Anda di halaman 1dari 36

TUGAS KELOMPOK ANAK I

MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

TINJAUAN FILOSOFI, BERPIKIR RASIONAL, POSITIVISME DAN


JUSTIFICATION DALAM PEMBERIAN
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DALAM
KONTEKS KELUARGA

Fasilitator:
Dr. Nyimas Heny Purwanti, M. Kep., Sp. Kep. An.

Disusun Oleh:
Kelompok 1 Peminatan Keperawatan Anak

Emmy Putri Wahyuni NPM. 20210920100001


Fitriyati NPM. 20210920100042
Junita Lusty NPM. 20210920100013
Exsos Grend Dais NPM. 20210920100010

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN
TAHUN 2021

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warrahmatullah Wabarakatuh,


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas Ra
hmat dan Karunia-Nya, serta kemudahan yang telah diberikan sehingga kami dapat meny
elesaikan tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu dengan tepat waktu. Sholawat serta salam tida
k lupa kita haturkan kepada kekasih Allah SWT, junjungan kita Nabi Muhammad SAW y
ang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman terang benderang sepertis sa
at ini.
Berikut penulis mempersembahkan sebuah tugas dengan judul “Tinjauan Filosofi,
Berpikir Rasional, Positivisme dan Justification dalam Pemberian Asuhan Keperawatan
Anak dalam Konteks Keluarga”. Tugas ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Mata
Kuliah Sains dalam Keperawatan dengan Fasilitator Dr. Nyimas Heny Purwanti, M. Kep.,
Sp. Kep. An. pada Program Studi Magister Keperawatan.
Dalam penyusunan tugas ini, penulis telah berusaha seoptimal mungkin untuk me
nuangkan dalam penyusunan dari mencari data, jurnal/literature dan pustaka lain yang di
gunakan. Penulis menyadari dalam penyusunan tugas ini masih banyak kekurangan akiba
t keterbatasan yang dimiliki. Untuk itu penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritik
membangun bagi perbaikan selanjutnya. Akhir kata, penulis memohon maaf bila ada kat
a-kata yang kurang berkenan. Semoga tugas ini dapat memberikan manfaat kepada pemb
aca.
Wassalamualaikum Warrahmatullah Wabarakatuh.

Jakarta, 25 November 2021

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................2
C. Tujuan........................................................................................................................2
D. Manfaat......................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................4
A. Konsep Keperawatan Anak.......................................................................................4
B. Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan.............................................................11
C. Konsep Berpikir Rasional dalam Pemberian Asuhan Keperawatan.....................15
D. Konsep Positivisme dalam Pemberian Asuhan Keperawatan...............................17
E. Konsep Justifikasi dalam Pemberian Asuhan Keperawatan.................................19
BAB III APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN. R.
DENGANKASUS ANAK STUNTING........................................................................22
A. Pengkajian...............................................................................................................22
B. Diagnosa Keperarawatan........................................................................................24
C. Diagnosa dan Rencana Keperawatan.....................................................................25
D. Implementasi Dan Evaluasi....................................................................................27
BAB IV PEMBAHASAN..............................................................................................30
BAB V PENUTUP..........................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................33

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak adalah seseorang yang usianya kurang dari 18 tahun dalam masa
tumbuh kembang, dengan kebutuhan khusus yaitu kebutuhan fisik, psikologis,
sosial, dan spiritual anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang
perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Pemberian
Asuhan keperawatan pada anak tentu berbeda dibandingkan dengan orang
dewasa hal ini karena Anak bukan miniatur orang dewasa tetapi sebagai
individu yang unik, artinya bahwa tidak boleh memandang anak dari segi
fisiknya saja melainkan sebagai individu yang unik yang mempunyai pola
pertumbuhan dan perkembangan menuju proses kematangan (Danamik &
Sitorus, 2020).
Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada upaya pencegahan
penyakit dan peningkatan derajat kesehatan yang bertujuan untuk menurunkan
angka kesakitan dan kematian pada anak mengingat anak adalah penerus
generasi bangsa. Hal ini yang menjadi dasar diperlukannya Ilmu Keperawatan
anak yang merupakan sumber untuk menerapkan asuhan keperawatan anak
yang komprehensif dan berkualitas.
Keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus
pada kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung jawab secara
komprehensif dalam memberikan asuhan keperawatan anak. Perawat
merupakan anggota dari tim pemberi asuhan keperawatan anak dan orang
tuanya (Yuliastati & Arnis, 2016). Tujuan keperawatan anak dan keluarga
adalah untuk meningkatkan maturasi atau kematangan yang sehat bagi anak
dan remaja sebagai makhluk biopsikososial dan spiritual dalam konteks
keluarga dan masyarakat. Keluarga merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari kehidupan anak. Dengan demikian, apabila seorang anak menderita suatu
penyakit dan memerlukan perawatan, anak dan keluarga merupakan fokus
utama dalam proses perawatan (Danamik & Sitorus, 2020). Hal ini yang
membedakan proses keperawatan anak dengan keperawatan pada umumnya

1
(Suzanna, 2016). Perawat Profesional dalam memberikan asuhan keperawatan
anak dalam konteks keluarga berkualitas didasarkan pada konsep teori dan
ilmu. Salah satu ilmu yang harus dimiliki oleh perawat adalah Ilmu Filsafat.
Atas dasar inilah diperlukan kajian Filosofi Keperawatan anak yang terdiri
dari berfikir rasional, positivisme dan Justifikasi

B. Rumusan Masalah
Bagaimana penerapan asuhan keperawatan anak dalam konteks
keluarga ditinjau dari Filosofi yang terdiri dari berfikir Rasional, positivisme
dan Justifikasi?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendapatkan gambaran filosofi asuhan keperawatan anak dalam konteks
keluarga.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi cara berfikir rasional dalam menerapkan asuhan
keperawatan anak dalam konteks keluarga
b. Mengidentifikasi penerapan positivisme pada asuhan keperawatan
anak dalm konteks keluarga
c. Mengindetifikasi Justifikasi pada pada asuhan keperawatan anak dalm
konteks keluarga

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Hasil penulisan makalah ini dapat digunakan untuk pengembangan ilmu
keperawatan khususnya tentang Filosofi keperawatan anak dalam konteks
keluarga berifikir kritis, positivisme dan Justifikasi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan baru bagi

2
penulis tentang tinjauan filosofi keperawatan anak dalam konteks
keluarga berfikir kritis, positivisme dan justifikasi.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penulisan ini dapat menambah pengetahuan profesi keperawatan
tentang tinjauan filosofi keperawatan anak dalam konteks keluarga
berfikir kritis, positivisme dan justifikasi.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keperawatan Anak


1. Filosofi atau Paradigma Keperawatan Anak
Filosofi merupakan pandangan atau keyakinan yang dimiliki
perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada anak.
Keperawatan anak adalah konsisten dengan pengertian keperawatan “The
diagnosis and treatment of human respones to actual or potential health
problems”. Tujuannya adalah pencapaian derajat kesehatan bagi anak
sebagai suatu bagian dari sistem pelayanan kesehatan di keluarga.
Keberhasilan pelayanan kesehatan dan kunci filosofi keperawatan anak,
meliputi family center care (FCC) dan Atraumatic care (Danamik &
Sitorus, 2020).
Keperawatan anak merupakan keyakinan atau pandangan yang
dimiliki perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada anak
yang berfokus pada keluarga (family centered care), pencegahan terhadap
trauma (atrumatic care), dan manajemen kasus. Dalam dunia keperawatan
anak, perawat perlu memahami, menginggat adanya beberapa prinsip yang
berbeda dalam penerapan asuhan dikarenakan anak bukan miniatur orang
dewasa tetapi sebagai individu yang unik (Aries, 2016).
Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan anak
mengingat anak bagian dari keluarga, dalam keperawatan anak harus
mengenal keluarga sebagai tempat tinggal atau sebagai konstanta tetap
dalam kehidupan anak. Sebagai perawat dalam memberikan pelayanan
keperawatan anak, harus mampu memfasilitasi keluarga dalam berbagai
bentuk pelayanan kesehatan baik berupa pemberian tindakan keperawatan
langsung maupun pemberian pendidikan kesehatan pada anak. Selain itu,
keperawatan anak perlu memperhatikan kehidupan sosial, budaya dan
ekonomi keluarga karena tingkat sosial, budaya dan ekonomi dari keluarga
dapat menentukan pola kehidupan anak selanjutnya faktor-faktor tersebut

