Anda di halaman 1dari 22

BIBLIOTERAPI MENGURANGI TINGKAT

ANSIETAS ANAK USIA SEKOLAH YANG


MENGALAMI HOSPITALISASI

OLEH:

1. TAAMU

2. SRIKANDI PUSPA AMANDATY

3. DESI ASTARINA

JURUSAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KENDARI

2024
i
PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan ke Hadirat Illahi Rabbi, Tuhan Yang

Maha Esa yang senantiasa melimpahkan karunia dan Rahmat-Nya untuk

menuntun kami dalam menyelesaikan karya tulis tentang “BIBLIOTERAPI

MENGURANGI TINGKAT ANSIETAS ANAK USIA SEKOLAH YANG

MENGALAMI HOSPITALISASI “.

Karya tulis ini disusun untuk melaksanakan peran pengabdian kepada

masyarakat dalam bidang keperawatan anak dengan cara memberikan

edukasi yang relevan terkait tumbuh kembang anak. Dalam perspektif

progresif, anak dipandang sebagai aset bangsa yang kelak akan

melanjutkan estafet perjuangan dan pembangunan bangsa. Oleh karena

itu, upaya peningkatan mutu anak harus terus dilakukan secara konsisten

melalui pendekatan yang tepat, dalah hal ini kami mengambil peran pada

aspek tumbuh kembang anak.

Tema ini dipilih sebagai respon terhadap isu kesehatan anak yang

menjadi konsumsi publik. Ansietas pada anak merupakan isu penting

yang harus dibicarakan oleh berbagai pihak, baik pemerintah pusat

maupun pemerintah daerah. Kami memandang bahwa kejadian Ansietas

pada anak sebagai kondisi yang perlu diberikan tindakan khusus agar

tidak memberikan dampak negative lanjutan terhadap tumbuh kembang

mental anak. Disisi lain anak yang telah sedang mengalami Ansietas atau

memiliki riwayat Ansietas pada usia prasekolah akan membeirkan trauma

pada anak bahkan dapat mempengaruhi aspek kognitif mereka. Jadi,

ii
anak-anak perlu disiapkan sejak dini dalam hal pemenuhan kualitas

kesehatan fisik dan mental agar bonus demografi pada tahun 2045 malah

akan menjadi beban bangsa.

Kami menyadari bahwa dalam menyusun karya tulis ini masih

banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran sangat dibutuhkan

untuk kesempurnaan karya tulis ini di kesempatan yang akan datang.

Kendari , Februari 2024

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

PRAKATA....................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iv
PENDAHULUAN.........................................................................................1
ANAK USIA SEKOLAH...............................................................................5
KONSEP INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)...............................................8
KONSEP ANSIETAS..................................................................................9
KONSEP HOSPITALISASI.......................................................................10
ANSIETAS ANAK DAN BIBLIOTERAPI PASCA HOSPITALISASI..........12
PENUTUP.................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................17

iv
PENDAHULUAN

Anak usia sekolah adalah anak dengan rentang usia 6-12 tahun.

Dimana pada masa ini, anak mulai bertanggung jawab atas perilakunya

sendiri, orang tua, teman sebayanya dan orang lain. Karakterisitik utama

diusia tersebut menunjukkan perbedaan-perbedaan individual dalam segi

bicara, keahlian dalam berbahasa, serta pertumbuhan karakter (Ariana,

2022). Pelekatan tanggunjawab pada anak akan membawa perubahan

psikososial anak terutama dalam perilaku keseharian anak terhadap

dirinya. Hal ini membuka potensi-potensi mal aktivitas jika anak tidak

dibekali sejak dini tentang perilaku hidup sehat yang baik.

Terjadinya malakvitas anak tentu akan berdampak pada kualitas

kesehatan anak termasuk potensi terjadinya Infeksi Saluran Kemih (ISK)

pada anak. Penyakit ini merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri

atau mikroba yang tumbuh dan berkembang biak pada saluran kemih

dengan jumlah yang banyak. Penyakit ini banyak dialami oleh anak

dengan gejala yang bervariasi dan menimbulkan infeksi (Pardede, 2018).

