Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

M DENGAN HIPERTENSI
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LUBUK GADANG DAN EVIDENCE
BASED PRACTICE TERAPI REBUSAN DAUN SALEDRI (APIUM
GRAVEOLENS) UNTUK MENURUNKANTEKANAN DARAH

KARYA ILMIAH NERS


PRAKTEK KEPERAWATAN GERONTIK

OLEH :
AULIA GEZA PUTRI KENTALA, S.Kep
20131107

PROFESI NERS
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2021

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1998
mengenai kesejahteraan lansia, Seseorang dikatakan lansia apabila sudah
mencapai usia 60 tahun ke atas. (Kemenkes RI, 2014). Kategori lansia menurut
WHO adalah Elderly (60-74 tahun), Old (75-89 tahun) dan very old (>90 tahun)
(Dewi, 2014).
Lansia merupakan tahap akhir dari sebuah rentang kehidupan manusia dan
merupakan proses alami yang tidak bisa dihindari oleh setiap individu. Proses
alami yang ditandai dengan menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap suatu infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita (Nugroho, 2012)
Berdasarkan data Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) tentang World
Population Ageing, diperkirakan terdapat 901 juta jiwa penduduk lansia di dunia
pada tahun 2015. Jumlah tersebut diprediksikan akan terus meningkat mencapai 2
(dua) miliar jiwa pada tahun 2050 (UN, 2015). Sama hal nya dengan negara-
negara lain di dunia, Indonesia juga mengalami penuaan penduduk. Di perkirakan
pada tahun 2019 jumlah lansia di Indonesia akan terus mengalami peningkatan
menjadi 27,5 juta atau 10,3%, dan akan menjadi 57,0 juta jiwa atau 17,9% pada
tahun 2045 (BPS, Bappenas, UNFPA, 2018). Dilihat dari penyebaran penduduk
lanjut usia dibeberapa provinsi, pada tahun 2015 terdapat beberapa provinsi yang
sudah mengalami penuaan penduduk. Dari hasil Supas 2015 didapatkan data
beberapa provinsi yang jumlah persetase penduduk lansianya sangat tinggi, yaitu
Daerah Istimewa Yogyakarta (13,6%), Jawa Tengah (11,7%), Jawa Timur
(11,5%), Bali sebesar 10,4%, Sulawesi utara (9,7%), sulawesi selatan (8,9 %) dan
sumatera barat (8,8 %). Dari beberapa provinsi yang persentase penduduk lansia
yang tertinggi, sumatera barat berada pada urutan ke tujuh (BPS, 2016).
Semakin bertambahnya usia seseorang, maka semakin rentan pula orang
tersebut untuk terjangkit suatu penyakit, dengan bertambahnya usia maka daya
tahan tubuh terhadap penyakit juga akan semakin berkurang. Salah satu penyakit
yang siap menyerang para lansia adalah berbagai penyakit yang termasuk dalam
penyakit degeneratif. Penyakit degeneratif adalah penyakit yang terjadi seiring
dengan proses penuaan pada seseorang. Penyakit ini sering terjadi ketika
bertambah usia seseorang yang juga diakibatkan oleh berkurangnya atau
menurunnya fungsi organ tubuh manusia. Tubuh akan mengalami defisiensi
produksi enzim dan hormon imunodefisiensi, peroksida lipid, kerusakan sel,
pembuluh darah, jaringan protein serta kulit yang menyebabkan timbulnya
berbagai penyakit degeneratif, salah satu jenis penyakit degeneratif adalah
hipertensi (Hermien nugraheni, dkk, 2018).
Menurut Joint National Comite on Detection, Evaluation and Treatment
of High Blood Plessure (JNC) VII (Kemenkes, 2014) Hipertensi merupakan
peningkatan tekanan darah lebih dari normal dimana tekanan darah sistolik lebih
dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 85 mmHg. Tanda gejala
hipertensi yaitu meningkatnya tekanan darah yang berlangsung lama sehingga
dapat menyebabkan gangguan kerusakan pada organ lain termasuk penyakit pada
ginjal, jantung, dan otak.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi yaitu ada faktor yang tidak
dapat dikontrol dan faktor yang dapat dikontrol, faktor yang tidak dapat dikontrol
seperti keturunan, jenis kelamin, dan umur, sedangkan faktor yang dapat dikontrol
seperti kegemukan, konsumsi garam berlebih, kurang olahraga, merokok dan
konsumsi alkohol (Rizki joko sukmono, 2011).
Penyakit hipertensi juga merupakan salah satu penyakit yang mematikan
di dunia, sebanyak 1 milyar orang di dunia atau 1 dari 4 orang menderita
hipertensi dan diperkirankan jumlah hipertensi akan terus meningkat menjadi 1,6
milyar menjelang tahun 2025. Hipertensi bisa menyebabkan beberapa komplikasi