4
sangat menentukan perkembangan anak dalam kehidupan di masyarakat
(Aries, 2016).
Paradigma keperawatan anak merupakan suatu landasan berpikir
dalam penerapan ilmu keperawatan anak. Landasan berpikir tersebut
terdiri dari empat komponen, diantaranya manusia dalam hal ini anak,
keperawatan, sehat-sakit, dan lingkungan yang dapat digambarkan berikut
ini (Risnah & Irwan, 2021):

Gambar 1 Empat Komponen Landasan Berpikir Paradigma


Keperawatan Anak

a. Manusia (Anak)
Dalam keperawatan anak yang menjadi individu (klien) adalah
anak yang diartikan sebagai seseorang yang usianya kurang dari 18
tahun dalam masa tumbuh kembang, dengan kebutuhan khusus yaitu
kebutuhan fisik, psikologis, sosial, dan spiritual Anak merupakan
individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan
yang dimulai dari bayi hingga remaja. Dalam proses berkembang anak
memiliki ciri fisik, kognitif, konsep diri, pola koping dan perilaku
sosial. Ciri fisik pada semua anak tidak mungkin pertumbuhan fisiknya
sama, demikian pula pada perkembangan kognitif adakalanya cepat
atau lambat. Perkembangan konsep diri sudah ada sejak bayi akan
tetapi belum terbentuk sempurna dan akan mengalami perkembangan
seiring bertambahnya usia anak. Pola koping juga sudah terbentuk
sejak bayi di mana bayi akan menangis saat lapar.

5
Perilaku sosial anak juga mengalami perkembangan yang
terbentuk mulai bayi seperti anak mau diajak orang lain. Sedangkan
respons emosi terhadap penyakit bervariasi tergantung pada usia dan
pencapaian tugas perkembangan anak, seperti pada bayi saat
perpisahan dengan orang tua maka responsnya akan menangis,
berteriak, menarik diri dan menyerah pada situasi yaitu diam.
Dalam memberikan pelayanan keperawatan anak selalu
diutamakan, mengingat kemampuan dalam mengatasi masalah masih
dalam proses kematangan yang berbeda disbanding orang dewasa
karena struktur fisik anak dan dewasa berbeda mulai dari besarnya
ukuran hingga aspek kematangan fisiko Proses fisiologis anak dengan
dewasa mempunyai perbedaan dalam hal fungsi tubuh dimana orang
dewasa cenderung sudah mencapai kematangan. Kemampuan berpikir
anak dengan dewasa berbeda dimana fungsi otak dewasa sudah matang
sedangkan anak masih dalam proses perkembangan. Demikian pula
dalam hal tanggapan terhadap pengalaman masa lalu berbeda, pada
anak cenderung kepada dampak psikologis yang apabila kurang
mendukung maka akan berdampak pada tumbuh kembang anak
sedangkan pada dewasa cenderung sudah mempunyai mekanisme
koping yang baik dan matang.
b. Sehat Sakit
Rentang sehat-sakit merupakan batasan yang dapat diberikan
bantuan pelayanan keperawatan pada anak adalah suatu kondisi anak
berada dalam status kesehatan yang meliputi sejahtera, sehat optimal,
sehat, sakit, sakit kronis dan meninggal. Rentang ini suatu alat ukur
dalam menilai status kesehatan yang bersifat dinamis dalam setiap
waktu. Selama dalam batas rentang tersebut anak membutuhkan
bantuan perawat baik secara langsung maupun tidak langsung, seperti
apabila anak dalam rentang sehat maka upaya perawat untuk
meningkatkan derajat kesehatan sampai mencapai taraf kesejahteraan
baik fisik, sosial maupun spiritual. Demikian sebaliknya apabila anak

6
dalam kondisi kritis atau meninggal maka perawat selalu memberikan
bantuan dan dukungan pada keluarga. Jadi batasan sehat secara umum
dapat diartikan suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental dan
sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit dan kelemahan.
c. Lingkungan
Lingkungan dalam paradigma keperawatan anak yang
dimaksud adalah lingkungan eksternal maupun internal yang berperan
dalam perubahan status kesehatan anak. Lingkungan internal seperti
anak lahir denqan kelainan bawaan maka di kemudian hari akan terjadi
perubahan status kesehatan yang cenderung sakit, sedang lingkungan
eksternal seperti gizi buruk, peran orang tua, saudara, teman sebaya
dan masyarakat akan mempengaruhi status kesehatan anak.
d. Keperawatan
Bentuk pelayanan keperawatan yang diberikan kepada anak
bertujuan untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan secara
optimal dengan melibatkan keluarga. Upaya tersebut dapat tercapai
dengan keterlibatan langsung pada keluarga mengingat keluarga
merupakan sistem terbuka yang anggotanya dapat dirawat secara
efektif dan keluarga sangat berperan dalam menentukan keberhasilan
asuhan keperawatan, disamping keluarga mempunyai peran sangat
penting dalam perlindungan anak dan mempunyai peran memenuhi
kebutuhan anak. Peran lainnya adalah mempertahankan kelangsungan
hidup bagi anak dan keluarga, menjaga keselamatan anak dan
mensejahterakan anak untuk mencapai masa depan anak yang lebih
baik, melalui interaksi tersebut dalam terwujud kesejahteraan anak
(Danamik & Sitorus, 2020).

2. Prinsip-prinsip Keperawatan Anak


Dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak tentu berbeda
dibandingkan dengan orang dewasa. Banyak perbedaan yang harus
diperhatikan dan disesuaikan dengan usia serta pertumbuhan dan

7
perkembangan anak karena perawatan yang tidak optimal akan berdampak
tidak baik secara fisiologis maupun psikologis pada anak itu sendiri.
Perawat harus memperhatikan beberapa prinsip, mari kita pelajari prinsip
tersebut (Danamik & Sitorus, 2020).
Perawat harus memahami dan mengingat beberapa prinsip yang
berbeda dalam penerapan asuhan keperawatan anak sebagai berikut
(Danamik & Sitorus, 2020):
a. Anak bukan miniatur orang dewasa tetapi sebagai individu yang unik,
artinya bahwa tidak boleh memandang anak dari segi fisiknya saja
melainkan sebagai individu yang unik yang mempunyai pola
pertumbuhan dan perkembangan menuju proses kematangan.
b. Anak adalah sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan
sesuai tahap perkembangannya. Sebagai individu yang unik, anak
memiliki berbagai kebutuhan yang berbeda satu dengan yang lain
sesuai tumbuh kembang. Kebutuhan fisiologis seperti nutrisi dan
cairan, aktivitas, eliminasi, tidur dan lain- lain, sedangkan kebutuhan
psikologis, social dan spiritual yang akan terlihat sesuai tumbuh
kembangnya.
c. Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada upaya pencegahan
penyakit dan peningkatan derajat kesehatan yang bertujuan untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian pada anak mengingat anak
adalah penerus generasi bangsa.
d. Keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus
pada kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung jawab secara
komprehensif dalam memberikan asuhan keperawatan anak. Dalam
mensejahterakan anak maka keperawatan selalu mengutamakan
kepentingan anak dan upayanya tidak terlepas dari peran keluarga
sehingga selalu melibatkan keluarga.
e. Praktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak dan
keluarga untuk mencegah, mengkaji, mengintervensi dan
meningkatkan kesejahteraan hidup, dengan menggunakan proses

8
keperawatan yang sesuai dengan aspek moral (etik) dan aspek hukum
(legal).
f. Tujuan keperawatan anak dan keluarga adalah untuk meningkatkan
maturasi atau kematangan yang sehat bagi anak dan remaja sebagai
makhluk biopsikososial dan spiritual dalam konteks keluarga dan
masyarakat. Upaya kematangan anak adalah dengan selalu
memperhatikan lingkungan yang baik secara internal maupun eksternal
dimana kematangan anak ditentukan oleh lingkungan yang baik.
g. Pada masa yang akan datang kecenderungan keperawatan anak
berfokus pada ilmu tumbuh kembang, sebab ini yang akan
mempelajari aspek kehidupan anak.