Data Departemen Kesehatan Republik Indonesia menyebutkan

bahwa kasus infeksi saluran kemih (ISK) berjumlah 90-100 kasus per

100.000 penduduk per tahun atau sekitar 180.000 kasus per tahunnya.

Kondisi ini tidak lepas dari tingkat kesehatan masyarakat Indonesia yang

masih jauh dari standar yang menyebabkan tingginya kasus ISK di

Indonesia (Kusumah, 2022).

1
Anak usia sekolah dengan segala aktivitasnya memiliki potensi

untuk mengalami hospitalisasi. Hospitalisasi adalah keadaan dimana

seseorang harus tinggal di rumah sakit untuk perawatan atau perawatan

karena alasan yang direncanakan atau keadaan darurat. Bagi anak

yang menjalani hospitalisasi juga berpotensi untuk mengalami Ansietas

yang bergantung pada pelayanan yang diterima anak selama menjalani

proses hospitalisasi. Astuti & Faiqoh (2021) menyatakan selama

hospitalisasi, anak mengalami ansietas ringan hingga 10% dan 2%

lainnya mengalami ansietas berat.

Hospitalisasi merupakan pengalaman yang dapat menimbulkan

kecemasan dan perasaan yang tidak aman bagi anak. Ada beberapa

faktor yang dapat menimbulkan cemas selama hospitalisasi yaitu :

lingkungan rumah sakit yang dianggap tempat yang menakutkan jika

dilihat dari sudut pandang anak-anak. Suasana rumah sakit yang tidak

familiar bagi anak, wajah yang asing, berbagai macam bunyi dari

mesin yang digunakan dan bau khas yang dapat menimbulkan

kecemasan bagi anak maupun orang tua (Elnovreny & Fithri, 2019). Lebih

lanjut Ester dan Supartini, (2019) menyatakan hospitalisasi pada anak

menyebabkan ansietas yang dapat mengganggu perkembangan anak

dan mempengaruhi proses kesembuhan.

Reaksi anak terhadap stress yang muncul akibat hospitalisasi pada

semua rentang usia anak masing-masing berbeda. Pada anak usia

sekolah, reaksi yang muncul adalah merintih dan merengek, marah,

2
menarik diri, bermusuhan, tetapi anak usia sekolah sudah mampu

mengkomunikasikan nyeri yang dirasakan secara verbal (Hockenbery &

Wilson, 2009). Berdasarkan penelitian kualitatif yang dilakukan oleh

Coyne (2006), menjelaskan bahwa anak usia 7-14 tahun yang

dihospitalisasi mengalami kecemasan dan kegelisahan karena

perpisahan dengan orang tua dan keluarga, prosedur pemeriksaan dan

pengobatan, dan akibat berada di lingkungan asing. Kecemasan akibat

perpisahan pada hospitalisasi anak juga didukung oleh penelitian yang

dilakukan oleh Folley (2000)

Dalam memenuhi kebutuhan anak selama hospitalisasi, perawat

tidak hanya memenuhi kebutuhan fisik, tetapi juga memenuhi kebutuhan

psikologis, sosial dan kebutuhan perkembangan anak (American

Academy of Pediatric, 2006 dalam Hart dan Walton, 2010), walaupun

kenyataannya di tatanan pelayanan kesehatan masih banyak perawat

yang masih lebih mengutamakan pemenuhan kebutuhan fisik yang terkait

dengan perubahan fungsi fisiologis dan anak yang berhubungan dengan

proses penyakit, sehingga dipandang sangat perlu untuk

mengembangkan intervensi keperawatan khusus yang bertujuan untuk

menurunkan kecemasan anak. Jika kecemasan anak selama

hospitalisasi dapat diatasi,diharapkan anak akan lebih kooperatif dan

merasa lebih nyaman sehingga akan mempercepat penyembuhan

penyakit dan memperpendek lama rawat dirumah sakit.

3
Salah satu cara untuk mengurangi stress selama dirawat di rumah

sakit adalah dengan memberikan biblioterapi. Biblioterapi adalah aktivitas

dengan menggunakan buku cerita anak-anak sebagai media untuk

mengurangi kecemasan. Media tersebut sangat bagus untuk merangsang

munculnya diskusi karena adanya rasa takut, malu, bersalah serta

perasaan cemas. Selain dapat mengurangi stress, penerapan biblioterapi

juga dapat meningkatkan kemampuan membaca dan menulis yang anak

dapatkan selama di Sekolah (Lestiawati et al., 2019).

