MAKALAH
Dosen pembimbing :
Asmarawanti,S.Kep,Ners.,M.Kep
Disusun oleh :
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Konsep Hospitalisasi Tumbuh Kembang Pada Anak” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Keperawatan Anak I Sekolah Tinggi Ilmu kesehatan sukabumi yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari Makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN...............................................................................................................3
A. Pengertian Hospitalisasi.......................................................................................3
BAB III...........................................................................................................................12
PENUTUP.......................................................................................................................12
A. Kesimpulan.........................................................................................................12
B. Saran...................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tidaklah asing bagi kita sebagai warga Negara Indonesia dengan adanya
perbedaan budaya di kalangan masyarakat kita, karena mengingat begitu
luasnya wilayah indonesia. Hal ini patutlah membuat kita sebagai warga
Negara Indonesia menjadi bangga akan kekayaan kebudayaan kita. Tidak
banyak orang menyadari bahwa bentuk-bentuk interaksi antarbudaya
sesungguhnya secara langsung atau tidak melibatkan sebuah komunikasi.
Pentingnya komunikasi antarbudaya mengharuskan semua orang untuk
mengenal panorama dasar-dasar komunikasi antarbudaya itu.
Dalam kenyataan sosial, manusia tidak dapat dikatakan berinteraksi sosial
kalau dia tidak berkomunikasi. Dapat dikatakan pula bahwa interaksi
antar-budaya yang efektif sangat tergantung dari komunikasi antarbudaya.
Maka dari itu kita perlu tahu apa-apa yang menjadi unsur-unsur dalam
terbentuknya proses komunikasi antarbudaya, yang antara lain adalah
adanya komunikator yang berperan sebagai pemrakarsa komunikasi;
komunikan sebagai pihak yang menerima pesan, pesan/simbol sebagai
ungkapan pikiran, ide atau gagasan, perasaan yang dikirim komunikator
kepada komunikan dalam bentuk simbol.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian hospitalitasi
2. Apa stresor umum pada hospitalisasi?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi reaksi orang tua akibat
hospitalisasi?
4. Bagaimana reaksi anak akibat hospitalisasi?
5. Bagaimana reaksi siblings akibat hospitalisasi?
6. Bagaimana manajemen asuhan keperawatan akibat hospitalisasi?
1
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hospitalisasi
Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit dan dirawat
di rumah sakit. Keadaan ini terjadi karena anak berusaha untuk beradaptasi
dengan lingkungan asing dan baru yaitu rumah sakit, sehingga kondisi tersebut
menjadi faktor stressor bagi anak baik terhadap anak maupun orang tua dan
keluarga (Wong, 2000).
Hospitalisasi merupakan suatu proses karena alasan berencana atau darurat yang
mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit untuk menjalani terapi dan
perawatan. Meskipun demikian dirawat di rumah sakit tetap merupakan masalah
besar dan menimbulkan ketakutan, cemas, bagi anak (Supartini, 2004).
Hospitalisasi juga dapat diartikan adanya beberapa perubahan psikis yang dapat
menjadi sebab anak dirawat di rumah sakit (Stevens, 1999).
3
Sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan krisis utama yang tampak pada anak
(Nursalam, et al, 2005). Jika seorang anak dirawat di rumah sakit, maka anak
tersebut akan mudah mengalami krisis karena anak mengalami stres akibat
perubahan yang dialaminya. Perubahan tersebut dapat berupa perubahan status
kesehatan anak, perubahan lingkungan, maupun perubahan kebiasaan sehari-hari.