3. Peran Perawat Anak


Perawat merupakan anggota dari tim pemberi asuhan keperawatan
anak dan orang tuanya. Perawat dapat berperan dalam berbagai aspek
dalam memberikan pelayanan kesehatan dan bekerjasama dengan anggota
tim lain, dengan keluarga terutama dalam membantu memecahkan
masalah yang berkaitan dengan perawatan anak. Mari kita bahas secara
jelas tentang peran perawat anak. Perawat merupakan salah satu anggota
tim kesehatan yang bekerja dengan anak dan orang tua. Beberapa peran
penting seorang perawat, meliputi (Yuliastati & Arnis, 2016):
a. Sebagai Pendidik
Perawat berperan sebagai pendidik, baik secara langsung
dengan memberi penyuluhan/pendidikan kesehatan pada orang tua
maupun secara tidak langsung dengan menolong orang tua/anak
memahami pengobatan dan perawatan anaknya. Kebutuhan orang tua
terhadap pendidikan kesehatan dapat mencakup pengertian dasar
penyakit anaknya, perawatan anak selama dirawat di rumah sakit, serta
perawatan lanjut untuk persiapan pulang ke rumah. Tiga domain yang
dapat dirubah oleh perawat melalui pendidikan kesehatan adalah

9
pengetahuan, keterampilan serta sikap keluarga dalam hal kesehatan
khususnya perawatan anak sakit.
b. Sebagai Konselor
Suatu waktu anak dan keluarganya mempunyai kebutuhan
psikologis berupa dukungan/dorongan mental. Sebagai konselor,
perawat dapat memberikan konseling keperawatan ketika anak dan
keluarganya membutuhkan. Hal inilah yang membedakan layanan
konseling dengan pendidikan kesehatan. Dengan cara mendengarkan
segala keluhan, melakukan sentuhan dan hadir secara fisik maka
perawat dapat saling bertukar pikiran dan pendapat dengan orang tua
tentang masalah anak dan keluarganya dan membantu mencarikan
alternatif pemecahannya.
c. Melakukan Koordinasi atau Kolaborasi
Dengan pendekatan interdisiplin, perawat melakukan
koordinasi dan kolaborasi dengan anggota tim kesehatan lain dengan
tujuan terlaksananya asuhan yang holistik dan komprehensif. Perawat
berada pada posisi kunci untuk menjadi koordinator pelayanan
kesehatan karena 24 jam berada di samping pasien. Keluarga adalah
mitra perawat, oleh karena itu kerjasama dengan keluarga juga harus
terbina dengan baik tidak hanya saat perawat membutuhkan informasi
dari keluarga saja, melainkan seluruh rangkaian proses perawatan anak
harus melibatkan keluarga secara aktif.
d. Sebagai Pembuat Keputusan Etik
Perawat dituntut untuk dapat berperan sebagai pembuat
keputusan etik dengan berdasarkan pada nilai normal yang diyakini
dengan penekanan pada hak pasien untuk mendapat otonomi,
menghindari hal-hal yang merugikan pasien dan keuntungan asuhan
keperawatan yaitu meningkatkan kesejahteraan pasien. Perawat juga
harus terlibat dalam perumusan rencana pelayanan kesehatan di tingkat
kebijakan. Perawat harus mempunyai suara untuk didengar oleh para
pemegang kebijakan dan harus aktif dalam gerakan yang bertujuan

10
untuk meningkatkan kesejahteraan anak. Perawat yang paling mengerti
tentang pelayanan keperawatan anak. Oleh karena itu perawat harus
dapat meyakinkan pemegang kebijakan bahwa usulan tentang
perencanaan pelayanan keperawatan yang diajukan dapat memberi
dampak terhadap peningkatan kualitas pelayanan kesehatan anak.
e. Sebagai Peneliti
Sebagai peneliti perawat anak membutuhkan keterlibatan penuh
dalam upaya menemukan masalah-masalah keperawatan anak yang
harus diteliti, melaksanakan penelitian langsung dan menggunakan
hasil penelitian kesehatan/keperawatan anak dengan tujuan
meningkatkan kualitas praktik/asuhan keperawatan pada anak. Pada
peran ini diperlukan kemampuan berpikir kritis dalam melihat
fenomena yang ada dalam layanan asuhan keperawatan anak sehari-
hari dan menelusuri penelitian yang telah dilakukan serta
menggunakan literatur untuk memvalidasi masalah penelitian yang
ditemukan. Pada tingkat kualifikasi tertentu, perawat harus dapat
melaksanakan penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
praktik keperawatan anak.

B. Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan


1. Pengertian Pertumbuhan Dan Perkembangan
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan perubahan dalam besar,
jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa
diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram) ukuran panjang (cm, meter),
umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen
tubuh). Dalam pengertian lain dikatakan bahwa pertumbuhan merupakan
bertambahnya ukuran fisik (anatomi) dan struktur tubuh baik sebagian
maupun seluruhnya karena adanya multiplikasi (bertambah banyak) sel-sel
tubuh dan juga karena bertambah besarnya sel (Soetjiningsih, 2016).
Sedangkan perkembangan (development) adalah bertambahnya
kemampuan serta struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam

11
pola yang teratur, dapat diperkirakan dan diramalkan sebagai hasil dari
proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang
terorganisasi dan berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing
dapat memenuhi fungsinya. Dalam hal ini perkembangan juga termasuk
perkembangan emosi, intelektual dan perilaku sebagai hasil interaksi
dengan lingkungan (Soetjiningsih, 2016).

2. Ciri-ciri Pertumbuhan
Pertumbuhan mempunyai ciri-ciri (Soetjiningsih, 2016):
a. Perubahan proporsi tubuh yang dapat diamati pada masa bayi dan
dewasa.
b. Hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Perubahan ini
ditandai dengan tanggalnya gigi susu dan timbulnya gigi permanen,
hilangnya refleks primitif pada masa bayi, timbulnya tanda seks
sekunder dan perubahan lainnya.
c. Kecepatan pertumbuhan tidak teratur. Hal ini ditandai dengan adanya
masa-masa tertentu dimana pertumbuhan berlangsung cepat yang
terjadi pada masa prenatal, bayi dan remaja (adolesen). Pertumbuhan
berlangsung lambat pada masa pra sekolah dan masa sekolah.