Biblioterapi adalah teknik komunikasi dengan menggunakan buku

cerita bergambar. Buku tersebut dimanfaatkan anak untuk

mengekspresikan perasaannya sehingga kecemasaan selama

hospitalisasi dapat menurun. Terapi ini umumnya digunakan untuk

menyembuhkan penderita stress, depresi dan kecemasan (Purwaningsih,

2021). Penelitian yang dilakukan oleh Permatasari (2019) menunjukkan

bahwa biblioterapi dapat menurunkan kecemasan anak selama

hospitalisasi

Biblioterapi adalah aktivitas menggunakan buku yang sesuai

dengan usia dalam terapi pengobatan, dan biasanya dilanjutkan dengan

diskusi sesuai dengan topik masalah kehidupan yang sesuai dengan

kondisi saat itu (Greenberg, 2007 dalam Oppenheimer, 2010).

Kecenderungan anak atau remaja mengidentifikasi karakter dalam cerita,

membuat biblioterapi menjadi sebuah alat yang memiliki kekuatan penuh

untuk membantu menormalkan kembali perasaan kehilangan dan

4
memberikan contoh koping dan kegembiraan kembali (Markell & Markell,

2008 dalam Oppenheimer, 2010). Biblioterapi bagi anak adalah

penggunaan buku sebagai terapi untuk mendukung kebutuhan anak

dalam memproses pengalaman pribadi yang sulit seperti pengalaman

yang menyakitkan dan membingungkan

ANAK USIA SEKOLAH

Anak usia sekolah adalah anak dengan rentang usia 6-12 tahun.

Dimana pada masa ini, anak mulai bertanggung jawab atas perilakunya

sendiri, orang tua, teman sebayanya dan orang lain. Karakterisitik utama

diusia tersebut menunjukkan perbedaan-perbedaan individual dalam segi

bicara, keahlian dalam berbahasa, serta pertumbuhan karakter (Ariana,

2022). Pada anak usia sekolah, perkembangan motorik dan emosi adalah

faktor yang penting dalam membentuk kepribadian ataupun kepercayaan

diri serta merupakan proses penyempurnaan fungsi tubuh dan juga jiwa.

Anak usia sekolah cencerung memiliki karakteristik seperti pola emosi:

cemas, malu, marah, takut, gembira, dan rasa ingin tahu (Helena

Pangaribuan, 2022).

Bagi anak usia sekolah, pertumbuhan dan perkembangan fisik

sangat penting, karena pertumbuhan dan perkembangan fisik secara

langsung dan tidak langsung dapat mempengaruhi perilakunya.

Pertumbuhan fisik secara langsung dapat menentukan keterampilan anak

dalam bergerak. Sedangkan pertumbuhan fisik secara tidak langsung

5
mempengaruhi anak dalam memandang dirinya dan orang lain. Hal ini

dapat dilihat dari pola penyesuaian diri saat anak berada dilingkungan

sekitar (Istiqomah & Suyadi, 2019).

Dalam menjalankan aktivitas anak membutuhkan moral yang baik,

sementara masa usia sekolah anak merupakan bagian dari proses

perkembangan dan pematangan moral berbasis nilai-nilai universal.

Perkembangan moral adalah perkembangan yang berkaitan dengan

aturan dan konvensi mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh

individu dalam berinteraksi. Pada perkembangan ini, anak mulai berubah

dari egosentrisme ke pola pikir yang lebih logis melalui perkembangan

kesadaran diri dan standar moral. Pada ana usia prasekolah, mereka

mengadopsi dan menginternalisasikan nilai-nilai moral orang tuanya.

Mereka mempelajari standar-standar untuk perilaku yang dapat diterima,

bertindak sesuai dengan standar tersebut dan merasa bersalah jika

melanggar.

