Anda di halaman 1dari 3

Perasaan aneh macam apa ini, kenapa hanya terjadi pada saat aku melihatnya.

Ya Allah
apakah ini yang dinamakan cinta, kata itu terus saja terngiang dalam ingatanku. Namun
berkali-kali pula aku tepis pikiran itu, aku tidak ingin terjebak dalam cinta yang tidak
seharusnya.
“Hey Ay! kamu dari tadi kenapa bengong terus sih? Sambil liatin kak Isman terus pula.
Kamu beneran naksir yah.” ujar Dinda yang terus saja menggodaku.
“Dari pada kamu merhatiin aku terus, lebih baik kamu perhatiin ketua LDM yang di
depan tuh biar paham.” bisikku pada Dinda.
“Ish ... ke aku bilang, gitu kamu sendiri merhatiinnya ke kak Isman terus.” bisik Dinda
menggerutu.
Jantungku berdetak tidak menentu selama rapat program Lembaga Dakwah Mahasiswa
(LDM). karena kak Isman orang yang aku kagumi sejak lama, duduk tepat berhadapan
denganku. seperti yang dinda bilang mungkin aku sudah jatuh cinta kepada kak Isman
wakil ketua LDM.
“Ya Allah aku sungguh takut dengan perasaan ini. Aku takut rasa cinta ini melebihi rasa
cintaku kepadaMu.” lirihku dalam hati.
Hanya kepada Allah aku adukan semua kegelisahan ini, dan Sarah adikku yang sering
menjadi tempat curhat selain Dinda. Setiap pulang kuliah Sarah selalu menanyaiku
tentang Kak Isman. Tentang sejauhmana perasaan ini tumbuh dan apakah Allah
memberikan jalan terbaik-Nya untukku dan kak Isman. Namun setiap hari ceritanya
tetap sama, tak ada yang berubah. Kami hanya sekedar berpapasan dan tak saling
bertegur sapa, aku hanya mencintainya dalam diam. Menyebutkan namanya disepertiga
malamku untuk ku bincangkan dengan Rabbku,
Namun siang itu berbeda, tiba-tiba Kak Isman menyapaku. Entah ada angin apa yang
mengirimnya untuk menyapaku pertama kalinya. Mungkinkah ini adalah jalan yang
Allah kirim atas semua do’aku di sepertiga malam.
“Aysha!” sapa Kak Isman.
“Iya kak? Ada yang bisa saya bantu kak?” jawabku dengan malu-malu.
Jantungku benar-benar berdebar, mungkin sekarang pipiku mulai memarah. Apakah
Kak Isman mengetahui perasaanku? Tak hentinya semua kalimat itu berputar
dikepalaku, namun hatiku berdebat dan terus menerka. Mengapa aku berpokoran jauh
seperti ini? Padahal kak Isman belum mengakataka apapun. “Astaghfirullah!” lirihku
dalam hati.
“Untuk kegiatan LDM bulan depan kita ditunjuk jadi penanggung jawab kegiatan.
Gimana kamu keberatan gak?” tanya kak Isman.
“Enggak kak.” jawabku cepat.
“cepet banget Ay jawabnya, seneng banget yah?” bisik Dinda sambil tertawa kecil.
“Ish ... apa sih Din?” bisikku malu.
Kak Isman juga tersenyum melihat tingkahku dan Dinda.
“Ya sudah syukur kalau kamu tidak keberatan. Kita akan mulai membicarakan program
kerjanya nanti yah. Saya pamit ada kuliah dulu.”
“Iya kak silahkan.” jawabku masih malu-malu.
Kak Isman pun berlalu dari hadapan kami, tetapi tatapanku masih belum terlepas dari
punggungnya yang semakin menghilang. Dinda yang memperhatikanku terus saja
tersenyum iseng, mungkin sedang mengejekku.
“Katanya gak suka, tapi ditatap terus padahal orangnya udah pergi.” sindirnya sambil
tersenyum menggodaku.
“Ih Dinda udah deh.” jawabku sambil tersenyum malu-malu.
Hari itu akan jadi hari bersejaraah dalam sepanjang sejarah hidupku. Karena untuk
pertama kalinya aku bertegur sapa dengan Kak Isman. Rasanya aku gak sabar untuk
segera pulang dan menceritakan semua kejadian tadi kepada Sarah.
Selama jam kuliah berlangsung aku tidak bisa berhenti merasa senang. Materi yang
dosen sampaikan sama sekali tidak bisa aku cerna. Bayangan senyum Kak Isman terus
memenuhi imajinasiku. Dan Dinda selalu saja memergokiku, pada akhirnya aku pun
mengakuinya pada Dinda dan menceritakan sejak kapan aku mengagumi kak Isman.
Setibanya di rumah, aku langsung mencari Sarah untuk menceritakan semua perasaan
bahagia ini. Namun belum sepmat aku ceritakan, tiba-tiba abba dan umma
memanggilku untuk membicarakan sesuatu yang serius.
“Sar, abba kenapa manggil kakak?” tanyaku pada Sarah.
“Nanti juga kakak tau sendiri.” jawab Sarah, tapi aku merasa Sarah sudah tau apa ynag
akan abba katakan.
“Aysha, dengarkan apa yang akan abba katakan. Tapi sebelum itu abba ingin tau apa
beberapa hari terakhir ada yang mendekati kamu untuk meminang?” tanya abba.
Aku merasa tercengang kenapa abba menanyakan itu? Mungkinkah abba tau tentang
perasaanku pada kak Isman?

Anda mungkin juga menyukai