3. Ciri-ciri Perkembangan
Proses pertumbuhan dan perkembangan anak bersifat individual.
Namun demikian pola perkembangan setiap anak mempunyai ciri-ciri
yang sama, yaitu (Yuliastati & Arnis, 2016):
a. Perkembangan menimbulkan perubahan. Perkembangan terjadi
bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap pertumbuhan disertai dengan
perubahan fungsi. Misalnya perkembangan intelegensia pada seorang
anak akan menyertai pertumbuhan otak dan serabut saraf.
b. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan
perkembangan selanjutnya. Seorang anak tidak bisa melewati satu

12
tahap perkembangan sebelum ia melewati tahapan sebelumnya.
Contoh: seorang anak tidak akan bisa berjalan sebelum ia berdiri dan
ia tidak bisa berdiri jika pertumbuhan kaki dan bagian tubuh lain yang
terkait dengan fungsi anak terhambat. Perkembangan awal ini
merupakan masa kritis karena akan menentukan perkembangan
selanjutnya.
c. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda.
Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan juga mempunyai kecepatan
yang berbedabeda baik dalam pertumbuhan fisik maupun
perkembangan fungsi organ. Kecepatan pertumbuhan dan
perkembangan setiap anak juga berbeda-beda.
d. Pertumbuhan berkorelasi dengan perkembangan. Pada saat
pertumbuhan berlangsung, maka perkembanganpun mengikuti. Terjadi
peningkatan kemampuan mental, memori, daya nalar, asosiasi dan
lain-lain pada anak, sehingga pada anak sehat seiring bertambahnya
umur maka bertambah pula tinggi dan berat badannya begitupun
kepandaiannya.
e. Perkembangan mempunyai pola yang tetap. Perkembangan fungsi
organ tubuh terjadi menurut hukum yang tetap, yaitu:
1) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian
menuju ke arah kaudal/anggota tubuh (pola sefalokaudal).
2) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak
kasar) lalu berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang
mempunyai kemampuan gerak halus (pola proksimodistal).
f. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan. Tahap perkembangan
seorang anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan. Tahaptahap
tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak mampu berjalan
dahulu sebelum bisa berdiri.

13
4. Tingkat Pertumbuhan an Perkembangan Anak
Kkarakteristik anak sesuai tingkat perkembangan (Damayanti, 2008):
a. Usia Bayi (0-1 tahun)
Pada masa ini bayi belum dapat mengekspresikan perasaan dan
pikirannya dengan kata-kata. Oleh karena itu, komunikasi dengan bayi
lebih banyak menggunakan jenis komunikasi non-verbal. Pada saat
lapar, haus, basah dan perasaan tidak nyaman lainnya, bayi hanya bisa
mengekspresikan perasaannya dengan menangis. Walaupun demikian,
sebenarnya bayi dapat berespon terhadap tingkah laku orang dewasa
yang berkomunikasi dengannya secara non verbal, misalnya
memberikan sentuhan, dekapan, dan menggendong dan berbicara
lemah lembut.
Ada beberapa respon non verbal yang biasa ditunjukkan bayi
misalnya menggerakkan badan, tangan dan kaki. Hal ini terutama
terjadi pada bayi kurang dari enam bulan sebagai cara menarik
perhatian orang. Oleh karena itu, perhatian saat berkomunikasi
dengannya. Jangan langsung menggendong atau memangkunya karena
bayi akan merasa takut. Lakukan komunikasi terlebih dahulu dengan
ibunya. Tunjukkan bahwa kita ingin membina hubungan yang baik
dengan ibunya.
b. Usia Pra Sekolah (2-5 tahun)
Karakteristik anak pada masa ini terutama pada anak dibawah 3
tahun adalah sangat egosentris. Selain itu anak juga mempunyai
perasaan takut oada ketidaktahuan sehingga anak perlu diberi tahu
tentang apa yang akan akan terjadi padanya. Misalnya, pada saat akan
diukur suhu, anak akan merasa melihat alat yang akan ditempelkan ke
tubuhnya. Oleh karena itu jelaskan bagaimana akan merasakannya.
Beri kesempatan padanya untuk memegang thermometer sampai ia
yakin bahwa alat tersebut tidak berbahaya untuknya.
Dari hal bahasa, anak belum mampu berbicara fasih. Hal ini
disebabkan karena anak belum mampu berkata-kata 900-1200 kata.

14
Oleh karena itu saat menjelaskan, gunakan kata-kata yang sederhana,
singkat dan gunakan istilah yang dikenalnya. Berkomunikasi dengan
anak melalui objek transisional seperti boneka. Berbicara dengan
orangtua bila anak malu-malu. Beri kesempatan pada yang lebih besar
untuk berbicara tanpa keberadaan orangtua. Satu hal yang akan
mendorong anak untuk meningkatkan kemampuan dalam
berkomunikasi adalah dengan memberikan pujian atas apa yang telah
dicapainya.
c. Usia sekolah (6-12 tahun)
Anak pada usia ini sudah sangat peka terhadap stimulus yang
dirasakan yang mengancam keutuhan tubuhnya. Oleh karena itu,
apabila berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan anak diusia ini
harus menggunakan bahasa yang mudah dimengerti anak dan berikan
contoh yang jelas sesuai dengan kemampuan kognitifnya. Anak usia
sekolah sudah lebih mampu berkomunikasi dengan orang dewasa.
Perbendaharaan katanya sudah banyak, sekitar 3000 kata dikuasi dan
anak sudah mampu berpikir secara konkret.
d. Usia remaja (13-18 tahun)
Fase remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari akhir
masa anak-anak menuju masa dewasa. Dengan demikian, pola piker da
n tingkah laku anak merupakan peralihan dari anak-anak menuju orang
dewasa. Anak harus diberi kesempatan untuk belajar memecahkan mas
alah secara positif. Apabila anak merasa cemas atau stress, jelaskan ba
hwa ia dapat mengajak bicara teman sebaya atau orang dewasa yang ia
percaya. Menghargai keberadaan identitas diri dan harga diri merupaka
n hal yang prinsip dalam berkomunikasi. Luangkan waktu bersama dan
tunjukkan ekspresi wajah bahagia.

C. Konsep Berpikir Rasional dalam Pemberian Asuhan Keperawatan


Epistemologi rasionalis (lingkup pengetahuan) menekankan
pentingnya penalaran prioritas sebagai metode yang tepat untuk memajukan

15
pengetahuan. Penalaran prioritas menggunakan logika deduktif dengan
penalaran dari sebab ke akibat atau dari generalisasi ke contoh tertentu.
Contoh dalam keperawatan adalah alasan bahwa kurangnya dukungan
sosial (penyebab) akan mengakibatkan masuk kembali ke rumah sakit
(akibat). Penalaran kausal ini adalah teori tak terbantahkan. Pendekatan
tradisional berlangsung dengan menjelaskan rawat inap dengan penjelasan
sistematis (teori) dari fenomena yang diberikan. Sistem konseptual ini
dianalisis dengan membahas struktur logis dari teori dan penalaran logis yang
terlibat dalam pengembangannya. Pernyataan teoretis yang diperoleh dengan
penalaran deduktif kemudian diuji secara eksperimental untuk menguatkan
teori tersebut. Pendekatan ini sebagai strategi teori-kemudian-penelitian. Jika
temuan penelitian gagal sesuai dengan pernyataan teoretis, penelitian
tambahan dilakukan atau modifikasi dibuat dalam teori dan tes lebih lanjut
dirancang; jika tidak, teori tersebut dibuang demi penjelasan alternatif
(Nursing, 2021).
Sains akan berkembang lebih cepat melalui proses dugaan dan
sanggahan dengan merancang penelitian dalam upaya untuk menolak ide-ide
baru. Misalnya, maksudnya sederhana; Anda tidak akan pernah bisa
membuktikan bahwa semua individu tanpa dukungan sosial sering dirawat di
rumah sakit ulang karena mungkin ada satu orang yang tidak dirawat di rumah
sakit ulang. Satu orang tanpa dukungan sosial yang tidak memiliki penerimaan
kembali membantah teori bahwa semua individu dengan kurangnya dukungan
sosial memiliki penerimaan kembali di rumah sakit. Dari perspektif Popper,
“penelitian terdiri dari menghasilkan hipotesis umum dan kemudian mencoba
untuk menyangkal mereka”. Jadi hipotesis bahwa kurangnya dukungan sosial
mengakibatkan rawat inap kembali merupakan fenomena yang menarik untuk
disangkal (Nursing, 2021).
Pandangan rasionalis paling jelas terlihat dalam karya Einstein,
fisikawan teoretis, yang banyak menggunakan persamaan matematika dalam
mengembangkan teorinya. Teori Einstein dibangun menawarkan kerangka
imajinatif, yang telah mengarahkan penelitian di berbagai bidang. Jika

16
seseorang percaya bahwa sains adalah proses penemuan deskripsi fenomena,
strategi yang tepat untuk konstruksi teori adalah strategi teori-kemudian-
penelitian. Dalam pandangan Reynolds, “sebagai interaksi terus menerus
antara konstruksi teori (penemuan) dan pengujian dengan penelitian empiris
berlangsung, teori menjadi lebih tepat dan lengkap sebagai deskripsi alam dan,
oleh karena itu, lebih berguna untuk tujuan ilmu pengetahuan” (Nursing,
2021).