Penguatan dan hukuman mengarahkan penilaian mereka, suatu

“tindakan buruk” adalah yang melanggar peraturan dan berbahaya. Anak

kecil dapat mempercayai bahwa apa yang orang lain katakana pada

mereka untuk melakukan sesuatu adalah benar dan bahwa apa yang

mereka pikirkan adalah salah. Anak usia sekolah yang lebih besar lebih

mampu menilai suatu tindakan berdasarkan niat dibandingkan akibat

yang dihasilkannya. Peraturan dan penilaian tidak lagi bersifat mutlak dan

otoriter serta mulai berisi lebih banyak kebutuhan dan keinginan orang

6
lain. Anak yang lebih besar dapat menggunakan berbagai pandangan

yang berbeda untuk menilai. Mereka mampu memahami dan menerima

konsep memperlakukan orang lain seperti bagaiaman mereka ingin

diperlakukan (Soetjiningsih, 2016)

Selain itu, tahap perkembangan psikosial anak juga menjadi titik

balik bagi anak untuk membentuk karakter baikbagi anak, kaitannya

dengan penempatan diri dalam lingkungan masyarakat untuk mendukung

kualitas hidup sehat bagi anak. Fase ini juga merupakan masa

ketenangan antara fase odipus pada masa anakanak awal dan erotisme

masa remaja. Pada tahap perkembangan ini anak usia sekolah ingin

mengembangkan keterampilan dan berpartisipasi dalam pekerjaan yang

berarti dan berguna secara sosial. Pencapaian keterampilan juga

melibatkan kemampuan untuk bekerjasama, bersaing dengan orang lain,

dan untuk melakukan koping secara efektif dengan masyarakat. Pada

tahap ini anak belajar menghargai tindakan yang dilakukan bersama

orang lain dan memperoleh keuntungan dari pembagian kerja dalam

mencapai tujuan. Penguatan dalam bentuk penghargaan materi,

pemberian hak-hak istimewa tambahan, dan pengakuan memberikan

dorongan dan stimulasi. Pengakuan teman sebaya memberi motivasi

yang kuat (Soetjiningsih, 2016)

KONSEP INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)

Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan penyakit yang disebabkan

oleh bakteri atau mikroba yang tumbuh dan berkembang biak pada

7
saluran kemih dengan jumlah yang banyak. Penyakit ini banyak dialami

oleh anak dengan gejala yang bervariasi dan menimbulkan infeksi

(Pardede, 2018).

Infeksi saluran kemih sering terjadi pada anak dengan angka

kejadian yang bervariasi tergantung pada usia dan juga jenis kelamin.

Resiko terjadinya infeksi saluran kemih selama dekade pertama setelah

lahir adalah 1% pada anak laki-laki dan 3% pada anak perempuan.

Pada anak usia sekolah, 5% dialami oleh anak perempuan dan 0.5%

dialami oleh anak laki-laki. Insiden terjadinya infeksi saluran kemih ini

berbeda dengan anak usia kurang dari 3 bulan dan lebih umum terjadi

pada anak laki-laki (Mochtar & Noegroho, 2015)

Menurut Konsensus Infeksi Saluran Kemih pada Anak infeksi

saluran kemih pada anak dapat dibedakan berdasarkan gejala klinis,

lokasi infeksi, dan kelainan saluran kemih. Berdasarkan gejala, ISK

dibedakan menjadi ISK asimtomatik dan simtomatik. Berdasarkan lokasi

infeksi, ISK dibedakan menjadi ISK atas dan ISK bawah, dan

berdasarkan kelainan saluran kemih, ISK dibedakan menjadi ISK

simpleks dan ISK kompleks (Pardede et al, 2011).

KONSEP ANSIETAS

Ansietas adalah kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu

terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya

yang memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi

8
ancaman (PPNI T. P., 2018). Menurut Yusuf, Fitryasari, dan Tristiana

(2019), juga menjelaskan bahwa ansietas adalah perasaan tidak tenang

yang samar akibat ketidaknyamanan atau rasa takut yang disrtai dengan

suatu respon (penyebab tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu).

Ansietas sendiri memiliki tingkatan tertentu sebagaimana

disampaikan oleh Donsu (2017) yang mengelompokkan ansietas

kedalam beberapa tingkat, diantaranya: 1) Ansietas ringan (Mild Anxiety),

berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan

menyebabkan seseorang menjadi waspada. 2) Ansietas sedang

(Moderate Anxiety), memusatkan perhatian pada hal- hal penting dan

mengesampingkan hal lain 3) Ansietas berat (Severe Anxiety), ansietas

ini ditandai dengan sempitnya persepsi seseorang dimana perhatiannya

terpusat pada hal yang spesifik dan tidak bisa berfikir mengenai hal-hal

lain, dimana semua perilaku ditunjukkan untuk mengurangi ketegangan.

