Anda di halaman 1dari 43

Makalah

“asuhan keperawatan pada anak balita “

Dosen pembimbing :Ns.Nurlina wati ,S.Kep.,M.Kep

Kelompok 8:

1. Yowanda putri pratiwi G1B115025


2. Intan yullya kardila G1B115026
3. Yuza olsi rahmi G1B115027

UNIVERSITAS JAMBI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


TAHUN 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah dapat menyelesaikan makalah tentang
“asuhan keperawatan pada anak baluta ” ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang
dimiliki.

Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai asuhan keperawatan pada anak balita dan penulis juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat banyak kekurangan dan jauh dari
apa yang kami harapkan. Untuk itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
sarana yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah disusun ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan penulis memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.

Jambi ,23 maret 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................iii

1.1 Latar belakang............................................................................................................iii

1.2 Rumusan masalah.......................................................................................................iii

1.3 Tujuan.........................................................................................................................iv

BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................................................1

2.1 Balita................................................................................................................................1

2.1.1    Definisi....................................................................................................................1

2.1.2    Perkembangan Fisik, Motorik, Kognitif, Dan Sosioemosional Pada Balita...........2

2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan:..............14

2.2 Masalah-masalah kesehatan pada balita........................................................................17

2.3 Tujuan dari asuhan keperawatan komunitas pada agregat balita..................................17

2.4 Ruang lingkup asuhan keperawatan pada agregat balita..............................................18

2.5 Asuhan keperawatan teori pada balita..........................................................................18

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN BALITA BERDASARKAN KASUS.......................26

3.1 Pengkajian.................................................................................................................26

3.2 Diagnosa Keperawatan..............................................................................................32

3.3 Intervensi...................................................................................................................32

BAB IV PENUTUP................................................................................................................37

4.1 kesimpulan.................................................................................................................37

4.2 Saran..........................................................................................................................37

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................38

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Balita adalah anak yang berumur 5 tahun ke bawah atau masih kecil yang perlu
tempat bergantung pada seorang dewasa yang mempunyai kekuatan untuk mandiri.
Periode 5 (lima) tahun pertama kehidupan anak sering disebut juga sebagai "Masa
Keemasan (golden period) atau Jendela Kesempatan (window opportunity) atau Masa
Kritis (critical period)" karena periode ini merupakan masa pertumbuhan dan
perkembangan yang paling pesat pada otak manusia, masa yang sangat peka bagi otak
anak dalam menerima berbagai masukan dari lingkungan sekitarnya. Mengingat masa 5
tahun pertama merupakan masa yang  'relatif pendek'  dan tidak akan terulang kembali
dalam kehidupan seorang anak, maka orang tua/pengasuh/pendidik/masyarakat dan
tenaga kesehatan harus memanfaatkan kesempatan ini untuk membentuk anak menjadi
anak yang berkualitas tinggi melalui kegiatan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi
Dini Tumbuh Kembang.
Maka dari itu dari proses pertumbuhan dan perkembangan anak ini, kita sebagai
tenaga kesehatan juga berperan penting karena kita merupaka ujung tombak perubahan
derajat kesehatan diindonesia maka demi mewujudkan anak yang cerdas dan berguna
bagi bangsa dan negara nantinya kita harus meningkat kan derajat kesehatan pada anak
balita ini dengan melakukan berbagai intervensi dan promosi kesehatan sehingga ank-
anak ini dapat terhindar dari berbagai masalah kesehatan sehingga anak-anak dapat
meraih masa depan yang cemerlang, maka dari itu sebagai seorang perawat harus turun
langsung kelapangan untuk melihat keadaan dan perkembangan yang sedang terjadi
dtengah masayarakat dengan demikian kita dapat mendirikan diagnosa keperawatan serta
mengintervensi dan mengimplementasi sehingga anak-anak terbebas dari berbagai
permasalahan kesehatan.

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaiamanakah konsep teori tentang balita?
2. Apa-apa saja masalah kesehatan yang sering terjadi pada balita?
3. Apa saja tujuan dari keperawatan komunitas pada agregat balita?

iii
4. Apa saja yang termasuk ruang lingkup asuhan keperawatan komunita pada agregat
balita?
5. Bagaiamanakah askep teori pada agregat balita

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dari balita
2. Untuk mengetahui masalah-masalah kesehtan yang sering terjadi pada balita
3. Untuk mengetahui tujuan dari ashuan keperawatan komunitas pada agregat balita
4. Untuk mengetahui ruang lingkup askpe pada agregat balita
5. Untuk mengetahui askep teori pada agregat balita

iv
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Balita

2.1.1    Definisi

Balita adalah bayi yang berada pada rentang usia 0-5 tahun. Pada usia ini otak
anak mengalami pertumbuhan yang sangat pesat yang dikenal dengan istilah masa
keemasan (the golden ege), dan pada masa ini harus mendapatkan stimulasi secara

Menyeluruh baik kesehatan, gizi, pengasuhan dan pendidikan.


Menurut Soetjiningsih (2001), balita adalah anak dengan usia dibawah 5
tahun dengan karakteristik pertumbuhan yakni pertumbuhan cepat pada usia 0-1
tahun dimana umur 5 bulan BB naik 2x BB lahir dan 3x BB lahir pada umur 1
tahun dan menjadi 4x pada umur 2 tahun. Pertumbuhan mulai lambat pada masa
pra sekolah kenaikan BB kurang lebih 2 kg/ tahun, kemudian pertumbuhan konstan
mulai berakhir.
Balita merupakan istilah yang berasal dari kependekan kata bawah lima tahun.
Istilah ini cukup populer dalam program kesehatan. Balita merupakan kelompok
usia tersendiri yang menjadi sasaran program KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) di
lingkup Dinas Kesehatan. Balita merupakan masa pertumbuhan tubuh dan otak
yang sangat pesat dalam pencapaian keoptimalan fungsinya. Periode tumbuh
kembang anak adalah masa balita, karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang
akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan kemampuan berbahasa,
kreatifitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan
merupakan landasan perkembangan berikutnya (supartini, 2004)
Bawah Lima Tahun atau sering disingkat sebagai balita, merupakan salah
satu periode usia manusia setelah bayi sebelum anak awal. Rentang usia balita
dimulai dari satu sampai dengan lima tahun, atau bisa digunakan perhitungan bulan
yaitu usia 12-60 bulan. Pada masa ini semua orang tua menginginkan anaknya
tumbuh menjadi anak yang cerdas, tapi sedikit yang memanfaatkan peluang ini,
karena mereka merasa pertumbuhan anak adalah proses alami yang akan terjadi
dengan sendirinya tanpa dengan interpretesi orang tua atau siapapun.

1
2.1.2    Perkembangan Fisik, Motorik, Kognitif, Dan Sosioemosional Pada Balita

Perttumbuhan dan perkembagan bayi merupakan suatu hal yang penuh


teka- teki dan pertanyaan karena bayi terlihat bagae mahlik yag perilaku umumnya
tampak tidak terorgaisasi, ia akan menangis ketika merasa tidak nyaman dan tidak
aman. Serta hanya terdiam saja ketika sebaliknya. Hal itu membuat orang bertanya-
tanya sebenarnya hal apa saja yang bias ia lakukan apakah dengan terdiamnya serta
kebiasaanya yang selalu tidur hingga 16-17 jam perhari bayi juga bias melihat,
mendengar dan merasakan rangsangan dari sekitarnya.
Sang ibu biasanya memliki permasalaha komunikasi degan bayinya. Ibu
ingin memenuhi kenyamana dan keiginan bayi sepenuhnya namun kadang kita
tidak tau apa maksud dari tangisan bayi. Dalam makalah ini akan membahas
mengenai bagaemana sebenarya pertumbuhan dan perkembangan bayi tersebut.
Sehingga kita dapat memahami bagaemana dunia sang bayi tersebut dimana hal
tersebut akan mendorong perkembangan dan pertumbuhan bayi secara optimal.
1. Perkembangan Fisik Pada Balita
Perkembangan fisik merupakan dasar bagi kemajuan perkembangan
berikutnya. Dengan meningkatnya pertumbuhan tubuh,baik yang menyangkut
ukuran berat dan tinggi maupun kekuatannya, memungkinkan anak untuk dapat
lebih mengembangkan keterampilan fisiknya dan mengeksplorasi
lingkungannya. Perkembanga fisik anak ditandai dengan berkembangnya
keterampilan motorik, baik yang kasar maupun halus.
Pada fase ini anak berkembang dengan sangat pesat (Choirunisa, 2009 :
10). Pada periode ini, balita memiliki ciri khas perkembangan menurun
disebabkan banyaknya energi untuk bergerak. Perkembangan fisik pada balita
antara lain:
A. Urutan Cephalocaudal dan proximodistal
Urutan Cephalocaudal ialah urutan pertumbuhan,dimana pertumbuhan
terbesar selalu dimulai dari atas kepala dilanjutkan dengan pertumbuhan
fisikmencakup yang besar,berat serta pertumbuhan organ tubuh lainnya
secara berangsur-angsur dari atas kebawah(keleher, bahu batang tubuh
tengah dan lain lain).
Urutan proximodistal ialah pertumbuhan dimulai pada bagian tengah tubuh
lalu bergerak dari kaki dan tangan.