D. Konsep Positivisme dalam Pemberian Asuhan Keperawatan


Konsepsi keperawatan pertama dalam positivisme menyinggung
Nightingale karena momen bersejarah hidup pada akhir abad ke-19.
Penciptaan positivisme bertepatan dengan gerakan keperawatan Nightingale
dengan publikasinya yang luar biasa Notes on Nursing, memulai arus
kebersihan lingkungan dengan prinsip kebersihan, ruang, cahaya, dan udara.
Nightingale mendaftarkan intervensinya yang berkontribusi untuk mengurangi
infeksi dan kematian bagi para prajurit di ruang perawatan di Krimea.
Catatannya adalah bukti nyata, data yang dapat diamati yang melayani
keperawatan untuk secara resmi masuk ke dalam ilmu kesehatan, demikian
pula Nightingale menjadi anggota kehormatan American Statistical
Association pada tahun 1847 atas kontribusinya pada praktik berbasis bukti
(Olvera et al., 2009).
Dengan kontribusi Nightingale di bidang positivisme ditambah tradisi
formatif perawat di bawah arus biomedis, keperawatan yang bertanggung
jawab atas perawatan pasien dibentuk pada paradigma kualitatif. Saat ini di
banyak institusi pendidikan tinggi dan institusi kesehatan di Meksiko—di
mana perawat dididik—mempertahankan prinsip terhadap organik, secara
tidak langsung menyangkal bagian subjektif atau emosional yang tanpa
diragukan lagi membantu pemulihan pasien; namun, yang penting adalah data
klinisnya. Ini berarti bahwa pendidikan siswa mendasarkan praktiknya pada
masalah biologis yang dapat diukur, yang memberikan hasil yang dapat

17
diverifikasi menggunakan teknologi atau teknik empiris konkret seperti
eksplorasi fisik (Olvera et al., 2009).
Beberapa contoh adalah: mengambil tekanan arteri dengan
esfingmomanometer, menghitung dan ciri-ciri frekuensi jantung dengan
palpasi, memverifikasi gas arteri untuk menyesuaikan parameter ventilasi
dalam alat pernapasan buatan, menentukan profil hemodinamik menggunakan
kateter Swan Ganz untuk menyesuaikan beban jantung, mengidentifikasi
aritmia jantung yang disebabkan oleh defisit elektrolit, eksplorasi neurologis
menggunakan skala Glasgow, hipertermia yang disebabkan oleh infeksi
bakteri dan diverifikasi dengan budidaya, konsentrasi hemoglobin rendah
dalam menghadapi defisit nutrisi, di antara data klinis yang tidak pernah
berakhir (Olvera et al., 2009).
Semua parameter ini layak untuk verifikasi matematis, artinya dapat
diukur, dan data konkret menunjukkan perawat apa yang harus dia lakukan
untuk mempertahankan atau memulihkan tingkat normal, meskipun kebutuhan
emosional pasien tidak dipertimbangkan; yang penting adalah stabilitas
organiknya, hal lain kurang penting. Ini adalah contoh nyata dari objektivitas
positivisme yang dibutuhkan oleh pasar tenaga kerja dalam lingkup rumah
sakit. hipertermia yang disebabkan oleh infeksi bakteri dan dibuktikan dengan
budidaya, konsentrasi hemoglobin rendah dalam menghadapi defisit nutrisi, di
antara data klinis yang tidak pernah berakhir. Semua parameter ini layak untuk
verifikasi matematis, artinya dapat diukur, dan data konkret menunjukkan
perawat apa yang harus dia lakukan untuk mempertahankan atau memulihkan
tingkat normal, meskipun kebutuhan emosional pasien tidak dipertimbangkan;
yang penting adalah stabilitas organiknya, hal lain kurang penting. Ini adalah
contoh nyata dari objektivitas positivisme yang dibutuhkan oleh pasar tenaga
kerja dalam lingkup rumah sakit. hipertermia yang disebabkan oleh infeksi
bakteri dan dibuktikan dengan budidaya, konsentrasi hemoglobin rendah
dalam menghadapi defisit nutrisi, di antara data klinis yang tidak pernah
berakhir (Olvera et al., 2009).

18
Semua parameter ini layak untuk verifikasi matematis, artinya dapat
diukur, dan data konkret menunjukkan perawat apa yang harus dia lakukan
untuk mempertahankan atau memulihkan tingkat normal, meskipun kebutuhan
emosional pasien tidak dipertimbangkan; yang penting adalah stabilitas
organiknya, hal lain kurang penting. Ini adalah contoh nyata dari objektivitas
positivisme yang dibutuhkan oleh pasar tenaga kerja dalam lingkup rumah
sakit. artinya dapat diukur, dan data konkret menunjukkan perawat apa yang
harus dia lakukan untuk mempertahankan atau memulihkan tingkat normal,
meskipun kebutuhan emosional pasien tidak dipertimbangkan; yang penting
adalah stabilitas organiknya, hal lain kurang penting. Ini adalah contoh nyata
dari objektivitas positivisme yang dibutuhkan oleh pasar tenaga kerja dalam
lingkup rumah sakit. artinya dapat diukur, dan data konkret menunjukkan
perawat apa yang harus dia lakukan untuk mempertahankan atau memulihkan
tingkat normal, meskipun kebutuhan emosional pasien tidak dipertimbangkan;
yang penting adalah stabilitas organiknya, hal lain kurang penting. Ini adalah
contoh nyata dari objektivitas positivisme yang dibutuhkan oleh pasar tenaga
kerja dalam lingkup rumah sakit (Olvera et al., 2009).

E. Konsep Justifikasi dalam Pemberian Asuhan Keperawatan


Arti justifikasi secara bahasa berdasarkan KBBI, justifikasi adalah
sebuah putusan atau memberikan alasan, dan pertimbangan berdasarkan hati
nurani.
Justifikasi adalah suatu bentuk pernyataan pembenaran yang dilakukan
oleh seseorang dengan berdasarkan penelitian atau alasan. Jadi, justifikasi
dapat termasuk ke dalam metode ilmiah karena keyakinan, pengetahuan,
pembuktian tersebut menyajikan fakta-fakta bukan berdasarkan argumen saja.
Dengan adanya justifikasi ini, tidak hanya membuktikan kebenaran
dari sebuah pernyataan yang dianggap benar, tetapi juga dapat membangun
pengetahuan yang lebih mendalam terhadap suatu masalah.
Dalam sebuah artikel tentang berbagi ide-ide penelitian, keprihatinan
tentang penggunaan terus-menerus dari trial and error dan praktek subyektif