Selain itu anak juga mempunyai keterbatasan dalam mekanisme koping untuk
mengatasi masalah maupun kejadian-kejadian yang bersifat menekan. Stresor
atau pemicu timbulnya stres pada anak yang dirawat di rumah sakit dapat berupa
perubahan yang bersifat fisik, psiko-sosial, maupun spiritual. Perubahan
lingkungan fisik ruangan seperti fasilitas tempat tidur yang sempit dan kuang
nyaman, tingkat kebersihan kurang, dan pencahayaan yang terlalu terang atau
terlalu redup. Selain itu suara yang gaduh dapat membuat anak merasa terganggu
atau bahkan menjadi ketakutan. Keadaan dan warna dinding maupun tirai dapat
membuat anak marasa kurang nyaman (Keliat, 1998).
Adanya perlukaan dan rasa nyeri membuat anak terganggu. Reaksi anak usia
prasekolah terhadap rasa nyeri sama seperti sewaktu masih bayi. Anak akan
bereaksi terhadap nyeri dengan menyeringaikan wajah, menangis, mengatupkan
gigi, menggigit bibir, membuka mata dengan lebar, atau melakukan tindakan
agresif seperti menendang dan memukul. Namun, pada akhir periode balita anak
biasanya sudah mampu mengkomunikasikan rasa nyeri yang mereka alami dan
menunjukkan lokasi nyeri (Nursalam, et al, 2005).
Selain perubahan pada lingkungan fisik, stressor pada anak yang dirawat di
rumas sakit dapat berupa perubahan lingkungan psiko-sosial. Sebagai akibatnya,
anak akan merasakan tekanan dan mengalami kecemasan, baik kecemasan yang
bersifat ringan, sedang, hingga kecemasan yang bersifat berat. Pada saat anak
4
menjalani masa perawatan, anak harus berpisah dari lingkungannya yang lama
serta orang-orang yang terdekat dengannya. Anak biasanya memiliki hubungan
yang sangat dekat dengan ibunya, akibatnya perpisahan dengan ibu akan
meninggalkan rasa kehilangan pada anak akan orang yang terdekat bagi dirinya
dan akan lingkungan yang dikenalnya, sehingga pada akhirnya akan
menimbulkan perasaan tidak aman dan rasa cemas (Nursalam, et al, 2005).
Pada kondisi cemas akibat perpisahan anak akan memberikan respon berupa
perubahan perilaku. Respon perilaku anak akibat perpisahan di bagi menjadi tiga
tahap, yaitu tahap protes (phase of protest), tahap putus asa (phase of despair),
dan tahap menolak (phase of denial).
Fase ini biasanya terjadi setelah anak berpisah lama dengan orang tua. Selain
kecemasan akibat perpisahan, anak juga mengalami cemas akibat kehilangan
kendali atas dirinya. Akibat sakit dan dirawat di rumah sakit, anak akan
kehilangan kebebasan dalam mengembangkan otonominya. Anak akan bereaksi
negatif terhadap ketergantungan yang dialaminya, terutama anak akan menjadi
cepat marah dan agresif (Nursalam, et al, 2005).
5
(Stuart & Sundeen, 1998). Sedangkan menurut Gunarso (1995), kecemasan juga
dapat diartikan rasa khawatir takut tidak jelas sebabnya.
6
Rentang respon kecemasan dapat dikonseptualisasikan dalam rentang respon,
Respon ini dapat digambarkan dalam rentang respon adaptif sampai maladaptif.
Reaksi terhadap kecemasan dapat bersifat konstruktif dan destruktif.
Pada seseorang tanda dan gejala kecemasan dapat ditemukan dalam batasan
karakteristik kecemasan yang berbeda (Tucker, 1998). Pada kecemasan ringan
biasanya ditandai dengan perasaan agak tidak nyaman, gelisah, imnsomnia ringan
akibat perubahan pola perilaku, perubahan nafsu makan ringan. Sementara pada
kecemasan sedang merupakan perkembangan dari kecemasan ringan. Seseorang
akan terlihat lebih berfokus pada lingkungan, konsentrasi hanya pada tugas
individu, dan jumlah waktu yang digunakan dalam mengatasi masalah
bertambah. Selain itu, terjadi takipneu, takikardi, serta terjadi peningkatan
ketegangan otot karena tindakan fisik yang berlebihan (Tarwoto dan Wartonah,
2004).
