bekerja dengan baik. Gejala pneumonia bervariasi tergantung pada usia
anak dan apa yang menyebabkan pneumonia, tetapi gejala secara umum dapat mencakup
deman, menggigil, batuk, hidung tersumbat, pernapasan cepat dan dangkal, bernafas dengan
mengendus atau mengil, sulit bernafas, muntah, nyeri dada, nyeri perut, hilang napsu makan.
Asuhan pada anak dengan Pnemonia dalam pemenuhan kebutuhan oksigen yaitu yang
pertama pengkajian Wawancara atau anamnesa dalam pengkajian keperawatan terhadap
sistem pernapasan merupakan hal utama yang dilaksanakan perawat karena kemungkinan
80% diagnose klien dapat ditegakkan dari wawancara atau anamnesa. Sebagian masalah

36
pernapasan dapat tergali melalui anamnesa yang baik dan teratur sehingga perawat perlu
meluangkan waktu yang cukup dalam melakukan setiap pengkajian keperawatan. Lalu
dilanjut yang kedua yaitu masalah yang lazim muncul yaitu ketidakefektifan jalan nafas,
ketidakefektifan pola nafas, gangguan pertukaran gas. Ketiga intevensi yaitu management
jalan nafas, monitor pernafasan, terapi oksigen. Keempat impelemntasi dilakukan sesuai
dengan intervensi keperawatan yang telah dibuat. Kelima ada evaluasi yang dilakukan setelan
memberikan intervensi dan implementasi keperawatan selama 3 hari untuk menilai apakah
tujuan dan kriteria hasil yang telah di tentukan berhasil atau tidak.

37
DAFTAR PUSTAKA

NOVYANTI, S. A. (2019, juni 17). Asuhan keperawatan anak dengan pneumonia dalam pemenuhan
kebutuhan oksigen. Diambil kembali dari repository.poltekkes-kdi.ac.id:
http://repository.poltekkes-kdi.ac.id/1202/1/COVER.pdf

(t.thn.). Diambil kembali dari UMM Institusional repository: https://eprints.umm.ac.id/54055/3/BAB


%20II.pdf

38

Anda mungkin juga menyukai