19
termotivasi. Alasan ketidakmampuan untuk menggunakan data penelitian
yang tersedia diajukan untuk membela profesi dan penulis menyimpulkan
bahwa tradisi masih lebih kuat daripada kebutuhan kita untuk menunjukkan
esensi keingintahuan yang diperlukan untuk memulai perubahan yang berarti
pada praktik keperawatan. Mengingat bahwa hal ini terjadi, tampaknya
perawat mengabaikan temuan penelitian yang valid atau gagal menghasilkan
pengujian praktik yang diterima, keperawatan akan tetap menjadi sistem
‘tertutup’ berdasarkan keyakinan tradisional yang tidak berdasar (Rapley &
Robertson, 1990).
Untuk mengembangkan teori yang memberikan dasar ilmiah untuk
kinerja asuhan keperawatan, rasa ingin tahu yang cukup harus ada untuk
merangsang eksplorasi hubungan antara praktik dan hasil. Kita tahu bahwa
semua pengetahuan keperawatan tidak selalu dapat dijelaskan dengan model
formal dan telah menyadari bahwa 'pengetahuan intuitif' dapat memperluas
dan mengubah pengetahuan dalam keperawatan dan dengan demikian
dianggap sebagai dimensi penting dalam seninya. Selain itu, perawat harus
mengakui bahwa tidak cukup untuk menguji ide-ide dari disiplin lain dalam
konteks praktik keperawatan untuk menetapkan alasan yang mendasari
pemberian asuhan keperawatan (Rapley & Robertson, 1990).
Manfaat lainnya dari justifikasi adalah meningkatkan penalaran
adaptif. Penalaran adaptif adalah kemampuan berpikir secara logis, melakukan
hipotesis jawaban, eksplanatif (memberikan penjelasan) dan menilai
kebenaran (justifikasi).
Kelima tipe justifikasi adalah sebagai berikut:
a. Asumsi adalah tipe justifikasi yang hanya memberikan asumsi sebagai
alasan.
b. Pernyataaan samar atau meluas (vogue/broad statement). Justifikasi yang
terlalu singkat dan tidak informatif.
c. Memberikan justifikasi terkait dengan definisi atau aturan. Contoh
justifikasi aturan tentang nilai mutlak dan kongruensi dalam matematika.

20
d. Deskripsi prosedural (procedural description). Justifikasi dengan
memberikan penjelasan secara deskriptif atau alasan secara bertahap.
Dalam deskripsi prosedural ini menunjukkan penjelasan dengan menjawab
pertanyaan “apa” yang tertera dalam tiap langkah penyelesaian.
e. Penjelasan tersendiri (own explanation). Tipe justifikasi ini memberikan
penjelasan atau alasan terhadap pertanyaan “mengapa” langkah tersebut
dikatakan valid. Berdasarkan dari nama jenis tipe ini menggunakan bahasa
sendiri atau menggunakan simbol.
Pada proses keperawatan justifikasi dilakukan melalui validasi data
pada data pengkajian yang telah dikumpulkan dengan melakukan
perbandingan data subyektif dan obyektif yang didapatkan dari berbagai
sumber dengan berdasar standar nilai normal untuk diketahui kemungkinan
tambahan atau pengkajian ulang tentang data yang ada (Potter, 2009).

21
BAB III
APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN. R. DENGAN
KASUS ANAK STUNTING

A. Pengkajian
1. Data Umum

Nama An
Jenis k Hub Dl Suku/
No ggota Kel Umur Agama Pend. Pek.
elamin m Kelg Ras
uarga
1 Tn. R 48 tahu L Ayah Makassar Islam Tidak Se Pemulu
n kolah ng
2 Ny. L 26 tahu P Ibu Makassar Islam SD IRT
n
3 An. H. 11 tahu L Anak Ka Makassar Islam Tidak Se -
n ndung kolah
4 An. W. 9 tahun L Anak Ka Makassar Islam Tidak Se -
ndung kolah
5 An. M.A. 6 tahun L Anak Ka Makassar Islam Tidak Se -
ndung kolah
6 An.N.A 37 bula P Anak Ka Makassar Islam - -
n ndung

2. Data Dasar
a. Tipe Keluarga : The nuclear family (keluarga inti)
b. Status sosial ekonomi keluarga : Jumlah pendapatan perbulan : ± Rp.
1.000.000 dengan sumber pendapatan perbulan berasal dari penghasilan
Tn. R.

3. Tumbuh Kembang Anak


(Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2020); (Kementerian
Kesehatan RI, 2020)
Nama An Penilaian P
BB/U TB/U BB/TB LK/U
No ggota Kel Umur erkembang
uarga an
1 An. H. 11 tahu 21 kg 125 cm IMT/U < -3 S 55 cm (Nor
n D mocephali)

22
(Gizi Kurang)
2 An. W. 9 tahun 12 kg 108 cm IMT/U < -3 S 47 cm (Mik Speech Dela
D rocephali) y
(Gizi Buruk)
3 An. M.A. 6 tahun 14 kg 108,5 c IMT/U < -3 S 51 cm (Nor
m D mocephali)
(Gizi Buruk)
4 An.N.A 37 bula 9 kg (Giz 83 cm (S Kurus 45 cm (Mik Penyimpang
n i Buruk) angat Pe rocephali) an
ndek)

4. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga


(1) Tahap perkembangan keluarga Tn R. saat ini berada pada tahap

perkembangan keluarga dengan anak sekolah.

(2) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi yaitu


a) Anak-anak usia sekolah tidak mendapatkan pendidikan dan di
rumah sehingga tidak mampu baca tulis
b) Sejak usia dini anak-anak tidak mendapatkan asupan gizi dan
stimulasi tumbuh kembang yang adekuat sehingga anak-anaknya
mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
5. Riwayat kesehatan keluarga inti:
Dari hasil penilaian antropometri anak pertama mengalami wasting

dan ketiga adiknya mengalami stunting, selain itu anak yang berusia 9

tahun menderita penyakit Asma dan keterlambatan tumbuh kembang,

serta anak yang berusia 3 tahun mengalami keterlambatan

perkembangan dan cacingan. Ibu dalam kondisi hamil anak keenam

dengan usia 26 tahun, usia kehamilan 23 minggu dan tidak pernah

melakukan pemeriksaan ANC, jarak kehamilan sebelumnya ≤ 3 tahun,

dengan LILA 24 cm.

23
6. Data lingkungan
Karakteristik rumah Jenis rumah yaitu permanen, Status kepemilikan
rumah milik kontrakan dengan 1 kamar tidur dan ukuran rumah 4 x 10 m2,
ventilasi yang ada dengan 1 jendela dan 1 pintu di depan rumah dan 1
pintu di belakang, sirkulasi udara dalam rumah kurang baik, kondisi
lingkungan rumah tidak bersih
7. Perawatan Kesehatan Keluarga
Ibu memiliki persepsi selama anaknya masih bisa bermain maka dikatakan
anaknya sehat. Ibu tidak mengetahui bahwa anak-anaknya mengalami gizi
buruk. Ibu berpendapat bahwa anaknya pendek dan kecil karena Ibunya
pun memiliki badan yang kecil dan pendek. Ibu tidak pernah melakukan
pemeriksaan ANC dan tidak mendapatkan asupan gizi yang adekuat,
demikian juga anak-anaknya. Pola makan sering 1 x/hari. Seluruh anggota
keluarga tidak memiliki jaminan kesehatan BPJS, tidak melakukan
pemeriksakan kesehatan di Puskesmas maupun dokter praktik, anak-
anaknya tidak pernah mendapat imunisasi dan pelayanan posyandu, dan
ayah yang memiliki kebiasaan merokok.