terhadap beberapa penyakit lain, seperti penyakit jantung, stroke dan ginjal
(Brunner & Suddarth, 2010)
Diseluruh dunia hampir 1 milyar orang memiliki tekanan darah tinggi. dan
merupakan salah satu penyebab utama kematian dini diseluruh dunia. Di tahun
2020 sekitar 1,56 miliar orang dewasa akan menderita hipertensi. Di dunia hampir
8 miliyar orang meninggal di setiap tahunnya karena hipertensi dan hampir 1,5
juta orang setiap tahunnya di kawasan Asia Timur-Selatan. Di Asia Timur-Selatan
sekitar sepertiga dari orang dewasa menderita hipertensi (WHO, 2015).
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan prevalensi Penyakit
Tidak Menular mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan Riskesdas 2013,
hipertensi naik dari 25,8% menjadi 34,1%. Sedangkan menurut Rakerkesda
sumbar 2019, angka kejadian hipertensi mencapai 25, 1 %, dengan kabupaten
tertinggi yaitu sawah lunto 33,3 %, tanah datar 31,6 %, dan solok selatan 31,4 %.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi dapat ditangani secara farmakologi
dan non farmakologi, secara farmakologi dapat ditangani dengan obat golongan
anti hipertensi seperti diuretik, betabloker dan vasodilator (Shadine, 2010).
Penatalaksanaan non farmakologi yaitu dengan menjaga berat badan ideal,
mengurangi konsumsi makanan yang berlemak, olahraga secara teratur, dan
dengan terapi komplementer seperti rebusan daun seledri (Alamsyah,
Nurhidayat,&Rosjidi,2017).
Tumbuhan seledri kaya akan kandungan senyawa apiin yang merupakan
suatu senyawa yang bersifat diuretik dan mampu melebarkan pembuluh darah.
Seledri mengandung apigenin yang berfungsi sebagai beta blocker yang dapat
memperlambat detak jantung dan menurunkan kekuatan kontraksi jantung
sehingga aliran darah yang terpompa lebih sedikit dan tekanan darah menjadi
berkurang. Selain itu, seledri juga mengandung flavonoid,vitamin C, kalsium,
dan magnesium yang dapat membantu menurunkan tekanan darah tinggi.
(Oktadoni&Fitria,2016).
Menurut penelitian Intan Eka Oktavia, Junaidi dan Ainurafiq ( 2017 )
tentang Pengaruh Pemberian Air Rebusan Daun Seledri (Apium Graveolens)
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Sistolik Dan Diastolik Penderita Hipertensi
Di Wilayah Kerja Puskesmas Puuwatu Kota Kendari Tahun 2016”. Hasil uji
statistik untuk mengetahui pengaruh tekanan darah sistolik dan diastolik penderita
hipertensi kelompok perlakuan dan kelompok kontrol pada hari pertama dan hari
kedua setelah pemberian air rebusan seledri sebelum dan sesudah mengendalikan
kovariat didapatkan nilai signifikansi p<0,05 sehingga disimpulkan bahwa ada
pengaruh yang bermakna tekanan darah sistolik dan diastolik pada kelompok
perlakuan dan kelompok Kontrol, sebelum maupun sesudah mengendalikan
kovariat.
Hal ini juga didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Sri Sakinah
dan Husnul Khatimah Azhari yang berjudul “Pengaruh Rebusan Daun Seledri
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja
Puskesmas Pangkajene Kabupaten Sidrap“ (2018). Hasil penelitian menunjukkan
adanya Pengaruh Pemberian Rebusan Daun Seledri Terhadap Penuruanan
Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi  nilai (p= 0,000). Berdasarkan hasil
penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh antara rebusan daun
seledri terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi.
Berdasarkan data puskesmas Lubuk Gadang pada bulan Maret-Juli 2021
angka kunjungan pasien yang berobat dengan hipertensi sebanyak 315 orang.
Berdasarkan hasil observasi 10 dari pasien hipertensi yang datang berobat belum
pernah mendapatkan informasi mengenai terapi rebusan daun saledri (Apium
Graveolens) dalam menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.
Berdasarkan fenomena yang ditemukan maka penulis merasa perlu
melakukan “Analisis Praktek klinik Keperawatan Pada Tn.M Dengan
Hipertensi Di Kelurahan Durian Tarung Kecamatan Sangir Wilayah Kerja
Puskesmas Lubuk Gadang Dan Evidence Based Practice rebusan daun
saledri (Apium Graveolens) Untuk Menurunkan Tekanan Darah”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka penulis
merumusan masalah sejauh mana terapi rebusan daun saledri (Apium Graveolens)
dalam Menurunkan Tekanan Darah pada lansia dengan hipertensi di Wilayah
Kerja Puskesmas Lubuk Gadang?

C. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menganalisis pasien lansia yang diberikan terapi
rebusan daun saledri (Apium Graveolens) untuk Menurunkan Tekanan Darah
dengan penyakit Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Gadang.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian yang komprehensif Pada lansia dengan
Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Gadang.
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada lansia dengan
Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Gadang.
c. Mampu menyusun intervensi keperawatan pada pasien lansia dengan
Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Gadang.
d. Mampu melakukan implementasi serta menganalisa penerapan terapi
rebusan daun saledri (Apium Graveolens) untuk menurunkan tekanan
darah pada pasien lansia dengan Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
Lubuk Gadang.
e. Mampu melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan untuk
pemberian terapi rebusan daun saledri (Apium Graveolens) dalam
menurunkan tekanan darah pada pasien lansia dengan Hipertensi di
Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Gadang.

D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Memberikan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan,
khususnya ilmu keperawatan mengenai perawatan komprehensif pada lansia
yang mengalami masalah Hipertensi dengan penerapan rebusan daun saledri
(Apium Graveolens) dalam menurunkan tekanan darah.
2. Manfaat Praktis
a. Penulis
Untuk memperdalam pengetahuan penulis dan mengaplikasikan ilmu
yang telah diperoleh diperkuliahan dalam analisis praktek klinik keperawatan
pada pasien lansia dengan Hipertensi yang diberikan terapi rebusan daun
saledri (Apium Graveolens) untuk menurunkan tekanan darah.
b. Bagi Institusi
Sebagai bahan bacaan di perpustakaan dan dapat menjadi referensi
bagi mahasiswa yang ingin meneliti mengenai lansia dengan masalah
Hipertensi yang berkaitan dengan penerapan terapi rebusan daun saledri
(Apium Graveolens) untuk menurunkan tekanan darah.
3. Bagi Masyarakat
Sebagai bahan masukan dan menambah pengetahuan bagi masyarakat
tentang terapi rebusan daun saledri (Apium Graveolens) untuk menurunkan
tekanan darah.

Anda mungkin juga menyukai