Dosen Pengampu :
Ns. Wirdan Fauzi Rahman, M.Kep
Disusun Oleh :
Dwi Nurfathonah NIM 2200001010
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Atas
izin dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tepat waktu, Tak lupa pula
penulis haturkan shalawat serta salam kepada jungjunan Rasulullah Muhammad SAW.
Semoga syafaatnya mengalir pada kita di hari akhir kelak.
Dengan ini kami berterima kasih kepada bapak N.s Wirdan fauzi Rahman,
M.kep selaku Dosen mata kuliah Keperawatan Anak yang telah mendidik kami semoga
Ilmu yang di ajarkan kepada kami bermanfat Amin.
kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, dan apabila
ada kesalahan dan kekurangan kami haturkan maaf sebesar besarnya, kami harap
makalah bisa ini bisa menjadi media baca yang bermanfaat Amin..
Penulis
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak merupakan seorang yang berusia kurang dari delapan belas ahun,
dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus, baik kebutuhan
fisik, psikologis, sosial dan spiritual. Menurut Word Health Organization
(WHO, 2013) batasan usia anak adalah sejak anak dalam kandungan sampai
usia 19 tahun (InfoDATIN, 2014). Anak merupakan individu yang berada
dalam satu rentan perubahan pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai
dari bayi hingga remaja (Hidayat, 2012).
Menurut Khusumaningtyas dan Wayanti (2016) pertumbuhan dan
perkembangan adalah salah satu indikator memantau kesehatan anak.
Perkembangan anak terdiri atas beberapa perkembangan yaitu perkembangan
personal social, perkembangan motorik kasar, perkembangan Bahasa dan
perkembangan motorik halus. Masa pertumbuhan dan perkembangan anak
dimulai dari bayi (0 – 1 tahun), usia bermain (Toddler) (1 – 2,5 tahun), usia
pra sekolah (2,5 – 5 tahun), usia sekolah (5 – 11 tahun), hingga remaja (11 –
18 tahun) (Hidayat, 2012). Dari masa pertumbuhan dan perkembangan, anak
rentan terhadap sakit. Rentang sehat sakit merupakan batasan yang dapat
diberikan bantuan Pelayanan keperawatan pada anak, yaitu suatu kondisi anak
berada dalam status kesehatan yang meliputi sejahtera, sehat optimal, sehat,
sakit kronis, dan meninggal dunia Anak yang sakit dan di rawat di rumah sakit
akan mengalami hospitalisasi. Hospitalisasi merupakan suatu proses karena
suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal
dirumah sakit menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya
kembali ke rumah. Selama proses tersebut, anak dan orang tua harus dapat
mengalami berbagai kejadian yang menurut beberapa ditunjukkan dengan
pengalaman yang sangat traumatik dan penuh stress (Akmalia, Anjarwati and
Lestari, 2021)
4
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan keperawatan anak?
C. Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami keperawatan anak.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Faktor Internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri seseorang yang
menjadi rasional untuk seseorang berperilaku terdiri dari persepsi,
pengetahuan, keyakinan, keinginan, motivasi, niat, dan sikap.
b. Sikap (attitude) merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2012).
Sikap seseorang terhadap objek adalah perasaan mendukung atau
memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak
memihak (unfavorable) pada objek tersebut. Sikap juga merupakan
kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai
penghayatan terhadap objek. Secara lebih sederhana sikap dapat
dianggap sebagai suatu predisposisi umum untuk berespon atau
bertindak secara positif atau negatif terhadap suatu objek atau orang
disertai emosi positif atau negatif. Sikap membutuhkan penilaian, ada
penilaian positif, negatif atau netral tanpa reaksi afektif apapun.Sikap
positif merupakan sikap yang menunjukkan atau mempertahankan,
9
2. Faktor Eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri seseorang yang
mendukung seseorang untuk bertindak (berperilaku) atau mencapai tujuan
yang diinginkan, seperti pengalaman, fasilitas, dan sosiobudaya Fasilitas
atau sarana di rumah sakit sangat diperlukan untuk mewujudkan sikap
perawat agar menjadi tindakan, seperti tersedianya ruang bermain atau
alat-alat permainan untuk melakukan intervensi bermain pada anak,
tersedianya tirai bergambar bunga atau binatang lucu, hiasan dinding
bergambar dunia binatang atau fauna, papan nama pasien bergambar lucu,
dan tersedianya pakaian berwarna warni untuk perawat di ruang anak
(Supartini, 2014).
E. Hambatan perawat anak dalam pelaksanaan autromatic care
1. Perbedaan Persepsi Orang Tua Atau Keluarga Dengan Perawat Dalam
pelaksanaan atraumatic care, perawat anak memiliki hambatan yang
dikarenakan oleh perbedaan persepsi orang tua atau keluarga. Hasil
penelitian Yagil, luria, Admi, Eilon, dan Linn (2010) menyatakan bahwa
perbedaan persepsi dikarenakan kurangnya kepekaan perawat terhadap
harapan dan kebutuhan dari keluarga. Selain itu, pentingnya negosiasi antara
orang tua dengan perawat untuk menghindari tindakan keperawatan yang
dilakukan oleh orang tua Orang tua akan memiliki persepsi yang sama ketika
perawat mampu menjelaskan prosedur tindakan dengan tepat, dan keluarga
dapat menerimanya (Hamilton, Lerner, Presson, dan Klitzner, 2012). Selain
itu perawat harus mampu berperan sebagai komunikator dengan orang tua
sehingga tidak terjadi miskomunikasi dan perbedaan persepsi.