4) Panik, setiap orang memiliki rasa panik. Kepanikan muncul disebabkan

karena hilangnya kendali diri dan detail perhatian kurang.

KONSEP HOSPITALISASI

Hospitalisasi berasal dari kata yang diserap dari bahasa Inggris “

hospitalization”. Berdasarkan kamus Mirriam-Webster (2022),

hozpitalization berarti proses perawatan di rumah sakit dalam jangka

waktu selama terjadinya perawatan di rumah sakit. Dalam terminologi

keperawatan anak, hospitalisasi didefinisikan sebagai sebuah kondisi

9
dimana anak harus dirawat di rumah sakit dengan periode waktu tertentu

karena kondisi kritis maupun terencana.(Yanthi et al., 2022)

Konsep hospitalisasi tidak dapat dipisahkan dalam praktik asuhan

keperawatan anak. Banyak hal yang terjadi pada anak selama proses

hospitalisasi yang harus diperhatikan. Hospitalisasi selain berdampak

pada pada anak, hospitalisasi juga berdampak besar bagi keluarga baik

orang tua maupun saudara kandung dari anak yang dirawat.

Hospitalisasi adalah sebuah proses yang kompleks,

membingungkan, dan melelahkan untuk anak dan keluarganya. Anak

harus menghadapi suatu prosedur menyakitkan yang menimbulkan

trauma pada anak. Selain itu, dibeberapa kondisi dan prosedur anak

terpaksa dipisahkan dari orangtuanya yang mengakibatkan dampak

trauma hospitalisasi pada anak. Efek dan dampak yang ditimbulkan akibat

hospitalisasi dapat terjadi secara singkat, namun jika trauma hospitalisasi

ini tidak dicegah maka dampaknya akan berlangsung dalam jangka

panjang.

Menurut Carman & kyle (2012) dalam Hockenberry,et al (2021)

terdapat dua hal yang menjadi reaksi dari hospitalisasi pada anak saat

dirawat di rumah sakit, yaitu cemas karena perpisahan (orang

tua/pengasuh) dan merasa kehilangan kontrol. Anak mengalami tiga fase

dari reaksi hospitalisasi berdasarkan dua reaksi tersebut, yaitu fase

protes, fase putus asa, dan fase penyangkalan/penolakan.

10
Menurut Lulgjuraj & Maneval (2021) fase protes ini akan

berlangsung dalam beberapa jam hingga beberapa hari. Anak akan

menunjukkan perilaku yang agresif dan memperlihatkan kesedihan yang

mendalam dengan menangis, berteriak, bersikap agresif, dan selalu

mencari atau menempel pada orang tua/pengasuhnya. Apabila fase

protes ini berlanjut maka akan timbul fase putus asa. Pada fase ini anak

terlihat murung, selalu merasa sedih (tidak bersikap agresif), menarik diri

dari lingkungannya, kehilangan minat untuk bermain dan makan.

Kemudian pada fase akhir atau fase penyangkalan/penolakan. Fase

ketiga ini bisa terjadi apabila anak dipisahkan dari orang tua/pengasuh

dalam waktu yang lama. Difase ini, anak akan membentuk mekanisme

koping untuk dirinya sendiri yang berguna untuk melindungi diri dari rasa

sakit/distress emosional yang mendalam. Anak akan menunjukkan minat

terhadap kegiatan bermain, menjalin hubungan dengan lingkungan,

namun hanya pelarian yang superfisial dari rasa sakit yang

berkepanjangan dari perpisahan dengan orang tua. Pada fase ini, ketika

anak bertemu dengan orang tuanya maka anak akan terlihat sedih dan

menarik diri dari dari orang tuanya. Fase ini adalah fase yang harus

diwaspadai karena difase ini bisa terjadi regresi perkembangan dan

seharusnya perawat menghindari terjadinya fase ini.