2
B. Tinggi dan berat
Bayi yang baru lahir kehilangan 5-7% berat tubuh meraka, segera setelah
bayi menyesuaikan diri dangan mengisap, menelan dan mencerna mereka
bertumbuh cepat dan memperoleh berat kira-kira 5-6 ons perminggu
selama bulan pertama pada bulan ke empat berat badan mereka naik
mencapai hampir tiga kali lipat dari berat mereka ketika hari pertama
kelahiiran.
C.  Keterampilan Motorik kasar dan halus
Ketrampilan motorik kasar meliputi kegiatanotot-otot besar seperti
menggerakan lengan danberjalan.dan ketrampilan motorik halus meliputi
gerakan-gerakan menyesuaikan secara lebih halus, separti ketangkasan jari
meraih dan menggegan, gerakan pergelangan tangan, perputaran tangan,
dan koordinasi jari.
D. Otak
Ketika bayi berjalan, berbicara, berlari, menggoyang-goyagka mainan
yang daat berbunyi, tersenyum dan mengerutkan dahi maka perubahan-
perubahan dalam otaknya sedang berkembang. Sebenarnya sejak lahirn
bayi sudah memiliki semua sel syaraf (neurons) yang akan dimiliki
sepanjang hidupnya.tetapi pada saat lahir dan awal khidupannya
keterkaitan sel-sel ini masih sangat lemah.
E. Kebutuhan gizi dan perilaku makan
Perbedaan-perbedan yang ada pada setiap bayi dalam cadangan gizi,
komposisi tubuh, tingkat pertumbuhan dan pola kegiatan membuat
pendefinisian kebutuhan gizi yang sesungguhnya sulit dilakukan. Akan
tetapi para pakar gizi menganjurkan bahwa bayi perlu mengkonsumsi 50
kalori per hari untuk setiap pon berat mereka.
F. Perkembangan Sensoris dan persepsi
Semua informasi datag pada bayi melalui indra. Sesasi terjadi ketika
sekumpulan informasi menadakan kontak dengan peerima sensor (mata,
telinga, lidah, hidung, dan kulit). Persepsiialah interpretasi tentag apa yang
diindrakan atau dirasakan.
G.   Persepsi Visual
Dunia visual pada bayi yang baru lahir bukanlah kebingungan tetapi bayi
yang baru lahir diperkirakan 20/200-20/600 pada bagan snellen yaitu akat

3
untuk menguji mata.ini sekitar 10-30 kali lebih rendah dari penglihatan
orang dewasa normal. Tetapi akan meningkat pada usia 6 bulan
H. Pendengaran
Segera setelah kelahiran, bayi dapat mendengar, walaupun ambang pintu
sensor orang dewasa (Trehub, dkk, 1991). Oleh karenanya, suatu
rangsangan harus lebih nyaring untuk didengar oleh bayi. (Morrongiello,
Fenwick, & Chace, 1990). Kenyataan bukan hanya bayi yang baru lahir
yang bisa mendengar, bahwa ada kemungkinan janinpun bisa mendengar
ketika ia mendekap di dalam kandungan ibunya. Janin dapat mendengar
pada beberapa bulan terakhir kehamilan.
I. Sentuhan pada Bayi yang Baru Lahir
Bayi-bayi yang baru lahir ternyata sudah memberi respons terhadap
sentuhan. Sentuhan ke pipi ternyata menghasilkan gelengan kepala
sedangkan sentuhan ke bibir menghasilkan gerakan mengisap. Sebagai
contoh, sunat biasanya dilakukan kepada bayi laki-laki kecil kira-kira hari
ketiga setelah kelahiran. Peningkatan tangisan dan ocehan intensif selama
prosedur sunat dilakukan, mengindikasikan bayi berusia 3 hari mengalami
rasa sakit (Gunnar, Malone, & Fisch, 1987; Porter, & Marshall, 1988)
Bayi laki-laki yang baru lahir yang menangis intensif selama sunat,
menunjukkan bahwa mereka mengalami stres.Selama bertahun-tahun, para
dokter telah melakukan operasi pada bayi-bayi yang lahir tanpa
pembiusan. Praktek kedokteran ini dilakukan karena bahaya pembiusan
terhadap bayi dan anggapan bahwa bayi yang baru lahir tidak merasakan
sakit. Baru-baru ini, ketika para peneliti yakin bahwa bayi yang baru lahir
dapat merasakan sakit, praktek operasi yang telah berlangsung lama pada
bayi yang baru lahir tanpa pembiusan semakin banyak diperdebatkan.
J. Penciuman (Smell)
Bayi-bayi yang baru lahir dapat membedakan bau. Hal ini ditunjukkan dari
ekspresi wajah mereka. Mereka kelihatannya menyukai bau vanilla dan
arbei tetapi tidak suka bau telur dan ikan busuk (Steiner, 1979).
K. Kecapan (Taste)
Ketika mengisap puting yang diolesi dengan suatu larutan yang manis,
jumlah isapan bertambah (Lipsitt, dkk, 1976). Dalam penelitian lain, bayi-
bayi yang baru lahir memperlihatkan suatu ekspresi senyum setelah diberi

4
larutan manis. Sebaliknya mereka mengerutkan lidah mereka setelah diberi
larutan asam (Steiner, 1979).
L. Persepsi Menyeluruh
Percepsi menyeluruh (intermodal perception) ialah kemampuan
mengaitkan dan informasi atas dua atau lebih pengalaman sensoris, seperti
penglihatan dan pendengaran.

2.   Perkembangan Kognitif Pada Balita


Seorang anak melalui serangkaian tahap pemikiran dari masa bayi
hingga masa dewasa. Kemampuan bayi dari tahap-tahap tersebut berasal dari
tekanan biologis untuk menyesuaikan diri (adapt) dengan lingkungan dan
adanya pengorganisasian struktur berpikir.
Menurut Piaget, perkembangan pemikiran dibagi ke dalam empat
tahap yang secara kualitatif sangat berbeda: sensoris-motorik, praoperasional
dan operasional konkret, dan operasional formal.

A. Tahap Perkembangan Sensoris- Motorik


Tahap sensoris motorik Piaget berlangsung dari kelahiran hingga kira-
kira usia 2 tahun. Selama masa ini perkembangan mental dipengaruhi oleh
kemajuan yang besar pada kemampuan bayi untuk mengorganisasikan dan
mengkoordinasikan sensasi melalui gerakan-gerakan dan tindakan-
tindakan fisik – oleh karena itu, namanya sensorik-motorik (Piaget, 1952)
Tahapan-tahapan Piaget, perkembangan subtahap sensoris motorik adalah:
1. reflek sederhana,
2. kebiasaan-kebiasaan sederhana dan reaksi sirkuler primer
3. reaksi sirkuler sekunder, (4) koordinasi reaksi sirkuler
4. reaksi sirkuler tersier, pencarian dan keingin tahuan
5. internalisasi skema.
Reflek sederhana (simple reflexe) ialah subtahap sensoris motorik
pertama Piaget, yang terjadi pada bulan pertama setelah kelahiran. Pada
subtahap ini, alat dasar Reaksi sirkuler sekunder (secondary sircular
reaction) ialai subtahap sensorik-motorik ketiga Piaget, yang berkembang
antara usia 4 dan 8 bulan. Pada subtahap ini, bayi semakin berorientasi

5
atau berfokus pada benda di dunia, yang bergerak dengan keasyikan
dengan diri sendiri dalam interaksi sensoris-motorik.
Koordinasi reaksi sirkuler sekunder (coordination of secondery sirculer
reaction) ialah subtahap sensorik-motorik keempat Piaget, yang
berkembang antara usia 8 dan 12 bulan. Pada subtahap ini, beberapa
perubahan yang signifikan berlangsung yang meliputi koordinasi skema
dan kesengajaan.
Reaksi sirkuler tersier, kesenangan atas suatu yang baru, dan
keingintahuan (tertiary circular reaction, novelty and curiosity) ialah
subtahap sensoris-motorik kelima Piaget yang berkembang antara usia 12
dan 18 bulan. Pada subtahap ini bayi semakin tergugah minatnya oleh
berbagai hal yang ada pada benda-benda itu dan oleh banyak hal yang
dapat mereka lakukan pada benda-benda itu.
Internalisasi skema yaitu (internalization of sehemes) ialah subtahap
sensoris-motorik keenam dan terakhir Piaget, yang berkembang antara usia
18 dan 24 bulan. Pada subtahap ini fungsi mental bayi berubah dari suatu
taraf sensoris motorik murni menjadi suatu taraf simbolis, dan bayi mulai
mengembangkan kemampuan untuk mengembangkan kemampuan untuk
menggunakan simbol-simbol primitif.koordinasi sensasi dan aksi ialah
melalui perilaku reflektif, seperti mencari dan mengisap, yang dimiliki
bayi sejak kelahiran.
Kebiasaan-kebiasaan pertama dan reaksi sirkuler primer (first habit dan
primary circual reaktion) ialah subtahap sensorik-motorik kedua Piaget 1-4
bulan. Pada subtahap ini, pada subtahap ini bayi belajar
mengkoordinasikan sensasi tipe skema atau struktur-yaitu, kebiasaan dan
reaksi-reaksi sirkuler primer.
Reaksi sirkuler primer (primary circular reaction) ialah suatu skema
yang didasarkan pada usaha bayi untuk memproduksi suatu peristiwa yang
menarik atau menyenangkan yang pada mulanya terjadi secara kebetulan.