B. Diagnosa Keperarawatan
1. Defisit nutrisi b/d intake nutrisi tidak adekuat
2. Gangguan tumbuh kembang b/d ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah kesehatan
3. Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif b/d ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit

24
C. Diagnosa dan Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi

1. Defisit nutrisi b/d Status nutrisi meningkat 1. Lakukan penilaian antropometri


intake nutris tidak Kriteria Hasil 2. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
adekuat a. Kebutuhan nutrisi terpenuhi 3. Monitor asupan makanan
4. Pendidikan kesehatan tentang penggunaan Buku KIA
b. Berat badan meningkat
untuk penilaian tumbuh pertumbuhan dan asupan gizi
c. Tinggi badan meningkat 5. Mendampingi Ibu dalam penilaian antropometri dan
pemberian PMT
6. Koordinasi dengan Bagian Gizi Puskesmas
Temindung untuk mendapatkan Pemberian Makanan
Tambahan dan monitoring tumbuh kembang
7. Koordinasi dengan kader Posyandu di RT:04 untuk
mendapatkan pelayanan posyandu

2. Gangguan tumbuh Status pertumbuhan dan 1. Identifikasi status pertumbuhan dan perkembangan
kembang b/d perkembangan meningkat 2. Pendidikan kesehatan tentang penggunaan Buku
ketidakmampuan Kriteria Hasil KIA untuk penilaian perkembangan, dan stimulasi
keluarga mengenal a. Status pertumbuhan meningkat tumbuh kembang
masalah kesehatan b. Status perkembangan meningkat 3. Pendidikan kesehatan tentang stunting dan
c. Keluarga mampu memberikan keterlambatan perkembangan
stimulasi tumbuh kembang sesuai 4. Koordinasi dengan Poli Tumbuh Kembang
usia anak Puskesmas Temindung untuk mendapatkan
pelayanan stimulasi, deteksi, dan intervensi dini
tumbuh kembang anak

3. Manajemen Manajemen Kesehatan Keluarga 1. Identifikasi pengetahuan keluarga tentang asma,


Kesehatan Keluarga Efektif bahaya merokok, Keluarga Berencana

25
Tidak Efektif b/d 2. Pendidikan kesehatan tentang penyakit asma:
ketidakmampuan Kriteria Hasil: pengertian, penyebab/pencetus kekambuhan,
keluarga merawat penanganan saat kambuh di rumah
anggota keluarga a. Meningkatnya kemampuan 3. Pendidikan kesehatan tentang bahaya merokok
yang sakit keluarga dalam merawat anggota 4. Pendidikan kesehatan tentang pentingnya Keluarga
keluarga yang sakit Berencana
b. Menurunnya perilaku beresiko 5. Pendidikan kesehatan tentang penggunaan Buku KIA
tinggi (merokok) untuk kehamilan, persalinan, dan menyusui
c. Keluarga mendapatkan pelayanan 6. Tingkatkan motivasi, pengetahuan dan ketrampilan
kesehatan yang adekuat keluarga melalui:manajemen nutrisi,monitoring
d. Keluarga memperoleh dukungan aktifitas, dan istirahat,monitoring sosial interaksi, dan
finansial yang adekuat manajemen koping keluarga
7. Koordinasi dengan Ketua RT untuk dukungan
finansial (bantuan sosial)
8. Koordinasi dengan Bidan Puskesmas Temindung
untuk pelayanan ANC

26
D. Implementasi Dan Evaluasi

No. Diagnosa Kep. Klg. Implementasi Evaluasi


1 Defisit nutrisi b/d intake S.
nutris tidak adekuat  Mengucapkan salam  Keluarga menjawab salam
 Menvalidasi keadaan keluarga  Tn. R dan Ny. L. menyetujui pertemuan
 Mengingatkan kontrak saat ini selama 60 menit tentang
 Menjelaskan tujuan pertumbuhan dan asupan gizi pada anak
 Ny. L. Menyebutkan cara penilaian
a. Lakukan penilaian antropometri antropometri dan asupan gizi sesuai
b. menghitung kebutuhan kalori dan jenis nutrien buku KIA
c. memonitor asupan makanan
d. melakukan Pendidikan kesehatan tentang O.
penggunaan Buku KIA untuk penilaian tumbuh  Tn. R dan Ny. L. kooperatif dan aktif
pertumbuhan dan asupan gizi pada orang tua saat dijelaskan
e. Mendampingi Ibu dalam penilaian antropometri  Keluarga mendengarkan penjelasan
dan pemberian PMT yang diberikan.
f. Melakukan Koordinasi dengan Bagian Gizi  Ny. L. memahami tentang asupan gizi
Puskesmas Temindung untuk mendapatkan sesuai usia
Pemberian Makanan Tambahan dan monitoring  Ny. L. mampu memberikan PMT
tumbuh kembang dengan baik
g. Melakukan koordinasi dengan kader Posyandu  Bagian Gizi Puskesmas Temindung
di RT:04 untuk mendapatkan pelayanan telah melakukan penilaian antropometri
posyandu dan merencanakan PMT
 BB dan TB belum meningkat
A Masalah belum teratasi,
P. Lanjutkan ke Intervensi berikutnya
2 Gangguan tumbuh kembang S.

27
b/d ketidakmampuan keluarga  Mengucapkan salam  Keluarga menjawab salam
mengenal masalah kesehatan  Menvalidasi keadaan keluarga  Ny. L. menyetujui pertemuan saat ini
 Mengingatkan kontrak selama 60 menit tentang buku KIA
 Menjelaskan tujuan untuk penilaian tumbuh kembang, dan
1. mengidentifikasi status pertumbuhan dan stimulasi tumbuh kembang
perkembangan  Ny. L. Menyebutkan tentang stunting
2. menjelaskan tentang penggunaan Buku KIA dan keterlambatan perkembangan
untuk penilaian perkembangan, dan stimulasi5. Poli Tumbuh Kembang Puskesmas
tumbuh kembang Temindung menyetujui untuk
3. menjelaskan tentang stunting dan keterlambatanmemberikan pelayanan stimulasi,
perkembangan deteksi, dan intervensi dini tumbuh
4. Koordinasi dengan Poli Tumbuh Kembang kembang anak
Puskesmas Temindung untuk mendapatkan O.
 Ny. L. kooperatif dan aktif saat
pelayanan stimulasi, deteksi, dan intervensi dini
tumbuh kembang anak dijelaskan
 Keluarga mendengarkan penjelasan
yang diberikan.
AMasalah belum teratasi
P. Lanjutkan ke Intervensi berikutnya
3 Manajemen Kesehatan S.
Keluarga Tidak Efektif b/d  Mengucapkan salam  Keluarga menjawab salam
ketidakmampuan keluarga  Menvalidasi keadaan keluarga  Tn. R dan Ny. L. menyetujui pertemuan
merawat anggota keluarga  Mengingatkan kontrak saat ini selama 60 menit tentang
yang sakit  Menjelaskan tujuan merawat anak yang sakit Asma dan
bahaya merokok
1. Mengidentifikasi pengetahuan keluarga  Ny. L. Menyebutkan cara merawat anak
tentang asma, bahaya merokok, Keluarga yang sakit Asma
Berencana  Tn. R. menyebutkan pengertian bahaya
2. Menjelaskan tentang penyakit asma, bahaya merokok

28
merokok, dan Keluarga Berencana  Tn. R. menyetujui untuk membatasi
3. Menjelaskan dan mendampingi buku KIA merokok
untuk kehamilan, persalinan, dan menyusui  Bidan Puskesmas melakukan
4. Melakukan Koordinasi dengan Ketua RT kunjungan rumah untuk pelayanan
untuk dukungan finansial (bantuan sosial) ANC Ny. L.
5. Melakukan Koordinasi dengan Bidan  Ketua RT menyetujui keluarga untuk
Puskesmas Temindung untuk pelayanan ANC mendapatkan dukungan finansial
(bantuan sosial)

O.
 Tn. R dan Ny. L. kooperatif dan aktif
saat dijelaskan
 Keluarga mendengarkan penjelasan
yang diberikan.
A Masalah teratasi
P. Lanjutkan ke Intervensi berikutnya