Hockenberry, et al (2021) menyatakan dampak dari hospitalisasi

terjadi bukan hanya saat anak dirawat di rumah sakit, namun bisa juga

terjadi setelah anak dipulangkan dari proses perawatan di rumah sakit.

11
Dampak jangka panjang yang terjadi setelah hospitalisasi pada anak usia

muda adalah bertambah melekatnya anak kepada orang tua,

menginginkan perhatian yang lebih dari orang tua, rasa cemas yang

berlebih dari perpisahan, hiperaktivitas, tantrum dan bersikap agresif,

menarik diri atau merasa malu terhadap lingkungan, kelekatan benda

kesayangan (guling, boneka, dll), serta regresi perkembangan seperti

mengompol.

Pada anak usia sekolah dan remaja dampak dari hospitalisasi akan

berbeda, dikarenakan mereka sudah mencapai tahap perkembangan

kognitif dan psikologis yang lebih kompleks. Anak dengan usia ini

cenderung memahami alasan mengapa harus dirawat dan lebih mudah

beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit. Dampak hospitalisasi pada

anak usia sekolah dan remaja lebih mengarah ke rasa takut kehilangan

teman, cemas tertinggal pelajaran dan khawatir akan body image.

ANSIETAS ANAK DAN BIBLIOTERAPI PASCA HOSPITALISASI

Ada berbagai faktor yang bisa mempengaruhi respons anak

terhadap hospitalisasi dimana faktor tersebut bisa memperberat atau

meringankan dampak dari hospitalisasi pada anak. Menurut Carman

& Kyle (2012) ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi respons

anak akibat hospitalisasi yaitu tahap tumbuh kembang anak, level

kognitif, pengalaman sakit dan hospitalisasi, tempramen anak,

pengalaman terhadap stres dan perubahan, koping anak, tingkat

12
keparahan penyakit, support system, dan reaksi orang tua.(Yanthi et al.,

2022)

Stresor utama dari hospitalisasi antara lain adalah cemas akibat

perpisahan, kehilangan kendali, cidera tubuh dan adanya nyeri. Reaksi

anak terhadap krisis-krisis tersebut dipengaruhi oleh usia perkembangan;

pengalaman sebelumnya tentang penyakit, perpisahan atau hospitalisasi;

ketrampilan koping yang dimiliki anak; keparahan diagnosis; dan sistem

pendukung yang ada (Hockenbery & Wilson, 2009).

Pada anak usia sekolah, pernyataan “jauh dari keluarga saya”

memiliki peringkat tertinggi daripada ketakutan lainnya yang muncul

akibat hopitalisasi (Hart & Bossert 1994; Wilson & Yoker 1997 dalam

Hockenbery & Wilson 2009). Meskipun secara umum anak usia sekolah

lebih mampu melakukan koping terhadap perpisahan, stres dan regresi

akibat penyakit dan hopitalisasi, namun kebutuhan mereka akan

keamanan dan bimbingan dari orang tua meningkat. Hal ini seringkali

terjadi pada anak usia sekolah awal. Anak usia sekolah pertengahan dan

akhir dapat lebih bereaksi terhadap perpisahan dengan aktivitas mereka

yang biasa dan teman sebaya daripada karena ketidakhadiran orang tua.

Pada anak usia sekolah, seringkali kebutuhan untuk mengekpresikan

sikap bermusuhan, marah atau perasaan negatif lainnya muncul dengan

cara yang lain, seperti irritabilitas dan agresi terhadap orang tua, menarik

diri dari petugas rumah sakit, tidak mampu berhubugan dengan teman

13
sebaya, menolak sibling atau masalah perilaku sekolah (Hockenbery &

Wilson, 2009).

Biblioterapi adalah dukungan psikoterapi melalui bahan bacaan

untuk membantu seseorang yang mengalami masalah personal (Jacha,

2005 dalam Suparyo, 2010). Biblioterapi didefinisikan sebagai terapi

menggunakan buku untuk memfasilitasi pengungkapan diri, penerimaan

diri dan aktualisasi diri seseorang (McArdle & Byrt, 2001 dalam Shinn,

2007). Sedangkan menurut Austin (2010), biblioterapi untuk anak adalah

menggunakan buku sebagai terapi untuk mendukung kebutuhan anak

dalam memproses pengalaman pribadi yang sulit seperti pengalaman

yang menyakitkan dan membingungkan bagi anak. Pendapat lain

menyatakan bahwa biblioterapi digambarkan sebagai suatu opini yang

menawarkan empati dan penyelesaian masalah konflik kesehatan

(Pollock, 2006, dalam Haeseler, 2009).