3. Perkembangan Bahasa
Bahasa (language) ialah suatu sistem simbol yang digunakan untuk
berkomunikasi dengan orang lain. Pada manusia, bahasa ditandai oleh daya
cipta yang tidak pernah habis dan adanya sebuah sistem aturan. Daya cipta

6
yang tidak pernah habis (invinite generativity) ialah suatu kemampuan individu
untuk menciptakan sejumlah kalimat bermakna yang tidak pernah berhenti
dengan menggunakan seperangkat kata dan aturan yang terbatas, yang
menjadikan bahasa sebagai upaya yang sangat kreatif.
Sistem aturan bahasa mencakup: fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan
pragmantik.
A. Fonologi (phonologi) ialah study tentang bunyi-bunyian bahasa.
B. Morfologi (morphologi) mengacu pada ketentuan-ketentuan
pengkobinasian morfem; morfem ialah rangkaian bunyi-bunyian terkecil
yang memberi makna kepada penggalan suku kata yang kita ucapkan dan
dengar.
C. Sintaksis (syntax) melibatkan bagaimana kata-kata dikombinasikan untuj
membentuk ungkapan dan kalimat yang dapat diterima.
Menurut clara dan wiLiam stern beberapa perkembangan bahasa antara lain:
A. Prastadium (tahun pertama)
Kata pertama yang diucapkan anak dimulai dari suara-suara seperti yang
kita dengar keluar dari mulut seorang bayi. Dalam masa ini anak cendrung
mengucapkan pengulangan suara. Contoh sebagai penjelasan, ma-ma, mi-
mi (saya mau minum).
B. Kalimat satu kata (12-18 bulan)
Satu perkataan dimaksudkan untuk mengungkapkan satu perasaan, atau
satu keinginan. Seperti kata “mama” dimaksudkan untuk “mama, saya
minta makan.”
C. Masa memberi nama (18-24 bulan)
Perkembangan bahasa ini, seakan-akan terhenti selama beberapa bulan
kerena anak memusatkan perhatiannya untuk belajar berjalan. Sambil
berjalan kesana sini, dengan tak henti-hentinya dia bertanya, “ini apa?, itu
apa?, itu siapa?, ia mengapa?” itulah alasannya mengapa ada yang
menyebut masa ini dengan masa “masa memberi nama” atau “masa apa
itu”.
D. Masa kalimat tunggal (24-30 bulan)
Bahasa dan bentuk kalimat makin baik dan sempurna, anak telah
menggunakan kalimat tunggal. Sekarang ia mulai menggunakan awalan
dan akhiran yang membedakan bentuk dan warna.

7
E. Masa kalimat majemuk (>30 bulan)
Anak mengucapkan kalimat yang makin panjang dan bagus. Anak telah
mulai menyatakan pendapatnya dengan kalimat majemuk. Sesekali ia
menggunakan kata perangkai, akhirnya timbullah anak kalimat. Dalam hal
ini anak sering berbuat kesalahan.

` Selain berdasarkan umur, perkembangan bahasa balita sangat


dipengaruhi perilaku dan lingkungan. Kebanyakan peneliti penguasaan bahasa
yakin bahwa anak-anak dari berbagai konteks sosial yang luas menguasai
bahasa ibu mereka tanpa diajarkan secara khusus. Walaupun begitu, proses
pembelajaran bahasa biasanya memerlukan lebih banyak dukungan dan
keterlibatan dari pengasuh dan guru.

Strategi mengajarkan bahasa pada bayi atau anak kecil :


1. Satu peran lingkungan yang membangkitkan rasa ingin tahu dalam
penguasaan bahasa pada anak kecil disebut motherese, yakni cara ibu dan
orang dewasa sering berbicara pada bayi dengan frekuensi dan hubungan
lebih luas daripada normal, dan kalimat-kalimat yang sederhana.
2. Menyusun ulang (recasting) ialah pengucapan kata suatu kalimat yang
sama atau yang mirip dengan cara yang berbeda, barangkali dengan
menguahnya menjadi suatu pertanyaan.
3. Menggemakan(echoing) ialah mengulangi apa yang dikatakan anak
kepada Anda, khususnya kalau perkataan itu suatu ungkapan atau kalimat
yang tidak sempurna.
4. Memperluas(expanding) ialah mengatakan ulang apa yang telah anak
katakan dalam bahasa yang secara linguistik “canggih“.
5. Memberi nama (labeling) ialah mengidentifikasi nama-nama benda.

4. Psikososial Pada Balita


Selain perkembangan fisik, satu hal juga yang harus diperhatikan oleh setiap
orangtua yaitu perkembngan psikologis dan emosional buah hatinya. Dengan
peka terhadap setiap tahap perkembangan si kecil dapa mempererat hubungan
orangtua dan anak,selain tentunya membantu anda mengetahui bagaimana cara

8
menangani anak muda. Berikut beberapa tahap dalam perkembangan psikologis
dan emosional anak.
A. Usia 12-36 bulan
Kegiatan mendongeng atau membacakan cerita sebelum tidur untuk si kecil
merupakan sebuahaktifitas yang tak hanya menyenangkan namun juga
dapat mengembangkan kemampuan membaca si kecil sejak dini.
Kemampuan tersebut meliputi :
1) Bagaimana sebuah buku bekerja, dalam hal ini anda mengajarkan
bahwa sebuah buku bisa baru akan bermakna setelah kita
membukanya, dan membaca cerita didalamnya
2) Buku bisa menceritakan sebuah kisah.
3) Setiap cerita memiliki awal dan akhir
Setelah si kecil tahu manfaat dan cara kerja buku, anda bisa mulai
mengajarkannya untuk menyukai aktifitas membaca buku, ditahap ini anda
cukup mengajarkannya beberapa hal seperti :
1) Membacakannya buku dengan suara yang jelas dan keras
2) Biarkan si kecil bermain-main dengan bukunya, sehingga ia familiar
dengan buku
3) Bacalah dalam waktu yang singkat, karena bagi anak-anak 10 menit
membaca merupakan waktu yang lama
4) Ikuti cerita anda dengan pertanyaan seputar kisah yang ada dalam
buku tersebut, untuk memancing interaksi antara anak anda dengan
buku yang sedang dibaca
5) Jika si kecil tiba-tiba merebut buku yang sedang anda bacakan,
biarkan ia melakukan tersebut, karena itu pertanda si kecil ingin
bereksplorasi dengan bukunya.

B. Usia 18-36 bulan


Jika di bulan-bulan sebelumnya bayi anda sulit berpisah dari anda, maka
memasuki tahun ke-2 si kecil mulai menyadari bahwa ia juga makhluk
individual. Mereka akan mulai melakukan sesuatu sendiri. Pada tahap ini
berikan ruang pada anak anda untuk tumbuh. Hal tersebut dapat dilakukan
dengan cara :

9
1) Sediakan lebih banyak waktu untuk bagi anak anda untuk melakukan
lebih banyak hal sendiri, misalnya saat ia ingin mengembalikan
mainannya sendiri ke kotaknya, saat ia ingin makan sendiri, membuka
sepatu sendiri dan sebagainya.
2) Sertakan sikecil dalam aktifitas harian anda misalnya saat anda
membersihkan rumah, anda bisa menberinya lap bersih dan
sebagainya sehingga ia merasa telah turut serta bersih-bersih bersama
anda.
3) Pada tahap ini ada kalanya si kecil akan membuat anda jengkel
misanya membuat makananya berantakan saat mencoba makan
sendiri,jika hal tersebut terjadi bersabarlah,bimbinglah iya untuk
berlatih kemandirianya dengan benar dan jangan buat iya menyerah
karna omelan anda.
4) Seringkali anda mengatakan “tidak”untuk melarang si kecil
melakukan ini itu,jangan kaget jika di usia ini si kecil akan balik
mengatakan “tidak” untuk setiap anda minta. Alangkah lebih baik jika
sejak dini anda mulai memilih kata-kata yang tepat untuk mengatakan
“tidak” pada si kecil.

C. Usia 18-24 bulan


Memasuki usia 18 bulan, si kecil sudah mulai bisa mengucapkan
satu dua patah kata sederhana,bahkan anda akan merasa excidet karna
ternyata si kecil sudah milai bisa anda ajak mengobrol. Meski demikian
anda harus bersabar karna meski sudah mengenal beberapa kata,namun
si kecil belum sepenuhnya mengerti maksud dari kata yang di
ucapkanya. Bimbinglah iya terus untuk mengembangkan kemampuan
bicaranya dengan cara :
1) Jangan meneruskan kalimat yang seharusnya diselsaikan anak anda,
karena hanya akan membuat anak anda frustasi.
2) Meski sudah mulai bisa berbicara, namun anda harus ingat, si kecil
masih akan menggunakan tangisan saat lelah, lapar, atau sakit
3) Beri kesempatan pada si kecil untuk berbicara,khususnya jika ada
anak lain yang lebih tua di rumah anda.