29
BAB IV
PEMBAHASAN

Filosofi merupakan pandangan atau keyakinan yang dimiliki perawat dalam


memberikan pelayanan keperawatan pada anak. Keperawatan anak adalah konsisten
dengan pengertian keperawatan “The diagnosis and treatment of human respones to
actual or potential health problems”. Tujuannya adalah pencapaian derajat kesehatan
bagi anak sebagai suatu bagian dari sistem pelayanan kesehatan di keluarga.
Keberhasilan pelayanan kesehatan dan kunci filosofi keperawatan anak, meliputi
family center care (FCC) dan Atraumatic care (Danamik & Sitorus, 2020).
Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan anak mengingat anak
bagian dari keluarga, dalam keperawatan anak harus mengenal keluarga sebagai
tempat tinggal atau sebagai konstanta tetap dalam kehidupan anak. Sebagai perawat
dalam memberikan pelayanan keperawatan anak, harus mampu memfasilitasi keluarga
dalam berbagai bentuk pelayanan kesehatan baik berupa pemberian tindakan
keperawatan langsung maupun pemberian pendidikan kesehatan pada anak. Selain itu,
keperawatan anak perlu memperhatikan kehidupan sosial, budaya dan ekonomi
keluarga karena tingkat sosial, budaya dan ekonomi dari keluarga dapat menentukan
pola kehidupan anak selanjutnya faktor-faktor tersebut sangat menentukan
perkembangan anak dalam kehidupan di masyarakat (Aries, 2016).
Asuhan Keperawatan pada keluarga Tn R. dengan anak stunting sesuai dengan
filosofi keperawatan anak yaitu menekankan pendekatan asuhan keperawatan anak
dengan family center care, karena anak tidak bisa jauh dari orang tua dan orang tua
mempunyai sumberdaya yang bisa membantu perawatan anak yang sakit asma,
memberikan asupan gizi yang adekuat, melakukan stimulasi tumbuh kembang pada
anak, dan menyekolahkan anak-anaknya. Selain itu Intervensi keperawatan
menekankan bahwa pembuatan kebijakan, perencanaan program perawatan,
perancangan fasilitas kesehatan, dan interaksi sehari-hari antara klien dengan tenaga
kesehatan harus melibatkan keluarga. Dalam hal ini perawat membantu keluarga untuk
meningkatkan pengetahuannya tentang perawatan anak dengan stunting dan asma
melalui pendidikan kesehatan, mendampingi keluarga dalam penggunaan buku KIA
untuk menilai tumbuh kembang anak serta pelaksanaan stimulasi tumbuh kembang

30
anak sesuai usianya. Perawat melakukan intervensi untuk meningkatkan kemampuan
keluarga dalam memberikan asupan gizi bagi anak-anaknya dengan melakukan
koordinasi dengan bagian Gizi Puskesmas untuk Pemberian Makanan Tambahan dan
koordinasi dengan Ketua RT setempat untuk dukungan finansial keluarga melalui
program bantuan pemerintah untuk keluarga tidak mampu. Diharapkan dengan
intervensi tersebut orang tua mampu memberikan asupan gizi yang adekuat bagi anak-
anaknya, melaksanakan stimulasi tumbuh kembang sesuai usianya, dan merawat
anaknya yang sakit Asma.
Dalam melakukan asuhan keperawatan pada keluarga Tn. R dengan anak
stunting dimulai dari pengkajian hingga evaluasi perawat menekankan pentingnya
penalaran, berpikir secara rasional, membandingkan teori tentang konsep family center
care, tumbuh kembang anak, perawatan anak stunting, asma, dan keterlambatan
perkembangan, dengan fenomena yang ada untuk menentukan langkah-langkah asuhan
keperawatan yang tepat bagi pasien dan keluarganya. Dengan pendekatan secara
rasional, Perawat memahami penyebab utama anak mengalami stunting pada keluarga
Tn. R. adalah asupan gizi yang tidak adekuat karena penghasilan orang tua (Tn. R.)
sebagai pemulung tidak cukup untuk menyediakan makanan yang bergizi bagi anak-
anaknya, selain itu orang tua yang tidak berpendidikan menyebabkan mereka tidak
mengetahui tentang pentingnya asupan gizi, stimulasi tumbuh kembang pada masa
pertumbuhan dan perkembangan anak.
Perawat menerapkan Konsep Positivisme dalam Pemberian Asuhan
Keperawatan Keluarga Tn. R. dengan anak stunting dimulai dari proses pengkajian
yang konkret dengan pengumpulan data yang bisa diukur, seperti penilaian
antropometri dengan menggunakan buku KIA, penilaian perkembangan dengan KPSP
sampai dengan proses evaluasi yang mengukur tingkat pengetahuan ibu dalam
pemahaman tentang perawatan anak dengan stunting. Kemudian data pengkajian yang
telah dikumpulkan dilakukan justifikasi melalui validasi data dengan melakukan
perbandingan data subyektif dan obyektif yang didapatkan dari berbagai sumber
dengan berdasar standar nilai normal untuk diketahui kemungkinan tambahan atau
pengkajian ulang tentang data yang ada. Hasil justifikasi tersebut digunakan untuk
menentukan diagnosa keperawatan dan intervensi keperawatan yang tepat, serta
implementasi sampai dengan evaluasi proses keperawatan.

31
BAB V
KESIMPULAN

Filosofi merupakan pandangan atau keyakinan yang dimiliki perawat dalam


memberikan pelayanan keperawatan pada anak. Keperawatan anak adalah konsisten
dengan pengertian keperawatan “The diagnosis and treatment of human respones to
actual or potential health problems”. Tujuannya adalah pencapaian derajat kesehatan
bagi anak sebagai suatu bagian dari sistem pelayanan kesehatan di keluarga.
Keberhasilan pelayanan kesehatan dan kunci filosofi keperawatan anak, meliputi
family center care (FCC) dan Atraumatic care.
Perawat Profesional dalam memberikan asuhan keperawatan anak dalam
konteks keluarga berkualitas didasarkan pada konsep teori dan ilmu. Salah satu ilmu
yang harus dimiliki oleh perawat adalah Ilmu Filsafat yang berorientasi pada filosofi,
berpikir rasional, positivisme dan justification.

32
DAFTAR PUSTAKA

Aries, A. (2016). Kajian Ibu dalam Merawat Anak yang Mengalami Diare pada Anak
Usia Balita di RS. PTPN VIII Subang. STIKES Darul Azhar.

Damayanti. (2008). Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain pada Anak. Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Danamik, S. M., & Sitorus, E. (2020). Modul Bahan Ajar Keperawatan Anak.
Universitas Kristen Indonesia.

Kementerian Kesehatan RI. (2020). Sosialisasi Buku KIA Edisi Revisi Tahun 2020. In
Kementrian kesehatan RI (pp. 1–3).

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2020). Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 2 Tahun 2020 tentang Standar Antropometri Anak. In Menteri
Kesehatan Republik Indonesia (Vol. 9, Issue May, p. 6).
https://www.slideshare.net/maryamkazemi3/stability-of-

Nursing, A. (2021). History and philosophy of Science. Nurse Key.


https://nursekey.com/2-history-and-philosophy-of-science/

Olvera, E. L., González, B. C. S., & Queved, E. C.-. (2009). Influence of positivism on
nursing research and practice . Index de Enfermeria. http://www.index-
f.com/index-enfermeria/v18n4/7056e.php

Potter, P. (2009). Fundamental Keperawatan (7th ed.). Salemba Medika.

Rapley, P., & Robertson, J. (1990). Justifying nursing practice: the scientific rationale.
Nurse Education Today, 10(3), 233–236. https://doi.org/10.1016/0260-
6917(90)90031-K

Risnah, & Irwan, M. (2021). Falsafah dan Teori Keperawatan dalam Integrasi
Keilmuan. Alauddin University Press.

Soetjiningsih. (2016). Pertumbuhan dan Perkembangan Anak. Penerbit Buku


Kedokteran EGC.

Yuliastati, & Arnis, A. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawata: Keperawatan
Anak. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Badan Pengembangan dan
Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan.

33

Anda mungkin juga menyukai