Tanda dan gejala pada kecemasan berat merupakan lanjutan dari kecemasan
sedang. Biasanya seseorang akan mengalami perasaan terancam, terjadi
perubahan pernafasan, perubahan gastrointestinal, serta perubahan
7
kardiovaskuler. Selain itu, seseorang yang mengalami kecemasan berat akan
kehilangan kemampuan untuk berkonsentrasi (Stuart & Sundeen, 1998).
Sementara itu, tanda dan gejala klinis dari kategori panik menurut Townsend
(1998), merupakan gambaran dari kecemasan tingkat berat sekali dengan tanda
hiperaktifitas atau imobilisasi berat. Kecemasan yang timbul baik akibat
perubahan fisik maupun biopsiko-sosial pada anak yang dirawat di rumah sakit
membuat anak merasa tidak nyaman dan tertekan. Kondisi tersebut akan
menimbulkan stress pada anak selama masa perawatan di rumah sakit dan sering
dikenal dengan stress hospitalisasi.
Secara umum, anak lebih rentan terhadap efek penyakit dan hospitalisasi karena
kondisi ini merupakan perubahan dari status kesehatan dan rutinitas umum pada
anak. Hospitalisasi menciptakan serangkaian peristiwa traumatik dan penuh
kecemasan dalam iklim ketidakpastian bagi anak dan keluarganya, baik itu
merupakan prosedur elektif yang telah direncanakan sebelumnya ataupun akan
situasi darurat yang terjadi akibat trauma. Selain efek fisiologis masalah kesehatan
terdapat juga efek psikologis penyakit dan hospitalisasi pada anak (Kyle &
Carman, 2015), yaitu sebagai berikut:
8
a. Ansietas dan kekuatan
Bagi banyak anak memasuki rumah sakit adalah seperti memasuki dunia
asing, sehingga akibatnya terhadap ansietas dan kekuatan. Ansietas
seringkali berasal dari cepatnya awalan penyakit dan cedera, terutama
anak memiliki pengalaman terbatas terkait dengan penyakit dan cidera.
b. Ansietas perpisahan
Ansietas terhadap perpisahan merupakan kecemasan utama anak di usia
tertentu. Kondisi ini terjadi pada usia sekitar 8 bulan dan berakhir pada
usia 3 tahun (American Academy of Pediatrics, 2010).
c. Kehilangan control
Ketika dihospitalisasi, anak mengalami kehilangan kontrol secara
signifikan.
Reaksi saudara kandung terhadap anak yang sakit dan dirawat di rumah sakit
adalah kesiapan, ketakutan, khawatiran, marah, cemburu, benci, iri dan merasa
bersalah. Orang tua sering kali memberikan perhatian yang lebih pada anak yang
sakit dibandingkan dengan anak yang sehat. Hal tersebut menimbulkan perasaan
cemburu pada anak yang sehat dan merasa ditolak (Nursalam, 2013).
9
6. Anjurkan orang tua berada disamping anak saat prosedur invasive yang
menyakitkan
7. Dekatkan mainan faforit anak
8. Pertahankan kontak maksimal dengan beberapa perawata, kenalkan perawata
disamping orang tua, ijinkan anak bertemu perawata sebelum prosedur
dilakukan
9. Bantu kunjungan saudara kandung
Permasalannya :
1. Rasa takut : pahami penyebab penyakit, dan lihat ekspresi verbal dan non
verbal
2. Ansietas : pahan alasan dipisahkan tetapi masih butuk keberadaan orang
tua dan lebih peduli terhadap rutinitas sekolah dan teman-teman
3. Tidak berdaya : anak marah dan frustasi, lamanya imobilisasi dihubungkan
dengan menarik diri, bosan, perasaan antipasti. Peduli terhadap kehilangan
control emosi, menangis karena malu yang berlebihan karena pengobatan.