10
4) Jadilah contoh pembicara yang baik untuk anak anda,karna pada usia
ini anak anda sedang hobinya meniru apa yang di lihat dan di
dengarnya.

D. Usia 24 bulan
Memasuki usia 24 bulan anak anda muai merasakan hubungan
antara perasaan dan perbuatanya terhadap orang lain. Hal tersebutlah yang
menjadi dasar interaksi si kecil dengan sesama yang nantinya membangun
hubungan persahabatan. Sikap empati tersebut perlu di kembangkan oleh si
kecilsejak dini dengan cara :
1) Saat anak anda sedang kesal atau sedih, biarkan iya merasakan dan
menghadapi perasaan tersebut, jangan mencoba menutupi perasaaya
atau melarangnya mengungkapkan perasaanya. Dengan demikian
anak anda belajar mengidentifikasi beragam perasaan yang
dirasakanya.
2) Perhatikan emosi anda.jangan malu mengakui jika anda sedang
marah, sedih atau kecewa, namun pastikan juga anda tidak over acting
menghadapi perasaan tersebut sehingga membuat anda takut dan aneh
dengan reaksi anda.
Selain berdasarkan penjelasan diatas, pendapat lain mengatakan
bahwa perkembangan psikososial balita dapat dijelaskan sebagai berikut:
A. Percaya Vs Tidak percaya ( 0-1 tahun )
Komponen awal yang sangat penting untuk berkembang adalah
rasa percaya. Membangun rasa percaya ini mendasari tahun pertama
kehidupan. Begitu bayi lahir dan kontakl dengnan dunia luar maka
ia mutlak terganting dengan orang lain. Rasa aman dan rasa percaya
pada lingkungan merupakan kebutuhan. Alat yang digunakan bayi
untuk berhubungan dengan dunia luar adalah mulut dan panca
indera, sedangkan perantara yang tepat antara bayi dengan
lingkungan dalah ibu. Hubungan ibu dan anak yang harmonis yaitu
melalui pemenuhan kebutuhan fisik, psikologis dan sosial,
merupakan pengalaman dasar rasa percaya bagi anak. Apabila pada
umur ini tidak tercapai rasa percaya dengan lingkungan maka dapat
timbul berbagai masalah. Rasa tidak percaya ini timbul bila

11
pengalaman untukmeningkatkan rasa percaya kurang atau
kebutuhan dasar tidak terpenuhi secara adekwat, yaitu kurangnya
pemenuhan kebutuhan fisik., psikologis dan sosial yang kurang
misalnya: anak tidak mendapat minuman atau air susu yang edukat
ketika ia lapar, tidak mendapat respon ketika ia menggigit dot botol
dan sebagainya.
B. Otonomi Vs Rasa Malu dan Ragu ( 1-3 tahun )
Pada masa ini alat gerak dan rasa telah matang dan ada rasa
percaya terhadap ibu dan lingkungan. Perkembangan Otonomi
selama periode balita berfokus pada peningkatan kemampuan anak
untuk mengontrol tubuhnya, dirinya dan lingkungannya. Anak
menyadari ia dapat menggunakan kekuatannya untuk bergerak dan
berbuat sesuai dengan kemauannya misalnya: kepuasan untuk
berjalan atau memanjat. Selain itu anak menggunakan kemampuan
mentalnya untuk menolak dan mengambil keputusan. Rasa Otonomi
diri ini perku dikembangkan karena penting untik terbentuknya rasa
percaya diri dan harga diri di kemudian hari. Hubungan dengan
orang lain bersifat egosentris atau mementingkan diri sendiri.
Peran lingkungan pada usia ini adalah memberikan support
dan memberi keyakinan yang jelas. Perasaan negatif yaitu rasa malu
dan ragu timbul apabila anak merasa tidak mampu mengatasi
tindakan yang di pilihnya serta kurangnya support dari orangtua dan
lingkungannya, misalnya orangtua terlalu mengontrol anak.
5. Perkembangan Emosi
Pada masa ini, emosi balita sangat kuat di tandai oleh ledakan amarah,
kekuatan yang hebat atau iri hati yang tidak masuk akal. Pada usia 4 tahun anak
sudah mulai menyadari “aku” nya. Bahwa “aku” nya (dirinya) berbeda dengan
orang lain. Bersamaan dengan itu, berkembang pula perasaan harga diri yang
menuntut pengakuan dari lingkungannya.
1. Pola emosi umum yang terjadi pada masa balita antara lain :
a) Takut : perasaan terancam oleh suatu objek yang di anggap
membahayakan.
b) Cemas : perasaan takut yang bersifat khayalan.
c) Marah : perasaan tidak senang atau benci.

12
d) Cemburu : perasaan tidak senang pada orang lain.
e) Kegembiraan, kesenangan dan kenikmatan : masukkan yang positif,
nyaman karena terpenuhi keinginannya.
6.    Perkembangan Kepribadian
Masa ini lazim di sebut masa “trotzalter” yaitu periode berlawanan atau
masa krisis pertama. Krisis ini terjadi karena ada perubahan yang hebat dalam
dirinya. Dia menyadari bahwa dirinya terpisah dari lingkungan atau orang lain.
Dengan kesadaran ini balita menemukan bahwa ada dua pihak yang berhadapan
yaitu “akunya” dan “orang lain”. Aspek-aspek perkembangan kepribadian balita
meliputi :
1. Ketergantungan atas citra diri (dependensi vs self image).
Konsep balita tentang dirinya sulit di pahami dan di analisis, karena
keterampilan bahasanya belum jelas dan pandangan terhadap orang lain
masih egosentris. Mereka memiliki system pandangan dan persepsi yang
kompleks, tetapi belum dpat menyatakannya.
2. Inisiatif vs rasa bersalah ( initiative vs guilt )
Erik erikson mengemukakan suatu teori bahwa mengalami suatu
krisis perkembangan, karena mereka menjadi kurang defenden dan
mengalami konflik antara inisiatif dan rasa bersalah. Kemampuan anak
berkembang, baik secara fosik maupun mental. Pada tahap ini balita siap
dan berkeinginan untuk belajar dan bekerja sama dengan orang lain guna
mencapai tujuannya.

7.        Perkembangan Moral


Pada masa ini balita sudah memiliki dasar tentang sikap motalitas
terhadap kelompok socialnya ( orang tua, saudara dan teman sebaya ). Melalui
pengalaman berinteraksi dengan temannya, anak belajar memahami tentang
kegiatan atau prilaku mana yang baik / boleh / di terima / disetujui / buruk /
tidak boleh.
Pada saat mengenal konsep baik buruk, benar salah atau menanamkan
disiplin oleh orang tua hendaknya memberikan penjelasan tentang alasanya.
Penanaman disiplin dengan di sertai alasannya ini di harapkan akan
mengembangkan self control atau self discipline pada anak.

13
2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan:

1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan


Pada dasarnya pertumbuhan manusia itu berbeda satu dengan yang lainnya
karena mereka memiliki perbedaan genetic dan asupan dari masing-masing
manusia. Sehingga bisa dikatakan bahwa faktor dari pertumbuhan manusia itu
sendiri merupakan hal penting dalam perkembangan manusia . Faktor-faktornya
adalah :
A. Faktor Genetik (Keturunan)
Faktor ini merupakan factor utama yang dimiliki oleh seorang manusia dalam
awal pertumbuhannya. Faktor ini sangat berpengaruh dalam proses
pertumbuhannya dari bayi sampai dewasa. Biasanya factor genetic ini susah
untuk diubah, karena sudah terbentuk dan melekat pada si manusia sejak
mereka lahir. Dan sekalipun bisa diubah itu memerlukan waktu yang cukup
lama untuk mengubahnya. Contoh factor-faktor genetic manusia ; postur tubuh,
warna rambut, warna kulit, sifat, tempramen dan lain-lain.
B. Faktor Asupan
Faktor ini juga mempengaruhi dalam proses pertumbuhan manusia. Dengan
pemberian asupan seperti makanan,vitamin,buah-buahah,sayuran,dll secara
teratur dalam proses pertumbuhannya maka akan terbentuklah manusia yang
sehat, baik sehat fisik dan sehat psikis. Asupan juga berpengaruh dengan cara
berfikir, pertumbuhan badan, dan lain-lain.
C. Faktor Lingkungan
Setelah kedua factor diatas telah dilewati segeralah anda mengetahui factor
yang satu ini, factor lingkungan merupakan cara pembelajaran para manusia
dalam pembangunan karakter secara alamiah dengan kata lain proses
belajarnya secara otomatis. Maka dengan itu lingkungan berpengaruh dalam
pembangunan sifat dan karakter mereka. Apabila factor gen dan asupan mereka
telah terpenuhi dengan baik tetapi ia bergaul dan hidup dilingkungan yang
salah (tidak baik) maka akan menghasilkan manusia yang tidak baik pula.