2. Keterbatasan Fasilitas Rumah Sakit
Keterbatasan fasilitas rumah sakit menjadi hambatan karena, Rumah Sakit
terkhusus ruang anak harus menyediakan ruang tindakan khusus untuk
pengendalian infeksi saat melakukan tindakan invasif Selain itu, harus
mempunyai ruang bermain khusus untuk mensejahterakan anak baik mental
10
maupun fisik. Menurut Masson, Elfving, Petersson ,Wahl, dan Tuneli (2013)
mendatangkan badut ke Rumah Sakit juga mempunyai dampak positif bagi
anak-anak, karena badut dapat mengalihkan perhatian mereka. yang
menyatakan bahwa rumah sakit seharusnya memiliki fasilitas yang lebih
efisien dan efektif untuk mendukung kegiatan manajemen fasilitas di
lingkungan kesehatan yang memiliki tujuan untuk mengurangi infeksi
nosokomial. Hal tersebut bertolak belakang dengan konsep ruang bermain
yang bersifat tidak efisien dan efektif seperti ruangan yang penuh dengan
mainan ataupun gambar-gambar yang ditempel di dinding yang dapat
menyebabkan infeksi.
3. Dukungan Orang Tua Dan Keluarga
Kurangnya dukungan keluarga menjadi hambatan hal tersebut dipengaruhi
oleh tingkat pendidikan yang rendah. Perawat memerlukan dukungan dari
keluarga untuk memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas ukungan
orang tua dan keluarga memiliki dampak positif bagi perawat maupun anak,
sehingga perawat mampu melakukan tindakan atraumatic care dengan baik
dan membuat anak merasa nyaman, dan sejahtera.
4. Kurangnya Pengalaman Kerja Perawat Kurangnya pengalaman kerja
perawat menjadi hambatan dalam pelaksanaan atraumatic care dikarenakan,
minimnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki berpengaruh pada
kualitas pelayanan yang diberikan (Halcomb, Salamonson, Raymond &
Knox, 2011). perawat juga harus memiliki kompetensi dan kualitas
pelayanan yang profesioanal yang juga dipengaruhi oleh pengalaman dan
masa kerja perawat. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Sodeify, Vanaki, & Mohammadi (2013) yang menyatakan bahwa
pengalaman kerja perawat tidak berpengaruh terhadap pelayanan dan
tindakan yang diberikan tetapi, faktor internal perawat sendiri misalnya,
persepsi dan komitmen akan pekerjaannya. Selain itu, perawat barululus pun
dapat memberikan pelayanan dan kualitas yang baik. Sebab perawat yang
baru lulus masih memiliki ilmu yang baru dan dapat mengaplikasikanya
dalam pemberian asuhan keperawatan (Barrere& Durkin,2014)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Autromatic care adalah perawatan yang tidak menimbulkan adanya
trauma pada anak maupun keluarga. Perawatan tersebut difokuskan dalam
pencegahan terhadap trauma yang merupakan bagian dalam keperawatan
anak. Perhatian khusus kepada anak sebagai individu yang masih dalam
usia tumbuh kembang. sangat penting karena masa anak merupakan proses
menuju kematangan. Tujuan penerapan prinsip atraumatic care pada anak
untuk meminimalkan dampak hospitalisasi, mencegah meminimalkan
perpisahan anak dengan orang tua/keluarga, mengoptimalisasi asuhan anak
sesuai tingkat tumbuh kembang anak. dan memfasilitasi tumbuh kembang
anak. Atraumatic care bukan suatu bentuk intervensi yang nyata terlihat,
tetapi memberikan perhatian pada apa, siapa, dimana, mengapa dan
bagaimana prosedur dilakukan pada anak dengan tujuan mencegah dan
mengurangi stres fisik maupun psikologis. Aktivitas bermain merupakan
salah satu stimulus bagi perkembangan anak. Ada dua faktor yang
mempengaruhi pelaksanaan atraumatic care di rumah sakit, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal.
B. Saran
10
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, Aziz Hidayat. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 2 Cetakan 3 Jilid
Ke 2.
Jakarta: Salemba Medika
Bets, Cecili Lynn. 2009, Buku Saku Keperawatan Pediatric Edisi 5 Cetakan
Pertama. Jakarta: EGC.
Kurniawati, Sri. 2009. Skripsi: Persepsi Perawat Terhadap Prinsip Perawatan
Atraumatik Pada Anak Di Ruang III RSU Dr.Pirngadi Medan. Medan: USU
Repository.