Penerapan Biblioterapy dapat meringankan tingkat Ansietas anak

hal ini secara deskriptif dapat ditunjukkan dari Respon anak selama

pemberian biblioterapi yaitu klien tampak membaca dengan ekspresi

yang senang, tampak rileks dan antusias saat membaca, klien tampak

sesekali tertawa kecil sambil menunjuk gambar yang ada dalam buku,

klien tampak tenang, kontak mata membaik yang ditandai dengan klien

tampak fokus dengan bacaannya. anak antusias mendengarkan, tertarik

memegang buku, respon verbal baik, menyukai isi cerita yang ada dalam

14
buku, respon anak selama diskusi baik, perhatian teralihkan, anak

tampak senang dan terhibur, gelisah dan tegang menurun.

Penggunaan media buku cerita bergambar atau fiksi yang

didalamnya terdapat humor dapat menghindarkan anak dari rasa jenuh

atau bosan saat membaca. Selain untuk melatih kemampuan membaca

anak, biblioterapi juga berfungsi untuk menurunkan tingkat kecemasan

anak yang sedang dirawat. Fungsi lainnya yaitu, biblioterapi termasuk

terapi bermain, terapi distraksi dan terapi relaksasi yang dapat

merangsang stimulus anak saat membaca (Permatasari et al., 2019).

Perubahan respon kecemasan baik respon psikologis maupun

fisik antara sebelum dan sesudah pemberian biblioterapi ditunjukkan

dengan penurunan nilai tingkat kecemasan pada respon perasaan

marah, perasaan tidak senang, tidak tenang, tidak bahagia, sulit tidur dan

merasa lemah pada kelompok intervensi. Pada kelompok kontrol

terdapat penurunan nilai tingkat kecemasan pada gelisah, sesak nafas,

dan pusing, tetapi mengalami kenaikan pada respon perasaan marah,

tidak senang, tidak tenang, khawatir, takut, tidak bahagia, tidak gembira,

merasa kesusahan dan berkeringat. Hasil tersebut menunjukan

biblioterapi dapat menurunkan tingkat kecemasan anak usia sekolah

yang menjalani hospitalisasi, karena biblioterapi dapat membantu anak

mengidentifikasi dan mengekpresikan perasaaanya yang didukung

dengan hubungan yang nyaman dengan antara perawat dan anak

(Stuart & Laraian, 2005).

15
PENUTUP

Ansietas merupakan salah satu gangguan mental yang berpotensi

mengganggu tumbuh kembang anak secara optimal, sebab anak yang

mengalami ansietas cenderung melewatkan kesempatan terbaik untuk

memperoleh pengalaman yang bermanfaat bagi perkembangannya baik

secara mental maupun fisik. Anak juga berpotensi untuk kesulitas

memahami realitas yang baik bagi dirinya sebab kondisi mentalnya

sedang tidak stabil.