Sedangkan faktor pertumbuhan organisme pada manusia, diantaranya yaitu:

14
a) Faktor sebelum lahir. Misalnya peristiwa kekurangan nutrisi pada ibu dan
janin, janin terkena virus, keracunan sewaktu bayi ada dalam kandungan,
terkena infeksi oleh bakteri virus dan lain-lain
b) Faktor ketika lahir. Antara lain : pendaran pada bagian kepala bayi yang
disebabkanoleh tekanan dari dinding rahim ibu sewaktu ia dilahirkan.
c) Faktor sesudah lahir. Antar lain: pengalaman traumatik pada kepala, kepala
bagian dalam terluka, kepala terpukul atau mengalami serangan sinar
matahari.
d) Faktor psikologis. Misalnya bayi yang ditinggal ibu, ayah atau kedua
orangtuanya. Sebab lain ialah dibesarkan didalam institusional sehingga
kurang mendapat perawatan jasmaniah dan cinta kasih. Anak-anak tersebut
kemungkinan besar mengalami kehampaan jiwa, sehingga mengakibatkan
kelambatan pertumbuhan fungsi jasmani dan rohani terutama perkembangan
inteligensi dan emosi.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan
Perkembangan anak tidak berlangsung secara makanis-otomatis sebab
perkembangan terjadi sangat bergantung pada beberapa faktor secara simultan.
Faktor tersebut antara lain :
A. Faktor hereditas (warisan sejak lahir/ bawaan)
Hereditas merupakan factor pertama yang mempengaruhi
perkembangan individu. Dalam hal ini hereditas diartikan sebagai totalitas
karakteristik individu yang diwariskan orangtua kepada anak, atau segala
potensi, baik fisik maupun psikis yang dimiliki individu sejak masa konsepsi
(pembuahan ovum oleh sperma) sebagai pewarisan dari pihak orangtua
melalui gen-gen.
Setelah terjadi pembuahan maka terjadilah perpaduan kromoson yang
jumlahnya menjadi 48 pasang. Perpaduan ini pun segera diikuti oleh
pembelahan diri menjadi dua organism sehingga jumlah kromoson pada sel-
sel baru tersebut tetap 24 pasang. Diantara kedua organism baru tersebut
terjadilah perjuangan dan yang lebih kuat dapat terus hidup. Pada akhirnya
hanya satu organism yang berhasil hidup, maka akan lahir satu orang anak,
tetapi apabila keduanya berhasil mempertahankan hidupnya, akan lahir anak
kembar.
B. Faktor lingkungan

15
Urie Bronfrenbrenner & Ann Crouter mengemukakan bahwa
lingkungan perkembangan merupakan “berbagai peristiwa, situasi atau
kondisi di luar organism yang diduga mempengaruhi atau dipengaruhi oleh
perkembangan individu”. Lingkungan ini terdiri atas:
1) Fisik, yaitu meliputi segala sesuatu dari molekul yang ada di sekitar
janin sebelum lahir sampai kepada rancangan arsitektur suatu rumah
2) Sosial, yaitu meliputi seluruh manusia yang secara potensial
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh perkembangan individu.. Konsep
lama tentang lingkungan perkembangan, memahaminya sebagai
seperangkat kekuatan yang membentuk manusia, karena manusia
dipandang seperti seonggok tanah liat yang dapat dicetak atau
dibentuk. Sekarang dipahami bahwa manusia disamping dipengaruhi,
juga mempengaruhi lingkungan fisik dan sosialnya. Dengan kata lain,
dapat dikemukakan bahwa hubungan antara manusia dengan
lingkungan itu bersifat saling mempengaruhi. Hampir sama dengan
pengertian diatas, J.P Chaplin (1979;175) mengemukakan bahwa
lingkungan merupakan “keseluruhan aspek atau fenomena fisik dan
sosial yang mempengaruhi organism individu”. Sementara itu, Joe
Kathena mengemukakan bahwa lingkungan itu merupakan segala
sesuatu yang berada di luar individu yang meliputi fisik dan sosial
budaya. Lingkungan ini merupakan sumber seluruh informasi yang
diterima individu melalui alat inderanya. Berdasarkan ketiga pengertian
diatas, bahwa yang dimaksud dengan lingkungan perkembangan siswa
adalah “ keseluruhan fenomena (peristiwa, situasi, atau kondisi) fisik
atau sosial yang anak yang akan dibahas yaitu menyangkut lingkungan
keluarga, sekolah, kelompok sebaya, dan masyarakat.
3) Kematangan fungsi-fungsi organis dan psikis, Kematangan merupakan
fase perubahan yang dialami oleh individu karena pengaruh genetic dan
berlangsung secara bertahap.
4) Aktifitas anak sebagai subyek bebas yang berkemauan, kemampuan
seleksi, bisa menolak atau menyetujui, punya emosi, serta usaha
membangun diri sendiri. Setiap fenomena atau gejala perkembangan
anak merupakan produk dari kerjasama dan pengaruh timbal balik
antara potensialitas hereditas dengan faktor-faktor lingkungan.

16
Sehingga perkembangan merupakan produk dari pertumbuhan berkat
pematangan fungsi-fungsi fisik, pematangan fungsi-fungsi fisik,
pematangan fungsi-fungsi psikis dan usaha belajar oleh subyek anak
dalam mencobakan segenap potensialitas rohani dan jasmaninya.

2.2 Masalah-masalah kesehatan pada balita


Masalah yang sering terjadi pada balita adalah tumbuh kembang terganggu,
gizi buruk dari sedang sampai berat, diare dan ISPA. Infeksi saluran pernafasan
adalah suatu penyakit yang mempunyai angka kejadian yang cukup tinggi. Penyebab
dari penyakit ini adalah infeksi agent/ kuman. Disamping itu terdapat beberapa faktor
yang turut mempengaruhi yaitu; usia dari balita ukuran dari saluran pernafasan, daya
tahan tubuh anak tersebut terhadap penyakit serta keadaan cuaca

2.3 Tujuan dari asuhan keperawatan komunitas pada agregat balita


1. Upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit
2. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan mencari upaya pemecahan masalah
kesehatan
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perkembangan balita, masalah kesehatan
pada balita kepada keluarga dan orang tua.
4. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan pemerataan pelayanan kesehatan
Untuk meningkatkan mutu pelayanan serta pemerataan pelayanan kesehatan yang ada
di masyarakat telah dilakukan berbagai upaya salah satunya adalah dengan
meletakkan dasar pelayanan kesehatan pada sektor pelayanan dasar. Pelayanan dasar
dapat dilakukan di puskesmas induk, puskesmas pembantu, posyandu serta unit-unit
yang terkait di masyarakat. Semua bentuk pelayanan kesehatan perlu di dorong dan
digerakkan untuk menciptakan pelayanan yang prima. Selain itu cakupan di perluas
dengan pemerataan pelayanan kesehatan untuk segala aspek atau lapisan masyarakat.
5. Meningkatkan status gizi masyarakat
Peningkatan status gizi masyarakat merupakan bagian dari upaya untuk mendorong
terciptanya perbaikan status kesehatan. Dengan pemberian gizi yang baik diharapkan
pertumbuhan dan perkembangan anak akan baik pula, disamping dapat memperbaiki
status kesehatan anak.
6. Meningkatkan peran serta mayarakat

17
Peningkatan peran serta masyarakat dalam membantu perbaikan status kesehatan
penting, sebab upaya pemerintah dalam menurunkan kematian bayi dan anak tidak
hanya dapat dilakukan oleh pemerintah melainkan peran serta masyarakat.
7. Meningkatkan manajemen kesehatan
Upaya pelaksanaan program pelayanan kesehatan anak dapat berjalan dan berhasil
dengan baik bila didukung dengan perbaikan dalam pengelolaan pelayanan kesehatan

2.4 Ruang lingkup asuhan keperawatan pada agregat balita


Ruang lingkup asuhan keperawatan kelompok khusus balita mencakup upaya-
upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, dan resosilitatif melalui berbagai
kegiatan yang terorganisisasi sebagai berikut  :
1. Pelayanan kesehatan dan keperawatan
2. Penyuluhan kesehatan
3. Bimbingan dan pemecahan masalah terhadap anggota, kader kesehata, dan
petugas kesehatan
4. Penemuan kasus secara dini.
5. Melakukan rujukan medis dan kesehatan
6. Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan masyarakat, kader, dan petugas
kesehatan

Fenomena yang menjadi bidang garapan keperawatan kelompok khusus balita adalah:
1. Pemantauan tumbuh kembang balita melalui pemeriksaan oleh petugas kesehatan
2. Perawatan anak balita dengan seksama.
3. Pemberian asi eksklusif dan makanan tambahan
4. Imunisasi secara lengkap dan berkala.
5. Penimbangan berat badan secara rtin.
6. Pemberian vitamin
7. Status gizi pada balita
8. Angka kematian dan kesakitan pada balita.