4. Gangguan citra diri: peduli terhadap perubahan tubuh, dapat mengalihkan
rasa nyeri dengan alihkan perhatian, takut terhadap pembedahan di area
genital.
10
2. Jelaskan prosedur rinci (jika anak meminta)
3. Anjurkan kunjungan teman sebaya
4. Diskusikan respon thd pertanyaan ttg penyakit dan perubahan tubuh
5. Berikan waktu diskusi
6. Biarkan anak memilih, partisipasi, privasi,
7. Ikuti kenginan anak tentang keberadaan orang tua
Permasalahan :
1. Rasa takut : paham bahwa penyakit beragam, menunjukkan sedikit rasa takut
tetapi bisa ketakutan kalau pengalaman lalu menyakitkan.
2. Ansietas : pada orang tua penting tetapi tidak harus, peduli atas perpisahan
dengan guru dan teman, cemas terhadap PR sekolah dan perubahan peran
dalam kelompok.
3. Tidak berdaya : anak berusaha mandiri, mencoba berani selama prosedur
medis, kasar pada orang tua saat berusaha mandiri membuat stress, peduli
dengan cara mengekspresikan perasaan dan malu terhadap perilaku yang
berlebihan, merasa tidak pasti tentang masa depan karena penyakit atau
hospitalisasi.
Permasalahan:
11
2. Ansietas : perpisahan dengan sekolah dan teman lebih bermakna dari pada
orang tua, menarik diri dikarenakan perubahan penampilan
3. Tidak berdaya : peduli terhadap kehilangan fungsi mandiri, sulit mengijinkan
bantuan secara fisik dan emosi saat marah, menarik diri atau frustasi.
4. Gangguan citra diri : peduli dengan ancaman terhadap perubahan terhadap
perkembangan identitas seksualitas dan peran sesuai gender, sangat
peduliterhadap perubahan citra diri, kuatir tentang tanggapan orang
lain/dikasihi, sulit bekerja sama jika pengobatan yang berhubungan dengan
perubahan citra diri
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengertian Hospitalisasi Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada
anak, saat anak sakit dan dirawat di rumah sakit. Keadaan ini terjadi
karena anak berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan asing dan baru
yaitu rumah sakit, sehingga kondisi tersebut menjadi faktor stressor bagi
anak baik terhadap anak maupun orang tua dan keluarga (Wong, 2000).
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa hospitalisasi
adalah suatu proses karena alasan berencana maupun darurat yang
mengharuskan anak dirawat atau tinggal di rumah sakit untuk
mendapatkan perawatan yang dapat menyebabkan beberapa perubahan
psikis pada anak. Kecemasan yang timbul baik akibat perubahan fisik
maupun biopsiko-sosial pada anak yang dirawat di rumah sakit membuat
anak merasa tidak nyaman dan tertekan. Selain efek fisiologis masalah
kesehatan terdapat juga efek psikologis penyakit dan hospitalisasi pada
anak (Kyle & Carman, 2015), yaitu sebagai berikut: a. Ansietas dan
kekuatan Bagi banyak anak memasuki rumah sakit adalah seperti
memasuki dunia asing, sehingga akibatnya terhadap ansietas dan kekuatan.
B. Saran
12
Semoga makalah yang kami susun ini dapat sangat bermanfaat bagi para
pembaca, dan dapat memberikan pengetahuan sedikit tentang Konsep
Hospitalisasi Tumbuh Kembang Pada Anak. Saya mengetahui bahwa
dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan baik
dari segi penulisannya, bahasa dan lain sebagainnya. Untuk itu saran dari
pembaca yang bersifat membangun sangat saya harapkan agar dapat
terciptannya makalah yang baik yang dapat memberi pengetahuan yang
benar kepada penmbaca.
DAFTAR PUSTAKA
Staf pengajar FKUI. 2005. Ilmu Kesehatan Anak (Edisi ketiga), Jakarta : FKUI.
13