Penerapan Biblioterapi dapat menurunkan tingkat ansietas anak

yang mengalami Hospitalisasi. Tingkat kecemasan yang lebih rendah

saat hospitalisasi dapat mempermudah pemberian asuhuan keperawatan

dan mempercepat lama rawat dan kesembuhan anak. Pelaksanaan

biblioterapi dapat dilakukan dengan melibatkan keluarga anak dan tidak

memerlukan banyak dana karena hanya diperlukan berbagai jenis buku

dan buku tersebut dapat digunakan oleh anak secara bergantian. Dengan

melibatkan keluarga, akan memudahkan anak untuk dapat berkomunikasi

dengan perawat sehingga menunjang hubungan saling percaya anak

untuk lebih dapat mengekspesikan perasaan cemas yang dialami selama

dirumah sakit

16
DAFTAR PUSTAKA

Ariana, R. (2022). Gambaran Kecemasan Efek Hospitalisasi Pada Anak


Usia Sekolah Di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang.
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Islam Sultan Agung. Semarang.
Coyne, I (2006). Children's experiences of hospitalization. Journal of Child
Health, 10(4): 326-36
Foley, J (2000). The effects of hospitalisation on children. Nursing Review,
2000 Spring; 18(1): 4-5
Hart, R, Walton, M. (2010). Magic as a Therapeutic Intervention To
Promote Coping in Hospitalized Pediatric Patients. Pediatric
Nursing. Vol. 36/No. 1
Haeseler, L.A (2009). Biblio-Therapeutic Book Creations by Pre-Service
Student Teachers: Helping Elementary School Children Cope.
Journal of Instructional Psychology, Vol. 36, No. 2
Helena Pangaribuan, S. A. J. W. S. F. D. P. L. (2022). Anak usia
sekolah. Jurnal Kolaboratif Sains, 5(2623–2022), 52–67.
Hockenbery, M.J & Wilson D. (2009). Wong`s esensial pediatric nursing.
Eighth edition. St. Louis: Mosby Elsevier
Hockenbery, M.J & Wilson D. (2009). Wong`s esensial pediatric nursing.
Eighth edition. St. Louis: Mosby Elsevier.
Istiqomah, H., & Suyadi, S. (2019). Perkembangan Fisik Motorik Anak
Usia Sekolah Dasar Dalam Proses Pembelajaran (Studi Kasus Di
Sd Muhammadiyah Karangbendo Yogyakarta). El Midad, 11(2),
155–168. https://doi.org/10.20414/elmidad.v11i2.1900
Kusumah, T. A. (2022). Asuhan Keperawatan Pemenuhan
Kebutuhan Rasa Nyaman Pada Pasien Infeksi Saluran Kemih
(ISK) Di RS Bhayangkara Bengkulu Tahun 2022. Politeknik
Kesehatan Kemenkes Bengkulu. Jurusan Keperawatan Program
Studi Diploma III Keperawatan.
Lestiawati, E., Natalia, L., & Dewi, I. A. (2019). Pengaruh Biblioterapi
Terhadap Stres Hospitalisasi Pada Anak Usia Sekolah Di Rsud
Panembahan Senopati Bantul. the Influence of Biblioyherapy on
Hospitalization Stress in School- Aged Children At ‘Panembahan
Senopati’ General Hospital, Bantul. 1–8.
Mochtar, C. A., & Noegroho, B. S. (2015). Infeksi saluran kemih
(ISK) non
komplikata pada dewasa. In Guideline penatalaksanaan infeksi
saluran kemih dan genitalia pria 2015.
Oppenheimer, C (2010). Use of bibliotherapy as a adjunctive therapy with
bereaved children : a grand proposal. Tesis. Long Beach: California
State University.

17
Pardede, S. O. (2018). Infeksi pada Ginjal dan Saluran Kemih Anak:
Manifestasi Klinis dan Tata Laksana. Sari Pediatri, 19(6), 364.
https://doi.org/10.14238/sp19.6.2018.364-74
Permatasari, Y., Kusbiantoro, D., & Magfuroh, L. (2019). Pengaruh
Bermain Bibliotheraphy Terhadap Kecemasan Anak Usia Sekolah
(6-12 Tahun) Yang Mengalami Hospitalisasi. Chmk Nursing
Scientific Journal Volume 3 Nomor 2, September 2019,
3(september), 1689–1699.
Stuart, G.W & Laraia (2005). Principle and practice of psychiatric nursing.
8 th edition. Elsevier Mosby. St.Louis
Supartini, S., Istiqomah, N., Sarifah, S., Mintarsih, S., Keperawatan, P. S.,
& Kunci, K. (2018). Gambaran Tingkat Kecemasan Pasien Anak
Usia Sekolah Yang Menjalani Hospitalisasi. Description of The
Anxiety Level of Early Childhood ( School ) In Undergoing
Hospitalization Keywords
Yanthi, D., Annisa, F., Putri Perdani, Z., Lestari, Y., Nurhusna, Yuliani, E.,
Laela Megasari, A., Apriliawati, A., & Melfa Damanik, S. (2022).
Pengantar Keperawatn Anak (M. Julyus Fika, Ed.; Cetakan 1).
Yayasan Kita Menulis.

18

Anda mungkin juga menyukai