2.5 Asuhan keperawatan teori pada balita

A. Pengkajian    
1.  Identitas Data

18
Meliputi nama, tempat dan tanggal lahir, usia, pendidikan, alamat, agama, mana
ayah/ibu, pekerjaan ayah dan ibu, pendidikan ayah dan ibu serta suku bangsa.
2. Keluhan-keluhan yang dialami balita
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit masa lampau meliputi prenatal, natal dan postnatal.
5. Penyakit waktu kecil dan apakah pernah dirawat di rumas sakit.
6. Obat-obatan yang pernah digunakan
7. Riwayat alergi pada balita
8. Kecelakaan
9. Imunisasi
10. Riwayat keluarga dan genogram keluarga
11. Riwayat sosial meliputi pengasuh utama, pembawaan secara umum, dan
lingkungan rumah.
12. Keadaan kesehatan saat ini meliputi diagnosa medis, tindakan operasi, obat-
obatan, tindakan keperawatan yang pernah dilakukan, hasil laboratorium dan hasil
rontgen.
13. Pengkajian pola fungsional meliputi persepsi kesehatan dan pola manajemen
kesehatan, pola nutrisi metabolik, pola eliminasi seperti pola defeksi, pola
eliminasi urine, kebersihan pakaian, aktivitas pola latihan, pola istirahat tidur anak
seperti lama tidur perhari, perubahan pola istirahat, posisi tidur, gerak tidur, pola
kognitif persepsi anak, persepsi diri dan pola konsep diri, stressor dari keluarga,
interaksi anak dengan keluarga, pols bermaian, support sistem, dan pola-pola
keyakinan. 
14. Pemeriksaan fisik meliputi keadaan umum, kesadaran, postur tubuh, tanda vital,
tinggi badan, berat badan, lingkar kepala, lingkar dada, mata, hidung, mulut,
telinga, dada, janung, paru-paru, perut, punggng, genitalia, ekstremitas dan kulit.
15.  Pemeriksaan perkembangan meliputi kemandirian dalam bergaul, motorik halus,
konitif dan bahasa serta perkembangan motorik kasar.

Analisa data dilakukan setelah dilakukan pengumpulan data melalui kegiatan


wawancara dan pemeriksaan fisik. Analisa data dilakukan dengan memilih data-data
yang ada sehingga dapat dirumuskan menjadi suatu diagnosa keperawatan. Analisa
data adalah kemampuan untuk mengaitkan data dan menghubungkan data dengan

19
kemampuan kognitif yang dimiliki, sehingga dapat diketahui kesenjangan atau
masalah yang dihadapi oleh balita. Tujuan analisa data:

a. Menetapkan kebutuhan balita


b. Menetapkan kekuatan.
c. Mengidentifikasi pola respon balita
d. Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan.

Perumusan masalah berdasarkan analisa data yang dapat menemukan masalah


kesehatan dan keperawatan yang dihadapi oleh kelompok khusus balita. Masalah
yang sudah ditemukan tersebut perawat dapat menyusun rencana asuhan keperawatan
yang selanjutnya dapat diteruskan dengan intervensi. Masalah yang ditemukan
terkadang tidak dapat di selesaikan sekaligus sehingga diperlukan prioritas masalah.
Prioritas masalah dapat ditentukan berdasarkan hierarki Maslow yaitu:

a. Keadaan yang mengancam kehidupan


b. Keadaaan yang mengancam kesehatan
c. Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan

B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon individu pada masalah kesehatan, baik
aktual maupun potensial. Masalah aktual adalah masalah yang diperoleh pada saat
pengkajian, sedangkan masalah potensial adalah masalah yang mungkin timbul
kemudian. Diagnosa keperawatan adalah suatu peryataan yang jelas, padat, dan pasti
tentang status dan masalah klien yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan.
Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan masalah yang ditemukan. Diagnosa
keperawatan akan memberikan gambaran tentang masalah dan status kesehatan
masyarakat, baik yang nyata (aktual) maupun yang mungkin terjadi (potensial).
Diagnosa keperawatan mengandung komponen PES (problem, etiologi, symptom).
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada balita adalah:

1. Kurang gizi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang gizi


balita.
2. Diare

20
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan berlebihan melalui
feses dan muntah serta intake terbatas (mual).
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan
absorbsi nutrien dan peningkatan peristaltik usus
5. Nyeri (akut) berhubungan dengan hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.
6. Kecemasan keluarga berhubungan dengan perubahan status kesehatan anaknya
7. Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
terapi berhubungan dengan pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi
informasi dan atau keterbatasan kognitif.
8. Kecemasan anak berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua, lingkungan
yang baru
9. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan proses inflamasi pada saluran
pernafasan, nyeri
10. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi mekanik dari
jalan nafas oleh sekret, proses inflamasi, peningkatan produksi sekret.
11. Cemas berhubungan dengan penyakit yang dialami oleh anak, hospitalisasi pada
anak

C.       Perencanaan

Contoh beberapa perencanaan keperawatan dari diagnosa di atas:

Diagnosa1: Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan berlebihan


melalui feses dan muntah serta intake terbatas (mual)

Tujuan   :   Kebutuhan cairan akan terpenuhi dengan kriteria tidak ada tanda-tanda
dehidrasi    

Intervensi Rasional

Berikan cairan oral dan parenteral sesuai Sebagai upaya rehidrasi untuk mengganti
dengan program rehidrasiPantau intake dan cairan yang keluar bersama feses.Memberikan
output. informasi status keseimbangan cairan untuk
menetapkan kebutuhan cairan pengganti.

 Kaji tanda vital, tanda/gejala dehidrasi dan Menilai status hidrasi, elektrolit dan
hasil pemeriksaan laboratorium keseimbangan asam basa

21
Kolaborasi pelaksanaan terapi definitif Pemberian obat-obatan secara kausal penting
setelah penyebab diare diketahui

Diagnosa.2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan gangguan absorbsi nutrien dan peningkatan peristaltik usus.

Tujuan   :  Kebutuhan nutrisi  terpenuhi dengan kriteria terjadi peningkatan bera


badan

Intervensi Rasional

Pertahankan tirah baring dan pembatasan Menurunkan kebutuhan metabolik


aktivitas selama fase akut.

Pembatasan diet per oral mungkin


Pertahankan status puasa selama fase akut ditetapkan selama fase akut untuk
(sesuai program terapi) dan segera mulai menurunkan peristaltik sehingga terjadi
pemberian makanan per oral setelah kondisi kekurangan nutrisi. Pemberian makanan
klien mengizinkan sesegera mungkin penting setelah keadaan
klinis klien memungkinkan.

Bantu pelaksanaan pemberian makanan Memenuhi kebutuhan nutrisi klien


sesuai dengan program diet

Kolaborasi pemberian nutrisi parenteral Mengistirahatkan kerja gastrointestinal dan


sesuai indikasi mengatasi/mencegah kekurangan nutrisi
lebih lanjut

Diagnosa. 3  : Nyeri (akut) berhubungan dengan hiperperistaltik, iritasi fisura


perirektal.

Tujuan :     Nyeri berkurang dengan kriteria tidak terdapat lecet pada perirektal

Intervensi Rasional

Atur posisi yang nyaman bagi klien, Menurunkan tegangan permukaan


misalnya dengan lutut fleksi. abdomen dan mengurangi nyeri

Lakukan aktivitas pengalihan untuk Meningkatkan relaksasi, mengalihkan

22
memberikan rasa nyaman seperti masase fokus perhatian kliendan meningkatkan
punggung dan kompres hangat abdomen kemampuan koping

Bersihkan area anorektal dengan sabun Melindungi kulit dari keasaman feses,
ringan dan airsetelah defekasi dan berikan mencegah iritasi
perawatan kulit

Analgetik sebagai agen anti nyeri dan


Kolaborasi pemberian obat analgetika dan antikolinergik untuk menurunkan spasme
atau antikolinergik sesuai indikasi traktus GI dapat diberikan sesuai indikasi
klinis

Kaji keluhan nyeri dengan Visual Analog Mengevaluasi perkembangan nyeri untuk


Scale (skala 1-5), perubahan karakteristik menetapkan intervensi selanjutnya
nyeri, petunjuk verbal dan non verbal

Diagnosa. 4 : Kecemasan keluarga b/d perubahan status kesehatan anaknya.

Tujuan   :  Keluarga mengungkapkan kecemasan berkurang.

Intervensi Rasional

Dorong keluarga klien untuk membicarakan Membantu mengidentifikasi penyebab


kecemasan dan berikan umpan balik tentang kecemasan dan alternatif pemecahan
mekanisme koping yang tepat. masalah

Tekankan bahwa kecemasan adalah Membantu menurunkan stres dengan


masalah yang umum terjadi pada orang tua mengetahui bahwa klien bukan satu-
klien yang anaknya mengalami masalah satunya orang yang mengalami masalah
yang sama yang demikian

Ciptakan lingkungan yang tenang, Mengurangi rangsang eksternal yang


tunjukkan sikap ramah tamah dan tulus dapat memicu peningkatan kecemasan
dalam membantu klien.

23
Diagnosa.5  : Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan

terapi berhubungan dengan pemaparan informasi terbatas, salah


interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif.

Tujuan   :    Keluarga akan mengerti tentang penyakit dan pengobatan


anaknya, serta mampu mendemonstrasikan perawatan anak di rumah.

Intervensi Rasional

Kaji kesiapan keluarga klien mengikuti Efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh


pembelajaran, termasuk pengetahuan kesiapan fisik dan mental serta latar
tentang penyakit dan perawatan anaknya. belakang pengetahuan sebelumnya.

Jelaskan tentang proses penyakit anaknya, Pemahaman tentang masalah ini penting
penyebab dan akibatnya terhadap gangguan untuk meningkatkan partisipasi keluarga
pemenuhan kebutuhan sehari-hari aktivitas klien dan keluarga dalam proses
sehari-hari. perawatan klien

Jelaskan tentang tujuan pemberian obat, Meningkatkan pemahaman dan partisipasi


dosis, frekuensi dan cara pemberian serta keluarga klien dalam pengobatan.
efek samping yang mungkin timbul

Meningkatkan kemandirian dan kontrol


Jelaskan dan tunjukkan cara perawatan
keluarga klien terhadap kebutuhan
perineal setelah defekasi
perawatan diri anaknya

Diagnosa. 6 : Kecemasan anak berhubungan dengan Perpisahan dengan orang tua,


lingkugan yang baru

Tujuan       :    Kecemasan anak berkurang dengan kriteria memperlihatkan tanda-


tanda kenyamanan

Intervensi Rasional

Anjurkan pada keluarga untuk selalu Mencegah stres yang berhubungan dengan
mengunjungi klien dan berpartisipasi dalam perpisahan
perawatn yang dilakukan

24
Berikan sentuhan dan berbicara pada anak Memberikan rasa nyaman dan mengurangi
sesering mungkin stress

Lakukan stimulasi sensory atau terapi Meningkatkan pertumbuhan dan


bermain sesuai dengan ingkat perkembangan secara optimum
perkembangan klien

D. Tindakan

Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan yang


telah direncanakan sebelumnya

E. Evaluasi

Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan sejauhmana tujuan tersebut


tercapai. Bila ada yang belum tercapai maka dilakukan pengkajian ulang, kemudian
disusun rencana, kemudian dilaksanakan dalam implementasi keperawatan lalau
dievaluasi, bila dalam evaluasi belum teratasi maka dilakukan langkah awal lagi dan
seterusnya sampai tujuan tercapai

25
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN BALITA BERDASARKAN KASUS

3.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : An Y
Umur : 1 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku Bangsa : Jawa, Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : tidak bekerja
Pendidikan : belum sekolah
Alamat : Pedurungan lor, Semarang
Tanggal Masuk : 02-06-2010
No.Register : 28.38.81
Diagnosa Medis : gastroenteritis
Tanggal Perkajian : 03-06-2010
Penanggung Jawab
Nama : Tn. I
Umur : 26 tahun
Jenis Kelamin : Laki – laki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Hubungan dengan pelatihan : Ayah
2. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Saat pengungkapan dilakukan pada tanggal 03-06-2010 ibu klien mengatakan
An. Y BAB ± 6 hari, dalam satu hari BAB ≥10 kali cair dan muntah.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu klien mengatakan sebelum dibawa kerumah sakit ±6 hari mencret dan
dalam satu hari An. Y mencret lebih dari 10 kali cair dan muntah. Sudah
diperiksakan kedokter spesialis anak tidak ada perubahan lalu keluarga

26
membawa anak kerumah sakit roemani tanggal 02-06-2010, diperisa oleh dokter
dan disarankan untuk rawat inap.
3. Riwayat Perawatan dan Kesehatan Dahulu
Ibu klien mengatakan An. Y sebelumnya belum pernah menderita diare
ataupun gastroenteritis dan baru kali ini An. Y dirawat dirumah sakit.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Saat pengkajian diperoleh data bahwa anggota kleuarga klien tidak ada
yang mempunyai riwayat penyakit Gastroentritis atau infeksi usus.
5. Riwayat imunisasi
Keluarga mengatakan anak sudah mendapat imunisasi BCG, DPT, Polio,
Hepatitis. Sebenarnya pada bulan ini An. Y mendapat imunisasi Campak,
karena kondisinya yang sakit maka imunisasinya ditunda sampai An. Y
sembuh.
6. Riwayat kehamilan dan persalinan
a. Pre natal : saat hamil ibu sering memeriksakan
kehamilannya pada bidan mendapat imunisasi TT 1x, vitamin dan
penambahan darah.
b. Riwayat persalinan : An. Y lahir dengan BB 2900 gram,
panjang badan 48 cm lahir dengan normal dirumah bersalin dengan
umur kehamilan 9 bulan.
c. Post natal : tidak ada kelainan pada An. Y
setelah kelahiran, anggota tubuh lengkap, anus ada, genitalia ada.
7. Riwayat tumbuh kembang
Pertumbuhan : berat badan saat ini : 8,6 kg
Gigi sudah tumbuh
Perkembangan : umur 3 bulan anak sudah bisa mengangkat kepala
memasukkan tangan kemulut. Umur 6 bulan anak sudah bisa duduk
dengan kepala tegak, anak 8 bulan mulai merangkak.umur 12 bulan
pasien sudah bisa berdiri dan mulai berjalan sendiri.
Hospitalisasi : anak takut bila berpisah dengan orang tuanya

1. Pola Kesehatan Fungsional


1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Keluarga klien mengatakan bahwa kesehatan sangatlah penting khususnya

27
An. Y karena masih balita.upaya keluarga untuk mempertahankan
kesehatannya yaitu dengan memberikan makanan yang bergizi serta nutrisi
tambahan bagi An. Y serta selalu menjaga lingkungan tempat tinggalnya
dan peralatan bermain anaknya.
2. Pola Nutrisi dan Metebolik
Sebelum sakit An. Y makan sesuai porsi yang diberikan oleh ibunya
3x/hari selalu habis dan terkadang lebih, jenisnya nasi yang dihaluskan,
kuah sayuran,lauk dan susu. Selama sakit An. Y mengalami penurunan BB
yang sebelumnya 10 kg menjadi 8,6 kg nafsu makan An.Y juga
menurun,pada saat makan disuapi ibunya An. Y selalu muntah.
3. Pola Eliminasi
Sebelum sakit An. Y BAB secara norma dan tidak ada gangguan dalam
satu hari ±1 kali dengan konsistensi kuning kecoklatan lembek, selama
sakit An. Y BAB lebih dari 10 kali dalam sehari dengan konsistensi cair.
Untuk BAK an. Y tidak mengalami masalah, dalam satu hari ± 2 kali
bak.
4. Pola Aktivitas dan Latihan
Sebelum sakit klien melakukan aktivitasnya tanpa ada masalah yaitu
bermain-main dengan teman-temannya dan selama sakit klien banyak
tiduran didampingi oleh ibunya, ketika jenuh An. Y minta untuk
digendong untuk jalan-jalan keluar bangsal.
5. Pola Istirahat dan Tidur
Sebelum sakit An. Y tidur selalu nyenyak tidak ada gangguan, selama
sakit klien mengalami gangguan dalam tidurnya karena rewel selalu
menangis dan dalam satu hari mencret lebih dari 10 kali.
6. Pola Persepsi dan Kognitif
Klien tidak ada keluhan yang berkenaan dengan kemampuan sensasi yaitu
penglihatan, pendengaran, penghidu, pengecap maupun sensasi perubahan.
Klien juga tidak menggunakan alat bantu pendengaran maupun alat bantu
penglihatan.
7. Pola Hubungan dengan Orang Lain
Keluarga mengatakan An. Y tidak ada masalah dalam berhubungan
dengan teman sebayanya, pada saat pengkajian An. Y tidak merasa takut
dengan petugas perawat klien selalu tenang dan tidak menangis.

28
8. Pola Reproduksi dan Seksual
An. Y berjenis kelamin perempuan dengan umur 1 tahun, tidak ada
gangguan diorgan reproduksinya.
9. Persepsi dan Konsep Diri
An. Y tidak mengalami ketakutan pada perawat ataupun petugas kesehatan
lainnya, Setiap dilakukan tindakan keperawatan pada An. Y selalu tenang.
10. Pola Mekanisme Koping
An. Y ketika merasa takut hanya memandangi petugas perawat yang
merawatnya sambil memegangi tangan ibunya.
11. Pola Nilai Kepercayaan / keyakinannya
Keluarga An. Y beragama islam dan Alhamdullilah dalam keluarga
klientidak ada keyakinan / kebudayaan yang bertentangan dengan
kesehatan maupun dalam pengobatan yang dijalani.

D. Pengkajian Fisik
1. Penampilan / keadaan umum : klien terlihat lemah
2. Tingkat kesadaran : composmetis
3. Tanda – tanda vital
Suhu : 375 oC
Respirasi rate : 36 x /menit
Nadi : 118 x/menit
4. Pengukuran Autopometri
Berat Badan : 8,6 kg
Tinggi Badan : 78 cm
Lingkar Lengan Atas : 14 cm
5. Kepala : Bentuk mesochepal, tidak ada benjolan
Rambut : Hitam, bersih
Mata : Cekung, konjungtiva anemis, ada sedikit secret.
Hidung : Tidak ada sekret, tidak memakai selang oksigen, tidak ada
epistakses
Telinga : Kemampuan mendengar normal, simetris tubuh, tidak ada
nyeri, tidak ada sekret / pembengkakan
Mulut : Selaput mukosa kering, kebersihan gigi bersih.
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid.

29
6. Dada dan Thoraks : pergerakan dada dan thorak sama, tidak nampak
penggunaan otot bantu pernafasan
7. Abdomen
Kembung, tidak ada luka, bentuk simetris
Bising usus > 30 x /menit
8. Genital : tidak menggunakan kateter
9. Anal : ada kemerahan dan lecet.
10. Ekstremitas : Kuku bersih, turgor jelek, capilary refill time > 3 detik,
untuk mobilitas dan keamanan (koordinasi otot, pergerakan tubuh) di semul
ekstremitas baik, terpasang infus RL di ekstremitas atas dekstra

E. Data penunjang
1. . Laboratorium 02-06-2010 jam : 10:11:55 am
Pemeriksaan hasil satuan normal
Hemoglobin : 12,3 gr/dl 11.00-1300
Hematokrit : 36,8 % 36.0-44.0
Leukosit : 8.400 ribu /mmk 6.00-18.00
Trombosit : 438.000 ribu /mmk 150.000-400.000
Erytrosit : 3,86 juta/mmk 3.60-5.00
MCV : 88 FL 77.00-101.000
MCH : 28 pg 23.00-31.00
MCHC : 31 g/dl 23.00-36.00
2. Pemeriksaaan feses
Warna : kuning
Konsistensi : cair
Bakteri : (+)
Sudan III : (+)
3. Diet :bubur tempe, LLM (susu rendah laktosa)
4. Therapy
VitBc3x1/2tab
Paracetamol 3x100 mg
Kalmoxicilin 3.200 mg
RL : 12 TPM

30
F. Analisa Data
No Data Masalah Etiologi
1 Data Subyektif : Gangguan peningakatan
Ibu klien mengatakan An. Y eliminasi BAB : peristaltik usus.
mencret ± diare
6 hari dan dalam satu hari mencret
lebih dari 10 kali cair.
Data Obyektif :
Abdomen kembung
Peristaltik usus (≥ 30 kali/menit)
2 Data Subyektif : Defisit volume Kehilngan cairan
Ibu klien mengatakan An. Y cairan sekunder terhadap
mencret ± diare.
6 hari dan dalam satu hari mencret
lebih dari 10 kali cair.
Data Obyektif :
Turgor jelek
Mukosa bibir kering
CRT > 3 detik
S : 375 oC
N : 118 x/menit
3 Data Subyektif : Resiko Mual muntah
Ibu klien mengatakan, An. Y kekurangan
sesaat nutrisi
setelah disuapi makan olehnya
langsung muntah
Data Obyektif :
BB sebelum sakit : 10 kg
BB selama sakit : 8,6 kg
LILA : 14 cm
Mual-muntah
Konjungtiva anemis
4 Data Obyektif: Gangguan Iritasi daerah
Ibu mengatakan anak bab satu hari inegritas kulit perianal, seringnya

31
lebih daroi 10 kali cair, ibu defekasi.
mengatakan anus anak kemerahan
ada
lecet.
DataSubyektif :
Area perianal an. Y kemerahan
ada
lecet.

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan eliminasi diare berhubungan dengan proses inflamasi, peningkatan
peristaltik usus
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan sekunder
terhadapdiare
3. Resiko kekurangan nutrisi berhubungan dengan mual muntah
4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi daerah perianal, seringnya
defekasi

3.3 Intervensi

N Tujuan dan kriteria hasil Intervensi rasional


o
1 Setelah dilakukan tindakan 1. observasi dan 1. membantu
keperawatan diharapkan catat frekuensi membedakan
BAB menjadi normal. defekasi penyakit
Dengan K.H : individu da
1. Frekuensi defekasi mengkaji
BAB normal. beratnya tiap
2. Feses berbentuk. 2. tingkatkan tirah defekasi
3. Diare teratas baring, berikan
alatalat 2. : istirahat
disamping menurunkan
temapat tidur motilitas usus juga
menurunkan laju

32
metabolisme bila
3. ganti popok infeksi atau
sesering perdarahan
mungkin sebagai komplikasi

4. identifikasi 3. Menjaga kulit


makanan dan daerah
cairan yang anal agar tetap
mencetuskan kering.
diare, misal :
sayur-segar 4. menghindari
danbuah, iritasi
sereal, bumbu, meningkatkan
minuman istirahat.
karbonat,
produk susu

5. mulai lagi
pemasukan
cairan peroral
secara
bertahap,
tawarkan
minuman 5. memberikan
jernih tiap jam istirahat
hindari kolon dengan
minuman menghilangkan atau
dingin. menurunkan
rangsang
makanan atau
minuman. Makan
6. kolaborasi kembali secara
pemberian bertahap mencegah
33
obat sesuai terjadinya kram dan
indikasi diare berulang
misal :
antikolinergik 6. menurunkan
mortilitas
atau peristaltik usus
dan menunjukkan
sekresi degestif
untuk
menghilangkan
kram
dan diare
2 Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tanda – tanda 1.untuk mengetahui
keperawatan diharapkan Dehidrasi tingkat dehidrasi
dapat mempertahankan dan
cairan dan elektrolit. mencegah syok
Dengan K.H : 2. monitor intake dan hipovolenik
1. Turgor baik Output 2. Untuk
2. CRT < 2 detik mengetahui balance
3. Mukosa lwmbab 3. Anjurkan klien cairan
untuk minum setelah
BAB, 3. Untuk
minum yang bnyak mengembalikan
cairan yang hilang
4. Pertahankan cairan
parental dengan 4. Untuk
elektrolit mempertahankan
cairan
3 Setelah dilakukan 1. Beri diit makanan 1. Meringankan
tindakan keperwawatan yang absorbsi
out-put berkurang. tidak merangsang usus untuk
Dengan K.H : (lunak) mencerna.
1. Kebutuhan nutrisi
teratasi/ normal 2. Anjurkan keluarga

34
2. BB normal dan tidak atau 2. keadaan hangat
ada tanda-tanda klien untuk makan dapat
malabsorbsi nutrisi. dalam keadaan meningkatkan nafsu
hangat makan

3. Anjurkan 3. Memudahkan
beristirahat penyerapan nutrien
sebelum makan
4. Mengetahui
4. Timbang BB peningkatan nutrisi
yang telah
diprogramkan.
4 Setelah dilakukan tindakan 1.Observasi integritas 1.Menetapkan
keperawatan kesehatan Kulit penatalaksanaan
jaringan kulit daerah selanjutnya
perianal menjadi normal.
Dengan K.H : 2. Berikan perawatan 2. Menurunkan
1. Tidak ada lesi dianus daerah anus kerusakan
2. Tidak ada kemerahmerahan integritas kulit
dianus dianus
3. Berikan pakaian
yang 3. Untuk
Longgar memudahkan
bebas gerak
4. Beri stek laken
diatas 4. Mencegah
perlak klien gerakan
tiba-tiba pada
5. Kolaborasi bokong.
pemberian
diet tinggi protein 5. Protein berfungsi
untuk
pembentukan
jaringan

35
baru.

36
BAB IV
PENUTUP

4.1 kesimpulan
Balita merupakan masa golden age dimana semua informasi dapat diserap
dengan baik maka disini diperluakan peran orang tua dalam mendidik anak menjadi
anak yang baik dan berguna bagi nusa dan bangsa, serta pada tahap ini anak rentan
terkena berbagai penyakit seperti ispa dan lain-lain maka kita sebagai perawat juga
mengambil andil yang cukup besar bagi kesehatan balita yaitu kita dapat mengkaji
kelapangan fenomena yang sedang berkembang, kemudian menetapkan daignosa, lalu
mengintervensi sampai evaluasi terhadap fenomena tersebut sehingga dapat menngkat
derajat kesehatan.

4.2 Saran
Dalam kepenulisan dan materi yang masih kurang lengkap tapi masih dapat
dijadikan bahan bacaan bagi mahasiswa keperawtan yang sedang belajara komunitas
sebelum turun kelapanagan.

37
DAFTAR PUSTAKA

1. tanhope, Marcia. 1998. Buku saku keperawatan komunitas dan kesehatan


rumah:perangkat pengkajian, intervensi, dan penyuluhan
2. Sacharin, Rosa M. 1996. Prinsip keperawatan pediatrik. EGC. Jakarta
3. Sudiyanto. 2009, Dalam membina anak dalam mencapai cita-citanya. Tumbuh
kembang anak, Fakultas Kedokteran UI
4. Santosa, Sugeng. 2004. Kesehatan dan Gizi. Jakarta: PT.Rieneka Cipta.
5. Ngastiyah, 997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta
6. Price & Wilson 1995, Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku 1,
Ed.4, EGC, Jakarta
7. Soetjiningsih 1998, Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta
8. Soeparman & Waspadji, 1990, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Ed. Ke-3, BP FKUI,
Jakarta.
9. Suharyono, 1986, Diare Akut, lembaga Penerbit Fakultas Kedokteran UI, Jakarta
10. Whaley & Wong, 1995, Nursing Care of Infants and Children, fifth edition, Clarinda
company, USA.
11. Yu. H.Y. Victor & Hans E. Monintja. (1997). Beberapa Masalah Perawatan Intensif
Neonatus. Jakarta: Balai penerbit FKUI.
12. Whalley & wong. (1991). Nursing Care of Infant and Children Volume II   book 1.
USA: CV. Mosby-Year book. Inc
13. World Health organization. 1993. Kader kesehatan masyarakat alih bahasa Adi Heru
S. Egc. Jakart

38

Anda mungkin juga menyukai